Fi.*"
ffi
jtl
iii
Prakata
AP 9539.11 .2008
Penulis: Dr. lr. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr dan lr. Zainal Abidin Penyunting: Tetty Yullia & MulYono Desain Sampul: Ug't Tata Letak: Setia Nawos
Fotografer: Eddy Targo Penerbit: AgroMedia Pustaka Redaksi: Jl. H. Montong No. 57. Ciganjur, Jagakarsa Jakarta Selatan 12630 Telp. (021) 7B8B 3030, ext.213,214,215,2"16
Faks. (02'l) 727 0996 E-mai I : redaksi @agromedia. net
Begitu banyak buku tentang kambing, tetapi yang membahas mengenai kambing tipe dwiguna (dualpurposes) sebagai penghasil susu dan daging, apalagi di
Distributor Tunggal:
PT.
literatur berupa buku dan jurnal ilmiah yang kami peroleh, terutama yang berkaitan dengan kambing Iipe dual pu,rposes (milk and meat purposes), cukup memadai. ltulah sebabnya, buku ini kami tulis dengan bersandar dari banyak buku atau jurnal ilmiah itu, yang kebanyakan terbit di luar negeri. Beberapa jurnal yang
terbit di dalam negeri, turut pula menjadi sumber telaah
AgroMedia Pustaka
3334
3,f angerang1522
:
Hak cipta dilindungi undang-undang Buku ini tersedia secara online di www.agromedia.net
berdomisili di Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah, yang sudah terkenal sebagai sentra penghasil
sebagai
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sodiq, Akhmad meningkatkan produksi susu kambing peranakan etawa./ Dr. lr. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr dan lr. Zainal Abidin; Penyunting; Tetty Y.--Cet 1Jakarta :AgroMedia Pustaka, 2008
kambing perah. Tidak sedikit kambing PE yang keluar dari tempat ini, kemudian dipelihara secara\khusus untuk menghasilkan susu di tempat lain, meskipun kambing PE sangat jarang dipelihara sebagai kambing
perah di kecamatan ini. Penjaringan informasi juga dilakukan kepada kelompok tani di luar sentra pembibitan, yaitu kelompok tani
vi+128Hal;15x23cm
ISBN : 979-006-209-5
1. Kambing.
L Judul
ternak kambing peranakan etawa Cumelar Banyumas (PECUMAS) yang telah berhasil mengembangkan
ll, Seri
539
**","3katk;rn
Meningk;rtkan Proclr-rksi
Sr-rsu
Kanrbing f'erariakan
et,.*n
[f
penghasil susu dan daging. Para peternak dari anggota kelompok ini menyandang predikat "peternak unggul" dan sudah menerapkan teknologi pakan lengkap (complete-feed) serta sudah memperoleh kepercayaan perbankan dalam akses pembiayaan. Tidak heran,
dengan kelembagaan yang sangat solid kelompok ini dianugrahi "Juara I Tingkat Nasional, Agrobisnis Peternakan Kambing".
5
fi
Bapak Djiman dan kawan-kawan dari Kelompok Peternak Karya Maju
staf dan editor yang menyunting naskah menjadi buku yang layak
baca.
6,
Harapan keberadaan buku ini dapat mewadahi kebutuhan kalangan ABC (Akademik, Businessman, dan Coverment). Bagi kalangan akademik menjadi bahan referensi (mahasiswa dan dosen) berkaitan
dengan kambing tipe dwiguna yang masih sangat langka dalam Bahasa tndonesia. Bagi businessman, merupakan peluang usaha yang prospektif
Riza
Mahendratama serta Susiati, S.Ag, (Een) Endang Purwati, dan Satrio Dwi Wahyan (lan), special warm thank for everything.
7,
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, karena keterbatasan halaman dan daya ingat kami.
Tenpa bermaksud mengecilkan peran mereka, penulis mengambil alih trnggung jawab atas seluruh isi buku ini. Tiada gading yang tak retak. Bersandarkan kaidah keilmuan, bahwa ilmu berkembang dari pendapat dan
lenggahan, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan bukti-bukti nyata, buku ini hadir di hadapan pembaca. Segala kritik dan saran bisa disampaikan
kepada penulis melalui alamat oriza@pacific.net.id atau ke alamat penerbit. Sepahit apa pun kritik yang Anda lontarkan, setidaknya ada satu hal yang
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik dalam menyediakan literatur dan jurnal ilmiah maupun memberikan pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Terima kasih penulis
sampaikan kepada pribadi-pribadi berikut'
perlu penulis syukuri, yaitu perhatian Anda kepada tulisan kami. Belanjutnya, jangan percaya begitu saja kepada kata pengantar. Baca isi buku ini sampai tuntas, kemudian do something, lakukan sesuatu. Jangan
1.
Prof. Dr. Soedito Adjisoedarmo, M. Agr. Sc, seorang mahaguru yang sampai saat ini masih selalu siap membantu segala kesulitan
di
2.
Rekan-rekan
fadl, ya do something. Learning by doing. Semoga Tuhan Yang Maha lllemberikan jalan bagi orang yang mau belajar.
Esa
Soedirman dan Pengelola Program IPTEKDA-LIPl Jakarta, atas inovasi dan fasilitasi pengembangan teknologi pakan Iengkap
3.
(complete feed) untuk kambing peranakan etawa. BapakCarso Abdullah, A.Md.Pt. dan kawan-kawan dari
Tani Ternak Kambing "Pernakan Etawa Cumelar Banyumas (PECUMAS), Desa Cumelar, Kecamatan Cumelar, Kabupaten Banyumas, atas sambutan untuk pemotretan dan pengetahudn
beternak kambing peranakan etawa sebagai ternak dwiguna,
Akhmad Sodiq
Ealnal Abidin
VI
[,'tr-'r rrr
rr I
i .i
Daftar Isi
PRAKATA
111
PETERNAKAN KAMBING DAN PROSPEK SUSU KAMBING DI INDONESTA A. KarakteristikPendukungPeternakan Kambing B. Faktor Penghambat C. Perkembangan Peternakan Kambing dan Prospek Susu Kambing KAMBING SEBAGAI PENGHASIL SUSU A. Asal-usul Kambing B. Kambing Penghasil Susu C. Susu Kambing dan Manfaatnya D. Faktor yang Membedakan Kuantitas dan Komposisi Susu Kambing SIMTEM PERKANDANGAN Fungsi Kandang Kriteria Kandang Kegiatan di Sekitar Kandang
3
5
11 11 72 15 22
28 28 30 38 42
A. B. C.
48
64
A. B. C. C.
Perkembangan Ambing
64
68 70 72 75
PEMELIHARAAN PENGELOLAAN PRODUKSI PENGE NDALIAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT PERENCANAAN DAN ANALISIS USAHA
DAFTAR PUSTAKA
84
95
107
-t
15
kemanusiaan itu sendiri. Bukan suatu kebetulan jika program pembangunan di negara kita mencanangkan pembangunan manusia seutuhnya sebagai tujuan rrlama.
il9
t')(,
t""'"gkatkan Produksi
f,f
Pada era globalisasi sekarang ini, masalah manusia dan kualitas hidupnya merupakan masalah yang terasa semakin menonjol. Era globalisasi diharapkan menjadi
suatu era baru yang akan semakin mementingkan faktor kualitas manusia secara global. Barangkali sekaranglah saat yang tepat untuk menengok kembali, sejauh mana
*r*^
fi
yang kontradiktif. Sampai saat ini, kita belum mampu menghasilkan CPS (grand parent stock atau ayam bibit galur murni) sendiri. Seluruhnya masih diimpor dari luar negeri. Tepung ikan, sampai saat ini pun masih dipasok dari luar negeri. Padahal negeri kita memiliki perairan yang kaya dengan hasil perikanan.
berbagai kemajuan telah dicapai sambil menginventarisii berbagai kesalahan langkah pada masa lalu, kemudian
menata kehidupan untuk hari esok yang lebih baik. Berbagai kekurangan di beberapa sektor perlu dicarifaktor penyebab dan jalan keluarnya. Kesalahan-kesalahan
yang pernah dilakukan pada masa lalu, diupayakan untuk
A. Karakteristik Pendukung
Kambing
Peternakan
Terkait beberapa permasalahan di atas, sudah saatnya kita melakukan sesuatu yang bisa memberikan sumbangan
tidak terulang lagi pada masa kini. Berbagai kemajuan yang sudah dicapai diupayakan untuk terus ditingkatkan, sambil terus mencari peluang-peluang baru yang masih
dapat dikembangkan.
nyata bagi pembangunan subsektor peternakan dan langsung menyentuh masyarakat dengan kemampuan
modal yang terbatas. Usaha peternakan kambing, rasanya
sangat relevan dengan tujuan di atas karena memiliki beberapa karakteristik pendukung sebagai berikut.
ll
Sehubungan dengan hal tersebut, subsektor peternakan dirasakdn perlu mendapat perhatian ekstra. Selama ini, perhatian pemerintah lebih banyak diarahkan kepada program peningkatan produksi hasil-hasil peternakan yang melibatkan para pemodal besar dan sarat subsidi. Hasilnya, subsektor ini, dalam program-program tertentu mampu tumbuh pesat dengan tunjangan subsidi penuh dari pemerintah, tetapi program lainnya lebih banyak berjalan di tempat, jika tidak bisa dikatakan merosot tajam. Sebagai usaha peternakan ayam ras, sejak dilakukan pengenalan kepada masya r<at sejak dekade 1950-an, telah tumbuh pesat dan me,,6gurita. Beberapa
1.
2.
3. 4.
-contoh,
perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat fantasiis dan kini bisa menguasai 907o pasar ayam ras dari hulu ke hilir. Namun, pertumbuhan ini kini terasa masih banyak kekurangannya. Tidak sedikit muncul hal
5.
NdanrIrirr11
l)o|ilrrrhirrr
lrt,rrVrr
ffi
Kulit bisa digunakan untuk bahan baku inclustri
sepatu, tas, dan aneka barang lainnya.
r\,lc:n
nl4katka
r.r Procl rr ks
usu
Ka
nllr
rt
filuw;l
B. Faktor Penghambat
D i I uar karakteri sti k pendu ku ng d i atas, usaha pemel
i
digunal<an
haraan
pal<an
kambing ternyata memiliki beberapa faktor penghambat. Beberapa faktor penghambat yang dimaksud sebagai berikut.
1.
Berkurangnya minat para petani atau peternak untuk memelihara kambing, karena lahan pertanian yang dimi liki semakin menyempit akibat banyak digunakan sebagai lahan permukiman. Karena itu, mereka sulit mencari padang penggembalaan atau bahan pakan
B.
2.
PEI?ANAK,{N
EIAWA. Lebih
mengu ntur-igka r-r karena selairr
rrrenghasilkan
daging,, juga menghaEilk.ln sucu
untuk kambing yang dipeliharanya. Secara alamiah kambing memiliki bau khas yang disebut prengus, sehingga tidak semua orang menyukai daging atau susunya. Padahal, dengan beberapa teknologi sederhana atau penanganan pascapemotongan yang benar, bau tersebut tidak
akan timbul. Adanya anggapan, yang tidak seluruhnya benar, bahwa dagi ng kambi ng mengandu ng kolesterol
ti
3.
nggi,
sehingga tidak baik bagi penderita penyakit darah tinggi. Padahal, berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan di Oklahoma, di masyarakat Amerika telah terjadi perubahan pola konsumsi daging. .lika sebelumnya lebih banyak mengonsumsi daging sapi, berubah menjadi mengonsumsi daging ayam dan ikan. Namun, terjadinya kontaminasi salmonella dan tingginya tingkat retensi hormon daging ayam/ menyebabkan tingkat konsumsinya juga menurun. Begitu juga dalam mengonsumsi ikan setelah terjadi kontaminasi bahan beracun dan pestisida. Daging kambing merupakan alternatif pilihan mereka karena kandungan lemaknya 50-60% lebih rendah daripada lemak sapi atau domba. Begitu pula kadar lemak
*"n',lgkatf:arr
ffi
fi
#i"l:';lek
susu Kambing di
terakhir (2001-2006) cenderung meningkat. Pada tahun 2OO1, jumlahnya 12,46 juta ekor, meningkat menjadi 13,'lB juta ekor pada tahun 2006. Lebih dari setengah populasi kambing di lndonesia tersebar di Pulau Jawa, sedangkan di Pulau Sumatera sekitar setengah dari populasi kambing di Pulau Jawa.
scbagai penghasil susu yaitu kambing PE dan kambing snanen. Kambing etawa diperkenalkan Pemerintah llindia Belanda sejak tahun 1908, dan dikembangkan tlcngan pola grading up. Langkah ini dilakukan dengan lujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat yang dalam ;rcrkembangan selanjutnya dimanfaatkan sebagai ternak <lwiguna, yakni sebagai sumber daging dan susu.
Populasi kambing di Pulau Sumatera dan Jawa ada sekitar 82,7"h dari total populasi kambing yang ada. Sisanya, kurang dari 20"/o tersebar di beberapa pulau,
mulai dari yang paling banyak, yaitu Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, dan Papua. Jawa Tengah
merupakan provinsi dengan populasi ternak kambing terbesar, sedangkan Bangka Belitung merupakan provinsi dengan jumlah populasi terendah.
i
ri
Bangsa utama kambing yang ditemukan di lndonesia adalah kambing kacang dan peranakan etawa (PE). Kambing kashmir, angora, dan saanen telah diintroduksi pada waktu lampau. Namun, hanya kambing etawa yang dapat beradaptasi dengan kondisi dari sistem pertanian lndonesia. Kambing marica merupakan variasi lokal dari kambing kacang yang ditemukan di Sulawesi. Kambing kosta ditemukan di Banten. Kambing gembrong yang berukuran sedang antara kambing kacang dan etawa ditemukan secara khusus di Pulau Bali. Kambing kacang merupakan prolifik, tetapi ukurannya relatif kecil dibandingkan dengan kambing etawa dan peranakan ctawa. Di lndonesia dikembangkan beberapa bangsa kambing
K,rrrrbing kacang bukan tipe kambing perah sehingga ;rnrcluksinya relatip rendah (0,1--0,4 liter/ekor/hari) rlllrrrndingkan produksi susu kambing PE (0,45-2,2 liter/ r,l<orlhari). Panjang masa laktasi sangat beragam yaitu 92-
t]
frf
tj
l{p40.000 per liter, sedangkan harga susu sapi hanya Il'rkisar antara Rpa.000 sampai Rp5.000 sedikit lebih rrr,rlrnl daripada harga eceran air mineral dalam kemasan. ll,rhl<an, di beberapa lokasi peternakan kambing perah, errrllh mulai dikembangkan sistem agrowisata, sehingga ;rt,lcrnakan kambing perah menjadi salah satu tujuan wis,rla. Di tempat-tempat seperti ini, harga susu kambing lrlsir rlijual dengan harga tiga kali lipat daripada harga ltrrsrrilh. Ternyata, yang paling menarik adalah pangsa Jlrl'i,rr suSU kambing masih terbuka luas.
256 hari dengan rataan 156 hari. Dengan pengelolaan yang baik, induk kambing PE mampu berproduksi hingga 200 hari dalam satu tahun. Lama laktasi kambing etawa di lndia berkisar 17O-2O0 hari dengan produksi per hari 1,5-3,5 kg. Rataan produksi susu kambing di lndonesia jauh lebih rendah daripada produksi susu kambing di daerah subtropis yang dapat mencapai 5-6 liter/ekor/hari pada kambing produksi tinggi atau sekitar 2-3liter/ekor/ hari. Total produksi susu 90 hari masa laktasi kambing PE berkisar dari 26-74 kg per ekor dengan rataan a5 kg
per ekor.
Ditinjau dari aspek pasar, pengembangan agrobisnis kambing mempunyai prospek yang cukup baik untuk
dikembangkan. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi di dalam negeri saja diperlukan tidak kurang dari 5,6 juta ekor/tahun. Ditambah dengan
perm intaan dari luar negeri, seperti
Malaysia, Brunei
il[
. Darussalam,
dan Arab Saudi, kebutuhan tersebut semakin sulit untuk dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji pada hari raya ldul Adha, pemerintah Arab Saudi memerlukan kambing dan l domba sebanyak 2,5 juta ekor/tahun. I Sementara itu, Malaysia dan Brunei Darussalam memerlukan 200 ribu/ tahun. Namun demikian, hampir semua potensi permintaan ekspor tersebut belum dapat dipenuhi.
"
lf
.''
r\
AN4
Nl
'rr
J.l5)l;,,'11;ij:;::l['ffi i'::]
j,T:
Selain itu, dilihat dari aspek harga, .susu kambing PE memiliki harga lebih tinggi dibandingkan harga susu sapi. Hingga Oktober 2008, harga susu kambing di tingkat konsumen di luar Jakarta sudah mencapai Rp20.000--
lrrrkrrxrsia, hampir 90% kambing dipelihara untuk flfrr,rrr rnunghasilkan daging. Tentunya, kenyataan ini FdnH,ll irorris deng,an fakta bahwa di negeri ini populasi pel,rrr,rl<irrr l<lrnbing ctawa tcrmasul< tcrbesar di dunia,
*"","gkatkan
rtawa
ffi
dan seperti diketahui kambing etawa adalah kambing penghasil susu yang cukup potensial. Di luar negeri, seperti di lndia, kambing etawa juga dipelihara sebagai penghasil susu yang produktif. Rata-rata produksinya adalah 235 kg per masa laktasi (261 hari). Produksi susu
kambing memberikan sumbangan sebesar 35% terhadap produksi susu di dunia. Keberadaan kambing PE di lndonesia memiliki sejarah yang cukup panjang dibandingkan dengan ternak-ternak lainnya. Pada dekade 192}-an, pemerintah Belanda melakukan impor pprtama kambing etawa yang lebih terkenal dengan sebutan kambing benggala, dari lndia, dan menitipkannya kepada para petani. Wilayah Perbukitan Menoreh (sekarang Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo) menjadi pilihan utama karena kondisi alam yang sangat mendukung.
ljj
11
produk yang cukup tinggi merupakan faktor pendorong mulai berkembangnya usaha peternakan kambing perah di beberapa wilayah di Pulau Jawa, seperti Bogor flawa Barat), Kulonprogo (Yogyakarta), dan Crati (Jawa Timur). Peternakan kambing dengan tujuan utama sebagai penghasil susu, mulai dikembangkan pada awal tahun 2000. Ketika itu, belum banyak peternak melakukannya mengingat berbagai teknik pengelolaan masih serba cobacoba. Setelah berjalan hampir delapan tahun, peternakan kambing sebagai penghasil susu sudah mulai menemukan bentuk terbaiknya. Beberapa peternak atau kelompok peternak sudah mulai mengembangkannya ke skala usaha yang lebih besar. Di Bogor, Sukabumi, Bandung, dan beberapa lokasi di Pulau Jawa, sudah banyak peternak mandiri yang memiliki populasi kambing PE di atas 100
ekor.
Sepuluh tahun kemudian, dilakukan kembali impor kambing etawa dari lndia dengan pola warna dominan
merah cokelat. Tujuannya adalah memanfaatkan limbah tanaman perkebunan (yang banyak ditanam penduduk akibat program tanam paksa) sebagai hijauan pakan ternak. Perkawinan kambingetawa asal lndia dan kambing lokal secara tidak terkontrol menyebabkan munculnya kambing jenis baru yang dikenal sebagai kambing PE.
Saat semua orang berpikir cara keluar dari krisis ekonomi,
Pertama kali diperkenalkan, belum, terlalu banyak masyarakat yang familiar dengan kebiasaan minum susu kambing. Setelah berjalan beberapa tahun, dengan publikasi yang sangat gencar melalui media massa, seperti koran, majalah, radio, bahkan televisi, kebiasaan minum susu kambing semakin memasyarakat. Apalagi ditunjang dengan kesaksian sebagian pengguna susu kambing yang berhasil sembuh dari berbagai penyakit
yang dideritanya.
miliki untuk bisa menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai tambah yang besar. Dalam kaitannya dengan hal ini, usaha peternakan kambing sebagai penghasil susu
sangat relevan untuk dikembangkan. Ketersediaan bibit yang cukup banyak di dalam negeri, kebutuhan pakan yang tidak tergantung impor dari luar negeri, serta harga
Beberapa khasiat susu kambing yang telah dibuktikan oleh para pengguna setianya adalah sebagai obat dan
sebagai minuman tambahan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tubuh tidak mudah diserang
t']..
n,r,,,r1,,
,1'.,1,.ax1,:.,trt
l:L)',\'it
ftf
Bahkan, para penderita penyakit TBC, asma (sesak napas), anemia (kekurangan darah), hepatitis, kram otot, dan tukak lambung sangat dianjurkan untuk mengonsumsi susu kambing secara rutin. Anjuran ini tidak hanya
dilakukan oleh para ahli non-medis, tetapi juga para medis. Di lndonesia, beberapa dokter menganjurkan para pasiennya untuk mengonsumsi susu kambing untuk mempercepat proses pengobatan, selain mengonsumsi
obat-obatan.
ini, susu kambing dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk. Selain dalam bentuk segar, susu kambing juga bisa dikonsumsi dalam bentuk produk turunan seperti susu pasteurisasi, kefir (susu asam), yoghurt, ice cream, susu bubuk, dan dodol susu.
Saat
rl
I
l
domestikasi anjing. Asal mula kambing yang ada sekarang adalah kambing liar yang hidup di pegunungan yang ada di Asia Barat, Persia, dan
sekitarnya. Sebagian ahli menduga kambing-kambing
ini
berasal dari
["*r tj
yang hidup di Asia Kecil dan daratan Persia, Capra falconeri dari sekitar Pegunungan Himalaya, dan Capra
prisca yang hidup di sekitar Pantai Mediterania.
lk'r.rt badan kambing etawa jantan bisa mencapai 90 1.1i, sedangkan betinanya hanya 60 kg. Pada kambing ct,rwa betina, ambing tumbuh secara baik dengan puting rrrcrnanjang. Produksi susunya sangat tinggi, yakni
rrrcncapai 235 kg per masa laktasi (261 hari). Pada masa lrrrrrcak laktasi, produksinya mencapai 3,8 kg per hari. )iscbabkan tingkat produksi susu dan laju pertumbuhanny,r yang tinggi, serta didukung oleh daya adaptasi yang ,,,rrrgat baik terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem,
I
Dalam perkembangannya, tipe kambing diklasifikasikan berdasarkan produk utamanya, misalnya kambing tipe potong, tipe perah, tipe dwiguna (gabungan tipe potong dan perah), dan kambinB tipe bulu atau kulit bulu.
B. Kambing Penghasil
Susu
a.
Kambing Eftiwa
SOSOK
KAMBINC
PERANAKAN ETAWA,
Lebih Lresar
dibandingl<an
Kambing etawa berasal dari wilayah Jamnapari (lndia), sehingga kambing ini disebut juga sebagai kambing jamnapari. Kambing ini merupakan kambing yang paling populer di Asia Tenggara. Di negara asalnya, kambing etawa termasuk kambing tipe dwiguna, yakni sebagai penghasil susu dan daging. Kambing etawa memiliki postur tubuh besar, telinga panjang menggantung, benfuk muka cembung, serta bulu di bagian paha belakang
sanBat panjang.
l*,rrrrbing ini banyak digunakan untuk memperbaiki mutu lr,rrrrbing-kambing lokal di suatu negara. Di lndonesia, lrr,rbaikan mutu genetik kambing lokal dengan kambing r,t,rwa menghasilkan kambing peranakan etawa (PE). '1('nlra terbesar kambing PE adalah di wilayah Kaligesing, l'r l worejo, Jawa Tengah.
beberapa tahun lalu, muncul sentra baru peternakan l.,rrnbing PE di wilayah Jawa Tengah, yaitu Kecamatan ( ,rrnrelar, Banyumas. Sentra baru ini bahkan sudah mulai
"r'j,rl<
rrr,rrjual kambing-kambing PE yang dikembangkannya ke ,l,rr,rah lain, seperti Bogor, Sukabumi, Bandung, Lampung, rl,rrr l'alembang. Di Jawa Timur, Banyuwangi sudah rrrrrl,ri berkembang menjadi sentra peternakan kambing I'l , yang dilakukan oleh kelompok ternak Harapan Kita. l'.r'r lrra sentra baru peternakan kambing PE ini berkembang lr.rk.rt tingginya keinginan atau minat masyarakat serta r lr rkrrngdn pemerintah daerah.
Kambing Alpin l,.,rrrrlring alpin, sesuai dengan namanya, berasal dari I'r'lirrrrungan Alpen di Swiss. Sebagian besar kambing \j,urll nrenyebar di daratan Eropa merupakan keturunan l.,rrnlrirr13 alpin dan diberi nama tambahan negara lr,r r r; r,r nyl lx,rl<t'rnl rir rrg, m isa nya l<ambi ng alpi n inggris,
I I
b.
,rlp,rrr it,rli,r,
rl,rn,rlpirr pr,urr
is.
*"''ngkatkan f'rodrrksi
ffi
Kambi ng alpi n prancis mem
iIi
ljl
17
sedang dan mengarah ke atas dengan warna bulu dominan putih, hitam, cokelat, atau gradasi dari warnawarna tersebut. Berat badan kambing alpin jantan bisa
mencapai 90 kg, tetapi betinanya hanya mencapai 65 kg. Kambing alpin prancis merupakan kambing perah dengan produksi susu lebih dari 600 kg dalam masa laktasi 256 hari. Kambing alpin prancis ini banyak diimpor ke Amerika Serikat.
depan, hidung agak cembung, warna bulu merah tua atau cokelat dengan bercak putih di beberapa bagian tubuh (seperti telinga dan bagian atas mata). Berat badan kambing jantan mencapai B0 kg dan betinanya hanya mencapai 60 kg. Paling menonjol dari kambing toggenburg adalah kehalusan kulit dan bulunya. Produksi lusunya mencapai 600 kg dalam 267 hari masa laktasi.
C.
KambingAnglo-Nubian
c.
Kambing Saanen
Kambing saanen berasal dari Lembah Saanen, Swiss bagian barat. Kambing ini merupakan jenis kambing
terbesar di Swiss. Kepekaannya terhadap sinar matahari menyebabkan kambing ini sulit berkembang secara baik di wilayah tropis. Beberapa ciri fisik antara lain telinga tegak dan mengarah ke depan, bulu dominan putih dan kadang-kadang ditemui bercak hitam di bagian hidung, telinga, atau ambing.
Kambing yang tidak bertanduk ini termasuk tipe dwiguna. Hal ini disebabkan postur tubuh pejantannya re'latif
Kambing anglo-nubian berasal dari wilayah Nubia di Fbelah timur laut Afrika. Sekarang, kambing ini juga banyak dipelihara di Mesir, Afrika Selatan, dan Abessinia. Clrl fisik kambing ini di antaranya telinga menggantung den ambing besar dengan warna bulu hitam, merah, okelat, putih, atau kombinasi warna-warna tersebut. Berat badan kambing anglo-nubian jantan mencapai 90 *g dan betinanya mencapai 7O kg. Produksi susu dalam 237 hari masa laktasi sekitar 700 kg.
Kambing Beetal
susu
lebih dari TaOkgselama 250 hari masa laktasi. lndonesia pernah mengekspor kambing jenis ini ke Australia pada tahun 1978. Sementara itu, keturunannya banyak tersebar diJawa Barat dan Jawa Tengah untuk memperbaiki mutu genetik kambing lokal.
Kambing beetal ini banyak dikembangkan di Punjab (lndia), Rawalpindi, dan Lahore (Pakistan). Diduga, kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing tawa dan kambing lokal, karena ciri fisiknya sangat menyerupai kambing etawa. Produksi susunya mencapai 190 kg dalam 180 hari masa laktasi.
C.
d.
Kambing Toggenburg
l,
Kambing toggenburg berasal dari wil.ayah Toggenburg Valley, sebuah wilayah di sebelah timur laut Swiss. Kambing ini banyak diimpor ke AS dan lnggris. Ciri fisik kambing ini di antaranya telinga tegak dan mengarah ke
Selain dijual dalam bentuk segar, sama halnya dengan lUtu sapi, susu kambing bisa diolah menjadi berbagai pioduk lain, misalnya yoghurt, keju, dan mentega. Eerbagai alternatif lain, misalnya upaya mengalengkan
.}
fiil
susu kambinS/ sebenarnya iuBit llis,t tlil,rl.rrl\,ilr,rll,I rilltur produk bisa bertambah lama. Berdasarkan publikasi Small Ruminant Production System Neetwork for Asia (SRUPNA), sebuah jaringan informasi
fi
' tentang penelitian dan pengembangan ternak ruminansia kecil yang memiliki cabang di 13 negara, susu kambing sangat baik untuk orang yang memiliki kelainan lactose intolerance, yakni kelainan yang disebabkan oleh kepekaan alat pencernaan terhadap susu sapi. Secara fisik, perbedaan antara susu sapi dan susu kambing terlihat lebih nyata, yaitu warna susu kambing lebih putih daripada susu sapi karena susu kambing tidak
mengandung karoten.
1-_-,
l(["M,{SAN [-lNl l-]K Ulit-JAL- Sa;rt ini susu karnliing sudah bany,ak dijual clalanr bentul<. kern;rs;rrr
ire:l<rr
SLlSLr KAi!1BlNC.
dengan susu sapi atau air susu ibu (ASl). Perbedaannya terletak pada persentase kandungannya saja. Butiran lemak susu kambing berukuran antara 1-10 milimikron sama dengan susu sapi. Namun, jumlah butiran lemal< yang berdiameter kecil dan homogen lebih bitttyitl< terdapat pada susu kambing, sehingga sttstt k,ttnlrinl3 lcbih mudah diccrna alat penc:cnririrlr nr,ulusi,t, r,t'tl,r lrrl,rl' rttt'nirrtlrull<.rrr rli;trr. 1l;r<lir rlr,trtl-1 y,lrll nr(,nl,i()n\unr,'rry,r,
Bisa langsung
dikorrsumsi d;rlam
keaclaan segar
Khasiat susu kambing antara lain untuk terapi penyakit TBC, membantu memulihkan kondisi orang yang baru sembuh dari suatu penyakit, dan mampu mengontrol l<adar l<olesterol dalam darah. Dokter Ceorge Dermitt rl,rri ()lrio, Amcril<a Seril<at, memal<ai susu kambing
20
t,"n,,rgkatkan Produlcsi
Strsrr Knnrhirrg
l)*rnrlrkirrr
lrlrrur,r
Fi.*r
f,f
untuk anak-anak yang menderita penyakit eksim (gatal di kulit) dan hasilnya cukup
memuaskan.
jtl
21
Tabel
1.
Perbandingan komposisi kimia antara susu sapi, susu kambing,' dan air susu ibu (ASl)
Komposisi Kimia
Susu Sapi
Susu Kambing
Beberapa pakar penyakit kulit di New Zealand juga menganjurl(an pasiennya agar mengonsumsi susu kambing untuk meningkatkan kesehatan kulit, terutama bagian wajah. Kandungan gizi dalam susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan
bayi dan anak-anak serta membantu menjaga keseimbangan proses metabolisme, mendukung pertumbuhan tulang dan gigi, serta membantu pembentukan sel-sel darah dan jaringan tubuh. Susu kambing juga baik diberikan kepada wanita dewasa untuk mengembalikan zat besi setelah haid, kekurangan darah (anemia), kehamilan, serta perdarahan setelah melahirkan (perdarahan postpartum). Selain itu, kandungan berbagai mineral dalam susu kambing memperlambat osteoporosis atau kerapuhan tulang.
MENAMBAH CITA RASA. Susu kambing men jadi lebih enak dengan menambahkan pencita rasa atau sari buah segar
Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalori (kal) Fosfor (g) Kalsium (g) Magnesium (g) Besi (g) Natrium (g) Kalium (g) Vitamin A (lU) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Vitamin 86 (mg)
Sumber: USDA, 1976
3,3 3,3
3,6
4,7
61
93 19
13
4,4 6,9
70 14 32
3
0,05
0,08
O,O4
0,03 17
51
241
Kandungan Susu Kambing Di lndonesia, susu kambing biasanya dikonsumsi dalam bentuk susu segar. Di
beberapa negara, susu kambing sudah dijual dalam berbagai bentuk makanan olahan, seperti yoghurt dan keju,. Sgmental,a .itu, di New Zealand sudah dipasarkan susu kambing dalam kemasan kapsul. Hasil penelitian United States Department of Agriculture (USDA) tentang perbandingan komposisi kimia antara susu sapi, kambing/ dan air susu ibu (ASl) dapat dilihat dalam Tabel 1,
b.
Penelitian lain yang dilakukan di lndonesia menunjukkan kandungan lemak dan protein yang lebih variatif dalam susu kambing (Tabel 2). Tabel 2. Komposisi kimia susu kambing Komposisi Kimia
Susu Kambing
Air
(g)
83-87,5 3,3-4,9
4-7,3
4,6 67 106
fiil
*t*" !j
23
VitaminA(lU)
Niacin Vitamin 81 (mg) Vitamin 82 (mg) Vitamin 812 (mg)
(mg)
| | I | | |
Vitamin
O,O7
1,29 mg 0,048 mg 0,138 mg 0,277 mg 0,310 mg 0,046 mg 0,6 mcg 0,065 mcg 85 IU 56 mcg-RE
812
A A, D
E
RE,
12lU
0,09 mg-ATE 2,66 g 1,109 g
o,149 g 11,4 mg 0,044 g o,163 g 0,287 g o,314 g 0,29 g 0,08 g o,046 g 0,155 g 0,179 g o,24 g 0,119 g 0,089 g
0,1 1B g
umlah
Air
Energi Energi
87B 68 kkal
2BB kj
Asam lemak jenuh Asam lemak tak jenuh, tunggal Asam lemak tak jenuh, tak tunggal Kolesterol Tryptophan Threonine lsoleucine Leucine Lysine Methionine Cystine Phenylalanine Tyrosine Valine Arginine Histidine Alanine Asam aspartic
Protein
Asam amino
Ampas
0,8I
133 mg 0,05 mg '13,97 mg 110 mg 2O4 mg 49 mg 0,3 mg 0,046 mg 0,018 rng
1
Mineral
Kalsium (Ca)
Besi (Fe)
0,21 g
Selenium (Se)
24
,t"*, fi
25
ffi
Asam
glutamic |
| | |
c.
Faktor Genetik Faktor genetik adalah faktor yang diturunkan oleh nenek moyang kepada keturunannya dan memiliki
sifat kebakaan. Setiap nenek moyang (induk betina dan pejantan) memiliki sumbangan yang sama terhadap penampilan produksi keturunannya. Sampai saat ini belum dapat diungkapkan berapa banyak gen yang bekerja mengontrol tingkat produksi susu.
a.
Hampir bisa dipastikan, jika seekor kambing memiliki produksi susu yang tinggi kemudian dikawinkan dengan pejantan yang memiliki nenek moyang betina yang juga tinggi produksinya, kemungkinan besar keturunan yang berkelamin betina akan memiliki tingkat produksi yang tinggi pula. Namun, ilmu genetika tidak sesederhana itu. Selalu ada penyimpangan yang terjadi dan apa yang diinginkan tidak pasti selamanya terjadi.
dengan karakteristik yang berbeda. Misalnya, kimbing kacang sebagai kambing potong, kambing etawa sebagai kambing tipe dwiguna, kambing toggenburg sebagai penghasil susu yang baik, atau kambing anSora sebagai penghasil kulit bulu berkualitas tinggi. Di antara jenis kambing tipe perah pun terdapat variasi dalam jumlah produksi susunya.
d. Musim
Hasil penelitian
kambing-kambing yang beranak pada musim Sugur memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kambing-kambing yang beranak pada musim panas. Untuk kondisi di lndonesia, belum banyak penelitian dilakukan, karena perkembangan usaha peternakan kambing perah belum begitu bergairah.
b.
Setiap individu dari jenis atau bangsa kambing yang sama memiliki variasi dalam jumlah sdsu yang dihasilkan. Jenis atau bangsa yang sama, pada umur dan masa laktasi yang berbeda akan memiliki jumlah produksi susu yang berbeda.
e. Umur
Produksi susu kambing umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Produktivitas mencapai puncaknya ketika kambing berumur 5-7 tahun, yakni pada masa laktasi ke-3 atau ke-5. Selanjutnya, produksi susu menurun. Untuk kambing-kambing perah yang hidup di daerah subtropis, tingkat produksi susu akan mencapai puncak setahun lebih dahulu, dan dapat terus
26
frf,l
tt"n'"glcatk;rn Prorlrrksi
fi
dipertahankan tanpa ada perubahan yang mencolok selama 2 arau 3 kali masa laktasi.
Pada saat musim birahi (estrus), kambing perah yang sedang laktasi akan mengalami penurunan produksi susu sebagai reaksi dari berbagai proses hormonal di dalam tubuhnya, tetapi setelah masa birahi terlewati, produksi susunya akan normal kembali.
27
f.
Dalam satu jenis atau bangsa kambing, perbedaan lama masa laktasi akan menyebabkan perbedaan jumlah total produksi susu selama masa laktasi tersebut. Semakin lama masa laktasi, akan semakin banyaktotal produksisusu yang dihasilkan. Korelasi ini tidak berarti akan semakin tinggi keuntungan yang akan diraih peternak, karena belum tentu produksi hariannya mampu menutupi biaya produksi.
g.
Faktor Perawatan dan Perlakuan Kambing perah, seperti juga hewan ternak yang
lain,
membutuhkan suasana kandang yang nyaman untuk dapat berproduksi secara optimal. Kandang yang sejuk, tidak gaduh, dan perlakuan yang tidak kasar merupakan syarat agar produksi susu kambing optimal. Sebagai contoh, dalam kandang yang gaduh, kambing yang sedang laktasi akan mudah terkejut, dan saat terkejut itu tubuhnya mengeluarkan hormon adrenalin yang mengakibatkan terhambat atau terhentinya sekresi hormon oxytocintyanB berfungsi dalam produksi susu di kelenjar ambing.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di luar negeri, kambing perah yang diperah dua kali sehari, total produksi susunya lebih tinggi daripada kambing perah yang diperah sekali sehari. Meskipun demikian, tidak selalu total produksi yang lebih tinggi tersebut memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada peternak, karena untuk melakukan pemerahan dibutuhkan biaya, misalnya untuk menggaji pemerah. Jadi, meskipun tingkat produksi susu meningkat dengan menambah frekuensi pemerahan, perhitungan ekonomi harus dilakukan secara matang.
i.
Frekuensi Pemerahan
i.
h.
Kambing-kambing yang dikawinkan kembali setelah tiga bulan beranak, tingkat produksi susunya akan lebih cepatmenurun dibandingkan dengan kambing-kambing yang sedang laktasi, tetapi tidak bunting. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi, serta tingginya kebutuhan kambing akan zat-zat makanan untuk mendukung proses fisiologis di dalam tubuhnya, misalnya untul< hidup pokok, produksi susu, serta pertumbuhan janin,
Produksi susu kambing perah yang beranak dua ekor dalam satu kali melahirkan, biasanya 20-30% lebih tinggi daripada kambing perah yang hanya beranak satu ekor. Penyebabnya adalah rangsangan menyusui dari cempe (anak kambing) yang dilahirkan. Dengan demikian, tingkah laku cempe ketika menyusu bisa dilakukan oleh pemerah, sehingga produksi susunya meningkat, misalnya dengan mengusap-usap bagian atas ambing sambil memijatnya.
k.
Pergantian Pemerah
Kambing perah termasuk hewan yang tidak terlalu mudah beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berubah secara drastis. Pergantian pemerah akan menyebabkan kambing perah mengalami stres, sehingga produksi susunya
28
t"*. !j
f,f
29
".n,r,gkatkan
l.
Untuk mendorong produksi cempe dan mencapai target tiga kali beranak setiap dua tahun, biasanya kambing perah dikawinkan kembali setelah beranak tiga bulan, atau saat pertama kali birahinya muncul. Dalam kondisi demikian, kambing perah membutuhkan waktu untuk menjalani masa kering selama dua bulan.
penyusun susu.
o.
Pengaruh Penyakit Produksi susu dari kambing perah yang sedang laktasi akan menurun jika terserang penyakit. Bahkan, produksi
susu bisa langsung terhenti. Di samping itu, efek dari obat
Dengan kondisi pakan yang jumlahnya cukup dan berkualitas baik, organ-organ yang berfungsi untuk memproduksi susu akan memiliki kesempatan yang cukup untuk pulih kembali. Namun, jika kondisi pakan yang diberikan kurang baik, masa pemulihan akan lebih lama. Jika kambing perah kembali beranak pada saat kondisi organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi susu belum pulih, bisa dipastikan produksi susunya akan
menurun.
yang diberikan kepada kambing perah akan berpengaruh terhadap kualitas susu. Biasanya, kambing-kambing yang
sedang sakit dan diberi obat antibiotika, susunya tidak boleh dikonsumsi.
Faktor Hormonal Salah satu hormon yang berperan dalam produksi susu adalah laktogen. Penyuntikan hormon ini terhadap kambing yang sedang laktasi menyebabkan produksi susunya sedikit meningkat. Demikian juga
pengaruh penyuntikan hormon tyroxine. Hormon yang menghambat produksi susu adalah adrenalin. Adrenalin bisa menghambat hormon oxytocine, yang berpengaruh terhadap proses keluarnya susu saat pemerahan.
m.
n.
Faktor Pakan
Produksi susu kambing perah akan mencapai optimaljika jumlah pakan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
kambing dan kuaf itasnya baik. Komposisi hijauan dan konsentrat pun harus seimbang, karena keduanya
memiliki fungsi yang berbeda. Hijauan adalah precurcor onsentrat m!ruJPekan
h,Xerrirrillr.rll,r,lr
tl,trttrltil,:stsrrltl l{allthln5,,[)r:.t';tt-r;I[:;;tttHtrrn,,,
3"{
!!|
1
2.
ri
3.
I
ri
J
I
4.
5. 6.
7.
B.
FLJt.l*C5[
KANI]AI\*C.
Melinrlirrrgi karnhing dari
trerbagai gangguan i:ltrn
Sistem Perkandangan
A.
Fungsi Kandang
Di habitat aslinya, kambing hidup di alam secara bebas.
Aktivitas makan, minum, dan beristirahat dilakukan tanpa kontrol manusia. Dalam usaha peternakan kambing perah, terlebih lagi jika dalam jumlah besar, kambing memerlukan perhatian yang cukup serius, sehingga perlu ditempatkan di dalam kandang. Dalam hal ini, kandang memiliki fungsi sebagai berikut.
9.
32
['rorlulq.ti
5ir"rstr
l(;unhirig i:'er;rn;ll.r.nt
hif,:rr,v,r
ir't*,,
ffi
'on*,n',0g,[i;rrl,:.an
!fi
B. Kriteria
Kandang
Agar dapat berfungsi maksimal, kandang harus dibangun dengan memerhatikan beberapa kriteria sebagai berikut'
a.
Konstruksi Kandang Ada dua macam konstruksi kandang yang dikenal oleh peternak, yakni kandang panggunB dan kandang lemprakan. Kandang panggung lebih disul<ai oleh
peternak walaupun biaya pembuatannya sedikit lebih mahal. Jika kandang berupa panggun8, lantai disarankan dibuat dari papan atau potongan bambu dan diusahakan agar Iubang antarpapan atau potongan bambu tidak lebih besar daripada kaki kambing. Hal ini bertujuan untuk menghindari kaki kambing terperosok yang bisa berakibat fatal bagi kelangsungan hidup kambing. Fungsi lubang tersebut adalah untuk tempat mengeluarkan kotoran, sehingga kandang tetap dalam keadaan bersih.
.,/ ;.. !
".
ANT,{l
KA hl t)Al".l
il
PAN CC U
i\l
iasanva rnen
gpqu
nak;r rr p;1F}an
Jika kandang berbentuk lemprakan, Iantai sebaiknya dibuat dari semen dan tidak licin. Hal ini dimaksudkan agar lantai kandang mudah dibersihkan. Pekerjaan
membersihkan kandang merupakan pekerjaan rutin yang harus dilakukan untuk kandang berbentuk lemprakan. Selain itu, sebaiknya lantai dibuat sedikit miring ke satu arah, untuk mencegah adanya Senangan air setelah kandang dibersihkan.
Kandang harus kuat, meskipun menggunakan bahan yang tidak seluruhnya baru. Tiang-tiang kandang harus dapat
menyangga keseluruhan bangunan kandang, sehingga kandang dapat berfungsi baik dan tahan lama. Atap disarankan terbuat dari bahan-bahan yang ringan.
[{u*,,
ttl
secara langsung ke dalam kandang. Seperti diketahui, sinar matahari dapat menBurangi mikroba penyebab penyakit, membantu sintesis vitamin D, dan membantu mempercepat proses penBerinBan kandang' Kandang sebaiknya dilengkapi dengan beberapa pintu yang berfungsi sebagai sarana keluar masuk kambing dan petugas kandang. Pintu sebaiknya dibuat tidak terlalu lebar, misalnya tinggi 200 cm dan lebar 75 cm'
35
\/tr]f rt-l
hUr
il
serIrirl1ip1;r
Untuk kandang yang berlokasi di daerah panas, bahan atap disarankan terbuat dari bahan yang daya serap panasnya kecil. Sementara itu, untuk lokasi yang bersuhu dingin, atap disarankan terbuat dari bahan yang daya
serap panasnya tinggi. Penggunaan bahan seng sebaiknya
dihindari untuk kandang kambing yang sedang laktasi. Hal ini untuk menghindariterjadinya penurunan produksi akibat terkejut atau suara gaduh yang ditimbulkan oleh seng karena terpaan angin dan air hujan.
inding kandang sebaiknya dibangu n agak rapat di bagian 1-2 meter di atas lantai, tetapi tidak perlu terlalu rapat di bagian 2 meter di atas lantai. Hal ini dilakukan untul< menjaga sirkulasi udara, yakni menjaga agar angirr y'rrrg bertiup kencang tidak langsunB menerpa lttlrrrlr l<,rttrlrirrli dan memberi l<esempatan sinar nl;ttitll,tt'i ttttlttl' ttt't"ttl'
D
BACIAN DINDINC K,ANDANC. Di bagiarr bawah diricling kandang sebaiknya dibuat lubarrg untuk kelr-rur rrrasul< kepala kambing ketika mengambil pakan
dinding kandang sebaiknya diberi beberapa lubang berukuran 20x20 cm (cukup untuk keluar masuk kepala
<lan lehcr l<ambing) untuk tempat kambing mengambil
p,rl<irn.
i('l f,f
'u"
l\,rrl)rll,,
l'r'r
,rrr,rl,,rrrIL*'r,,r
\7 tl
b.
sebagai
hitungl<an potensi pengembangan, sehingga perlu dibuat kandang yang lebih luas. Pembuatan kandang memang membutuhkan biaya ekstra, tetapi manfaatnya akan lebih terasa pada masa yang akan datang. Jika dipandang terlalu luas untuk jumlah kambing yang ada, kandang bisa diberi sekat-sekat pemisah,
kandang koloni, misalnya untuk mengumpulkan cempe sampai periode Iepas sapih. Dalam pemeliharaan kambing perah, perlu ada kandang-kandang individual, yakni untuk kandang induk bunting, laktasi, atau pejantan. Kandang individual berguna untuk menghindari terjadinya halhal yang tidal< diinginkan, misalnya keguguran akibat kambing yang sedang bunting diserang oleh pejantan.
sehingga ruang gerak kambing menjadi terbatas. Perlu juga dipertimbangkan agar kandang dibuat tidak di lokasi yang tergenang air, meskipun kandang didesain berupa kandang panggung.
c.
PerlengkapanKandang
ilengan konstrr-rl<si
l<.rndarrg
1. Di
Tempat Pakan
diikat dan digantungkan di suatu tempat yang lebih tinggi daripada lantai kandang, dan kambingkambing dibiarkan makan sesuka hatinya. Jika jumlah kambing cukup
banyak, ikatan pakan bisa diletakkan
KANtIAN{, KOI-f:ll\}" Llerfr.ingsi rrriluk nrr:ngunrprrlkan {-enrf)a s;irnlr;li pr,rriorlc lepras sa 6ri l.r
di beberapa tempat. Untuk efisiensi pakan, cara ini sebaiknya tidak dilakukan karena memungkinkan
pakan hijauan banyak yang tercecer
dan tidak termakan atau terinjakinjak dan bercampur dengan kotoran kambing.
J CJ ||ff
'tt,tt,,,tllrrllKlllr
l'ltrlllll{sl
Jtlt(l l\rllllIJllll4
l-t'lrlll{ll\illl
l-lrlw'l
Tempat pakan sebaiknya didesain khusus berupa sebuah kotak atau bak dan diberi ruang bagi kepala kambing untuk masuk dan mengambil pakan. Jika jumlah kambing yang digemukkan cukup banyak, perlu dibuat tempat pakan yang lebih dari satu dan ditempatkan di lokasi yang agak berjauhan, untuk memberi kesempatan bagi semua kambing untuk makan.
3.
air dalam jumlah banyak yang digunakan untuk keperluan penyediaan air minum dan membersihkan kandang.
Karena itu, sumber air sebaiknya tidak terlalu jauh dari kandang. Jika sumber air utama berasal dari sungai, sebaiknya kandang dibuat di dekat sungai, dan didesain agar sungai melintas di sisi kandang. Sebaiknya air sungai hanya digunakan untuk membersihkan kandang dan memandikan kambing. Sementara, air minum diusahakan berasal dari sumber yang lebih bersih, misalnya dari mata air atau sumur pompa. Untuk penyediaan air bersih, sebaiknya diletakkan beberapa keran air di sisi kandang.
2.
Tempat Minum
air hanya digunakan untuk minum. Kebutuhan air minum bagi kambing/ sama halnya dengan makhluk hidup lain, yakni sangat vital, sehingga ketersediaan air minum harus selalu terjamin sepanjang hari. Tempat air minum biasanya berupa_bakt yang juga diletakkan di tempat yang lebih tinggi daripada lantai dan didesain agar tidak mudah terinjak-injak kambing. Lebih baik lagi jika tempat air diletakkan di luar kandang, tetapi kambing tetap dapat menjangkaunya secara leluasa.
4.
Milking Stand
sebaiknya
disediakan sebuah alat yang disebut milking stand. Alat ini bisa dibuat dari kayu atau besi. Tujuan penggunaan alat ini untuk menjaga kebersihan susu hasil perahan. Selain milking stand, dibutuhkan juga beberapa buah milk can (tempat susu) yang pada umumnya terbuat dari aluminium. Bahan ini mudah dibersihkan dan tidak berkarat, sehingga kualitas susu tetap terjaga. Sebelum dilakukan pemerahan, ambing dibersihkan dengan lap yang dibasahi dengan air hangat.
5.
Peralatan Lain
harus
dilengkapi dengan berbagai peralatan lain, seperti selang air, sabit, golok, cangkul, sapu lidi, palu, pisau pemotong kuku, dan sikat.
nrtlw{i
+ Ttl
C.
Seperti telah dikemukakan, salah satu fungsi kandang adalah untuk memudahkan pengawasan terhadap kondisi kesehatan kambing. Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengawasi dan menjaga kesehatan kambing sebagai berikut.
kambing harus dipotong secara rutin, setidaknya setiap dua bulan sekali, sekaligus kotoran yang ada di sela-sela kukunya dibersihkan.
a.
Memandikan Kambing
dan
c.
Mencukur Bulu
Kambing yang dipelihara di kandang lemprakan biasanya akan memiliki bulu yang kotor dan menggumpal, sehingga
tidak pernah membersihkan badannya sendiri, sehingga kondisi tubuhnya selalu kotor. Badan yang kotor memungkinkan tumbuh dan berkembangnya berbagai parasit dan mikroba bibit penyakit.
sulit dibersihkan. Hal ini merupakan sumber penyakit. Karena itu, untuk menjaga kesehatannya, sebaiknya bulu kambing dicukur secara berkala. Mencukur bulu kambing
bisa menggunakan gunting atau alat pencukur bulu.
Dalam usaha peternakan kambing perah, sebaiknya kambing selalu dimandikan, setidaknya setiap dua minggu sekali. Jika lantai kandang masih berupa tanah, kegiatan
memandikan kambing harus dilakukan lebih sering, karena lantai kandang hampir 'selalu dalam keadaan kotor. Kambing sebaiknya dimandikan pada pagi hari saat cuaca cerah, sehingga tubuh kambing lebih cepat kering. Secara tidak langsung, kebersihan tubuh kambing
bisa meningkatkan produksi susu.
d.
atau betina lahir dalam keadaan belum tumbuh tanduk. Pertumbuhan tanduk ini sebaiknya dicegah. Caranya dengan memanasi tempat tumbuh tanduk menggunakan alat yang disebut disbudding iron.
b.
Memotong Kuku
Pertumbuhan kuku kambing yang dipelihara di dalam kandang relatif lebih cepat dibandingkan dengan kambing yang dipelihara di padang penggembalaan. Hal ini terjadi ruang gerak kambing di dalam kandang sangat terbatas. Kuku yang panjang bisa berakibat buruk bagi kambing, misalnya memungkinkan kambing terserang penyakit kuku busuk (foot root) yang berkembang di sela-sela kuku. Selain itu, kuku yang panjang menyebabkan kambing sulit berjalan dan kdmbing jantan sulit untuk mengawini kambing betina.
Untuk memudahkan penanganan, kambing dimasukkan ke sebuah kotak yang ukurannya sesuai dan bagian kepalanya berada di luar kotak. Bagian kepala dipanasi menggunakan disbudding iron selama 5-10 detik. Pemakaian bahan kimia seperti caustic soda atau sodium hidroksida juga bisa diterapkan untuk mencegah pertumbuhan tanduk, tetapi cara ini tidak sepenuhnya
aman.
Memotong Tanduk Jika tanduk sudah tumbuh sejak kambing dilahirkan, sebaiknya sejak kecil sudah dilakukan pemotongan
tanduk. Pemotongan tanduk sebaiknya dilakukan saat cempe berumur satu bulan. Tujuannya untuk mencegah
e.
l'rtduksi lirrsu
K,:rrrrl:irr1g
l)*rrnnkun,u****'*
f,f,l,*,n,,,gknrknn
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tanduk kambing karat. Tempat pakan sebaiknya dibersihkan setiap hari. Demikian pula tempat minum, harus dicuci bersih setiap hari, sebelum digunakan kembali.
*u*r ljj
43
proses
pemerahan dan agar pemerah tidak ditanduk kambing. Sementara itu;. tanduk pejantan juga harus dipotong, karena tanduk bagi kambing jantan adalah senjata untuk menyerang sesuatu yang tidak disukai.
Selain peralatan, kandang kambing juga sebaiknya dibersihkan setiap hari. Jika ketersediaan air cukup melimpah, ada baiknya kandang dibersihkan menggunakan air. Jika ketersediaan air terbatas, kandang cukup dibersihkan dengan mengangkat kotoran yang ada di lantai kandang. Dalam kondisi ini, pembersihan kandang
Menghilangkan Kelenjar Bau Proses menghilangkan kelenjar bau yang disebut deodorizer ini bertujuan untuk mematikan kelenjar bau
yang mengeluarkan bau prengus, yang bisa mencemari susu atau daging. Kelenjar ini terdapat di daerah sekitar tanduk. Menghilangkan kelenjar bau ini biasanya dilakukan sekaligus dengan proses mencegah pertumbuhan tanduk. Caranya, dengan melakukan pemanasan di daerah sekitar tanduk selama 5-10 detik.
dengan
sekali.
Setidaknya setiap 6 bulan sekali kandang dikosongkan dan disemprot dengan disinfektan dengan tujuan membunuh
mikroba penyebab penyakit. Selain kebersihan kandang, lingkungan sekitar kandang juga perlu dibersihkan. Semak-semak yang tumbuh liar, jika tidak dibersihkan, akan menjadi tempat yang nyaman bagi bibit penyakit maupun hewan pemangsa seperti
ular.
g. Kastrasi
Untuk menghindari terjadinya perkawinan yang tidak diinginkan, cempe jantan dan betina harus ditempatkan di kandang terpisah. Kambing jantan yang tidak akan digunakan sebagai pejantan sebaiknya dikastrasi dengan cara memotong testis sejak kecil. Selain itu, bisa juga men$gunakan semacam karet penjepit yang ditempatkan di bagian atas scrotum (kantong testis).
h.
Memberi Tanda
Di beberapa peternakan yang sudah maju, setiap kambing memiliki tanda yang khas. Misalnya, diberi nomor telinga dengan cara mentatonya atau memakaikan nomor tag.
i.
yang terbuat dari logam, sebaiknya dibersihkan dengan air bersih, kemudian dikeringkan untuk mencegah
[,4cninpik;rti,;,1-r l]tr:tji-rl.;sl
iittlrt l(airrllirtg
[]".'t;trtftl(,-tr1 f.f.,u,r,.r
,45
!fi
yang cukup lama hingga kambing beranak. Kebiasaan peternak, kambing dikawinkan ketika berumur sekitar 16-18 bulan. Dengan masa kebuntingan 150 hari (sekitar 5 bulan), kambing akan mulai berproduksi pada umur 21-23 bulan. Jika diperhitungkan, pemeliharaan sejak bakalan sampai masa produksi membutuhkan waktu sekitar 1B bulan, suatu waktu yang sangat lama.
Belum lagi jika hasil produksinya tidak memenuhi perkiraan. Secara teoritis, sebenarnya kambing bisa dikawinkan setelah mengalami siklus birahi (estrus). Biasanya terjadi saat berumur B-1 2 bulan, tergantung
dari status pemberian pakan dan beberapa faktor lainnya. Jika kambing dikawinkan saat berumur B-12 bulan, rentang waktu yang cukup lama dalam menunggu masa produksi bisa dipercepat.
Memilih
Kambing Perah
A. Memulai
Usaha Peternakan
Ada beberapa cara untuk memulai usaha peternakan
kambing perah. Berikut ini cara-cara yang dimaksud.
a.
Memelihara Bakalan
betina lepas sapih atau umurnya mencapai 4-5 br-rlan. Pemeliharaan sejak lepas sapih ini membutuhkan witl<ltt
46
frf
Peranakan [tawa
Meningkalkan Produksi
Susr-r
Kambing ['er;]n:lkatr
Eo-*"
!f
47
b.
Memelihara Kambing Dara Kambing disebut dalam periode dara jika sudah mengalami siklus birahi (estrus). Sebenarnya saat itu kambing sudah bisa dikawinkan, tetapi kondisi
d.
Menciptakan Trah Kambing Perah Melalui Program Seleksi dan Penerapan Sistem Perkawinan
tubuhnya belum sepenuhnya mampu menunjang proses pertumbuhan janin di dalam kandungannya. Demikian juga proses pertumbuhan ambing untuk produksi susu. Karena itu, dibutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (2 atau 3 periode estrus). Setelah mengalami 2 atau 3 kali estrus, kambing bisa dikawinkan. Jika tidak terjadi kebuntingan, perkawinan bisa diulangi pada periode estrus berikutnya. Jika terjadi kebuntingan, kambing akan beranak setelah 5 bulan (sekitar'l 50 hari).
Menciptakan trah kambing perah melalui program seleksi dan penerapan sistem perkawinan tergolong cara yang paling baik, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat besar. Namun, jika peternak sudah berhasil menciptakan suatu trah kambing perah dengan tingkat produksi yang tinggi, penghasilan akan semakin tinggi. Sistem perkawinan yang dilakukan adalah perkawinan inbreeding (silang dalam). Sistem ini sangat dihindari oleh para peternak karena memunculkan dampak negatif terhadap hewan ternak akibat berkumpulnya gen-gen yang resesif dan berpengaruh buruk terhadap penampilan ternak. Namun, dampak tersebut merupakan konsekuensi yang harus dijalani untuk memperoleh bibit kambing bermutu tinggi, karena sebesar kemungkinan munculnya kambing-kambing yang rendah produksinya, sebesar itu pula kemungkinan munculnya bibit kambing bermutu tinggi.
c.
kan
uang menjual kambing yang sedang dalam masa laktasi. Tidak semua kambing yang sedang dalam masa laktasi
bisa dibeli. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi jika peternak berminat untuk membeli kambing yang sedang laktasi, antara lain ambingnya terlihat besar dan bentuknya simetris. lndikator lain yang sangat menentukan tinggi rendahnya produksi susu kambing adalah kondisi cempe yang ikut dibawa.
Jika ingin menciptakan trah seperti dimaksud, yang pertama kali harus dilakukan peternak adalah mencari
induk yang memiliki produksi tinggi dan pejantan yang memiliki induk dengan tingkat produksi tinggi pula. Lebih baik lagijika keduanya (induk betina dan pejantan) berasal dari induk dan pejantan yang sama (kelahiran kembar). Jika sudah cukup umur, induk dan pejantan tersebut dikawinkan. Dengan manajemen yang baik, kambing bisa beranak tiga kali dalam 2 tahun. Jika induk bisa menghasilkan dua ekor cempe dalam sekali beranak, dalam 2 tahun bisa
)ika cempe cukup gemuk, berarti produksi susu induk cukup tinggi dan induk tersebut bisa dibeli. Namun, jika cempe kurus, berarti produksi susu induk kurang, dan sebaiknya induk tersebut tidak dibeli. Satu indikator lain yang tidak berkaitan langsung dengan produksi susu, tetapi berpotensi meningkatkan pendapatan adalah
jumlah anak, sebaiknya induk tersebut beranak minimum
kembar dua.
48
Ftarva
ftawa
[f
dihasilkan 6 ekor cempe. Cempe-cempe jantan bisa dijual sebagai kambing potong setela,h pemeliharaan 4-5 bulan. Sementara itu, cempe betina terus dipelihara sampai dewasa kelamin dan jika sudah cukup umur dikawinkan dengan pejantan nenek moyangnya. Jika pejantan nenek moyangnya sgdah mati atau sudah tidak terlalu kuat, bisa digantikan dengan pejantan lain yang masih sedarah.
Kondisi Gigi Seri Perkiraan Umur
Kurang dari 1 tahun
fi
49
Cigi seri susu sudah tumbuh semua 2 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap 4 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap 6 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap B gigi seri susu sudah berganti gigi tetap Cigi seri tetap sudah mulai mengalami keausan atau mulai tanggal
b.
Sangat mudah membedakan jenis kelamin kambing, meskipun kambing baru lahir. Kambing jantan terlihat memiliki kantong scrotum (kantong testis), sedangkan betina terlihat sudah memiliki
c.
a.
Cara yang paling akurat untuk menentukan umur seekor kambing adalah dengan melihat kartu catatan produksi atau registrasi kambing yang bersangkutan. Di luar negeri, cara ini sudah biasa dilakukan. Namun di lndonesia, kambing tidak memiliki catatan sama sekali. Cara lain menentukan umur kambing adalah dengan melihat kondisi giginya' Cara ini tidak bisa menentukan umur kambing secara pasti/ karena hanya berdasarkan perkiraan.
Kambing perah yang ideal adalah berbentuk trapesium jika dilihat dari sampinB, dan berbentuk segitiga dengan ujung lancip di bagian kepala jika dilihat dari atas. Di lndonesia, kriteria ini akarr sangat sulit diperoleh, tetapi bukan tidak mungkin diperqleh dengan cara seleksi dan penerapan sistem perkawinan.
d.
Ambing yang besar dan simetris menandakan tingkat produksi yang tinggi saat kambing sedang laktasi. Memilih kambing perah yang berkualitas sebaiknya dilakukan pada periode laktasi. Kambing yang memiliki ambing yang tidak simetris, bentuknya kecil, atau mati sebelah, sebaiknya dihindari atau tidak dipilih, karena tingkat produksinya rendah.
ta.,"o
fil
Berkaitan dengan alat pencernaannya, kambing tergolong ruminansia, karena sistem pencernaannya tergantung dari organ yang disebut rumen. Rumen adalah alat pencernaan yang khas, terdiri atas empat segmen, yakni rumen,
5l
reticulum, omasumt dan abomasum' Keempat segmen ini memiliki aktivitas yang berbeda, tetapi bekerja dalam satu kesatuan yang utuh dan saling menunjang.
Berbeda dengan ternak monogastrik (yang memiliki perut tunggal), ruminansia tidak terlalu tergantung pada kadar
zal-zat gizi pakan yang dikonsumsinya, karena prosesproses di dalam rumen mampu menghasilkan zaI-zaI gizi yang mudah diserap tubuh. Ada kalanya pemberian pakan berkadar protein tinggi tidak efisien, karena protein tersebut mudah terurai dan terfermentasi oleh mikroba di dalam rumen. Ruminansia secara spesifik mampu menyintesis asamasam amino dari unsur-unsur yang dihasilkan oleh berbagai proses yang terjadi di dalam rumen. Karenanya, ruminansia mampu menSonsumsi urea (yang merupakan nonprotein nitrogen) dalam jumlah terbatas, yang di dalam rumen terurai menjadi amonia (NHr) dan merupakan bahan utama pembentuk asam-asam amino. Selain dari bahan pakan yang dikonsumsinya, kebutuhan tubuh ruminansia terhadap protein dapat juga dipenuhi dari mikroba rumen.
Pemberian Pakan
Berdasarkan jenis makanannya, kambing tergolong dalam
kelompok herbivora atau hewan pemakan tumbuhan' Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerahdaerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput. Keberhasilan hampir seluruh usaha peternakan ditentukan dari semakin efisiennya penggunaan pakan, karena biaya tertinggi
sebuah usaha peternakan adalah biaya pakan-
A.
Bahan Pakan
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan pakan ternak untuk diubah menjadi daging dan susu di dalam tubuh ternak. Secara umum/ kebutuhan zaI-zal rnitl<anan bagi kambing dikelompokkan menjadi dua
52
T
nr*",,,gk,rthan frnrilul,ni !irr,u l(;rrnhrng l)tri,lrt;rli;rr {:hnva
ffi
golongan besar sumber bahan pakan, yakni bahan pakan sumber energi dan bahan pakan sumber protein. Bahan pakan sumber energi umumnya terdiri dari bijibijian dan sisa serealia (tepung jagung dan dedak padi), umbi-umbian (tepung singkong, onggok, dan ubijalar), dan hijauan (misalnya rumput setaria dan rumput lapangan). Bahan pakan sumber protein bisa juga berupa biji-bijian, misalnya tepung bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap, biji kapas, atau tepung-tepungan yang berasal dari hewan atau bagian tubuh hewan, seperti tepung ikan dan tepung darah. Ada pula beberapa jenis hijauan yang merupakan sumber protein, seperti daun gliricidae, luri, lamtoro, centrocema, dan kacang gude.
F.arlbiilg fler;,rt;il.rrr
ro*,,
ffi
Walaupun secara alami kambing lebih menyukai rambanan, pemberian pakan kambing yang hanya
berupa rambanan belum dapat memenuhi kebutuhan zaI-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Hal ini disebabkan rambanan umumnya hanya merupakan bahan pakan sumber energi. Karena itu, penambahan bahan pakan sebagai sumber protein merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dalam usaha peternakan kambing perah. Penambahan bahan pakan sumber protein akan mampu meningkatkan produksi susu dan dalam skala yang lebih luas akan meningkatkan penghasilan yang akan diterima peternak.
Pakan berupa hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai kambing dibandingkan dengan pakan dalam keadaan layu atau kering. Namun, ada beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang bisa membahayakan kambing, misalnya daun singkong dan gliricidae. Karena itu, sebaiknya hijauan tersebut dilayukan dahulu selama 2-3 jam di bawah terik matahari, atau diinapkan selama semalam sebelum diberikan kepada kambing. Pemberian hijauan yang bervariasi (campuran) akan memberi dampak yang lebih baik daripada hijauan yang berbeda-beda setiap hari, karena satu jenis hijauan akan memberikan efek substitusi kepada hijauan lainnya. Kebutuhan kambing akan bahan pakan sangat tergantung dari kondisi fisiologis kambing tersebut. Secara umum, kambing membutuhkan hijauan segar sebanyak 10% dari berat badan atau berat hidupnya. Misalnya berat kambing 25 kg, maka kambing tersebut membutuhkan 2,5 kg hijauan per hari. Perlu dipertimbangkan pula bahwa tidal< semua bagian hijauan disukai kambing. Ada lr,r11i,rrr lr,rgian trtrtcntu, scpcrti batang, daun yang sudah
53
P,AKAN KAMBINC. Bisa Lrerupa tebon jagung (atas) atau rumpLrt (bar,vah)
54
*."',,glcarkan
['eranak;li
[r]larwa
f:taiva
ffi
tua, dan daun yang kotor, yangtidakakan dikonsumsioleh kambing, meskipun kambing masih lapar. Karenanya/ perlu dipertimbangkan pemberian dalam jumlah yang
!fi
rumen sedang tinggi-tingginya. Pemberian konsentrat pada saat seperti ini bisa menghindari proses fermentasi bahan pakan di dalam rumen, sehingga keberadaan zatzat makanan dapat dipertahankan. Hal ini disebabkan konsentrat tidak terlalu lama berada di dalam rumen.
55
Iebih banyak dari 10% tersebut, misalnya sampai 152O"h. Cara terbaik adalah memberikan hijauan sedikit demi sedikit, tiga atau empat kali dalam sehari.
Pemberian pakan tambahan berupa daun katuk segar atau ekstraknya kepada kambing yang sedang laktasi, diduga mampu menigrgkatkan produksi susu. Harus diperhatikan adalah waktu pemberian, karena proses pencernaan di
dalam rumen dapat menyebabkan degradasi zat-zal makanan yang terdapat di dalam daun katuk. Waktu pemberian yanB baik adalah saat kapasitas rumen hampir mendekati penuh, misalnya setelah kambing
mengonsumsi hijauan.
B.
Konsentrat
Kambing yang sedang laktasi membutuhkan pakan yang mengandung protein lebih tinggi, karena proses pembentukan susu membutuhkan suplai protein yang tinggi. Sistem pencernaan pada rumen sering menjadi
penyebab kurang efektifnya pemberian konsentrat dengan kadar protein tinggi. Penyebabnya adalah konsentrat
tersebut akan diurai atau difermentasi oleh bakteri dan mikroba lain di dalam rumen, sehingga protein
terdegradasi sebelum diserap tubuh.
Untuk tetap mempertahankan keberadaan zat makanan yang terkandung di dalam konsentrat, pemberiannya perlu disiasati. Waktu pemberian yang terbaik adalah saat kambing sudah banyak mengonsumsi hijauan, tetapi belum terlihat kenyang. Pada saat-saat seperti ini, rumen akan dipenuhi oleh hijauan, sehingga aklivitls
I'l
N,1lll
l{lAN l(()NS[rNll{r\[.
tr]is.r
I lri ii
ilrP;r rrr1l
56
t,"r,rrgkatl<;rn Procluksi
Suscr
ntawa
ffi
Beberapa bahan konsentrat yang biasa diberikan adalah
fi
bekatul, bungkil kedelai, ampas tahu, bungkil kelapa, atau campuran dari beberapa konsentrat tersebut. Misalnya 62"/"bekatul,2O"h ampas tahu, 15% bungkil kedelai, 1% garam dapur, dan 2"/" tepung tulang. Jumlah pemberian sebanyak0 ,5-O,6 kgperekordan diberikan dalam bentuk bubur (dicampur dengan air). Sebaiknya diusahakan agar konsentrat dikonsumsi habis dalam waktu singkat untuk menghindari bercokolnya jamur yang bisa menimbulkan penyakit.
I
57
ember khusus yang digantung di dekat tempat hijauan, setinggi 50-90 cm dari atas lantai.
D. Air
Sebanyak 7O"/"tubuh kambing berupa air. Jika kekurangan
Kambing yang masih muda membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan kambing tua. Jika hijauan
yang diberikan dan dikonsumsi sudah tua, yang umumnya
proses metabolisme dan daya tahan tubuh kambing. Kebutuhan vitamin biasanya sudah tercukupi dari konsumsi pakan dan tidak membutuhkan tambahan berupa food supplement dari luar.
yang tidak terbatas. Artinya jika air di dalam wadah tinggal sedikit, segera ditambah kembali. Penempatan bak air di dekat bak hijauan adalah pilihan terbaik, tetapi perlu juga dipertimbangkan agar isi bak air tidak terinjak oleh kambing, sehingga kebersihan air tetap terjaga. Di samping itu, bak air harus dibersihkan, paling sedikit
seminggu sekali.
Pemberian garam dapur, selain untuk memenuhi kebutuhan mineral, dapat juga meningkatkan nafsu makan kambing. Pemberiannya sebaiknya tidak dijadwal, tetapi sudah dalam'keadaan tersedia setiap saat di dalam kandang, sehingga kambing tinggal mengonsumsinya jika sedang membutuhkan. Penempatannya bisa di dalam
5B
ffi
prod
u ks i,
!fi
yakn i menc apai
59
60-7
kan,
upaya meningkatkan efisiensi usaha peternakan selalu diarahkan untuk mengefisienkan penBgunaan bahan
pakan, sehingga secara nyata menurunkan biaya produksi secara keseluruhan.
Berbagai upaya yang dilakukan antara lain penggunaan berbagai bahan yang sebelumnya dikenal sebagai limbah, seperti ampas tahu atau proses amoniasi pakan yang bisa mempercepat proses pencernaan bahan pakan di dalam rumen. Beberapa upaya efisiensi penBBUnaan bahan pakan sebagai berikut. -
a.
Mencincang Hijauan
Seperti telah dikemukakan, tidak semua bagian hijauan disukai kambing. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hijauan yang dicincang sekitar 5-10 cm akan Iebih efisien dikonsumsi kambing, karena bentuknya yang kec il-kecil. Batang-batang m uda yang jika d iberikan secara utuh kurang disukai kambing, dengan pencincangan bisa dikonsumsi kambing. Dengan pencincangan, kambing
sesuai
mengambilnya dalam jumlah yang lebih banyak dan sesekali berebut dengan kambing lainnya. Ada kalanya hijauan tersebut terlepas dan jatuh ke lantai kandang
Pi\KAN YANC DlClNCl,{NCl. Penggunaannya akan lebih efisien, karerta pakan tidak banyal< 1'ang terbuang
b.
Menggunakan LJrea Molasses Block (UMB) tJrea molasses block (UMB) mengandung nonprotein
nitrogen (NPN), yang di dalam rumen akan mengaktifkan mikroba rumen dan disintesis menjadi asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh kambing. Selain urea, UMB juga terdiri dari berbagai bahan penyusun lainnya, seperti nlolirs.sr'.s, deda k pa d i, da n tepu ng tap ioka (sebagai su mber
60
frf
F'eranakan Etawa
f,,.*.
fi
ketersediaan pakan, terutama pada musim kemarau. Pola LEISA (Low Eksternal lnput Sustainable Agriculture) merupakan pola pengelolaan usaha agrobisnis yang dikembangkan untuk meningkatkan daya saing serta tingkat kemampuan untuk bertahan hidup menjadi lebih tinggi.
Pemarifaatan sumber daya lokal menjadi dasar utama konsep ini. Sumber daya lokal lndonesia masih menyimpan plasma nutfah yang berpotensi untuk menanggulangi berbagai kendala ketersediaan bahan
61
energi), bungkil kedelai (sebagai sumber protein), serta garam dapur, tepung tulang, dan kapur (sebagai sumber mineral).
Pemberian UMB sebanyak + gram per hari per kilogram berat badan kambing dilaporkan mampu meningkatkan pertambahan berat badan harian kambing dan meningkatkan akseptabilitas kambing terhadap limbah pertanian dengan serat kasar cukup tinggi, seperti kulit dan tongkol jagung.
c.
i'i
iin
I
Urea merupakan bahan potensial yang dapat memacu pertumbuhan kambing, karena mengandung nonprotein nitrogen. Kebutuhan kambing dan ternak ruminansia lainnya terhadap protein, selain dipasok dari pakan yang dikonsumsinya, juga berasal dari mikroba rumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, berasal dari mikroba yang sudah mati, dan secara tidak langsung, mikroba rumen menyintesis protein dari bahanbahan nonprotein yang dikonsumsi kambing.
d igu
samping budi daya tanaman pangan dan perkebunan. Bahan-bahan tersebut masih mudah didapat dalam jumlah banyak di suatu lokasi pertanian, perkebunan,
atau kehutanan.
ll
I
dalam rumen, nonprotein nitrogen (NPN) akan didegradasi menjadi amonia (NH3), yang merupakan bahan pembentuk protein. Pemakaian urea sebagai
bahan pakan harus dibatasi, yakni tidak lebih dari 1"/" dari bahan kering hijauan atau tidak lebih dari 27o konsentrat. Pemakaian urea juga harus diimbangi dengan pemberian bahan pakan sumber energi.
Di
d.
Permasalahan utama dalam pengembangan ternak ruminansia kecil (kambing dan domba) adalah masalah
Kelemahannya adalah bahan tersebut belum lazim digunakan sebagai bahan pakan ternak (ruminansia) dan biasanya berkualitas rendah (protein dan energi) serta kurang palatable (tidak ramah lidah). Jerami padi, tongkol jagung, tebon jagung (batang dan daun jagung sisa panen), jerami kacang tanah, kulit buah dan biji cokelat, serat dan lumpur sawit, bungkil inti sawit dan ampas sagu merupakan beberapa sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai sumber penyedia bahan pakan berkualitas bagi ternak ruminansia. Melalui proses bioteknologi praktis dan sederhana akan dapat diciptakan pola pengembangan usaha ternak ruminansia berbasis sumber daya lokal yang bernilai ekonomis tinggi.
62
**,,'"gkalkarr
ffi
63 !i
li
Hasil penelitian Suprio Guntoro menunjukkan pemberian limbah kopi dan kakao terfermentasi pada kambing bisa meningkatkan pertumbuhan kambing dan produksi susu kambing secara nyata. Produksi susu dari kambing yang hanya diberi pakan hi,jauan relatif sedikit, 180-200 ml/induk/hari. Sementara produksi susu dari kambing yang diberi pakan tambahan berupa tepung limbah kopi atau tepung limbah kakao meningkat drastis, mencapai 900 ml/induk/hari. Melihat data ini, sudah selayaknya kita mempertimbangkan untuk memanfaatkan Iimbah perkebunan untuk pakan ternak.
berikut. Mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal. Memaksimalkan proses daur ulang(zero waste). Meminimalkan kerusakan Iingkungan (ramah
lingkungan).
Diversifikasi usaha. Pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. Menciptakan kemandi rian.
64
Kairrbiirg frnranak,rn
hrta,,r,ir
,Vlr,:n i riElkat
"ertakarl
,..*,
ffi
Bio-complete feed akan membantu pemecahan masalah nasional yaitu penyediaan pakan bermutu setiap saat (tidak tergantung musim) dengan harga terjangkau, mudah pemberiannya, dan sudah dalam awetan sehingga tahan lama disimpan. Dengan pemakaian biocomplete feed diharapkan populasi ternak ruminansia dapat ditingkatkan. Seperti kita ketahui, petani dengan pemilikan ternak ruminansia lebih dari dua ekor, sudah kesulitan mendapatkan rumput terutama pada musim kemarau. Dengan bio-complete feed, mereka dapat meningkatkan jumlah ternak ruminansia yang dipelihara tanpa kesulitan mencari rumput atau bahan pakan lain dan waktu senggang bisa digunakan untuk kegiatan lain yang lebih produktif.
fl
oleh Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman bekerjasama dengan Program IPTEKDA-LlPl (buttomup) untuk mentransformasikan teknologi guna perbaikan produktivitas kambing peranakan etawa melalui aplikasi teknologi pakan komplit (Complete Feed) di Kabupaten
Banyumas.
Penerapan teknologi pakan lengkap menjadi alternatip untuk mengembangkan usaha mikro kecil menengah (MKM) peternakan kambing PE' Terjaminnya
MEMBU,{T COMPIETE f [ED. Canrpuran lrah;rn pakarr vangl sudah dicinc.rng serla dicampur riengan nrolasers dan gararn, llrrr rlil'errrrenlasi cJi dalarn war.lal'r tertrrtr-r;t selarrra rl rrringgrr
ketersediaannya pakan sangat dirasakan oleh para peternak. Dengan terjaminnya pakan, peternak kambing bisa mengoptimalkan produksi (produksi susu dan hasil cempe) serta meningkatkan populasi. Penerapan teknologi pakan lengkap ini secara tidak langsung akan men i ngkatkan pendapatan peternak.
r,;
66
*".'"gk;'rtkan
[tawa
Meningkatkan Produksi
Susr-r
Kanrbing Peranakan
t"*r fi
67
ffi
Pengalaman kelompok tani ternak kambing PEGUMAS di daerah Cumelar, Banyumas, Jawa Tengah, membuktikan
penggunaan pakan lengkap mampu mengatasi faktor pembatas pengembangan usaha yang selama ini dihadapi peternak ruminansia pada umumnya, yakni kemampuan dalam menyediakan hijauan setiap hari. Sebelum menerapkan complete feed seorang peternak hanya mampu memelihara kambing 6-7 ekor kambing. Namun, dengan menerapkan complete feed, peternak mampu memelihara kambing hingga 40-80 ekor.
Proses Pembuatan Complete Feed
secara manual dengan ukuran O,5-2 cm. Campur cacahan tebon jagung dengan onggok, dedak padi, molases, dan garam.
Penggunaan teknologi aplikatif disesuaikan dengan agroekosistem. ldentifikasi potensi, kendala, dan sumber daya yang ada untuk mengembangkan usaha ke arah integrated
farming system perlu dilakukan. Berikut ini contoh pembuatan pakan lengkap untuk ternak ruminansia
kecil.
Bahan
Masukkan campuran tersebut secara bertahap ke dalam drum plastik(fermentor), lalu tutup rapat. 4. Biarkan selama 3 minggu hingga bahan campuran matang. Hasil fermentasi siap diberikan kepada kambing. Satu ekor kambing dewasa membutuhkan pakan lengkap sekitar 2,5-3 kg per hari. 5. Pakan yang sudah difermentasi ini akan tahan lama disimpan.
;l
ill
I
I
Bahan berasal dari sumber daya lokal yang tersedia, terdiri atas limbah pertanian (seperti tebon jagung beserta batangdan daun), dan limbah agroindustri (seperti onggok dan dedak padi). Formulasi pakan lengkap (berdasarkan bahan kering) dari TIM IPTEKDA-LIPI Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Sudirman sebagai berikut.
Tebon jagung yang sudah kering atau layu 71 kB, onggok kering (ampas industri tapioka) 1 5 kg, padi halus 10 kg, molases (dapat diganti air gula kelapa) 1 ,5"/o, serta garam
I I
2%.
6B
Peranakan Ftarva
n.*r !j
ffi
Pada Waktu Dilahirkan Saat dilahirkan, cempe sudah memiliki ambing yang terdiri dari puting, rongga puting, dan sistem ductus atau saluran, yang akan semakin berkembang, tetapi tidak terlalu pesat.
69
b.
Biologi laktasi
A.
Perkembangan Ambing
pengenalan
c.
Masa Pertumbuhan Pada masa ini pun perkembangan ambing tidak terlalu
pesat.
d.
Masa Pubertas Terjadinya pertumbuhan sistem ductus yang begitu pesat pada awal pubertas. Adanya pengaruh hormonal
menyebabkan ukuran ambing bertambah besar.
hal ini tubuh kambing, saat periode laktasi. Proses-proses fisiologi ini terkait juga dengan aneka fungsi berbagai organ tubuh yang terlibat dalam proses tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
I
I
Organ utama yang sangat berperan dalam proses laktasi adalah ambing, sehingga perkembangan ambing dari waktu ke waktu, sejak masa janin (foetus), dilahirkan, masa pertumbuhan, masa pubertas, masa bunting, masa laktasi, atau masa kering, harus diperhatikan secara saksama. Perkembangan ambing yang terjadi sebagai berikut.
e. Masa Bunting Ambing akan semakin membesar seiring dengan pertambahan umur kebuntingan. Hal ini disebabkan pembentukan alveolus yang sangat pesat. Jaringan lemak akan digantikan dengan sel-sel sekresi yang
mulai menghasilkan cairan. Jika diperah perlahan-lahan, pada umur kebuntingan 1-3 bulan, akan keluar cairan bening yang agak kental. Semakin tua umur kebuntingan, cairan akan menjadi kuning transparan. Pada akhir masa kebuntingan akan terbentuk colostrum sampai umur 1-7 hari setelah beranak.
a.
I
Bakal ambing terlihat sebagai dua garis lurus di daerah perut yang secara anatomi disebut pila mammary. Pada foetus betina, pita mammary ini berkembang menjadi tonjolan-tonjolan yang dikenal sebagai puting. Dalam fase ini, alveolus sudah banyak ditemukan. Demikian pula canal dan gland cistern sudah mulai terbentuk.
f.
Masa Laktasi Ukuran ambing sudah tidak bertambah, tetapi sudah dapat menghasilkan susu setiap hari sepanjang masa laktasi. Pada beberapa tipe kambing perah, susu yang dihasilkan tidak hanya cukup untuk kebutuhan cempe yang dilahirkan, tetapi juga bisa diperah dan susunya dikonsumsi manusia. Jumlah sel sekresi akan terus
7A
t,ot,'|,ng^l<alknn
f'tndrrl'si
,$r.rotr
ffi
meningkat sampai masa puncak laktasi. Selanjutnya, akan menurun karena sel sekresi mengalami kerusakan secara alami akibat proses pemerahan. Cara pemerahan yang baik akan mampu memperpanjang masa puncak
laktasi karena mampu menunda kerusakan sel sekresi.
ttru*ru
lf!|
B.
Masa Kering
Pada masa kering, akan terjadi proses pemulihan kondisi ambing dan organ-organ di dalamnya. Sel-sel sekresi yang rusak akan diperbaiki dan jaringan-jaringan yang bersifat elastis akan kembali ke bentuk asalnya. Dengan pakan yang baik, dua bulan masa kering sampai proses beranak merupakan waktu yang cukup untuk proses pemulihan tersebut.
cJan
tidak
susr-r
mengeluarl<an
i
Pada umumnya kambing memiliki dua buah ambing yang terletak di antara perut dan dua kaki belakang. Dengan perantaraan jaringan ikat, ambing menempel di canalis inl4uinalis, yang memiliki saluran arleri, vena, pembuluh g<.lirlr lrt'rrirrg, dan sistcm syaraf. Ambing hiasanya
72
Fltar,va
ftawa
ffi
berbentuk seperti gelas anggur (bulat memanjang) dan dilengkapi puting tempat keluarnya susu saat diisap oleh cempe atau saat diperah.
Panjang ambing berbeda-beda, biasanya berkisar 10-2O cm, dan panjang puting berkisar 5-10 cm. Biasanya sualu lobulus. Beberapa lobulus kembali bergabung dan dibungkus oleh satu jaringan ikat dan disebut /obus. Setiap
ftt
73
bagian ambing memiliki suatu sistem ductus (saluran) yang berfungsi untuk menyalurkan susu yang diproduksi oleh alveolus ke tempat pengeluaran (puting).
Sebagai organ produsen susu, a/veolus bekerja tanpa henti. Jadi, setiap saat, selama masa laktasi, susu akan terus diproduksi. Susu yang dihasilkan oleh alveolus akan disalurkan oleh sistem ductus ke srnus lactiferus dan gland cistern sebagai tempat pengumpulan susu sebelum disekresikan melalui puting. Secara alamiah, puting tidak memiliki kelenjar keringat dan tidak ditumbuhi bulu.
jumlah puting sama dengan jumlah ambing, tetapi ada kalanya jumlah puting lebih banyak daripada jumlah ambing. Dalam kasus seperti ini, jika ambing tidak normal (tanpa lubang puting), iidak akan berpengaruh. Jika ada, lubang puting harus dibuang.
elastisitas, baik pada waktu bentuk ambing besar (pada waktu laktasi) maupun pada waktu mengecil (masa kering).
Meskipun ligamentum suspensorium medialis bersifat elastis, jika terjadi peregangan yang terus-menerus (misalnya jika ambing sudah penuh oleh susu, tetapi susu tidak dikeluarkan dengan cara diperah atau diisap oleh cempe), ligamentum suspensorium medialis kehilangan
elastisitasnya.
Panjang puting kambing perah yang sedang laktasi berkisar 5-10 cm. Di ujung puting terdapat lubang puting yang disebut streak canal atau teat meatus, berdiameter 2-5 mm. Di lubang puting terdapat lapisan sel yang saling melipat dan berfungsi menahan susu agar tidak keluar tanpa diperah atau diisap oleh cempe. Lapisan sel ini juga menghasilkan semacam cairan yang bersifat antibakteri yang penting dalam mencegah infeksi mikroba yang bisa menyebabkan penyakit, misalnya penyakit mastitis. Di samping itu, terdapat urat daging yang berbentuk sirkuler dan berfungsi sebagai klep untuk pengeluaran susu. Kekuatan urat daging ini akan berpengaruh terhadap kecepatan pemerahan dan mudah tidaknya susu dikeluarkan dari ambing.
Kadang-kadang, terlihat ambing yang selalu mengeluarkan susu walaupun tidak diperah. Hal ini disebabkan klep
alau spinchter-nya sudah tidak berfungsi normal. Ambing seperti ini sangat mudah diserang mikroba penyebab mastitis, karena lubang putingnya selalu dalam keadaan
Organ terkecil yang sangat berperan dalam produksi susu adalah alveolus, yang tersusun atas beberapa sel sekresi. Beberapa alveolus bergabung dan membentuk
terbuka.
74
Peran;'rl<an Etawa
0..*"
ffi
fi
Pituitary posterior
7l
C. Sistem Hormonal
Optimalisasi produksi susu tergantung dari kerja optimal sistem hormonal di dalam tubuh. Seperti diketahui, banyak hormon yang bekerja dalam proses laktasi. Secara sederhana, beberapa kelenjar, hormon yang dihasilkan, dan fungsi hormon tersebut dijabarkan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kelenjar hormon, hormon, dan fungsi hormon Kelenjar
Oxytocyn
Kontraksi uterus,
Keseimbangan
cairan tubuh.
Merangsang sekresi LH dan FSH.
Fungsi
Hormon
Pertumbuhan folikel pada
Anterior pituitary
produksi susu. Thyrocalcitonin Metabolisme Ca dan P. Metabolisme Ca dan P. Metabolisme glukosa. Metabolisme glukosa, protein, dan lemak.
Crowth hormone
Parathyroid
Parathyioid hormone
Pancreas
kelenjar tiroid.
Merangsang kelenjar adrenal.
Adrenal cortex
Clucocorticoid
76
ffi
Minerocorticoid
Metabolisme mineral dan elektrolit.
Respons stres.
*"*. !j
77
b.
Adrenal medulla Ephinephrine dan neoroephinephrine
Estradiol
Sintesis'Lemak Susu
Kadar lemak susu bervariasi, sekitar gram/100 gram susu. Sebagian besar lemak susu terdapat dalam bentuk
4-7
Susu Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi dan komposisinya seimbang. Sel-sel sekresi di dalam alveolus menghasilkan cairan susu yang kemudian dikumpulkan di sinus lactiferus dan gland cistern melalui sistem ductus. Setelah itu,
dikeluarkan melalui proses pemerahan atau diisap oleh cempe. Sekresi susu dalam jumlah besar dan kualitas yang baik merupakan tujuan pemeliharaan kambing perah, sehingga pengetahuan dasar mengenai biosintesis susu perlu diketahui.
D. Biosintesis
Komposisi lemak susu akan semakin menurun akibat pemberian pakan berbentuk konsentrat. Hal ini disebabkan kandungan protein yang cukup tinggi dalam konsentrat merupakan pemacu produksi asam propionat di dalam rumen yang kemudian diserap darah. Pakan berupa hijauan menghasilkan banyak asetat sebagai bahan baku sintesis lemak susu.
c.
Sintesis Laktosa
Laktosa pada susu sebagian besar berasal dari glukosa dan galaktosa yang diserap sel sekresi dari dalam darah. Rasa manis di dalam susu disebabkan kandungan laktosa ini. Kadar laktosa di dalam susu relatif stabil. Adanya perbedaan kandungan kedua bahan tersebut dapatterlihat jelas dengan mengadakan analisis darah di pembuluh arteri dan vena.
susu,
sehingga keberadaannya harus selalu dalam kadar yang tinggi di dalam darah. Untuk menunjang kadarnya tetap tinggi, dibutuhkan pakan dalam kuantitas dan kualitas yang mencukupi. Kekurangan kandungan glukosa dalam darah akan menurunkan jumlah susu yang dihasilkari sel
sekresi.
7B
*.n'*,gkatkan l'rodtrksi
[tawa
ffi
d.
Semua mineral yang terkandung dalam susu, yakni Ca (kalsium), K (kalium), Na (natrium), P (fosfor), dan Mg (magnesium) diserap langsung oleh sel sekresi dari dalam darah. Hingga kini, mekanisme penyerapannya belum diketahui secara pasti, tetapi diduga ada suatu mekanisme sistem transpor aktif yang mampu menyerap mineral pada sel sekresi. Biasanya kadar natrium dan kalium dalam susu relatif stabil. Natrium, kalium, dan laktosa berfungsi
menjaga tekanan osmosis dalam susu.
Sel-sel sekresi berfungsi sebagai filter (penyaring) bagi penyerapan vitamin dari dalam darah untuk produksi susu. Seperti halnya mineral, vitamin juga diserap oleh sel sekresi tanpa mengalami perubahan. Demikian pula untuk unsur air.
Pemeliharaan
Dalam siklus hidupnya, kambing mengalami beberapa tahapan atau periode tertentu. Setiap periode yang dialami membutuhkan penanganan yang tidak sama berdasarkan proses-proses biologis dan fisiologis di dalam tubuh.
B0
Per.'nak.rn Eia*,a
u-"*,
B1
fl
Waktu terbaik untuk melaksanakan perkawinan adalah
B-1
pengalaman di lapangan, waktu tersebut merupakan waktu dengan persentase keberhasilan terjadinya kebuntingan
berumur B-12 bulan. Siklus birahi adalah sebuah siklus dalam kehidupan kambing betina yang sudah dewasa dan setiap siklus akan diakhiri dengan proses ovulasi (keluarnya sel-sel telur untuk dibuahi). Peternak yang ingin berhasil dalam usaha peternakan kambing perah harus memahami benar siklus birahi kambing-kambingnya,
yang paling tinggi. Jika tanda-tanda birahi terlihat pada sore hari, sebaiknya kambing betina dikawinkan pada pagi keesokan harinya, sedangkan jika tanda-tanda birahi terlihat pada pagi hari, kambing betina dikawinkan pada sore harinya. Cara perkawinan yang terbaik adalah dengan mencampur pejantan dengan kambing betina dalam satu kandang selama beberapa jam.
Secara teoretis, sebenarnya kambing betina sudah dapat
karena keberhasilan perkawinan kambing hingga mengalami kebuntingan ditentukan oleh pengetahuan
mengenai siklus ini.
Biasanya, kambing mengalami masa birahi selama interval
lil
il;
t
tlil
:iil
ii
waktu 24-36 jam dan satu siklus estrus membutuhkan waktu sekitar 18-21 hari. Siklus birahi terjadi pada kambing-kambing betina yang tidak bunting. Beberapa tanda yang biasanya terlihat secara fisik pada kambing betina yang sedang birahi sebagai berikut. 1. Alat kelamin bagian luar (vulva) terlihat berwarna merah, membengkak, jika diraba terasa hangat, dan mengeluarkan cairan seperti lendir. Para peternak di
Jawa mengenalnya sebagai gejala 3A, abang (merah), abuh (bengkak), dan anget (hangat). Kambing betina terlihat menggerak-gerakkan
dikawinkan setelah mengalami masa birahiyang pertama. Namun, untuk memberikan kondisiyang ideal bagiseluruh organ dalam tubuh kambing yang akan menunjang proses kebuntingan, sebaiknya perkawinan pertama dilakukan setelah 3 atau 4 kali siklus birahi (sekitar 3 atau 4 bulan setelah siklus birahi pertama terdeteksi).
Dua minggu sebelum dikawinkan untuk pertama kali (7-1O hari setelah tanda birahi terakhir terlihat), kambing
akni diberi pakan berupa konsentrat dengan kadar protein lebih tinggi daripada yang biasa diberikan. Tujuannya untuk meningkatkan keberhasilan perkawinan, sehingga terjadi kebuntingan. Jika kambing gagal bunting, diperlukan waktu 21 hari lagi untuk mengulang perkawinan, dan itu berarti pembengkakan biaya pemeliharaan.
u
k) d iberi program fl u s h i n g, y
2. 3. 4. 5.
merupakan indikator bahwa kambing tersebut minta kawin. Kambing betina terlihat o gelisah dan sering
mengembik. Nafsu makan menurun dan nafsu birahi meningkat. Tidak menghindar jika dinaiki pejantan.
ini
82
[f
dipakai sebagai penentu kambing jantan sudah dewasa kelamin adalah jika kambing jantan sudah mulai suka menaiki kambing lainnya. Jika patokan dewasa kelamin didasarkan pada umur, pada umur B bulan kambing sudah siap digunakan sebagai pejantan.
Dalam usaha pemeliharaan kambing perah, pemeliharaan kambing jantan tidak perlu terlalu banyak karena bisa menBUranBi efisiensi. Sebaiknya hanya kambing-kambing yang akan digunakan sebagai pejantan yang dipelihara, sedangkan kambing jantan lainnya bisa dijual sebagai kambing potong. Kriteria pemilihan pejantan di antaranya berasal dari induk yang produksi susunya tinggi dan laju
pertumbu hannya relatif cepat.
tj
Kambing jantan yang akan digunakan sebagai pejantan harus ditempatkan di kandang terpisah. Tujuannya untuk memudahkan perawatan dan pengawasan. Dalam hal ini, kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan sangat diperlukan. Pemberian hijauan yang jenisnya bervariasi sebanyak B-10 kg dan konsentrat sebanyak 0,5 kg dipandang cukup untuk memberikan kondisi siap pakai atau siap kawin pada pejantan. Selama satu atau dua jam setiap hari, pejantan bisa dikeluarkan dari kandang dan dilepas di tempat yang lebih luas untuk melatih perototannya, sehingga mampu menunjang aktivitasnya sebagai bibit unggul (pemacek).
83
ekor,
pemeliharaan pejantan sendiri tidak ekonomis. Karena itu, lebih baik menyewa atau meminjam pejantan dari peternak lain, atau memelihara pejantan bersama dalam satu kelompok. Namun, untuk skala pemeliharaan yang melebihi 10 ekor induk, memiliki pejantan sendiri adalah sebuah keharusan, agar sistem perkawinan dan seleksi bisa berjalan dengan baik.
Pejantan sudah bisa digunakan sebagai pemacek setelah berumur lebih dari satu tahun dan bisa terus digunakan
sampai umur 5-6 tihun dengan pemberian pakan yang baik. Ketika pejantan sudah mencapai umur 4 tahun,
sebaiknya sudah disiapkan pejantan pengganti dari keturunannya untuk menjaga kesinambungan program penerapan sistem perkawinan dan seleksi. Tujuannya untuk memperoleh kambing-kambing dengan mutu
genetis yang baik.
84
0,.**
ffi
!fi
dan nafsu makan menurun. Jika kondisi itu sudah mulai terlihat, perlu disiapkan kandang yang bersih.
Kandang sebaiknya diberi alas yang dapat menyerap cairan
Bs
yang keluar saat proses kelahiran, serta memberikan rasa hangat kepada cempe yang baru lahir, misalnya dengan memberi alas berupa karung goni atau jerami padi. Jika kondisi kebuntingan normal, biasanya kambing tidak membutuhkan pertolongan saat proses melahirkan.
terpisah agar terhindar dari Sangguan kambing lainnya atau terjadi perkelahian sesama kambing.
Perlu juga dijaga agar kandang tidak Iicin, karena bisa menyebabkan kambing yang sedang bunting tergelincir yang mengakibatkan keguguran. Untuk melancarkan proses kelahiran, setiap hari kambing bunting sebaiknya dikeluarkan dari kandang dan dibawa berjalan-jalan selama satu jam. Masa kebuntingan kambing sekitar 5 bulan. Selama periode bunting, kambing juga membutuhkan pakan yang lebih banyak dan lebih berkualitas untuk menunjang seluruh proses di dalam tubuhnya dan untuk menunjang proses laktasi setelah beranak. Pakan berupa hijauan yang bervariasi (dalam jumlah 10% berat badan) dan konsentrat 0,5-0,6 kg per hari sudah mampu mencukupi kebutuhan kambing bunting. Kambing yang akan beranak, secara fisik dapat diketahui dari bentuk ambing yang sangat besar dan puting susu I uar (vulva) membengkak, kambing terlihat gelisah;
l^-.
i
a
proses involusi uteri (pemulihan bentuk uterus ke bentuk semula setelah beranak), sebaiknya perkawinan ditunda sampai masa birahi selanjutnya. Biasanya, saat tanda birahi terlihat, produksi susu kambing perah akan
B6
ftf
**"'tgkatkiirr
!fi
87
F.
E.
Pemeliharaan Cempe
Dalam pemel i haraan kambi ng perah, cempe yang baru di lah i rkan sebaiknya segera dipisahkan dari induknya. Jika ingin terus
dicampur dengan induknya, sebaiknya hingga masa colostrum selesai. Setelah itu, cempe dipisahkan dari induknya. Artinya, cempe-cempe tersebut disapih dini. Selanjutnya, susu kambing diperah dan dijual, sedangkan cempe diberi susu buatan. Berikut ini adalah cara membuat susu buatan untuk cempe.
1. 2.
laktasi berikutnya, kambing perah membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Karena itu, pada umur kebuntingan tiga bulan, kambing sudah tidak diperah lagi. Meskipun kambing sudah tidak memproduksi susu, pemberian pakan harus tetap dijaga, baik kuantitas maupun kualitasnya, agar pada masa laktasi selanjutnya, produksi susu tetap tinggi.
Siapkan susu sapi atau buat larutan susu dari susu bubuk sebanyak O,4-0,6liter per ekor cempe (disebut satu dosis). Tambahkan satu sendok teh minyak ikan dan satu butir telur ayam ke dalam satu dosis larutan susu, kemudian aduk
rata.
3.
4.
Kurangi dosis susu sebanyak 100 ml setiap bulan, sejalan dengan bertambahnya umur dan kemampuan cempe mengonsumsi jenis pakan selain susu. Berikan susu buatan tersebut menggunakan botol susu untuk bayi. Jika jumlah cempe banyak, pemberian susu bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan cempe di dalam satu kandang khusus dan susu buatan diberikan dengan memodifikasi ember yang diberi beberapa ambing buatan.
li
dicampur
clengan induknya
di dalam satu
kandang, tetapi hanya sampai masa colostrum
selesai
,V1ei'lirrgkatlt;ln
tr^*,,
fl
Sebaiknya colostrum tidak dikonsumsi manusia, karena bisa menyebabkan diare.
Bg
Susu dari kambing baru dihasilkan setelah periode produksi e-olostrum selesai, yakni 5-7 hari setelah beranak. Warna susu secara umum putih, bahkan susu kambing relatif lebih putih daripada susu sapi. Setelah umur 5-7 hari ini, susu kambing bisa diperah dan
dikonsumsi manusia.
A.
Persiapan Pemerahan
Sebelum memerah, sebaiknya melakukan beberapa persiapan yang akan mendukung proses pemerahan. Persiapan yang harus dilakukan sebagai berikut.
a.
Sebeldm diperah, harus dipastikan bahwa kambing dalam keadaan sehat. Jika diketahui kambing perah menderita suatu penyakit, harus dipastikan bahwa penyakit tersebut
Pengelolaan Produksi
Sesaat setelah beranak, kambing akan mengeluarkan cairan berwarna kuning pekat yang mengandung banyak antibodi yang dibutuhkan oleh cempe yang baru d i lah i rkan. Cai ran i n i disebut dengan colostr u m. Colostru m berfungsi membersihkan sisa-sisa bahan makanan yang terdapat di saluran pencernaan. Colostrum juga memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin A, vitamin B, protein, dan mineral. Colostrum diproduksi selama 2-7 hari, tergantung dari kondisi dan jenis atau bangsa kambing.
b.
Pada umumnya pemerah mengadakan kontak langsung dengan kambing dan susu yang dihasilkannya, sehingga kesehatan pemerah harus ter.us dikontrol. Pemerah harus sehat dan tidak mengidap penyakit menular seperti TBC.
Penyakit semacam itu berpotensi menular melalui susu hasil perahannya. Di samping itu, pemerah harus orang yang selalu menjaga kebersihan. Kuku jari-jari tangannya tirlirl< birlch dibiarkan memanjangdan sebelum melakukan pr,rttt,rirltan, lanB,anny.t harus clit'uc:i hingga bersih.
90
ft.w,l
91
[f
tj
c.
Memandikan Kambing
3. 4.
Sebelum diperah, kambing sebaiknya dimandikan terlebih dahulu. Ambing harus dibersihkan dari kotoran yang
masih menempel. Air dingin biasanya juga membantu proses sekresi susu dari ambing. Selain itu, kotorankotoran yang menempel di tubuh kambing juga harus disingkirkan, sehingga kemungkinan pencemaran susu bisa dihindari.
Usahakan tidak ada suara atau bunyi gaduh atau bising di sekitar tempat pemerahan. Fakukan pemeiahan datam intervalwaktu yang sama. Misalnya, jika akan melakukan pemerahan dua kali sehari, sebaiknya dalam interval 12 jam. Namun, jika
akan melakukan sekali pemerahan, lakukan pada waktu yang sama setiap hari, misalnya setiap pukul
d.
5. 6. 7.
Peralatan pemerahan harus selalu dibersihkan setelah digunakan, sehingga selalu siap digunakan setiap saat. Semua peralatan, terutama yang terbuat dari logam harus dibersihkan dengan merendamnya di dalam air panas atau dengan cara merebusnya, sehingga peralatan tersebut selalu dalam kondisi steril. Dalam hal ini sebaiknya prinsip tidak menunda pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan, ditaati dan diterapkan dengan baik.
08.00 pagi. Hindari pergantian pemerah secara mendadak. Lumuri tangan pemer;ah dengan rnirryak kelapa agar ambing tidak lecet. Olesi kedua ambing dengan margarin atau mentega atau minyak kelapa.
Pemerahan kambing bisa dilakukan dengan tiga cara, yakni whole hand, knevelen, dan stripping. Dari ketiga cara pemerahan, yang paling umum dilakukan adalah cara stripping.
a.
I
I
B.
Pelaksanaan Pemerahan
pemerahan
Pemerahan merupakan proses penting dalam usaha peternakan kambing perah, karena produk utama yang dihasilkan adalah susu yang akan dikonsumsi. Pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, sehingga tidak ada susu yang tertinggal di dalam ambing. Adanya susu yang tersisa bisa menyebabkan terjadinya infeksi mikroorganisme dan menyebabkan penyakit mastitis.
Berikut ini beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan pemerahan. 1 . Bawa kambing kem/kingstand,dan bagian kepalanya dijepit agar tidak banyak bergerak. 2. Usahakan agar kambing tenang sehingga proses pemerahan tidak terhambat.
panjang.
ln
botol atau ember khusus yang bersih. Cara pembrahan ini memungkinkan
tersisanya susu dalam ambing, sehingga untuk menuntaskan pemerahan perlu
92
tr"n,,'gkatkan
Prrxh-rksi Srsu
Kanrlri'g Frcr.nak.n
Et.rw"r
, tl
().]
ffi
Tip Meningkatkan Produksi Susu Kambing
Produksi susu kambing bisa ditingkatkan, salah satunya dengan cara melakukan pemijatan ambing sekitar lima menit, sebelum ambing tersebut diperah. Teknik pemijatan ini bisa meningkatkan produksi susu kambing hingga 50%. Berikut cara melakukan pemijatan pada ambing. 1. Basahi ambing dengan air hangat suam-suam kuku. Air hangat berfungsi untuk melepaskan lemak yang menyumbat puting ambing. 2. Pegang ambing dengan dua telapak tangan dalam posisi semua jari terbuka. 3. Lakukan gerakan memijat dengan memutar telapak tangan ke kanan dan ke kiri ambing sambil agak ditekan. 4. Lakukan pemijatan dari pangkal hingga ujung dekat puting. Lakukan pemijatan inj secara berulang hingga ambing kering. 5. Basuh ambing dengan air hingga bersih, lalu lap dengan handuk basah. Ambing siap diperah. 6.
PEMERAHAN DENGAN
CARA STRIPPINC]. Dilakukan dengan cara menjepit puting di antara ibu jari dan telunjul<, lalu jepitan diarahkan ke bawah
b.
Knevelen
Cara pemerahan sama dengan whole hand, tetapi posisi ibu jari menekuk ke belakang.
c.
Stripping a str i ppi n g biasa di aku kan terhadap ambi ng Car yang bentuknya pendek dan pemerahan dengan cara whole hand tidak memungkinkan. Caranya adalah dengan menjepit putinB di antara ibu jari dan telunjuk, kemudian jepitan diarahkan ke bawah. Cara ini bisa menyebabkan rasa sakit, sehingga produksi susu tidak maksimal dan bisa menyebabkan puting panjang. Cara pemerahan ini bisa menuntaskan proses pemerahan. Setelah pemerahan selesai, susu disaring dan dimasukkan ke dalam 'milk can (tempat susu yang terbuat dari aluminium).
I
C.
Pencatatan Produksi
Untuk keperluan proses seleksi, dibutuhkan pencatatan produksi sebagai dasar untuk memilih kambing yang akan dipertahankan sebagai induk dan kambinB yang akan disingkirkan dari populasi. Berikut ini beberapa formulir isian (Format5,6, dan 7) yang akan membantu
peternak dalam melakukan pencatatan produksi kambing
pcra
h
nya.
g4 ffi
{:tar'va
u.*.,
g5
fj
Alasan kambing dikeluarkan dari populasi
:
Format 5 merupakan catatan individual kambing perah, yang beiisi data individu yang bersangkutan. Data tetua (nenek moyang) dibutuhkan untuk keperluan penerapan sistem perkawinan dan proses seleksi. Kolom perlakuan diisi dengan proses pencegahan pertumbuhan tanduk, deodorizer, dan segala tindakan yang dialami oleh kambing. Bisa juga tindakan pengobatan jika kambing sakit dan obat yang diberikan. Untuk keperluan identifikasi, bisa pula ditempelkan foto kambing dari depan, belakang, samping kiri dan kanan, serta dari atas. Untuk memudahkan, bisa diberikan pola
warna. Format 5.
Format 6.
Minggu,
Senin,
Selasa,
2.
3.
Kakek
4.
5. 6.
-Nenek
Kakek
---_. 7.
.\
Jumlah
Betina
Nenek
Perlakua n Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Catatan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
: : : :
Tabel 6 memuat catatan produksi harian dari setiap kambing perah yang dipel i hara. J um lah produksi dicatat setiap hari dan setiap mi nggu direkapitulasi. Jumlah produksi per minggu kemudian digabungkan dengan jumlah produksidariminggu lainnya. Setelah itu, dijumlahkan dalam satu periode masa laktasi untuk mendapatkan total produksi susu per masa laktasi (Format Z). Angka produksi ini menentukan kambing perah akan dipertahankan sebagai induk atau disingkirkan dari populasi.
95
*^*a
ffi
Format
Z.
!j
perkawinan bisa dilihat pada diagram berikut ini.
CATATAN PRODUKSI PER MASA LAKTASI
Berdasarkan diagram, masa laktasi kambing perah adalah 180 hari (6 bulan), masa kering selama dua bulan, dan
97
Nama
Masa Laktasi
melahirkan
mulai diperah
kawin kembali
C. Manajemen Perkawinan
Manajemen perkawinan sangat penting untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam usaha peternakan kambing perah, mengingat kambing perah akan mampu memproduksi susu setelah beranak. Biasanya, untuk mencapai efisiensi produksi dan mencapai keuntungan yang tinggi, kambing-kambing perah "dipaksa" untuk
beranak tiga kali dalam setahun.
Dalam program ini, kambing dikawinkan kembali 3-4 bulan setelah beranak. Kambing masih memproduksi susu selama periode kebuntingan dan dikeringkan dua bulan sebelum beranak kembali untuk membantu proses pemulihan ambing dan organ lain yang mendukung produksi susu. Untuk lebih jelasnya, manajemen
c (!
-o
J (! (!
co
0)
6 -:z (! J (!
G
(g
-.c (d
]co l!
E
d
coJ
9B
fr*r. fl
99
a.
Pemerahan Berselang
Pemerahan dilakukan secara berselang, misalnya hari ini diperah, besok tidak. Selang waktu kemudian ditambah
b.
Pemerahan dilakukan hanya terhadap salah satu ambing, sedangkan ambing yang lain diperah. keesokan harinya. Hal ini terus dilakukan sampai produksi susu terhenti.
Terdapat luka di sekitar bibir yang bisa menyebar hingga ke sekitar sela-sela kuku. Pada kambing betina, luka ini juga bisa terjadi di ambing.
2. 3. 4.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan mengarantinakan kambing-kambing yang berasal dari tempat atau lingkungan lain, selama 2-3 minggu dan mengisolasi kambing-kambing yang diduga menderita penyakit tersebut. Jika penyakit sudah menyerang kambing, yang bisa dilakukan adalah memberikan preparat supronal atau antibiotika Leukomisin. Pengobatan ini bukan
00
t"*. ff
lil
untuk mengobati penyakit Ecthyma contagiosa, tetapi untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang bisa
menBakibatkan kematian.
salep Scabisid di bagian yang berkeropeng. Sebelumnya,
0t
B.
Scabies
C. Cacingan
Penyakit cacingan disebabkan infeksi berbagai jenis cacing. Paling dominan adalah cacing pita, cacing gelang (Neoascans vitulorum), cacing lambung (Haemonchus contortus), dan cacing hati (Fasciola hepatica). Penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang saluran pencernaan kambing.
Penyakit scabies ini disebabkan parasit kulit dan bisa menular kepada ternak lain. Semua kambing bisa terseranB penyakit ini tanpa batasan umur. Kambing yang terserang penyakit ini bisa dilihat dari beberapa tanda
spesifik sebagai berikut. 1 . Kambing terlihat gelisah dan sering menggaruk-garuk bagian tubuh menggunakan kaki atau menggosokgosokkan tubuhnya ke benda yang kasar. 2. Karena terlalu sering digosokkan ke benda yang kasar, kulit yang sakit bisa mengalami perlukaan dan menimbulkan keropeng atau kerak. 3. Bulu-bulu di tempat kulit yang terkena penyakit ini menjadi rontok. Di samping itu, terjadi penebalan dan warna kulit kusam kemerahan 4. Pada awalnya, bagian kulit yang sering terserang adalah telinga, muka, leher, serta ekor, tetapi bisa
Hampir B0% populasi kambing di lndonesia terinfeksi cacing dari stadium awal sampai akut. Beberapa tanda
klinis yang muncul pada kambing yang terserang penyakit ini adalah muka pucat, bulu kusam, badan kurus, lesu, nafsu makan berkurang, sehingga pertumbuhan tidak normal. Kadang-kadang, disertai dengan mencret dan pembengkakan di 6awah dagu.
Langkah pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan memberi obat cacing sesuai petunjuk pada kemasan.
ii
5. 6.
menyebar ke seluruh tubuh. Tubuh kambing kurus karena nafsu makan menurun dan aktivitas makannya terganggu karena rasa gatal yang parah. Tanpa penanganan yang intensif, kambing bisa mati
karena kurang makan.
Biasanya obat cacing yang diperuntukkan bagi ternak secara umum dapat membunuh segala jenis cacing. Sementara 'itu, upaya pencegahan yang paling utama adalah menjaga kebersihan kandang.
Penyakit
sekali seminggu bisa mengurangi kemungkinan kambing terserang penyakit scabies. Jika kambing terserang penyakit ini, sebaiknya dipisahkan dari kambing yang masih sehat. Penyakit bisa diobati dengan mengoleskan
Jika kambing diberi rumput yang dipotong dari padang rumput, sebaiknya pemotongan dilakukan setelah tengah hari, agar telur-telur cacing yang menempel di rumput dengan perantaraan siput mati. Jika kambing digembalakan di padang rumput, sebaiknya penggembalaan dilakukan setelah tengah hari.
02
fiil
Pemberian perasan buah pinang atau air tembakau sekali sebulan dengan takaran 1 sendok makan, bisa mencegah cacingan. Pemberian obat cacing secara berkala, misalnya setiap dua atau tiga bulan sekali, bisa membebaskan
&4ernin14ka[kan
".l*-
tt!, t O3
dilihat dengan memeriksa bulu kambing. Kutu akan terlihat berwarna putih kemerahan. Rasa gatal di bagian
kulit akan menyebabkan nafsu makan kambing menurun.
Upaya pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan cara mencukur bulu kambing dan memandikannya dengan cairan insektisida, seperti Basudin atau Asuntol, dengan dosis sesuai anjuran yang terdapat pada kemasan. Selain dengan memandikan, pengobatan bisa dilakukan dengan cara menyemprot atau merendam dalam cairan insektisida yang sama. Proses pengobatan harus dilakukan dengan hati-hati agar kambing tidak menjilati cairan
insektisida.
Langkah selanjutnya, kambing diberi suplai cairan berupa larutan air sebanyak 2,5 liter yang dicampur gula dan garam sebanyak 1 sendok makan. Bisa juga larutan oralit. Dosisnya adalah seperenam berat badan kambing. Pengobatan bisa juga dilakukan dengan memberikan tablet norit dengan dosis 2-3 tablet sehari sampai
sembuh.
Langkah memandikan kambing atau mencukur bulu secara berkala, misalnya setiap dua minggu sekali, akan mencegah perkembangbiakan kutu. Untuk mencegah penularan selama masa pengobatan, kambing yang
Jika sakit berlanjut, sebaiknya peternak menghubungi mantri hewan atau dokter hewan terdekat. Untuk pencegahan, sebaiknya dihindari pemberian air minum yang diambil dari sungai karena dikhawatirkan sudah terkontaminasi bakteri E. coli. Pakan hijauan sebaiknya tidak diberikan dalam bentuk segar, tetapi sudah dilayukan, minimum enam jam setelah dipotong-potong.
04
fil
to*" /tfi t 05
F.
Penyakit kembung atau timpani dipicu oleh kegagalan tubuh kambing dalam mengeluarkan produk berupa gas yang berasal dari proses pencernaan di dalam lambung. Adanya penyumbatan di salah satu saluran pengeluaran atau konsumsi bahan pakan yang terlalu banyak, diduga merupakan penyebab utama penyakit kembung ini. Beberapa tanda klinis yang bisa dilihat secara fisik adalah kambing terlihat tidak tenang, gelisah, dan mengalami kesulitan bernapas. Perut sebelah kiri bagian atas terlihat kembung dan jika ditepuk+epuk mengeluarkan bunyi
agak keras, seperti suara gendang. Langkah pengobatan yang bisa dilakukan adalah kambing diusahakan agar tetap dalam keadaan berdiri. Mulutnya
hijauan yang basah oleh embun. Jika tidak ada bahan pakan lain, sebagai pencegahan, bahan pakan bisa dibasahi dengan minyak kelapa atau minyak kacang sebelum diberikan kepada kambing.
diganjal kayu agar terbuka, kemudian diberi minum minyak kelapa atau minyak kacang sebanyak 100-200 ml. Perut yang kembung dipijat-pijat secara perlahan
untuk membantu mengeluarkan gas di dalamnya.
Dalam kondisi yang sudah parah, perlu dilakukan langkah darurat berupa penusukan di bagian perut yang
kembung. Di bagian perut yang kembung, bulu-bulu dicukur dan diolesi alkohol atau yodium tincture. Lokasi penusukan adalah 10-15 cm di bawah tulang belakang
serta pertengahan antara tulang rusuk dan tulang panggul.
Penyakit yang disebabkan virus tidak bisa diobati secara tuntas, sehingga kambing yang mengidap virus ini sebaiknya segera disingkirkan dari populasi, misalnya dipotong. Upaya ini juga merupakan upaya pencegahan agar penyakit tidak mewabah. Keguguran yang disebabkan oleh bakteri masih bisa diatasi dengan memberikan preparat sulfa atau antibiotika. Berbagai
bentuk benda atau cairan yang dikeluarkan oleh kambing yang keguguran harus segera dibakar.
Penusukan bagian tersebut dilakukan menggunakan kawat besi berujung runcing yang sudah disterilkan dengan cara dibakar atau direndam dalam alkohol. Cas yang keluar dibiarkan dan jika perut sudah kembali normal, bekas luka ditutup dengan perban setelah diberi yodium tincture. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan tidak memberikan hijauan yang masih terlalu muda atau
Bagian kandang yang terkena cairan, misalnya darah kambing yang keguguran, harus dibersihkan
dengan disinfektan. Keguguran yang disebabkan oleh mikroorganisme penyebab penyakit umumnya bersifat zoonosis, yakni bisa menular kepada manusia, sehingga harus hati-hati dalam menolong kambing yang keguguran.
05
fril
tuleniritr1l<atkarr ProcluirsiSr.rsu
l(;inrhing Peran;rkarr
u^*" lt!
0Z
Penyebab keguguran secara fisik bisa dihindari dengan memisahkan kambing yang bunting dari kambing lainnya, terutama kambing jantan. Kandang harus bersih dan tidak licin untuk menghindari terjatuh atau tergelincirnya kambing di dalam kandang.
l. Radang Kelenjar
H. Penyakit Mata
Penyakit mata bisa ditimbulkan oleh penyebab fisik dan mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab fisik antara lain bola mata terkena tusukan ujung batang rumput, ranting pohon, duri, atau debu secara langsung. Mikroorganisme penyebab sakit mata bisa berupa virus atau bakteri, seperti Ricketsia dan Chlamydia. Cejala penyakit mata berupa mata selalu berair, berwarna merah, dan kambing selalu mencoba menghindari sumber cahaya. Di samping itu, tanda-tanda klinis yang biasa dijumpai pada kambing yang terserang penyakit
mata adalah kelopak mata membengkak. Langkah pengobatan akan efektifjika penyebab penyakit
Seperti namanya, penyakit ini menyerang kelenjar susu. Penyakit ini disebabkan oleh tidak tuntasnya pemerahan susu kambing dan pemerahan yang tidak higienis, misalnya ambing tidak dibersihkan dahulu sebelum diperah. Akibatnya, susu tidak dapat diperah karena kambing mengembik terus-menerus akibat kesakitan. Pemerahan bisa tetap dilakukan, tetapi susu tidak dapat dikonsumsi. Ambing membengkak, terasa hangat jika diraba, kambing demam, dan suhu tubuhnya sangat tinggi, nafsu makan menurun, dan produksisusu menurun atau bahkan terhenti sama sekali merupakan beberapa gejala klinis yang biasa dijumpai pada kambing yang terserang penyakit ini. Pemberian preparat antibiotik dengan cara disuntikkan atau dicampur dengan air minum, cukup efektif mengobati penyakit ini. Pemberian jenis dan dosis antibiotik sebaiknya dilakukan oleh dokter hewan untuk menghindari kesalahan pengobatan dan kebalnya mikroorganisme penyebab penyakit terhadap suatu jenis antibiotik. Pemerahan secara tuntas setiap hari serta menjaga kebersihan kandang dan ambing kambing yang sedang dalam masa laktasi merupakan langkah yang tepat untuk mencegah penyakit ini.
mata bisa diketahui. Analisis penyebab penyakit bisa dilihat langsung dengan mengamati bola mata kambing yang sakit mata. Jika penyebabnya adalah penyebab fisik, perlu dilakukan pembersihan kotoran yang masih
terdapat pada mata kambing.
Pengobatan bisa dilakukan dengan meneteskan cairan obat
tetes mata. Jika penyebabnya mikroorganisme, mata yang sakit diolesi dengan salep mata, seperti Terramycin O,1oh dengan dosis sesuai yang tertera di kemasan. Pengobatan
dilakukan sampai sembuh. Selama pengobatan, kambing yang sakit dipisahkan dari kambing yang sehat.
Penyakit limpa atau anthrax adalah penyakit yang sangat berbahaya, mematikan, dan bisa menyerang semua hewan ternak, serta bersif at zoonosis. Penularannya juga sangat cepat. Penyebabnya adalah Bacillus anthracis. Semua kambing dari berbagai tingkatan umur bisa terserang penyakit ini, Cejala klinis yang biasa dijumpai antara
0B
fil
U"*" ljj
t 09
lain suhu tubuh meninBBi, dari lubang hidung atau dubur keluar lendir bercampur darah, detak nadi sangat cepat, tubuh gemetar? nafsu makan menurun, serta kotoran encer dan bercampurdarah. Mencegah serangan anthrax bisa dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi berupa vaksin spora (Max sterne), dosis 1 cc per ekor setiap enam bulan. Pemberian serum anti-anthrax sebanyak 25-50 cc per ekor juga bisa mencegah berjangkitnya penyakit ini. Pengobatan dengan pemberian preparat antibiotik penicillin bisa mengobati penyakit ini, asalkan penyakit ini belum mencapai stadium lanjut. Biasanya kambing yang terserang tidak tertolong karena serangan dan penularan penyakit ini terjadi sangat cepat.
Langkah pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan menyuntikkan cairan yang mengandung
mineral magnesium dan kalsium secara intravena, yakni disuntikkan ke pembuluh vena. Penyuntikan tidak boleh dilakukan sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit. Sebaiknya penyuntikan dilakukan oleh dokter hewan atau mantri hewan. Tidak memberikan pakan berupa rumput yang masih muda terlalu banyak, karena kandungan mineral magnesium dan kalsiumnya masih rendah, merupakan langkah pencegahan yang cukup jitu. Pencampuran pakan berupa konsentrat dengan bahan pakan yang mengafrdung mineral magnesium dan kalsium juga bermanfaat mengatasi defisiensi mineral.
K. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Di luar negeri, penyakit yang dikenal dengan sebutan
apthae epizootica (AE) ini tergolong penyakit menular yang berbahaya, mematikan, serta bersifat zoonosis. Penyakit ini disebabkan oleh Rhinovirus. Sesuai dengan namanya, tanda klinis bisa dijumpai di bagian mulut dan kuku, yakni mulut melepuh dan mengeluarkan lendir. Demikian pula di bagian kuku.
kematian karena mulut tidak bisa mengonsumsi pakan. Penyakit ini bisa dicegah dengan vaksin, yang
pemberiannya diulang setiap enam bulan. Pengobatan bagian mulut bisa dengan preparat aluminium sulfat 5%. Pengobatan bagian. kuku bisa dilakukan dengan cara merendam kuku dalam larutan natrium karbonat 47o. Untuk mencegah penularan terhadap kambing-kambing lainnya, selama masa pengobatan, kambing yang sakit dipisahkan dalam kandang karantina.
M. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang saluran
pernapasan. Tanda-tanda klinis kambing mengidap penyakit Pneumonia di antaranya mengalami batukbatuk yang cukup parah sehingga sulit bernapas, demam dengan suhu badan tinggi, serta nafsu makan menurun sehingga kondisi badan lemah.
11
fil
r!1e,,ingkaikarr frr*cl,kr;l
Sirrsr.r
l(anr[t,ing Perarulk;:lr
ttr*.r
11
!f
Tata laksana perkandangan yang tidak baik merupakan penyebab utama kasus penyakit ini. Di antaranya alas kandang yang lembap, kurang berfungsinya ventilasi kandang, lingkungan kandang yang tercemar polusi, serta tiupan angin yang terlalu kencang. Pengobatan dengan preparat antibiotik bisa menyembuhkan penyakit secara tuntas. Namun, pemberiannya harus sepengetahuan
mencegah
Pemisahan kambing yang sakit dari yang sehat merupakan langkah preventif (pencegahan) penularan
penyakit. Perbaikan tata laksana perkandangan, misalnya membersihkan kandang setiap hari, mengurangi kelembapan kandang, memperbaiki sistem ventilasi kandang sehingga mendukung sirkulasi udara dengan baik, serta menutup kandang ketika angin sedang bertiup kencang merupakan langkah pencegahan yang efektif.
N. Septicaemia Epizootica
Nftorok
(SE) atau
a.
Persiapan
Bakteri Pasteurella multocida merupakan penyebab munculnya penyakit ngorok. Suara ngorok merupakan ciri utama kambing yang terserang penyakit ini. Tanda klinis lainnya adalah terdapat pembengkakan di bagian Ieher, dada, dan lidah. Lidah sering terjulur keluar, mulut terbuka, dan mengeluarkan lendir berwarna putih. Kesulitan bernapas merupakan penyebab keluarnya suara ngorok. Pemberian antibiotik masih bisa menyelamatkan kambing dari kematian. Menjaga kebersihan kandang dan program vaksinasi dapat mencegah berjangkitnya penyakit ini.
Kegiatan persiapan meliputi penentuan lokasi dan pengurusan perizinan terutama jika skala usaha relatif besar. Lokasi memegang peranan penting, karena sel u ru h kegi atan usaha peternakan d i pusatkan di sini. Kondisi iklim, seperti suhu lingkungan, curah hujan, arah angin, dan kelembapan, yang menunjang usaha peternakan kambing perah harus diperhatikan agar hasil yang diperoleh optimal. Selain itu, kondisi keamanan lingkungan
usaha
peternakan kambing perah, misalnya ketersediaan tenaga kerja (SDM) maupun bibit kambing, perlu di perti mbangkan secara matang.
11
fil
E"*. lfi
tt3
Perizinan dibutuhkan jika usaha yang akan dibangun berskala besar. Untuk usaha berskala kecil, agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari, sebaiknya meminta izin dari penduduk sekitar. Sebuah survei untuk mengetahui daya serap pasar juga perlu dilakukan agar
hasi I produksi bisaterj ual. Tidak sedi kit kasus kebangkrutan
pengelolaan tanaman hijauan, pengelolaan produksi hingga pascapanen, dan penjualan produk.
d.
Evaluasi
suatu usaha terjadi karena kurang memerhatikan daya serap pasar. Perlu juga diperhatikan banyaknya pesaing dengan jenis usaha yang sama, karena jika hasil produksi tinggi dan daya serap pasar rendah, harga produk bisa menurun tajam.
b.
konstruksi, yaitu membangun kandang, menyiapkan lahan u ntu k ditanami h ijauan pakan ternak, serta mempersiapkan berbagai peralatan kandang. Pembangunan kandang
target yang akan dicapai dari usaha tersebut. Tujuannya adalah untuk mempermudah peternak dalam melakukan evaluasi, sampai sejauh mana target yang direncanakan sudah dicapai, mencari berbagai penyebab jika target tidak tercapai, serta melakukan perbaikan agar target bisa dicapai dan ditingkatkan. Target bisa dibuat dalam jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (2-5 tahun), dan jangka panjang (di atas 5 tahun). Target, biasanya dibuat dengan beberapa parameter ekonomi, yang dituangkan dalam sebuah analisis ekonomi.
beserta kelengkapan infrastrukturnya harus disesuaikan dengan jumlah kambing yang akan dipelihara dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan perkembangan usaha. Tujuannya adalah untuk efisiensi penggunaan modal.
B. Analisis
Usaha
Hijauan merupakan unsur penting yang harus disiapkan karena kebutuhan kambing terhadap hijauan tidak bisa ditunda. Sebelum usaha peternakan dimulai, sebaiknya sudah dilakukan penanaman tanaman hijauan, sehingga ketersediaannya terjamin. Perlu pula diketahui sumbersumber bahan pakan lokal untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan konsentrat. Hal ini juga dilakukan untuk menekan biaya.
1. 2. 3. 4.
beberapa asumsi sebagai berikut. Masa produktif induk dan pejantan PE adalah 5 tahun. Waktu pemeliharaan 5 tahun.
5. 6. 7. B. 9.
Upah kerja untuk pemeliharaan induk dan pejantan PE Rp500.000 per oranB. Dibutuhkan 2 orang tenaga kerja untuk pemeliharaan induk dan pejantan PE. Daya tahan kandang 5 tahun. lnduk dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun. lnduk dikawinkan kembali 3 bulan setelah beranak. Jumlah cempe sekelahiran 1,8 ekor, sehingga jumlah cempe yang dihasilkan selama 5 tahun adalah 1,8 x 7 kali beranak x 20 ekor induk -- 252 ekor. Angka kematian sekitar 10%, sehingga jumlah yang mati diperkirakan 25 ekor.
c.
Tahap Produksi
Setelah tahapan konstruksi, tahap produksi sudah bisa dilakukan, yakni dengan melakukan pembelian kambing,
114
fril
10.
t'r-*- /t$
"l
11'. Untuk memudahkan perhitungan upah tenaga kerja, dalam setiap bulan rata-rata cempe yang dipelihara adalah 250/5
tahun/l2 bulan x 4 bulan =
'16 ekor.
12. Upah tambahan untuk perawatan cempe Rp250.000 per bulan. 13. Biaya obat-obatan Rp30.000 per bulan 14. Masa kering (induk kambing tidak diperah susunya) 2 bulan
15.
sebelum beranak kembali. Masa laktasi 1,50 hari dengan rata-rata produksi susu per hari sebanyak 1,2liIer, sehingga dalam 5 tahun, 1 ekor induk akan mengalami 7 kali laktasi. Harga susu kambing per liter Rp16.000. Satu ekor kambing (induk dan pejantan) menghasilkan a0 kg pupuk kandang per bulan (pupuk kandang dari cempe tidak diperh itu ngkan).
2.
16. 17.
1. 2.
3.
a.
4.
5.
kambing PE laktasi dan 2 ekor pejantan, serta 5 unit kandang pembesaran cempe Pembelian 20 ekor induk kambing PE Rp 40.000.000 Pembelian 2 ekor pejantan kambing PE Rp 4.000.000 Peralatan kandang Ro 1.500.000 Total biaya investasi Rp 63.000.000
Rp 252.450.000 Total biaya pemeliharaan induk dan pejantan PE per 5 tahun = Rp6.375 x 5 tahun x 12 bulan x22 ekor x 30 hari Biaya Pemeliharaan Cempe Selama 4 Bulan Biaya pembelian susu sapi (diberikan sampai umur 3 bulan) 0,5 liter susu sapi x Rp4.000 = Rp2.000. Biaya pembelian susu per hari (dalam 4 bulan) 1.s00 (diberikan setelah Biaya pembelian konsentrat berumur 3 bulan) O,2kgx Rp2.500 = Rp500 Biaya pembelian konsentrat per hari (dalam 4 bulan) 12s (diberikan mulai Biaya pembelian hijauan umur 2 bulan) 3 kg x Rp250 = Rp750 37s Biaya pembelian hijaun per hari (dalam 4 bulan) Upah kerja Caji per bulan/30 hari/16 cempe = Rp250.000/ Rp 525 30/16 Biaya obat-obatan Rp1 5.000/30 hari Total biaya pemeliharaan cempe per ekor per hari
Rp Rp
Rp
Total biaya pemeliharaan cempe sampai umur 4 bulan = Rp3.025 x 4 bulan x 30 hari x 252 ekor
Rp
91.476.000
b.
c.
1.
Proyeksi Pendapatan
Penjualan susu Produksi susu per hari x hari laktasi x masa laktasi x Rp16.000 x jumlah induk kambing
1.
Biaya Pemeliharaan lnduk dan Pejantan PE (22 ekor) Biaya pembelian konsentrat Biaya pembelian hijauan B kg x Rp250 Upah tenaga kerja per bulan/30 hari/ 22 ekor = Rpl .4O0.0O0/3o/22 Biaya obat-obatan Rp30.000/30 hari Total biaya pemeliharaan induk dan pejantan Rp
E|E
PE
Rp 403.200.000 6.000 x 20 Penjualan cempe (40 ekor cempe dipertahankan sebagai replacement atau pengganti) 185 ekor Rp 92.s00.000 cempe umur 4 bulan x Rp500.000
Rp1
6.375
11
6
3.
fil
or*.
't -t
tj
22 ekor x
Penjualan induk dan pejantan apkir Rp1 .000.000 Penjualan pupuk kandang Hasil pupuk per bulan x 12 bulan x 5 tahun x Rp250 x 22 ekor = 4O x 12 x 5 x 250 x 22
Rp
22.000.000
4.
Rp
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai B/C = 0,3. Dengan demikian, usaha beternak kambingetawa masih layak dan menguntungkan, karena setiap penanaman modal sebesar Rp1 dapat diperoleh keuntungan 0,3 kalinya.
13.200.000
2.
d.
1.
Rekapitulasi
Biaya-biaya Biaya investasi
Biay.a pemeliharaan induk dan pejantan PE
Rp 63.000.000
252.450.000 Ro 91.476.000 Rp a06.926.000
Rp
Analisis Efisiensi Penggunaan Modal (Return on lnvestment atau ROI) ROI = Penjualan : Total Biaya x lOOo/o = 530.900.000: 406.926.000 x 100%
1,3O"/"
Total biaya
2. Pendapatan
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai ROI = '1,30"/". Artinya, dari Rp.l modal yang dikeluarkan akan
kembali sebanyak Rp1,30.
Penjualan susu Penjualan cempe Penjualan induk dan pejantan apkir Penjualan pupuk kandang Total Pendapatan
Keuntungan yang bisa diperoleh
Rp 403.200.000
Rp 92.500.000 Rp 22.000.000
Ro
13.200.000 Rp 530.900.000
Meningkatkan level produksi susu per hari, misalnya dengan mencoba teknologi baru dalam pemberian pakan, seperti penggunaan feed supplement. Untuk
Jadi, penghasilan per bulan adalah Rp123.974.000/5 tahun/12 bulan = Rp2.066.333 atau sekitar Rp2.066.300.
e.
1.
Analisis
Analisis Kelayakan Usaha (B/C Ratio) B/C Ratio = Keuntungan : Total Biaya = 123.974.000 : 406.926.000
O,3O4
menghindari kerugian besar, penggunaan feed supplement sebaiknya dicoba pada satu atau dua ekor induk kambing PE, sebelum digunakan secara massal. Apabila efisiensi terbukti meningkat, penggunaan feed supplement bisa dilanjutkan dengan populasi yang lebih besar. Jika tidak terbukti, sebaiknya penggunaan tidak dilanjutkan, atau diganti dengan feed supplement lain. Penggunaan feed supplement, selain mempertimbangkan kemampuan produksi susu, juga harus mempertimbangkan tingkat harga feed supplement tersebut. Artinya, penggunaan feed supplement harus mampu menghasilkan efisiensi penggunaan pakan.
11
fil
,,"*r ltl,
11
Meningkatkan rataan jumlah anak sekelahiran. Menekan angka kematian cempe. Menekan jumlah pakan hijauan yang terbuang. Menekan overh,ead cost. Memperpanjang masa pakai kandang dan peralatan.
Daftar Pustaka
Addrizzo, J.R. "Use of Goat Milk as Therapeutic Aids in Cardiovascular Disease", National Symposium on Dairy Goat Production and Meeting, Oklahoma
g. Potensi Kerugian
Selain potensi meningkatkan keuntungan,
usaha
pemeliharaan kambing perah juga rawan dengan potensi kerugian, mengingat harga induk dan pejantan kambing PE' yang relatif mahal. Kematian seekor induk atau pejantan kambing PE saja, sudah memangkas sebagian potensi keuntungan yang bisa diperoleh.
City,
2-15
Agustus,
992
Adiati, U., D. Yulistiani, R.S.C. Sianturi, Hastonoand l.C.M. Budiarsana, "Effect of The Feeding limprovement on
Reproduction Performance
of
Peranakan Etawah
Goat", Proceedings of the National Meeting on Livestock and Veterinary, Bo1or, 1-2 Desember,
1
998
Adjisoedarmo, S. dan Amsar, "Kalender (Penanggalan) Reproduksi Domba dan Kambing untuk Mengatur
Perkawinan, Menguji Kebuntingan, Menaksir Waktu
Akingbade, A.A.,
l.V. Nsahlai and C.D. Morris, Performance, Colostrum, and Milk "Reproductive Constituents of Mimosine-adapted South African Nguni Goats on Leucaena leucocephala Grass or Natural Pastures", Small Ruminant Research, 52(3):
20
fil
E"*. fi
tZ1
25-26
Januari, 1995, Pp 374-379 ATSE, "The Livestock Revolution: A Pathway from Poverty?", Record of conference conducted by the ATSE Crowford Fund Parliament House, Canberra, 13 Agustus 2003 Bahri, S., R.M.A. Adjid, Beriajaya dan A.H. Wardhana, "Manajemen
Kesehatan dalam Usaha Ternak Kambing", Lokakarya Nasional Kambing Potong, Direktorat Jenderal Peternakan,
Jakarla,2OO4 Barbara, B.8., R. Paganelli, P.Lucenti, P.G. Ciampietro, H.Perborn,
and L.Businco, "Allergenicity of Goat's Milk in Children with Cow's Milk Allergy, Journal of Allergy Clinical lmmunology,
Lopez Aliaga, M.R. Sanz Sampelayo, and M.S. Campos, "Beneficial Effect of Coat Milk on Nutritive Utilization of lron and Copper in Malabsorption Syndrome", Journal of Dairy Science, 85:657-664 Budisatria, l.C.S., "Dynamics of Small Ruminant Development in Central Java lndonesia", PhD Thesis, Animal Production
Systems Croup, Wageningen University, 2006
l.
Cabiddu, A., A. Branca, M. Decandia, A. Pes, P.M. Santucci, F. Masoero, dan L. Calamari, Relationship Between Body Condition Score, Metabolic Profile, Milk Yield and Milk
Composition in Goats Browsing a Mediterranean Shrubland", Livestock Production Science, 61 : 267-273, 1999 Cellege of Agricultural Science, Agriculture Alternatives Dairy Coat Production, The Pensylvania State University, USA, 1998 Coni, E., A. Bocca, P.Coppolelli, S.Caroli, C.Cavallucci, and M. T. Marinucci, "Minor and Trace Element Content in Heep and Coat Milk and Dairy Products", Food Chemislry, 57(2):253-
Haenlein, C.F.W., "Goat Milk in Human Nutrition", Small Ruminant Research, 51: 155-63 ,2004 Hailu, D., C. Mieso, A. Nigatu, D. Fufa, and D. Gamada, "The Effect of Environmental Factors on Preweaning Survival Rate of Borana and Arsi-Bale Kids", Small Ruminant Research, 66(1-3): 291-294, 2006
lbrahim H. "Small Ruminant Production Techniques", lLRl Manual
3, 1 ggg
lnternational L ivestock Research I nstitute (l LRI), "Livestock, People and The Environment", Annual Report 1997, Knights, M. and C.W. Carcia, "The Status and Characteristics of The Coat (Capra hircus) and lts Potential Role as a Significant Milk Producer in The Tropics", Small Ruminants Research,
260,1996
Dickson-Urdaneta, L., C. Torres-Hernandes, C. Becerill-Perez, F. Conzales-Cossio, M. Osorio-Arce, and O. CarciaBetancourt, "Comparison of Alpine and Nubian Coats for Some Reproductive Traits Under Dry Tropical Conditions",
Kominakis,
26:203-215,1997 A., E. Rogdakis, Ch. Vasiloudis, and O. Liaskos, "Cenetic and Environmental Sources of Variation of Milk Yield of Skopelos Dairy Coats", Small Ruminant Research, 36:1-5,2000
Small Ruminants Research :0: gt-95, 2000 Dirjen Peternakan, "Complete Feed Solusi Bagi Permasalahan Pakan Ternak Ruminansia", Direktorat Jenderal Peternakan,
Jakarta, 2003
and Productivity Traits of Coats Grazing Acacia cyanophylla Lindl. With and Without Daily PEC Supplementation", Livestock Science, 105(1-3): 129-136, 2006 Leitner, C., N.Silanikove, and U. Merin, "Estimate of Milk and Curd Yield Loss of Sheep and Coats with lntrammamary
lnfection and tts Relation to Somatic Cell Count,,, Smail Rumlnant Research, 7 4: 221 2008
-225,
122
fr|
rtr*, fi
23
Livestock
Development (LlD), Livestock in Poverty-Focused Development, Antony Rowe Ltd., Bumper's Farm, Wiltshire,
in
Saragih,
8.,
Studi
1999
Lopez-Aliaga, 1., M. J. M. Alfe'rez, M.T. Nestares, P.B. Ros, M. Barrionuevo, and M.S. Campo, "Coat Milk Feeding
Causes an lncrease in Biliary Secretion of Cholesterol and a Decrease in Plasma Cholesterol Levels in Rats", Journal of Dairy Science, BB:1 02-1 03 Ludgate, PJ. "Kumpulan Peragaan dalam Rangka Penelitian Ternak
Pembangunan, Lembaga Penelitian lPB, Bogor, 1998 Setiadi, B. and S. Priyono, "Performance of Etawah Crade and Kacang Goats", Proceeding of the 3rd AAAP Animal Science Congress, Seoul, Korea. Vol. 1, 275-277,1991
Setiadi.
8., D.
Priyanto,
di Perdesaan, Balitnak, SRCR-SP, Puslitbangnak, Deptan, 1 989 Makka, D., "Tantangan dan Peluang Pengembangan Agrobisnis Kambing Ditinjau dari Aspek Pewilayahan Sentra Produksi
Kambing dan Domba
Characteristics and Productivity of Peranakan Etawah Goats in Purworejo", Proceedings of National Meeting on Animal Science, Purwokerto, 1 999 Sibanda, 1.M., L.R. Ndlovu, and M.J. Bryant, "Effects of a Low
Plane of Nutrition During Pregnancy and Lactation on The Performance of Matebele Does and Their Kids", Small
Jakarta:
, Direktorat Jenderal Peternakan, 2004 Marhi, LF.M., E.l. Abou-Fandoud, A.H. Daader, and A.A. Abu-Ella, "Reproductive Doe Traits of The Nubian (Zaraibi) Goats in Egypr" , Small Ruminant Research , 46:201-205, 2OO2 Muir, J.P., "Weight Cains of Meat Coat Kids on Wheat Pastures Fertilized at Different Nitrogen Levels", Small Ruminant Research, 66(1 -3): 64-69, 2006 Oishi, K., A.K. Kahi, Y. Nagura, M. Fujita, and H. Hirooka, "Effect of Culling Age of Does on Milk and Meat Production
Japanese-Saanen Coats", Livestock Science,
11
Ruminants Research, 32: 243-250, 1 999 Sodiq, A and A.T.A. Sadewo, Reproductive Performance and Preweaning Mortality of Peranakan Etawah Coat Under a Production System of Coat Farming Croup in Gumelar Banyumas, Animal Production Journal, 10(2):67-72, 2OOB Sodiq, A., "Small Ruminants: lmplication and Research Strategies on Rural Poverty Reduction", Journal of Rural Development, 1(7):
1-7,
2OO5
in
4(2-3):
220-
232,2008 Park, Y.W. "Hypo-allergenic and Therapeutic Significance of Coat Milk, Small Ruminant Research, 1 4: 151-159, 1994
Peacock, C., lmproving Goats Production in the Tropics: A Manual for Development Workers, Ocfarm, UK and lreland, 1996 Peedy, A.W., "Progress in Sheep and Coat Research, CAB
lnternational, 1998 Probowo, A., E. Basri, A.B. Firdaus, dan S. Bahri, "Kajian Sistem Usaha Tani Ternak Kambing dengan Tanaman Kopi", Bogor: Lokakarya Nasional lntegrasi Ternak, 2004 Rudovsky, A., L.Locher, A.Zeyner, A.Sobiraj, and T.Wittek, "Measurement of lmmunoglobulin Concentration in Coat Colostrums", Small Ruminant Research, 74:265-269, 2OOB Rustomo, 8., A. Sodiq, N.A. Setianto, J. Sumarmono, dan M. Batta, "Perbaikan Produktivitas Kambing Peranakan Etawa Melalui
Sodiq, A. "Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah: Program Penguatan Kelompok Peternak Kambing PE sebagai Ternak Dwiguna, dan Program'lntegrasi Usaha Peternakan Kambing PE pada Usaha Penderes Cula Kelapa", Final Report, Kantor Bank lndonesia, Purwokerto, 2008 Sodiq, A. and B. Haryanto, Non-genetic Factors lnfluence on Doe Productivity Performance of Local Kejobong Coat under Village Production System", Journal of Animal Productio, 9(3): 123-128, 2OO7 Sodiq, A. and E.S. Tawfik, The Role and Breeds, Management ' Systems, Productivity and Development Strategies of Goats in lndonesia" , )ournal of Agriculture and Rural Development in the Tropics and Subtropics, 1 05(1): 71-82, 2OO4 Sodiq, A. and E.S. Tawfik, "Reproduction Rate of Kacang and Peranakan Etawah Coats under Village Production Systems in lndonesiA", lnternational Research on Food Security, Natural Resource Management and Rural Development,
8-10
25
fiil
Ftr*,
!fi
ZAINAt ABlDlN,
lahir 20 Oktober 1968 di Setiabudi, sentra sapi perah Jakarta pada masa lalu. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di Jakarta, kemudian
27
Tentang Penulis
Batang, Jawa Tengah, tahun 1969. Menyelesaikan program 51 tahun 1993 di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Pu rwokeito. Memperoleh gelar M. Sc.agr tah u n 1 997 dari Universitas Ceorge August, Goettingen, Jerman dengan konsentrasi studi Sistem Produksi Peternakan (Livestock
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, /ang diselesaikannya tahun 1991. Begitu banyak prestasi yang diraihnya semasa kuliah di rantau orang, yang mencapai puncak ketika terpilih sebagai mahasiswa berprestasi se-lndonesia tahun lggl. pada event yang sama, karya tulisnya yang berjudul Kalender Reproduksi Kelinci untuk Meningkatkan produktivitas Ternak Kelinci terpilih sebagai Pemenang Kedua Lomba Karya Tulis llmiah Bidang IPA antar-Mahasiswa Berprestasi se-lndonesia tahun 1991 . Dunia peternakan boleh dikatakan hanya ditekuninya di bangku kuliah. Perjalanan karirnya sebagian.besar dijalani di bidang usaha jasa konstruksi. Jabatan terakhirnya di bidang usaha jasa konstruksi adalah menjadi Site Manager
.1995.
pada Project Area Traffic Control System DKI Jakarta tahun Krisis ekonomi yang membuat usaha jasa konstruksi
Production System). Pada tahun 2004 menamatkan program doktor dari Universitas Kassel, Jerman dengan fokus kajian produktivitas kambing (Peranakan Etawa dan Kambing Kacang). Sejak tahun 1994 hingga sekarang sebagai tenaga pengajar dan peneliti di Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Mengajar pada program sarjana jurusan produksi ternak, dan program pascasarjana jurusan sumberdaya ternak, Universitas Jenderal
Soedirman. Sejak tahun 2007, menjadi konsultan Bank lndonesia untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah (PPED) dalam rangka percepatan sektor riil. Program
morat-marit, mendorongnya untuk memulai usaha sendiri, sampai saat ini. Dunia wirausaha inilah yang membqwanya ke Australia, mengikuti pelatihan yang diadakan oleh lndonesia Australia Specialised Training Project (lASTp) Phase // pada tahun 2OO1 .
Menulis buku peternakan adalah obsesinya sejak dulu. Sampai saat ini sudah menulis 92 buku yang membahas berbagai topik, dari peternakan, keterampilan, sejarah nabi, dan juga beberapa komik atau cerita bergambar.
yang diimplementasikan antara lain penguatan usaha peternakan kambing peranakan etawa sebagai ternak dwiguna dan integrasi kambing peranakan etawa pada penderes gula kelapa.
124
ti
Meningkatkan PrritJuksi
Susr-r
Kanrbing Per;rnakan
u,r*"
ltf
25
Sodiq, A., "Doe Productivity of Kacang and Peranakan Etawah Coats and Factors Affecting Them in lndonesia, Landwirtschafl, TS:
121, 2004 Sodiq, A., N.A. Setianto, J. Sumarmono, S. Utami, dan Mustaufik,
Wilayah Eks Karesidenan Banyumas", Final Report Lending Model, Kerjasama antara Bank lndonesia Purwokerto dengan
Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto, 2006
Lampiran
Alamat Narasumber atau Praktisi Peternakan Kambing Peranakan Etawa
Breeds and Their Crosses for Production in Unfavorable Environments", Proceedings of the Fourth lnternational Conference on Coats, Vol. ll. Brasilia, 1987 Subandriyo, "Strategi Pemanfaatan Plasma Nutfah Kambing Lokal
di
lndonesia,
Sutama, 1.K., "Puberty and Early Reproductive Performance of Peranakan Etawah Coat", Proceedings of the 7th AAAP Animal Science Congress, Bali, 1995 Thomann, S., A. Brechenmacher, and J. Hinrichs, "Strategy to Evaluate Cheesemaking Properties of Milk from Different Goat
Breeds, Small Ruminant Research
2.
Koperasi Etawa Mulya, Kemiri Kebo, Cirikerto, Turi, Sleman, Dl Yogyakarta. Bapak Djiman Dwi lsyanto, Kelompok Ternak
Karya Maju
l,
Rw 04/02 Cogoluas,
Desa
,74: 172-178,2oO8
3.
US Departmentof Agriculture, Composition of Food: Dairy and Egg Produc! Agriculture Handbook No.B, Agriculture Research
Wilson, R.T., Livestock Production System, The Tropical Agriculturalist, Macmillan Education Ltd. London and
Basingtone,1995
4.
Rura,l
Poverty, the Environment, and Clobal Food Security, The World Bank, Washington, DC, 2001 Zhou, H.M., D.Allain, J.Q. Li, W.C. Zhang, and X.C. Yu, "Effects of Non-genetic Factors on Production Traits of lnner Mongolia
Cashmere Goats
in China",
Small Ruminant
Research,
Tlogoguwo, Kecamatan Kal igesing, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Bapak H. Dwi Susanto, Pemilik Peternakan Kambing Perah Prima Fit, Desa Cibuntu, Kec. Ciampea, Bogor. Kelompok tani ternak kambing PECUMAS (Peranakan Etawa Cumelar Banyumas), Desa Gumelar, Kecamatan Cumelar, Kabupaten Banyumas. Kontak Person: 081327087856 (Bapak Carso Abdullah, A.Md) dan OB"l 32731 987 4 (Bapak Suwanto, SH).
47:85-89,2003
Zurriyati, Y., A. Batubara,. dan A. Syam, "Kajian lntegrasi Ternak Kambing dengan Perkebunan Karet, Lokakarya Nasional
lntegrasi Ternak, Bogor, 2004
ISBN
( 1
3) 97 8'97 9-006-209'2
ISBN 979-006-209-5
lltlllltulilil[[illull,