JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TAHUN 2023 A. PENGERTIAN PETANDA TUMOR Tumor ganas atau kanker adalah suatu kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan cepat, menyerbu ke dalam jaringan yang berada di sekitarnya, dan dapat menuju ke daerah organ lain yang lebih jauh (metastasis). Berdasarkan parenkimnya suatu keganasan di rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitelial baik mukosa maupun kelenjar dan jaringan mesenkimal. Tumor ganas atau kanker secara biologis dapat disebabkan oleh suatu kegagalan pada proses apoptosis sehingga dapat menyebabkan sel kanker tersebut mampu bertahan hidup secara otonom dalam tubuh. Mekanisme lainnya yang dapat menyebabkan sel kanker mampu bertahan adalah sel kanker memiliki kemampuan untuk menghindari terhadap sel imunokompeten termasuk sel T sitotoksis (TCL) dan sel Natural Killer (NK sel). Seiring meningkatnya kasus kanker, peneliti dan klinisi mengusahakan berbagai cara untuk mendiagnosis dan terapi. Ahli patologi biasanya mengidentifikasi perubahan yang terjadi secara makroskopik dan mikroskopik. Salah satu parameter dalam mengidentifikasi kanker adalah dengan melihat penanda tumor. Penanda tumor adalah senyawa yang ditemukan di atas jumlah normal di dalam darah, urine, atau cairan tubuh lainnya bila terdapat kanker tertentu di dalam tubuh. Sebagian besar penanda tumor merupakan protein, namun beberapa jenis penanda tumor yang terbaru dapat berupa genatau senyawa lain. Ada banyak sekali penanda tumor yang saat ini digunakan oleh dokter untuk menunjang diagnosis atau pemantauan pasien penderita kanker.
B. JENIS PETANDA TUMOR
1. Carcinoembryonic Antigen (CEA) a. Pengertian Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah antigen terkait tumor yang dikarakterisasi sebagai glikoprotein oncofetal yang memiliki berat molekul sekitar 200 kDa dengan mobilitas beta elektroforesis. CEA merupakan rantai protein tunggal yang terdiri dari sekitar 800 asam amino dan mengandung 45-55 % karbohidrat. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah biomarker serum non-spesifik yang meningkat pada berbagai keganasan seperti kanker kolorektal, kanker tiroid meduler, kanker payudara, kanker ovarium musinosa, dll. Ini pertama kali terdeteksi pada sel kanker usus besar oleh Freedman dan Gold dan akhirnya ditemukan di berbagai sel epitel lain di lambung, lidah, kerongkongan, leher rahim, dan prostat. b. Patofisiologi
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah glikoprotein dengan
berat molekul 200 kDa dan biasanya berasal dari epitel endodermal embrionik pada janin, dikendalikan oleh onkogen janin. Biasanya hilang dari serum setelah lahir; namun, sejumlah kecil CEA mungkin tertinggal di jaringan usus besar. CEA dan gen terkait (29 di antaranya 18 diekspresikan secara normal) merupakan keluarga CEA pada manusia dan dikelompokkan pada kromosom 19q13.2 CEA termasuk dalam keluarga imunoglobulin yang disebut molekul adhesi sel terkait CEA (CEACaMs). CEA erat kaitannya dengan berbagai fungsi sel endotel, antara lain adhesi, proliferasi, dan migrasi sel baik in vivo maupun in vitro. CEA terdapat di sisi endoluminal membran sel sel normal dan dianggap menghambat apoptosis dan karenanya terlibat dalam patogenesis tumor. Meskipun CEA sebagian besar dikaitkan dengan tumor gastrointestinal, literatur menunjukkan korelasi erat dengan kanker payudara, paru-paru, ovarium, mucinous adenocarcinoma pada serviks dan tiroid. CEA pertama kali hadir sebagai antigen spesifik untuk adenokarsinoma kolon. Beberapa penelitian terbaru telah menunjukkan keberadaan CEA dalam berbagai keganasan, terutama yang melibatkan jaringan ektodermal dari gastrointestinal atau pulmonary origin. Pengujian CEA dapat memiliki nilai yang signifikan dalam pemantauan pasien. Peningkatan nilai CEA mungkin berhubungan dengan penyakit ganas yang progresif dan respon terapi yang buruk. Penurunan nilai CEA umumnya menunjukkan prognosis yang menguntungkan dan respon yang baik terhadap pengobatan. Kadar normal CEA adalah 0-2.5 µg/l. Kadar normal CEA untuk perokok adalah 0-5 µg/l. Pada imunokromatografi, CEA yang terkandung dalam sampel akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-CEA yang terkonjugasi pewarna. Reaksi tersebut terjadi pada bantalan konjugat. Kompleks antigen-antibodi tersebut akan bermigrasi ke daerah test (T). Pada daerah tersebut akan terjadi reaksi antara kompleks antigen- antibodi dengan antibodi anti-CEA dan membentuk garis berwarna. Kompleks antigen-antibodi yang tidak terikat akan terus bermigrasi hingga daerah kontrol (C). Pada daerah tersebut akan terjadi reaksi antara kompleks antigen-antibodi dengan antibodi poliklonal dan membentuk garis berwarna. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk garis berwarna pada daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif jika terbentuk garis berwarna pada daerah C saja. 2. Alpha-Fetoprotein (AFP) a. Pengertian Alpha-fetoprotein pertama kali ditemukan dalam sera janin manusia dengan berat molekul antara 67.000-74.000 dalton. Adanya variasi berat molekul karena metode analisis dan derajat glikosilasi protein yang berbeda. AFP adalah protein rantai tunggal yang menunjukkan kedekatan urutan homologi dengan albumin serum. Alpha-fetoprotein adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70-95% pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan Human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengankeganasan hati primer, sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350-400 IU/mL. b. Patofisiologi
AFP berperan dalam mengangkut asam lemak tak jenuh untuk
mengembangkan sel-sel ganas. AFP juga dapat berfungsi sebagai imunoregulator yang bertindak melalui sel T. Sintesis dari AFP di kantung kuning telur manusia berhenti antara minggu kesepuluh dan kedua belas kehamilan. Bagian utama dari protein ini kemudian diproduksi oleh hepatosit janin. AFP mencapai puncaknya pada sekitar 13 minggu kehamilan dan akan menurun secara bertahap. Tingginya kadar AFP serum dapat terkait dengan beberapa penyakit ganas. AFP pertama kali dijelaskan sebagai protein tumor terkait manusia pada tahun 1964 oleh Tatarinov. Sejak saat itu telah dibuktikan bahwa peningkatan AFP serum di atas nilai normal terjadi pada beberapa penyakit ganas terutama nonseminomatous testicular cancer primary hepatocelluar carcinoma. Dalam kasus kanker testis nonseminomatous, hubungan langsung antara peningkatan kadar AFP dengan tahap penyakit telah berhasil diamati. Tingginya kadar AFP juga telah diamati pada pasien yang didiagnosis memiliki seminoma dengan unsur-unsur non seminomatous namun belum diamati pada pasien dengan seminoma murni. Lebih dari 70% pasien dengan hepatocellular karsinoma primer telah dilaporkan memiliki peningkatan kadar AFP. Peningkatan kadar AFP kadang-kadang ditemukan dalam kasus kanker saluran cerna dengan dan tanpa metastasis hati. Batas atas untuk sera normal adalah sekitar 9 ng/ml, sedangkan kadar 175 ng/ml sangat dicurigai terkena karsinoma hepatoseluler. Pemeriksaan AFP yang mudah dilakukan adalah dengan imunokromatografi. Sampel berupa serum akan meresap pada bantalan sampel. Jika di dalam sampel terdapat AFP maka AFP akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-AFP yang terkonjugasi dengan pewarna. Kompleks antigen-antibodi tersebut kemudian akan bermigrasi hingga ke daerah tes (T). Pada daerah tersebut akan terjadi reaksi antara kompleks imun dengan antibodi anti-AFP sehingga membentuk garis berwarna. Kompleks antigen-antibodi yang tidak terikat akan terus bermigrasi ke daerah kontrol (C). Pada daerah tersebut kompleks antigen-antibodi akan bereaksi dengan antibodi poliklonal sehingga membentuk garis berwarna. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk dua garis berwarna pada daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif jika hanya terbentuk satu garis berwarna pada daerah C. Garis pada daerah C harus selalu muncul sebagai kontrol prosedur, jika tidak maka pemeriksaan harus diulang. 3. Prostate Specific Antigen (PSA) a. Pengertian Prostate Specific Antigen (PSA) merupakan penanda tumor yang sangat berguna dalam mendiagnosa adenokarsinoma prostat. PSA adalah enzim glikoprotein yang disekresikan oleh sel-sel epitel dari kelenjar prostat yang normal, hiperplastik, ataupun ganas. PSA adalah glikoprotein yang diproduksi secara eksklusif oleh komponen epitel dari kelenjar prostat. PSA memiliki massa molekul 33 kDa dan merupakan glikoprotein rantai tunggal dengan 237 residu asam amino. PSA disintesis dalam sel epitel sepanjang asinus dan di epitel duktus dari kelenjar prostat. Fungsinya adalah untuk membawa air mani koagulum yang berperan penting dalam kesuburan pria. Kekhususan jaringan PSA membuatnya paling berguna sebagai tumor marker yang tersedia untuk diagnosis dan pengobatan kanker prostat. Selain itu, protein ini sekarang digunakan oleh kedokteran forensik sebagai penanda pilihan untuk mendeteksi serangan seksual. Konsentrasi PSA normal adalah 1-2.6 ng/ml b. Patofisiologi
Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah kandung
kemih dan mengelilingi saluran kencing. PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan cairan ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi peningkatan kadar PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga disebabkan oleh BPH. Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat oleh protein (disebut c-PSA atau complexed- PSA). Pada BPH (pembesaran prostat yang jinak) konsentrasi free PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA yang lebih dominan. Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya. Pemeriksaan PSA bisa menggunakan imunokromatografi. Pada imunokromatografi biasanya digunakan tiga jenis antibodi, yaitu antibodi monoklonal anti-PSA yang terkonjugasi pewarna, antibodi monoklonal anti-PSA, dan antibodi poliklonal anti-mouse. Ketika sampel mulai menyerap pada alat imunokromatografi, sampel akan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-PSA terkonjugasi pewarna. Kemudian kompleks antigen-antibodi tersebut akan bergerak menuju daerah tes (T) dan berikatan dengan antibodi monoklonal anti-PSA. Reaksi tersebut menyebabkan terbentuknya garis berwarna pada daerah T. Kompleks anigen-antibodi yang tidak terikat akan terus bergerak menuju daerah kontrol (C) dan berikatan dengan antibodi poliklonal anti-mouse. Reaksi tersebut menyebabkan terbentuknya garis berwarna pada daerah C. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk dua garis pada daerah T dan C. Hasil dinyatakan negatif jika terbentuk satu garis pada daerah C. Garis berwarna pada daerah C harus selalu muncul sebagai kontrol prosedur. Hasil PSA akan positif jika konsentrasi PSA diatas 4 ng/ml. 4. Cancer Antigen 19-9 (Ca 19-9) a. Pengertian Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70-75% kanker pankreas dan 60-65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang. Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal di belakang bagian bawah lambung. Di dalam pankreas, sel eksokrin pankreas menghasilkan cairan pencernaan, sedangkan sel endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon , yang mengatur tingkat gula darah dalam tubuh. b. Patofisiologi
Carbohydrate Antigen 19-9 (CA 19-9) merupakan protein
yang ditemukan pada permukaan sel-sel kanker tertentu, terutama sel-sel kanker pankreas. CA 19-9 bukan penyebab kanker, namun dilepaskan oleh sel-sel kanker ke dalam aliran darah, sehingga dapat berguna sebagai penanda tumor untuk memantau perkembangan kanker. Carbohydrate Antigen 19-9 (CA 19-9) merupakan substansi yang dihasilkan oleh sel-sel kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada pemeriksaan darah. Penanda tumor CA 19-9 sebenarnya ditemukan sebagai sebuah antibodi monoklonal dari tikus coba yang disuntikkan sel kanker kolorektal. Epitop CA 19-9 juga secara normal terdapat pada traktus bilier. Sehingga, bila ada penyakit traktus bilier, kadar CA 19-9 juga dapat meningkat. c. Pemeriksaan Laboratorium Cara mendeteksi kanker pankreas, apabila ada dugaan terkena kanker pankreas, scan CT pada bagian perut perlu dilakukan. Scan MRI juga mungkin dilakukan untuk membantu dokter melihat pankreas dalam bentuk visual, sehingga dapat membantu memutuskan prosedur pengobatan. Juga pemeriksaan pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver. Prosedur ERCP (endoscopic retrograde cholangio pancreatography) biasanya dilakukan apabila kanker pankreas sudah terdiagnosa positif. Prosedur ini menggunakan kamera fiberoptik untuk melihat ke dalam lambung dan usus kecil di mana terdapat saluran yang mengarah kepada pankreas. Cairan X-Ray disuntikkan ke dalam saluran pankreas sehingga organ tersebut dapat diambil gambarnya, sehingga keabnormalan saluran pankreas dapat diidentifikasi. Selama prosedur ECRP, sebagian jaringan akan diangkat untuk keperluan biopsi. Suatu biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk dokter untuk mengetahui apakah kanker hadir. Pada suatu biopsi, dokter mengangkat beberapa jaringan- jaringan dari pankreas. Mereka diperiksa dibawah sebuah mikroskop oleh seorang ahli patologi, yang memeriksa untuk sel- sel kanker. 5. Cancer 12-5 (Ca-12-5) a. Pengertian CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA- 125 yang tinggi bisa menjadi tanda kanker atau kondisi lain. CA- 125 tes tidak digunakan sendiri untuk mendiagnosa kanker ovarium. b. Patofisiologi
Mucin-16 (MUC-16) juga dikenal sebagai penanda tumor
terkait kanker ovarium CA 125 adalah protein yang pada manusia dikodekan oleh gen Mucin-16 (MUC-16). MUC-16 telah menemukan aplikasi sebagai penanda tumor atau biomarker yang mungkin meningkat dalam darah beberapa pasien dengan jenis kanker tertentu, terutama kanker ovarium , atau kondisi jinak lainnya. Pengujian kadar CA-125 dalam darah telah diusulkan bermanfaat dalam mengobati kanker ovarium . Meskipun tes ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi wanita yang sudah diketahui mengidap kanker ovarium, tes CA-125 belum terbukti berguna sebagai metode skrining karena ketidakpastian korelasi antara kadar CA-125 dan kanker. Selain kanker ovarium, CA-125 dapat meningkat pada pasien yang memiliki kondisi seperti kanker endometrium, kanker saluran tuba, kanker paru-paru, kanker payudara, dan kanker saluran cerna. Hal ini juga dapat meningkat pada wanita hamil. Karena beragamnya kondisi yang dapat meningkatkan kadar serum, CA-125 tidak digunakan untuk mendeteksi kanker, namun sering digunakan untuk memantau respons terhadap kemoterapi, kekambuhan, dan perkembangan penyakit pada pasien kanker ovarium. MUC16 juga dianggap berpartisipasi dalam interaksi sel ke sel yang memungkinkan metastasis sel tumor. Hal ini didukung oleh bukti yang menunjukkan bahwa MUC16 berikatan secara selektif dengan mesothelin , suatu glikoprotein yang biasanya diekspresikan oleh sel mesothelial peritoneum (selaput rongga perut). Interaksi MUC16 dan mesothelin diperkirakan memberikan langkah pertama dalam invasi sel tumor pada peritoneum. Wilayah (residu 296–359) yang terdiri dari 64 asam amino di ujung N mesothelin permukaan sel telah secara eksperimental ditetapkan sebagai domain pengikatan fungsional (bernama IAB) untuk MUC16/CA125. Imunoadhesin (HN125) yang terdiri dari domain IAB mesothelin dan bagian Fc manusia memiliki kemampuan untuk mengganggu adhesi sel kanker heterotipik yang dimediasi oleh interaksi MUC16-mesothelin. Mesothelin juga ditemukan diekspresikan pada beberapa jenis kanker termasuk mesothelioma , kanker ovarium dan karsinoma sel skuamosa. Karena mesothelin juga diekspresikan oleh sel tumor, MUC16 dan interaksi mesothelial dapat membantu pengumpulan sel tumor lain ke lokasi metastasis, sehingga meningkatkan ukuran metastasis. c. Pemeriksaan Laboratorium CA-125 diproduksi pada permukaan sel dan dilepaskan dalam aliran darah. CA 125 adalah penanda tumor untuk kanker ovarium dan kadangkala juga kanker rahim, karena CA 125 akan diproduksi oleh sel kanker dari ovarium (indung telur) dan rahim, dan masuk ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi dari pemeriksaan laboratorium. Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA- 125 terhadap Kanker ovarium (indung telur) memiliki keterbatasan. Untuk spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada kanker ovarium, juga dapat ditemukan pada jenis kanker lainnya, seperti kanker endometrium, saluran indung telur, paru, payudara, dan pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan endometriosis, menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan disekitar organ produksi. Untuk sensitifitas, juga ada keterbatasan, karena sekitar 20% kasus kanker ovarium tidak terjadi peningkatan CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap awal mengalami peningkatan CA-125. Namun tes CA-125 ini dapat dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami peningkatan, sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya. Nilai normal CA-125 : 0-35 U / mL. 6. Cancer Antigen 15-3 (Ca 15-3) a. Pengertian Cancer antigen 15-3 (Ca15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat. b. Patofisiologi Gen Mucin 1(MUC1) yang mengkode ekspresi Cancer Antigen 15-3 (CA 15-3) serum diketahui memiliki fungsi sebagai onkoprotein. MUC1 ikut dalam aktivasi jalur yang berperan dalam pertumbuhan, proliferasi dan metabolisme sel kanker sehingga mempengaruhi derajat histopatologi kanker payudara. Antigen kanker 15-3 (CA15-3) adalah protein yang dibuat oleh berbagai sel, terutama sel kanker payudara. Protein bergerak ke dalam darah, di mana ia dapat diukur. CA15-3 adalah penanda tumor. Ini digunakan untuk memeriksa bagaimana pengobatan kanker payudara bekerja dan mencari kanker yang kembali, atau kambuh, setelah pengobatan. Secara umum, semakin tinggi kadar CA15-3 dalam darah, semakin banyak kanker yang ada di dalam tubuh. Tingkat tertinggi ketika kanker payudara telah menyebar ke tulang, hati atau keduanya. Jika tingkat CA15-3 turun atau kembali normal, itu mungkin berarti pengobatan berhasil. Jika tingkat meningkat dari waktu ke waktu, itu mungkin berarti bahwa kanker tidak merespon dengan baik terhadap pengobatan, masih tumbuh atau datang kembali (berulang). 7. Alkali Fosfatase (ALP) a. Pengertian Alkali Fosfatase (ALP) adalah enzim dalam aliran darah yang bertugas membantu memecah protein dalam tubuh. Organ hati menjadi salah satu sumber utama ALP. Kandungannya juga terdapat di tulang, usus, pankreas, dan ginjal. b. Patofisiologi
Sebagian besar aktivitas ALP serum normal berasal dari
tulang dan hati. Di tulang, enzim melekat pada permukaan luar membran sel osteoblas dan dilepaskan ke dalam serum yang meningkat seiring dengan aktivitas osteoblastik seperti yang diamati pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, patah tulang, neoplasma tulang, osteomalasia, dan terutama penyakit Paget. Pada manusia, ALP adalah keluarga dari empat isoenzim dengan urutan asam amino berbeda yang menunjukkan bahwa empat gen berbeda mengkode ALP. Keempat isoenzim ini umumnya diidentifikasi berdasarkan jaringan asal utamanya: plasenta, usus, sel germinal, dan “jaringan non-spesifik”, dinamakan demikian karena konsentrasi tinggi isozim ini ditemukan di hati, tulang, dan ginjal. Meskipun komposisi asam amino serupa, isoenzim non spesifik dapat dibedakan satu sama lain karena perbedaan kandungan karbohidrat, suatu modifikasi pasca-translasi. Meskipun ALP tulang dan hati umumnya disebut sebagai isoenzim, tata nama yang tepat mengidentifikasinya sebagai isoform dari isoenzim non-spesifik jaringan. ALP berlabuh ke membran melalui molekul, fosfoinositol. Mekanisme pelepasan enzim dari membran untuk memasuki serum meningkatkan jumlah isoform serum potensial. ALP dapat bersirkulasi dalam berbagai bentuk: sebagai enzim dasar (“larut”) yang memiliki berat molekul sekitar 140 kd, enzim yang melekat pada molekul penahan, atau dalam bentuk berat molekul tinggi di mana enzim tetap melekat pada membran sel. bahan dalam bentuk vesikel. Bentuk vesikuler dikenal sebagai ALP makrohepatik, yang berbeda dengan ALP terikat globulin yang jarang, yang sering disebut sebagai makro- ALP. 8. Beta Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) a. Pengertian Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) adalah hormon glikoprotein yang disekresikan oleh plasenta yang sedang berkembang tidak lama setelah fertilisasi. Pada saat periode menstruasi pertama terlewatkan, konsentrasi HCG dalam serum dan urin sekitar 100 mlU/ml. Konsentrasi tersebut akan meningkat dua kali lipat setiap dua hari. Tingkat konsentrasi HCG tertinggi (sekitar 100.000 mlU/ml) terlihat di akhir trimester pertama kehamilan. Kehadiran awal HCG dalam urin telah membuat HCG dipilih menjadi penanda untuk deteksi kehamilan. Sejumlah kondisi selain kehamilan, termasuk penyakit trophoblastic, chorionic epithelioma, hydatid mole dan non- trophoblastic neoplasma dapat meningkatkan tingkat HCG urin sehingga menyebabkan hasil false positive (positif palsu). Ekskresi HCG sering menurun pada kasus kehamilan rahim tambahan, kehamilan toxemia, atau terancam aborsi. Hasil pemeriksaan ini dapat diterima jika didukung dengan bukti klinis. b. Patofisiologi
Beta-hCG atau hormon hCG adalah hormon glikoprotein
yang dibentuk oleh sel-sel trofoblast embrio, khususnya sinsitiotrofoblast. Hormon ini terdiri dari dua subunit rantai, yakni alfa (α) dan beta (ß). Subunit beta hanya dimiliki oleh hormon hCG, sedangkan subunit alfanya identik dengan subunit afla dari hormon lain. Beberapa jaringan abnormal, tumor, dan kanker juga dapat menghasilkan hCG, sehingga tes hCG berguna sebagai penanda tumor . Tes ini mengukur jumlah hCG utuh, dan terkadang subunit beta hCG, dalam darah. Peningkatan kadar hCG terlihat pada penyakit trofoblas gestasional dan beberapa tumor sel germinal (jinak dan kanker). Jika hCG meningkat dengan kondisi tersebut, maka tes hCG dapat digunakan sebagai alat diagnostik dan pemantauan. Penyakit trofoblas gestasional (GTD) adalah sekelompok jenis tumor yang berkembang di rahim wanita dari lapisan sel yang mengelilingi embrio yang menciptakan plasenta selama kehamilan normal (trofoblas) dan menghasilkan hCG. GTD biasanya terjadi pada awal kehamilan setelah sel telur dibuahi, namun alih-alih mendukung pertumbuhan janin, sel-sel tersebut membentuk massa jaringan yang tidak normal. Dalam kebanyakan kasus, tumor tersebut bersifat jinak, namun pada sebagian kecil orang, tumor tersebut bersifat kanker. Menurut American Cancer Society, GTD terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 kehamilan. Hal ini juga dapat terjadi setelah kehamilan normal atau setelah keguguran atau aborsi. Pada pemeriksaan kehamilan, sampel urin harus disimpan pada wadah yang bersih, kering, bebas dari detergen dan bahan pengawet. Urin pertama pada pagi hari lebih sering dijadikan sampel karena mengandung konsentrasi HCG tertinggi, tetapi pengambilan sampel urin pada waktu lain masih dapat digunakan. Urine yang keruh harus disentrifugasi terlebih dahulu sebelum diuji. Pemeriksaan HCG ini berdasarkan reaksi aglutinasi yang terjadi antara partikel lateks yang dilapisi antibodi anti-HCG dengan HCG yang terkandung dalam sampel. HCG dalam sampel akan menunjukkan pembentukan matriks aglutinasi yang secara visual dapat dibedakan dengan mudah dari kontrol negatif. Dibutuhkan konsentrasi HCG urin yang lebih tinggi dari 200 lU/ml untuk mendapatkan hasil positif. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika aglutinasi terbentuk selama dua menit, tetapi jika aglutinasi tidak terbentuk selama dua menit maka hasil dinyatakan negatif. DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Imaduddin Nur Ichsan, Rahmat Bakhtiar, Emil Bachtiar Moerad,
Hadi D Irawiraman A (2020). Hubungan Kadar Carcinoembryonic Antigen (CEA) Dengan Subtipe Histologi Kanker Paru Di Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda. Ninuk Dwi Ariningtyas (2018). Ca 125 Dan Pemakaian Klinis Dalam Penatalaksanaan Kanker Ovarium. Qanun Medika. Ondrej Kubecek, Jan Laco, Jiri Spacek, Jiri Petera (2017). The Pathogenesis, Diagnosis, And Management Of Metastatic Tumors To The Ovary: A Comprehensive Review. Clin Exp Metastasis. Panca Bayu, Exsa Hadibrata, Ramadhan Triyandi, Rizki Hanriko. 2021. Hubungan Kadar Prostate Specific Antigen (PSA) Dengan Derajat Histopatologi Kanker Prostat Di Rsud Dr. H. Abdoel Moloek Provinsi Lampung Periode 2019-2020. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Patricia Gita Naully Gina Khairinisa (2018). Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi Untuk D3 Teknologi Laboratorium Medik. Stikes Jenderal Achmad Yani. Cimahi. Theresia Indah Budhy (2019). Mengapa Terjadi Kanker. Airlangga University Press. Surabaya.