Anda di halaman 1dari 19

KAPITA SELEKTA KIMIA KLINIK

PETANDA TUMOR

NAMA : BULQIS SYAL DUHA


NIM : PO714203232009
KELAS : RPL TLM 2023

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023
A. PENGERTIAN PETANDA TUMOR
Tumor ganas atau kanker adalah suatu kelainan yang ditandai dengan
pertumbuhan cepat, menyerbu ke dalam jaringan yang berada di sekitarnya,
dan dapat menuju ke daerah organ lain yang lebih jauh (metastasis).
Berdasarkan parenkimnya suatu keganasan di rongga mulut dapat berasal dari
jaringan epitelial baik mukosa maupun kelenjar dan jaringan mesenkimal.
Tumor ganas atau kanker secara biologis dapat disebabkan oleh suatu
kegagalan pada proses apoptosis sehingga dapat menyebabkan sel kanker
tersebut mampu bertahan hidup secara otonom dalam tubuh. Mekanisme
lainnya yang dapat menyebabkan sel kanker mampu bertahan adalah sel
kanker memiliki kemampuan untuk menghindari terhadap sel imunokompeten
termasuk sel T sitotoksis (TCL) dan sel Natural Killer (NK sel).
Seiring meningkatnya kasus kanker, peneliti dan klinisi mengusahakan
berbagai cara untuk mendiagnosis dan terapi. Ahli patologi biasanya
mengidentifikasi perubahan yang terjadi secara makroskopik dan
mikroskopik. Salah satu parameter dalam mengidentifikasi kanker adalah
dengan melihat penanda tumor.
Penanda tumor adalah senyawa yang ditemukan di atas jumlah normal di
dalam darah, urine, atau cairan tubuh lainnya bila terdapat kanker tertentu di
dalam tubuh. Sebagian besar penanda tumor merupakan protein, namun
beberapa jenis penanda tumor yang terbaru dapat berupa genatau senyawa
lain. Ada banyak sekali penanda tumor yang saat ini digunakan oleh dokter
untuk menunjang diagnosis atau pemantauan pasien penderita kanker.

B. JENIS PETANDA TUMOR


1. Carcinoembryonic Antigen (CEA)
a. Pengertian
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah antigen terkait tumor
yang dikarakterisasi sebagai glikoprotein oncofetal yang memiliki
berat molekul sekitar 200 kDa dengan mobilitas beta elektroforesis.
CEA merupakan rantai protein tunggal yang terdiri dari sekitar 800
asam amino dan mengandung 45-55 % karbohidrat.
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah biomarker serum
non-spesifik yang meningkat pada berbagai keganasan seperti kanker
kolorektal, kanker tiroid meduler, kanker payudara, kanker ovarium
musinosa, dll. Ini pertama kali terdeteksi pada sel kanker usus besar
oleh Freedman dan Gold dan akhirnya ditemukan di berbagai sel epitel
lain di lambung, lidah, kerongkongan, leher rahim, dan prostat.
b. Patofisiologi

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah glikoprotein dengan


berat molekul 200 kDa dan biasanya berasal dari epitel endodermal
embrionik pada janin, dikendalikan oleh onkogen janin. Biasanya
hilang dari serum setelah lahir; namun, sejumlah kecil CEA mungkin
tertinggal di jaringan usus besar. CEA dan gen terkait (29 di antaranya
18 diekspresikan secara normal) merupakan keluarga CEA pada
manusia dan dikelompokkan pada kromosom 19q13.2
CEA termasuk dalam keluarga imunoglobulin yang disebut
molekul adhesi sel terkait CEA (CEACaMs). CEA erat kaitannya
dengan berbagai fungsi sel endotel, antara lain adhesi, proliferasi, dan
migrasi sel baik in vivo maupun in vitro. CEA terdapat di sisi
endoluminal membran sel sel normal dan dianggap menghambat
apoptosis dan karenanya terlibat dalam patogenesis tumor. Meskipun
CEA sebagian besar dikaitkan dengan tumor gastrointestinal, literatur
menunjukkan korelasi erat dengan kanker payudara, paru-paru,
ovarium, mucinous adenocarcinoma pada serviks dan tiroid.
CEA pertama kali hadir sebagai antigen spesifik untuk
adenokarsinoma kolon. Beberapa penelitian terbaru telah menunjukkan
keberadaan CEA dalam berbagai keganasan, terutama yang melibatkan
jaringan ektodermal dari gastrointestinal atau pulmonary origin.
Pengujian CEA dapat memiliki nilai yang signifikan dalam
pemantauan pasien. Peningkatan nilai CEA mungkin berhubungan
dengan penyakit ganas yang progresif dan respon terapi yang buruk.
Penurunan nilai CEA umumnya menunjukkan prognosis yang
menguntungkan dan respon yang baik terhadap pengobatan. Kadar
normal CEA adalah 0-2.5 µg/l. Kadar normal CEA untuk perokok
adalah 0-5 µg/l.
Pada imunokromatografi, CEA yang terkandung dalam sampel
akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-CEA yang
terkonjugasi pewarna. Reaksi tersebut terjadi pada bantalan konjugat.
Kompleks antigen-antibodi tersebut akan bermigrasi ke daerah test (T).
Pada daerah tersebut akan terjadi reaksi antara kompleks antigen-
antibodi dengan antibodi anti-CEA dan membentuk garis berwarna.
Kompleks antigen-antibodi yang tidak terikat akan terus bermigrasi
hingga daerah kontrol (C). Pada daerah tersebut akan terjadi reaksi
antara kompleks antigen-antibodi dengan antibodi poliklonal dan
membentuk garis berwarna. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk
garis berwarna pada daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif jika
terbentuk garis berwarna pada daerah C saja.
2. Alpha-Fetoprotein (AFP)
a. Pengertian
Alpha-fetoprotein pertama kali ditemukan dalam sera janin
manusia dengan berat molekul antara 67.000-74.000 dalton. Adanya
variasi berat molekul karena metode analisis dan derajat glikosilasi
protein yang berbeda. AFP adalah protein rantai tunggal yang
menunjukkan kedekatan urutan homologi dengan albumin serum.
Alpha-fetoprotein adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh
kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein
ini dapat dijumpai pada 70-95% pasien dengan kanker hati primer dan
juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut,
peningkatan AFP biasanya disertai dengan Human Chorionic
Gonadotropin (hCG). Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya
tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat
tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengankeganasan hati primer,
sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati
sekunder) kadar AFP kurang dari 350-400 IU/mL.
b. Patofisiologi

AFP berperan dalam mengangkut asam lemak tak jenuh untuk


mengembangkan sel-sel ganas. AFP juga dapat berfungsi sebagai
imunoregulator yang bertindak melalui sel T. Sintesis dari AFP di
kantung kuning telur manusia berhenti antara minggu kesepuluh dan
kedua belas kehamilan. Bagian utama dari protein ini kemudian
diproduksi oleh hepatosit janin. AFP mencapai puncaknya pada sekitar
13 minggu kehamilan dan akan menurun secara bertahap.
Tingginya kadar AFP serum dapat terkait dengan beberapa
penyakit ganas. AFP pertama kali dijelaskan sebagai protein tumor
terkait manusia pada tahun 1964 oleh Tatarinov. Sejak saat itu telah
dibuktikan bahwa peningkatan AFP serum di atas nilai normal terjadi
pada beberapa penyakit ganas terutama nonseminomatous testicular
cancer primary hepatocelluar carcinoma. Dalam kasus kanker testis
nonseminomatous, hubungan langsung antara peningkatan kadar AFP
dengan tahap penyakit telah berhasil diamati. Tingginya kadar AFP
juga telah diamati pada pasien yang didiagnosis memiliki seminoma
dengan unsur-unsur non seminomatous namun belum diamati pada
pasien dengan seminoma murni. Lebih dari 70% pasien dengan
hepatocellular karsinoma primer telah dilaporkan memiliki
peningkatan kadar AFP.
Peningkatan kadar AFP kadang-kadang ditemukan dalam kasus
kanker saluran cerna dengan dan tanpa metastasis hati. Batas atas
untuk sera normal adalah sekitar 9 ng/ml, sedangkan kadar 175 ng/ml
sangat dicurigai terkena karsinoma hepatoseluler.
Pemeriksaan AFP yang mudah dilakukan adalah dengan
imunokromatografi. Sampel berupa serum akan meresap pada bantalan
sampel. Jika di dalam sampel terdapat AFP maka AFP akan berikatan
dengan antibodi monoklonal anti-AFP yang terkonjugasi dengan
pewarna. Kompleks antigen-antibodi tersebut kemudian akan
bermigrasi hingga ke daerah tes (T). Pada daerah tersebut akan terjadi
reaksi antara kompleks imun dengan antibodi anti-AFP sehingga
membentuk garis berwarna. Kompleks antigen-antibodi yang tidak
terikat akan terus bermigrasi ke daerah kontrol (C). Pada daerah
tersebut kompleks antigen-antibodi akan bereaksi dengan antibodi
poliklonal sehingga membentuk garis berwarna. Hasil dinyatakan
positif jika terbentuk dua garis berwarna pada daerah T dan C. Hasil
dinyatakan negatif jika hanya terbentuk satu garis berwarna pada
daerah C. Garis pada daerah C harus selalu muncul sebagai kontrol
prosedur, jika tidak maka pemeriksaan harus diulang.
3. Prostate Specific Antigen (PSA)
a. Pengertian
Prostate Specific Antigen (PSA) merupakan penanda tumor yang
sangat berguna dalam mendiagnosa adenokarsinoma prostat. PSA
adalah enzim glikoprotein yang disekresikan oleh sel-sel epitel dari
kelenjar prostat yang normal, hiperplastik, ataupun ganas. PSA adalah
glikoprotein yang diproduksi secara eksklusif oleh komponen epitel
dari kelenjar prostat. PSA memiliki massa molekul 33 kDa dan
merupakan glikoprotein rantai tunggal dengan 237 residu asam amino.
PSA disintesis dalam sel epitel sepanjang asinus dan di epitel
duktus dari kelenjar prostat. Fungsinya adalah untuk membawa air
mani koagulum yang berperan penting dalam kesuburan pria.
Kekhususan jaringan PSA membuatnya paling berguna sebagai tumor
marker yang tersedia untuk diagnosis dan pengobatan kanker prostat.
Selain itu, protein ini sekarang digunakan oleh kedokteran forensik
sebagai penanda pilihan untuk mendeteksi serangan seksual.
Konsentrasi PSA normal adalah 1-2.6 ng/ml
b. Patofisiologi

Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah kandung


kemih dan mengelilingi saluran kencing. PSA adalah enzim yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan
cairan ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan sperma. Pada
keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah
tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka
kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi peningkatan kadar PSA bukan
hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga disebabkan
oleh BPH.
Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA)
dan sebagian besar diikat oleh protein (disebut c-PSA atau complexed-
PSA). Pada BPH (pembesaran prostat yang jinak) konsentrasi free
PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA
yang lebih dominan. Kanker prostat adalah penyakit kanker yang
menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh
secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan PSA bisa menggunakan imunokromatografi. Pada
imunokromatografi biasanya digunakan tiga jenis antibodi, yaitu
antibodi monoklonal anti-PSA yang terkonjugasi pewarna, antibodi
monoklonal anti-PSA, dan antibodi poliklonal anti-mouse.
Ketika sampel mulai menyerap pada alat imunokromatografi,
sampel akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-PSA
terkonjugasi pewarna. Kemudian kompleks antigen-antibodi tersebut
akan bergerak menuju daerah tes (T) dan berikatan dengan antibodi
monoklonal anti-PSA. Reaksi tersebut menyebabkan terbentuknya
garis berwarna pada daerah T. Kompleks anigen-antibodi yang tidak
terikat akan terus bergerak menuju daerah kontrol (C) dan berikatan
dengan antibodi poliklonal anti-mouse. Reaksi tersebut menyebabkan
terbentuknya garis berwarna pada daerah C. Hasil dinyatakan positif
jika terbentuk dua garis pada daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif
jika terbentuk satu garis pada daerah C. Garis berwarna pada daerah C
harus selalu muncul sebagai kontrol prosedur. Hasil PSA akan positif
jika konsentrasi PSA diatas 4 ng/ml.
4. Cancer Antigen 19-9 (Ca 19-9)
a. Pengertian
Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang
dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan
pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca
19-9 meningkat pada 70-75% kanker pankreas dan 60-65% kanker
hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat
dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang.
Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal
di belakang bagian bawah lambung. Di dalam pankreas, sel
eksokrin pankreas menghasilkan cairan pencernaan, sedangkan sel
endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon ,
yang mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.
b. Patofisiologi

Carbohydrate Antigen 19-9 (CA 19-9) merupakan protein


yang ditemukan pada permukaan sel-sel kanker tertentu, terutama
sel-sel kanker pankreas. CA 19-9 bukan penyebab kanker, namun
dilepaskan oleh sel-sel kanker ke dalam aliran darah, sehingga
dapat berguna sebagai penanda tumor untuk memantau
perkembangan kanker.
Carbohydrate Antigen 19-9 (CA 19-9) merupakan substansi
yang dihasilkan oleh sel-sel kanker kelenjar eksokrin pankreas dan
dapat dideteksi pada pemeriksaan darah. Penanda tumor CA 19-9
sebenarnya ditemukan sebagai sebuah antibodi monoklonal dari
tikus coba yang disuntikkan sel kanker kolorektal. Epitop CA 19-9
juga secara normal terdapat pada traktus bilier. Sehingga, bila ada
penyakit traktus bilier, kadar CA 19-9 juga dapat meningkat.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Cara mendeteksi kanker pankreas, apabila ada dugaan
terkena kanker pankreas, scan CT pada bagian perut perlu
dilakukan. Scan MRI juga mungkin dilakukan untuk membantu
dokter melihat pankreas dalam bentuk visual, sehingga dapat
membantu memutuskan prosedur pengobatan. Juga pemeriksaan
pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver. Prosedur ERCP
(endoscopic retrograde cholangio pancreatography) biasanya
dilakukan apabila kanker pankreas sudah terdiagnosa positif.
Prosedur ini menggunakan kamera fiberoptik untuk melihat ke
dalam lambung dan usus kecil di mana terdapat saluran yang
mengarah kepada pankreas. Cairan X-Ray disuntikkan ke dalam
saluran pankreas sehingga organ tersebut dapat diambil
gambarnya, sehingga keabnormalan saluran pankreas dapat
diidentifikasi. Selama prosedur ECRP, sebagian jaringan akan
diangkat untuk keperluan biopsi. Suatu biopsi adalah satu-satunya
cara yang pasti untuk dokter untuk mengetahui apakah kanker
hadir. Pada suatu biopsi, dokter mengangkat beberapa jaringan-
jaringan dari pankreas. Mereka diperiksa dibawah sebuah
mikroskop oleh seorang ahli patologi, yang memeriksa untuk sel-
sel kanker.
5. Cancer 12-5 (Ca-12-5)
a. Pengertian
CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel
kanker ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-
125 yang tinggi bisa menjadi tanda kanker atau kondisi lain. CA-
125 tes tidak digunakan sendiri untuk mendiagnosa kanker
ovarium.
b. Patofisiologi

Mucin-16 (MUC-16) juga dikenal sebagai penanda tumor


terkait kanker ovarium CA 125 adalah protein yang pada manusia
dikodekan oleh gen Mucin-16 (MUC-16).
MUC-16 telah menemukan aplikasi sebagai penanda
tumor atau biomarker yang mungkin meningkat dalam darah
beberapa pasien dengan jenis kanker tertentu, terutama kanker
ovarium , atau kondisi jinak lainnya.
Pengujian kadar CA-125 dalam darah telah diusulkan
bermanfaat dalam mengobati kanker ovarium . Meskipun tes ini
dapat memberikan informasi yang berguna bagi wanita yang sudah
diketahui mengidap kanker ovarium, tes CA-125 belum terbukti
berguna sebagai metode skrining karena ketidakpastian korelasi
antara kadar CA-125 dan kanker. Selain kanker ovarium, CA-125
dapat meningkat pada pasien yang memiliki kondisi seperti kanker
endometrium, kanker saluran tuba, kanker paru-paru, kanker
payudara, dan kanker saluran cerna. Hal ini juga dapat meningkat
pada wanita hamil. Karena beragamnya kondisi yang dapat
meningkatkan kadar serum, CA-125 tidak digunakan untuk
mendeteksi kanker, namun sering digunakan untuk memantau
respons terhadap kemoterapi, kekambuhan, dan perkembangan
penyakit pada pasien kanker ovarium.
MUC16 juga dianggap berpartisipasi dalam interaksi sel ke
sel yang memungkinkan metastasis sel tumor. Hal ini didukung
oleh bukti yang menunjukkan bahwa MUC16 berikatan
secara selektif dengan mesothelin , suatu glikoprotein yang
biasanya diekspresikan oleh sel mesothelial peritoneum (selaput
rongga perut). Interaksi MUC16 dan mesothelin diperkirakan
memberikan langkah pertama dalam invasi sel tumor pada
peritoneum. Wilayah (residu 296–359) yang terdiri dari 64 asam
amino di ujung N mesothelin permukaan sel telah secara
eksperimental ditetapkan sebagai domain pengikatan fungsional
(bernama IAB) untuk MUC16/CA125. Imunoadhesin (HN125)
yang terdiri dari domain IAB mesothelin dan bagian Fc manusia
memiliki kemampuan untuk mengganggu adhesi sel kanker
heterotipik yang dimediasi oleh interaksi MUC16-mesothelin.
Mesothelin juga ditemukan diekspresikan pada beberapa
jenis kanker termasuk mesothelioma , kanker
ovarium dan karsinoma sel skuamosa. Karena mesothelin juga
diekspresikan oleh sel tumor, MUC16 dan interaksi mesothelial
dapat membantu pengumpulan sel tumor lain ke lokasi metastasis,
sehingga meningkatkan ukuran metastasis.
c. Pemeriksaan Laboratorium
CA-125 diproduksi pada permukaan sel dan dilepaskan
dalam aliran darah. CA 125 adalah penanda tumor untuk kanker
ovarium dan kadangkala juga kanker rahim, karena CA 125 akan
diproduksi oleh sel kanker dari ovarium (indung telur) dan rahim,
dan masuk ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi dari
pemeriksaan laboratorium. Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA-
125 terhadap Kanker ovarium (indung telur) memiliki
keterbatasan. Untuk spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada
kanker ovarium, juga dapat ditemukan pada jenis kanker lainnya,
seperti kanker endometrium, saluran indung telur, paru, payudara,
dan pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan
endometriosis, menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan
disekitar organ produksi. Untuk sensitifitas, juga ada keterbatasan,
karena sekitar 20% kasus kanker ovarium tidak terjadi peningkatan
CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap awal
mengalami peningkatan CA-125. Namun tes CA-125 ini dapat
dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang dibutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami
peningkatan, sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya. Nilai normal
CA-125 : 0-35 U / mL.
6. Cancer Antigen 15-3 (Ca 15-3)
a. Pengertian
Cancer antigen 15-3 (Ca15-3) dipakai untuk mengidentifikasi
kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan
petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA.
Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium,
paru, pankreas dan prostat.
b. Patofisiologi
Gen Mucin 1(MUC1) yang mengkode ekspresi Cancer
Antigen 15-3 (CA 15-3) serum diketahui memiliki fungsi sebagai
onkoprotein. MUC1 ikut dalam aktivasi jalur yang berperan dalam
pertumbuhan, proliferasi dan metabolisme sel kanker sehingga
mempengaruhi derajat histopatologi kanker payudara.
Antigen kanker 15-3 (CA15-3) adalah protein yang dibuat
oleh berbagai sel, terutama sel kanker payudara. Protein bergerak
ke dalam darah, di mana ia dapat diukur. CA15-3 adalah penanda
tumor. Ini digunakan untuk memeriksa bagaimana pengobatan
kanker payudara bekerja dan mencari kanker yang kembali, atau
kambuh, setelah pengobatan.
Secara umum, semakin tinggi kadar CA15-3 dalam darah,
semakin banyak kanker yang ada di dalam tubuh. Tingkat tertinggi
ketika kanker payudara telah menyebar ke tulang, hati atau
keduanya. Jika tingkat CA15-3 turun atau kembali normal, itu
mungkin berarti pengobatan berhasil. Jika tingkat meningkat dari
waktu ke waktu, itu mungkin berarti bahwa kanker tidak merespon
dengan baik terhadap pengobatan, masih tumbuh atau datang
kembali (berulang).
7. Alkali Fosfatase (ALP)
a. Pengertian
Alkali Fosfatase (ALP) adalah enzim dalam aliran darah yang
bertugas membantu memecah protein dalam tubuh. Organ hati
menjadi salah satu sumber utama ALP. Kandungannya juga
terdapat di tulang, usus, pankreas, dan ginjal.
b. Patofisiologi

Sebagian besar aktivitas ALP serum normal berasal dari


tulang dan hati. Di tulang, enzim melekat pada permukaan luar
membran sel osteoblas dan dilepaskan ke dalam serum yang
meningkat seiring dengan aktivitas osteoblastik seperti yang
diamati pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan,
patah tulang, neoplasma tulang, osteomalasia, dan terutama
penyakit Paget.
Pada manusia, ALP adalah keluarga dari empat isoenzim
dengan urutan asam amino berbeda yang menunjukkan bahwa
empat gen berbeda mengkode ALP. Keempat isoenzim ini
umumnya diidentifikasi berdasarkan jaringan asal utamanya:
plasenta, usus, sel germinal, dan “jaringan non-spesifik”,
dinamakan demikian karena konsentrasi tinggi isozim ini
ditemukan di hati, tulang, dan ginjal. Meskipun komposisi asam
amino serupa, isoenzim non spesifik dapat dibedakan satu sama
lain karena perbedaan kandungan karbohidrat, suatu modifikasi
pasca-translasi.
Meskipun ALP tulang dan hati umumnya disebut sebagai
isoenzim, tata nama yang tepat mengidentifikasinya sebagai
isoform dari isoenzim non-spesifik jaringan. ALP berlabuh ke
membran melalui molekul, fosfoinositol. Mekanisme pelepasan
enzim dari membran untuk memasuki serum meningkatkan jumlah
isoform serum potensial. ALP dapat bersirkulasi dalam berbagai
bentuk: sebagai enzim dasar (“larut”) yang memiliki berat molekul
sekitar 140 kd, enzim yang melekat pada molekul penahan, atau
dalam bentuk berat molekul tinggi di mana enzim tetap melekat
pada membran sel. bahan dalam bentuk vesikel. Bentuk vesikuler
dikenal sebagai ALP makrohepatik, yang berbeda dengan ALP
terikat globulin yang jarang, yang sering disebut sebagai makro-
ALP.
8. Beta Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)
a. Pengertian
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) adalah hormon
glikoprotein yang disekresikan oleh plasenta yang sedang
berkembang tidak lama setelah fertilisasi. Pada saat periode
menstruasi pertama terlewatkan, konsentrasi HCG dalam serum
dan urin sekitar 100 mlU/ml. Konsentrasi tersebut akan meningkat
dua kali lipat setiap dua hari. Tingkat konsentrasi HCG tertinggi
(sekitar 100.000 mlU/ml) terlihat di akhir trimester pertama
kehamilan. Kehadiran awal HCG dalam urin telah membuat HCG
dipilih menjadi penanda untuk deteksi kehamilan.
Sejumlah kondisi selain kehamilan, termasuk penyakit
trophoblastic, chorionic epithelioma, hydatid mole dan non-
trophoblastic neoplasma dapat meningkatkan tingkat HCG urin
sehingga menyebabkan hasil false positive (positif palsu). Ekskresi
HCG sering menurun pada kasus kehamilan rahim tambahan,
kehamilan toxemia, atau terancam aborsi. Hasil pemeriksaan ini
dapat diterima jika didukung dengan bukti klinis.
b. Patofisiologi

Beta-hCG atau hormon hCG adalah hormon glikoprotein


yang dibentuk oleh sel-sel trofoblast embrio, khususnya
sinsitiotrofoblast. Hormon ini terdiri dari dua subunit rantai, yakni
alfa (α) dan beta (ß). Subunit beta hanya dimiliki oleh hormon
hCG, sedangkan subunit alfanya identik dengan subunit afla dari
hormon lain. Beberapa jaringan abnormal, tumor, dan kanker juga
dapat menghasilkan hCG, sehingga tes hCG berguna
sebagai penanda tumor . Tes ini mengukur jumlah hCG utuh, dan
terkadang subunit beta hCG, dalam darah.
Peningkatan kadar hCG terlihat pada penyakit trofoblas
gestasional dan beberapa tumor sel germinal (jinak dan
kanker). Jika hCG meningkat dengan kondisi tersebut, maka tes
hCG dapat digunakan sebagai alat diagnostik dan pemantauan.
Penyakit trofoblas gestasional (GTD) adalah sekelompok
jenis tumor yang berkembang di rahim wanita dari lapisan sel yang
mengelilingi embrio yang menciptakan plasenta selama kehamilan
normal (trofoblas) dan menghasilkan hCG. GTD biasanya terjadi
pada awal kehamilan setelah sel telur dibuahi, namun alih-alih
mendukung pertumbuhan janin, sel-sel tersebut membentuk massa
jaringan yang tidak normal. Dalam kebanyakan kasus, tumor
tersebut bersifat jinak, namun pada sebagian kecil orang, tumor
tersebut bersifat kanker. Menurut American Cancer Society, GTD
terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 kehamilan. Hal ini juga dapat
terjadi setelah kehamilan normal atau setelah keguguran atau
aborsi.
Pada pemeriksaan kehamilan, sampel urin harus disimpan
pada wadah yang bersih, kering, bebas dari detergen dan bahan
pengawet. Urin pertama pada pagi hari lebih sering dijadikan
sampel karena mengandung konsentrasi HCG tertinggi, tetapi
pengambilan sampel urin pada waktu lain masih dapat digunakan.
Urine yang keruh harus disentrifugasi terlebih dahulu sebelum
diuji. Pemeriksaan HCG ini berdasarkan reaksi aglutinasi yang
terjadi antara partikel lateks yang dilapisi antibodi anti-HCG
dengan HCG yang terkandung dalam sampel.
HCG dalam sampel akan menunjukkan pembentukan
matriks aglutinasi yang secara visual dapat dibedakan dengan
mudah dari kontrol negatif. Dibutuhkan konsentrasi HCG urin
yang lebih tinggi dari 200 lU/ml untuk mendapatkan hasil positif.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika aglutinasi terbentuk
selama dua menit, tetapi jika aglutinasi tidak terbentuk selama dua
menit maka hasil dinyatakan negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Imaduddin Nur Ichsan, Rahmat Bakhtiar, Emil Bachtiar Moerad,


Hadi D Irawiraman A (2020). Hubungan Kadar Carcinoembryonic
Antigen (CEA) Dengan Subtipe Histologi Kanker Paru Di Rsud Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Program Studi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda.
Ninuk Dwi Ariningtyas (2018). Ca 125 Dan Pemakaian Klinis Dalam
Penatalaksanaan Kanker Ovarium. Qanun Medika.
Ondrej Kubecek, Jan Laco, Jiri Spacek, Jiri Petera (2017). The Pathogenesis,
Diagnosis, And Management Of Metastatic Tumors To The Ovary: A
Comprehensive Review. Clin Exp Metastasis.
Panca Bayu, Exsa Hadibrata, Ramadhan Triyandi, Rizki Hanriko. 2021.
Hubungan Kadar Prostate Specific Antigen (PSA) Dengan Derajat
Histopatologi Kanker Prostat Di Rsud Dr. H. Abdoel Moloek Provinsi
Lampung Periode 2019-2020. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung.
Patricia Gita Naully Gina Khairinisa (2018). Panduan Analisis Laboratorium
Imunoserologi Untuk D3 Teknologi Laboratorium Medik. Stikes Jenderal
Achmad Yani. Cimahi.
Theresia Indah Budhy (2019). Mengapa Terjadi Kanker. Airlangga University
Press. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai