Perkebunan Kopi Arabika PDF
Perkebunan Kopi Arabika PDF
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
b. Tujuan
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
2. Koperasi
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
4. Bank
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.
Hal-hal yang dipaparkan dalam aspek pemasaran ini, terdiri dari peluang
pasar, produksi (sebagai pendekatan sisi penawaran) dan situasi persaingan.
Dalam hal ini, perlu dijelaskan bahwa terdapat sejumlah aspek yang perlu
mendapat perhatian.
Harga jual kopi yang diterima pelaku pasar kopi dalam jangka panjang
terbukti fluktuatif disebabkan kondisi permintaan dan penawaran di pasar
internasional. Khusus untuk Indonesia saat ini, harga yang diterima oleh
para produsen sangat dipengaruhi oleh depresiasi rupiah terhadap dollar
Amerika, sehingga perhitungan kelayakannya perlu mempertimbangkan
kemungkinan penurunan harga sehubungan dengan apresiasi rupiah di masa
depan.
Tabel 1.
Realisasi Ekspor Kopi dari Indonesia
Tahun Volume / Nilai Ekspor
Volume (ton) 442.161
1990
Nilai (ribu US $) 377.201
Volume (ton) 380.656
1991
Nilai (ribu US $) 372.416
Volume (ton) 259.349
1992
Nilai (ribu US $) 236.775
Volume (ton) 349.916
1993
Nilai (ribu US $) 344.208
Volume (ton) 289.303
1994
Nilai (ribu US $) 745.803
Volume (ton) 230.199
1995
Nilai (ribu US $) 606.469
Volume (ton) 366.602
1996
Nilai (ribu US $) 595.268
Namun demikian, dalam kurun waktu yang sama nilai ekspornya meningkat
dari US$ 377.201.000 pada tahun 1990, menjadi US$ 577.914.000 pada
tahun 1997. Suatu peningkatan US$ 200.713 dalam kurun waktu 7 tahun.
Peningkatan nilai ekspor ini disebabkan oleh peningkatan harga kopi (lihat
Tabel 2) kualitas kopi yang diekspor dan adanya suatu usaha pengolahan
kopi mentah (green beans) menjadi kopi masak (roasted beans) dan kopi
bubuk.
Permintaan biji kopi di pasaran dunia cukup tinggi, yaitu sekitar 5,5 juta ton,
tetapi 70% kopi yang diminta adalah dari jenis arabika dan kopi jenis ini
hanya 5% dari produksi kopi di Indonesia. Kopi Arabika selain banyak
diminta pasar luar negeri, juga harganya lebih tinggi dari kopi robusta,
bahkan pada tahun 1997, harga kopi tersebut lebih tinggi US$ 2,54 (lihat
Tabel 2). Melihat potensi tersebut pemerintah berupaya untuk meningkatkan
pangsa produksi kopi arabika sampai 30%. Untuk itu pemerintah, melalui
Dirjenbun telah melakukan usaha-usaha peningkatan produktivitas dan
ekstensifikasi kebun kopi.
Tabel 3.
Perkembangan Rata-rata Bulanan Harga Kopi
di Beberapa Kota di Indonesia
(dalam Rp/kg)
Jenis 1997 1998
Kota
Mutu Des Jan Mar Apr Mei Jun Jul Agt
Medan 4.900 4.900 - 4.900 - - - -
Arabika
U. Pandang 11.353 16.841 23.417 25.417 30.000 30.000 30.667 31.000
Medan 3.100 3.100 - - - - - -
Robusta
Surabaya U. 7.589 9.402 15.700 17.125 18.042 18.042 22.000 22.750
Mutu I
Pandang 3.875 6.563 16.000 19.333 19.000 19.000 22.000 22.000
Bdr Lampung 5.520 6.508 11.700 12.050 15.500 15.500 20.067 16.500
Mutu IV
Surabaya 5.692 6.767 9.875 11.323 13.125 13.125 17.917 18.250
Mutu VI Bdr Lampung 5.413 6.438 10.800 12.200 13.600 13.600 19.067 16.100
Palembang 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 15.500 15.500
Asalan
Bdr Lampung 4.867 5.953 9.500 10.800 11.783 11.783 13.533 13.250
Sumber : Badan Agribisnis Deptan www.fintrac.com/indag/,11/08/1998
b. Produksi Kopi
Tabel 4.
Luas Areal Dan Produksi Kopi di Indonesia
Tahun Keterangan Nilai
Luas Areal (ha) 1.069.848
1990
Produksi (ton) 412.767
Luas Areal (ha) 1.119.854
1991
Produksi (ton) 428.305
Luas Areal (ha) 1.133.898
1992
Produksi (ton) 436.930
Luas Areal (ha) 1.147.567
1993
Produksi (ton) 438.868
Luas Areal (ha) 1.140.385
1994
Produksi (ton) 450.191
Luas Areal (ha) 1.167.511
1995
Produksi (ton) 457.801
Luas Areal (ha) 1.178.363
1996*)
Produksi (ton) 478.851
Luas Areal (ha) 1.179.843
1997**)
roduksi (ton) 485.889
Keterangan : *) Angka sementara **) Angka estimasi per 11 Maret 1998.
Sumber : Website Deptan www.deptan.go.id
Tabel 5.
Luas Panen Perkebunan Kopi di Beberapa Negara (ha)
Tahun Brazil Cote 'd Colombia Indonesia Mexico Dunia
Ivoire
1990 2.905.818 1.323.900 1.000.000 746.759 587.235 11.308.960
1991 2.767.439 1.215.000 1.020.000 760.308 643.264 11.169.320
1992 2.498.489 1.220.000 1.085.000 793.000 686.222 10.968.100
1993 2.257.197 1.225.000 955.000 810.000 697.839 10.570.840
1994 2.097.650 1.385.000 926.000 797.000 741.311 10.521.870
1995 1.868.027 1.415.000 1.042.541 810.000 724.974 10.572.160
1996 1.989.890 1.405.000 965.000 810.000 745.386 10.677.660
1997 2.036.460 1.405.000 1.041.480 800.000 750.541 10.748.880
Sumber : FAO, http://www.fao.org
c. Situasi Persaingan
Produksi kopi dunia pada tahun 1998/1999 diperkirakan akan mencapai 6,45
juta ton (107, 5 ribu karung), lebih tinggi 14% dari angka yang diperbarui
untuk tahun 1997/1998. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 2,14 juta ton
berasal dari Brasilia dan 396 ribu ton (6.600 ribu karung) dari Indonesia
(lihat Tabel 6). Kopi yang diekspor oleh negara-negara penghasil kopi
diperkirakan akan mencapai 4,87 juta ton atau meningkat 7% dari tahun
sebelumnya.
Ditinjau dari aspek pasar, peningkatan produksi dan ekspor dari negara
penghasil kopi tersebut akan menurunkan harga kopi di pasaran dunia.
Harga kopi arabika dari Brasilia di pasar (spot market) New York pada bulan
mei 1998 adalah US$ 1,25/lb (US$ 2,5/kg), lebih rendah 12% dari bulan
sebelumnya dan turun 41% dibandingkan bulan Mei 1997.
Tabel 6.
Perkiraan Produksi Kopi Dunia (green beans)
oleh USDA (satuan dalam ribuan karung @ 60 kg)
Wilayah dan
1995/96 1996/97 1997/98 1998/99
Negara
NORTH
19.387 19.265 18.693 18.410
AMERIKA
SOUTH
34.712 43.250 38.390 51.375
AMERKA
AFRIKA 18.491 20.274 17.563 18.257
ASIA
Tabel 7.
Nilai Ekspor Kopi Mentah (raw coffee) dari 35 Negara Pengekspor Kopi ke
Amerika Serikat Sampai Bulan Mei 1998 (ribu US$)
CALENDER YEARS (JAN-DEC) JANUARY - MAY
1997 COMPARISONS
1997
IMPOR MARKET RANK 1997 1998
LEADING 35 COUNTRY SUPPLIER
COLOMBIA 1 656.539 222.909 254.100
MEXICO 2 545.814 365.244 309.768
BRAZIL 3 450.081 162.379 102.429
GUATEMALA 4 393.688 203.239 186.327
PERU 5 168.191 9.964 21.785
INDONESIA 6 139.684 36.442 36.945
COSTA RICA 7 126.013 45.158 83.304
VIETNAM 8 104.031 69.342 76.726
EL SAVADOR 9 100.433 41.480 66.954
HONDURAS 10 67.772 46.395 101.854
Dalam aspek ini hal yang perlu diperhatikan antara lain pengadaan bibit yang
harus menggunakan bibit bersetifikat, terutama apabila proyek membutukan
bibit dalam jumlah besar. Untuk itu perlu kerja sama dengan Dinas
Perkebunan setempat atau langsung menghubungi Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao di Jember. Demikian juga dalam hal kerawanan menghadapi serangan
penyakit. Selain itu, karena kopi Arabika mensyaratkan ketinggian lokasi
tertentu disamping persyaratan teknis lainnya, maka penentuan lokasi
proyek harus dikaji secara cermat.
Curah hujan yang optimum untuk kopi (arabika dan robusta) adalah pada
daerah-daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata 2.000 - 3.000 mm
per tahun, mempunyai bulan kering (curah hujan <100 mm per bulan)
Angin berperan dalam membantu proses perpindahan serbuk sari bunga kopi
dari tanaman kopi yang satu ke lainnya. Kondisi ini sangat diperlukan
terutama untuk jenis kopi yang self steril.
Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan
kaya bahan organik. Selain itu, tanaman kopi juga menghendaki tanah yang
agak masam, yaitu dengan pH 4,5 - 6 untuk robusta dan pH 5,0 - 6,5 untuk
kopi arabica.
b. Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penanaman kopi dapat berasal dari lahan
alang-alang dan semak belukar, lahan primer atau lahan konversi.
Pada lahan alang-alang dan semak belukar, cara pembukaan lahan dilakukan
dengan pembabatan secara manual atau dengan menggunakan herbisida.
Pada lahan primer dilakukan dengan cara menebang pohon-pohon,
sedangkan yang dari lahan konversi dilakukan dengan menebang atau
membersihkan tanaman yang terdahulu.
Tabel 8.
Dosis Pemupukan Tanaman Kopi (gram/poho/tahun)
Tahun ke Urea TSP KCl
1 2 x 25 2 x 20 2 x 20
2 2 x 50 2 x 40 2 x 40
3 2 x 75 2 x 60 2 x 40
4 2 x 100 2 x 80 2 x 40
5 - 10 2 x 150 2 x 120 2 x 60
> 10 2 x 200 2 x 160 2 x 80
Sumber : Buku Kegiatan Teknis Operasional Budidaya Kopi, Dit Jen
Perkebunan,1996
Pemberian pupuk buatan dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan
akhir musim hujan, dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah
(sekitar 10 - 20 cm dari permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling
tanaman. Dosis pemupukan mulai dari tahun pertama sampai tanaman
berumur lebih dari 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Adapun pemberian
pupuk kandang hanya dilakukan Tahun 0 (penanaman pertama).
e. Pengendalian Hama
Hama yang sering menyerang tanaman kopi, adalah penggerek buah kopi
(Stephanoderes hampei), penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus
morigerus dan Compactus), kutu dompolan (Pseudococcus citri), kutu
lamtoro (Ferrisia virgata), kutu loncat (Heteropsylla, sp) dan kutu hijau
(Coccus viridis).
f. Pemanenan
Ada empat tahap pemangkasan tanaman kopi yang sering dilakukan, yaitu
pemangkasan pembentukan tajuk, pemangkasan pemeliharaan,
pemangkasan cabang primer dan pemangkasan peremajaan.
Panen
Tanaman kopi yang terawat dengan baik dapat mulai berproduksi pada umur
2,5 - 3 tahun tergantung dari lingkungan dan jenisnya. Tanaman kopi
robusta dapat berproduksi mulai dari 2,5 tahun, sedangkan arabika pada
umur 2,5 - 3 tahun.
Jumlah kopi yang dipetik pada panen pertama relatif masih sedikit dan
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai
mencapai puncaknya pada umur 7 - 9 tahun. Pada umur puncak tersebut
produksi kopi dapat mencapai 9 - 15 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi
robusta dan 5 - 7 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi arabika. Namun
demikian, bila tanaman kopi dipelihara secara intensif dapat mencapai hasil
20 kuintal kopi beras/ha/tahun.
g. Pasca Panen
Tanaman kopi ditanam untuk menghasilkan buah kopi yang fungsi utamanya
digunakan sebagai bahan minuman penyegar. Dengan demikian penanganan
pasca panen yang baik akan menentukan kualitas biji kopi yang dihasilkan.
Pengolahan biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara basah (wet
process) dan cara kering (dry process). Pengolahan cara basah (mutu WIB)
memerlukan proses yang cukup memakan waktu dan tenaga, antara lain
dengan melakukan proses fermentasi biji, sehingga hanya dilakukan di
perkebunan besar. Sedangkan cara kering (mutu OIB) untuk perkebunan dan
GB untuk rakyat), umumnya dilakukan oleh petani karena prosesnya yang
lebih sederhana dari pada proses basah. Kedua cara tersebut akan
menentukan kualitas kulit tanduk dan kulit arinya, baik yang diproses
dengan cara kering dan cara basah dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.
Analisa ini diharapkan akan dapat menjawab apakah para petani plasma
akan mendapatkan nilai tambah dari proyek ini, serta mampu
mengembalikan kredit yang diberikan oleh bank dalam jangka waktu yang
wajar.
Perhitungan ini didasarkan pada kelayakan usaha setiap petani dengan luas
lahan 2 ha yang akan melakukan ekstensifikasi ataupun intensifikasi kebun
kopinya.
Skim kredit yang digunakan dalam analisa keuangan ini adalah skim Kredit
Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) dengan bunga 16% per tahun.
Untuk ekstensifikasi, selama tanaman belum menghasilkan plasma diberikan
masa tenggang (grace period) dengan bunga pinjaman 14% per tahun.
Pembayaran angsuran kredit (bunga dan pokok) untuk proyek ekstensifikasi
dimulai pada waktu tanaman petani sudah menghasilkan, yaitu pada tahun
ketiga; sedangkan untuk proyek intensifikasi angsuran kredit (bunga dan
pokok) dilakukan pada tahun itu juga (pada saat panen).
Tabel 12.
Kebutuhan Biaya Kebun Kopi Arabika
Nilai (Rp per 2 Ha)
Kebutuhan Biaya
Ekstensifikasi Intensifikasi
A. INVESTASI TANAMAN
- Tahun 0 (TBM 0) 13.667.580 10.160.610
- Tahun 1 (TBM 1) 2.664.600 1.998.450
- Tahun 2 (TBM 2) 2.509.200 1.881.900
Jumlah Investasi Tanaman 18.841.280 14.040.960
Tabel 13.
Kebutuhan Dana untuk Intensifikasi Kebun Kopi Arabika
Nilai Sumber Dana (Rp/ha)
Kebutuhan Biaya
(Rp/ha) Perbankan Sendiri
Sarana Produksi
- Pukuk 668.800 668.800 0
- Pestisida + 218.250 218.250 0
angkutan
Peralatan pertanian 885.100 885.100 0
Investasi Lainnya 88.370 88.370 0
Tenaga kerja 678.400 217.600 460.800
Jumlah 2.538.920 2.078.120 460.800
d. Neraca
Dengan mengatur seluruh dana pembiayaan dari bank dan adanya grace
period selama 2 tahun (untuk proyek Ekstensifikasi), maka selama masa
proyek berlangsung tidak terjadi defisit anggaran. Petani dapat
mengembalikan pokok dan bunga pinjaman dalam waktu yang telah
ditentukan yaitu selama 5 tahun, dimulai pada tahun ke-3 hingga tahun ke-
7. Setelah tahun ke-8 petani sudah dapat mandiri, artinya dari tabungan
mereka dapat membiayai sendiri usahanya. Secara rinci proyeksi Arus Kas
tersebut dapat dilihat pada Lampiran A-03.
Untuk menilai kelayakan proyek ini digunakan kriteria Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C), Break Even
Point (BEP) dan Pay-back Period, seperti tampak pada Tabel 16.
Tabel 16.
Kriteria Kelayakan Usaha Kebun Kopi Rakyat
Kriteria Kelayakan Ekstensifikasi Intensifikasi
NPV (df = 16%) Rp. 10,36 juta Rp. 35,67 juta
Net B/C 5,03 7,8
IRR 28,27% 63,67%
BEP 1,927 kg 427 kg
Pay back Period 4 tahun 8 bulan 2 tahun 8 bulan
f. Analisis Sensitivitas
Hasilnya untuk proyek Ekstensifikasi dapat dilihat pada Tabel 17, sedangkan
untuk proyek Intensifikasi dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 17.
Analisa Sensitivitas untuk Proyek Ekstensifikasi
No Harga Jual Kopi B/C IRR Payback Period
Tabel 18.
Analisa Sensitivitas Untuk Proyek Intensifikasi
No Harga Jual Kopi B/C IRR Payback Period
1. Normal (sesuai asumsi) 7,8 63,67% 2 tahun 8 bulan
2. Harga jual Rp. 3.250,-/kg 7,11 58,22% 3 tahun
3. Harga jual Rp. 3.000,-/kg 6,42 52,69% 3 tahun 2 bulan
4. Harga jual Rp. 2.500,-/kg 5,05 41,23% 4 tahun 9 bulan
5. Harga jual Rp. 2. 050-/kg 3,81 30,25% 5 tahun 8 bulan
6. Harga jual Rp. 1.500,-/kg 2,30 15,34% 7 tahun 7 bulan
Seperti tampak pada Tabel 6 dan Tabel 7, agar usaha ini layak secara
finansial, maka tingkat harga jual kopi (biji basah) minimal Rp. 2.250/kg
untuk Proyek Ekstensifikasi dan Rp. 1.500/kg untuk Proyek Intensifikasi.
Secara lebih luas proyek perkebunan ini akan memberikan dampak positif
terhadap peningkatan aktivitas perekonomian daerah setempat, seperti
peningkatan jasa transportasi, jasa perdagangan dan aktivitas ekonomi
lainnya, serta peningkatan perolehan devisa negara, karena komoditas kopi
ini termasuk salah satu komoditas ekspor.
b. Dampak Lingkungan