Anda di halaman 1dari 34

Studi Kelayakan Usaha.

Studi kelayakan usaha adalah suatu penyelidikan


yang mendalam atau suatu rangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam waktu yang akan datang sehingga
dapat diketahui kewajaran dan kemanfaatnanya.
Studi kelayakan (vissibility study) merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan apakah
menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang akan
direncanakan.
Sebelum memproduksi (menghasilkan suatu produk) perusahaan
terlebih dahulu merencanakan besar laba yang ingin diperoleh. Besarnya
perolehan laba kan mudah ditentukan apabila diketahui terlebih dahulu
titik impasnya (BEP). Untuk menghitung BEP perlu diketahui terlebih
dahulu tentang investasi (modal), biaya penerimaan, biaya produksi, dan
keuntungan (laba).
Faktor finansial menjadi tolak ukur utama dari suatu analisis
usaha, tertama cash flow yang terjadi selama kegiatan usaha berjalan.
Perhitungan besarnya biaya, keuntungan yang diperoleh dan harga jual
pokok penjualan dilakukan untuk mengetahui indikator kelayakan usaha.
Indikator yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat kelayakan suatu
usaha adalah analisis rasio B/C, rasio R/C, payback period (PBP), analisis
titik impas (BEP). Selain itu akan lebih baik jika dilengkapi dengan
perhitungan Nett Present Value (NPV), internal rate of return (IRR) dan
return on investment (ROI).
Biaya
Biaya adalah segala sesuatu yang diinvestasikan, baik berupa uang, tanah
dan bangunan, tenaga kerja serta aset-aset lain yang diperlukan dalam
proses produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Biaya
tersebut dikeluarkan secara kontan atau kredit. Besaran biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi akan menjadi acuan dalam
penentuan bahan pokok penjualan dan akan mempengaruhi kelayakan
usaha. Biaya yang diperlukan setiap segmen usaha dalam agribisnis
sudah tentu akan berbeda dan dipengaruhi hal-hal sebagai berikut:
Jenis usaha yang akan dipilih
Skala usaha yang dikelola (keseimbangan antara faktor produksi yang
dimiliki dan omset produksi yang dapat dicapai)
Sistem produksi yang dipilih
Kemampuan manajerial yang dimiliki dalam wirausaha, dalam hal ini
efisiensi usaha akan menjadi target untuk mencapai keuntungan yang
maksimal.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu
usaha, misalnya biaya beli lahan, pembuatan kandang, peralatan/mesin
dan ijin usaha. Biaya investasi ini diperhitungkan sebagai penyusutan
(depresiasi). Investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana
awal untuk memulai usaha (Prawirokusumo, 1990)
Sebelum melakukan keputusan investasi hendaknya dilakukan studi
kelayakan secara teliti karena investasi memerlukan pengeluaran yang
besar (terutama investasi pada aktiva tetap) dengan jangka waktu
pengembalian yang lama sehingga resikonya sangat tinggi. Dengan
demikian jika peramalan pendapatan yang di investasikan tidak sesuai
dengan harapan, maka terjadi kerugian yang besar (Austin, 1992)
Menurut sifatnya, modal dibagi 2
1.Modal tetap, yaitu modal yang tidak habis digunakan dalam
satu periode produksi dan dapat mengalami penyusutan
berdasarkan jenis dan waktu
misalnya : tanah, bangunan, mesin dan kendaraan
2.Modal kerja, yaitu modal yang habis digunakan dalam satu
masa periode produksi
misalnya : uang tunai, bahan baku, bibit, gaji dan biaya
operasional
Biaya produksi dalam pengertian ekonomi adalah semua korbanan yang
harus ditanggung untuk menghasilkan barang atau jasa yang siap dipakai
konsumen.

Biaya produksi dalam suatu usaha harus diperhitungkan biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Biaya total adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap
Modal kerja adalah investasi dan biaya total.
Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi.
Biaya tetap, secara totalitas tidak mengalami perubahan
meskipun ada perubahan volume produksi
Biaya tetap akan tetap walaupun perusahaan tidak berproduksi
Contoh : gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak,
penyusutan peralatan (depresiasi).

Rumus : TFC = FC x n

TFC : Total Fixed Cost


FC : Fixed Cost
n : banyaknya input
Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang diperlukan pada saat
produksi berlangsung.
Biaya variabel, secara totalitas akan berubah-ubah sesuai
dengan volume produksi.
Contoh : bahan mentah,komisi penjualan, upah lembur,
transport, pakan ternak, obat-obatan, suplemen dan
peralatan kandang pakai habis.

Rumus : TVC = VC x n

TVC : Total Variable Cost


VC : Variable Cost
n : banyaknya unit
Biaya Total (Total Cost)
Biaya total adalah biaya tetap ditambah biaya variabel.

Rumus : TC = TFC + TVC

TC : Total Cost
TFC : Total Fixed Cost
TVC : Total Variable Cost
Penyusutan (Depresiasi)
Biaya penyusutan adalah pengurangan nilai yang
disebabkan karena waktu dan penggunaan dari semua modal
tetap.

Rumus : D = Pb – Ps
T
D : Depresiasi
Pb : Harga beli (Rp)
Ps : Harga jual (Rp)
T : Lama pemakaian (tahun)
Analisis Pendapatan (Revenue)
Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh
dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan
ternak hidup, karkas, susu, pupuk dan produk lainnya
yang merupakan komponen pendapatan.
Penerimaan merupakan nilai dari jumlah produksi dikalikan
dengan harga jual per unitnya (Mahekam dan Melcom,
1991)

Rumus: TR = PQ x Q
TR = total revenue
PQ = harga per satuan unit
Q = total produksi
Analisis Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara total pendapatan dan
total biaya yang diperlukan dari proses produksi dan
pemasaran suatu produk.
Bila biaya pendapatan lebih besar dari biaya produksi disebut
kondisi laba.

Rumus: N= TR – TC
N = Keuntungan
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Analisis Finansial (Kelayakan)
Semua usaha ekonomi bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Apakah usaha layak dilaksanakan. Hal
tersebut dapat diketahui dengan analisis finansial.
beberapa indikator yang digunakan analisis finansial
berupa Average Rate of Return (ARR), Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Break Even Point
(BEP), Payback Period (PP), Internal Rate of Return (IRR)
dan Return on Investment (ROI).
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Analisis B/C Ratio dan R/C digunakan untuk melihat tingkat
keuntungan atau penerimaan relatif suatu usaha dalam
setahun terhadap total biaya yang dipergunakan dalam
kegiatan tersebut. B/C Ratio atau Ratio biaya dan manfaat
sebenarnya merupakan modifikasi dari NPV.

Rumus B/C Ratio: Total Penerimaan – Total Biaya Produksi


Total Biaya Produksi

Kriteria:
B/C Ratio > 0,1 berarti usaha tersebut layak
B/C Ratio < 0,1 berarti usaha tersebut tidak layak
B/C Ratio = 0,1 berarti usaha tersebut impas (BEP)
B/C Ratio disebut juga profitability index (PI) menghitung
nilai sekarang dari arus kas masuk dibagi dengan nilai
sekarang arus kas keluar. Menggunakan metode ini, dapat
dinyatakan bahwa investasi dapat diterima bila PI > 1 dan
investasi tidak dapat diterima bila PI < 1.
Revenue Cost Ratio (R/C)

Rumus R/C Ratio = total penerimaan


total biaya operasional

Kriteria:
R/C Ratio > 1 berarti usaha tersebut layak
R/C Ratio < 1 berarti usaha tersebut tidak layak
R/C Ratio = 1 berarti usaha tersebut impas (BEP)
Payback Period (PP)
Payback period atau periode pengembalian merupakan
metode penilaian investasi yang menunjukkan berapa
lama investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas
bersih. Jadi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan
untuk memperoleh kembali investasi yang dikeluarkan.

PP = Total Investasi (modal usaha) x 1 tahun


Keuntungan

Kriteria : apabila investasi lebih pendek dari PP maksimum


maka usul investasi diterima
Analisa Break Even (Cost-Profit-Vol Analysis)
Break Even Point (titik impas) merupakan suatu alat
pengukur hasil usaha, dimana pada suatu titik waktu
tertentu dengan value produksi tertentu terdapat
keseimbangan antara biaya usaha keseluruhan dengan
penerimaan usaha.
BEP adalah tehnik analisa untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan.
Maka sering disebut : C.P.V Analysis (Cost-Profit-Vol
Analysis)
BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP
dapat diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa
suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak
pula mengalami kerugian.
Pada BEP hasil volume penjualan tetap sama
dengan biaya total atau BEP akan tercapai pada volume
penjualan dimana contribution margin (CM) sama
besarnya dengan biaya tetap.
Dalam mengadakan analisa Break Even (BE) digunakan
asumsi dasar sebagai berikut:
1.Biaya didalam perusahaan terdiri dari biaya variabel
dan biaya tetap
2.Biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara
proporsional dengan volume produksi
3.Biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun
ada perubahan volume penjualan. Jadi biaya tetap
perunit berubah-ubah
4.Harga jual perunit tidak berubah-ubah selama
periode yang dianalisa
5.Perusahaan hanya memproduksi 1 macam produk
6. Dalam perencanaan profit analisa break even
merupakan “Profit Planning Approach” yang
didasarkan pada hubungan biaya (Cost) dan
penghasilan penjualan (Revenue).
7. Penghasilan penjualan dikurangi biaya variabel
merupakan bagian penghasilan penjualan yang
menutup biaya tetap disebut: Contribution Margin,
jadi bila contribution margin (CM) lebih besar dari
pada Fixed Cost (FC), berarti Revenue lebih besar
dari pada Total Cost, jasi perusahaan untung.
Rumus BEP
I. BEP produksi = Total biaya
Harga Penjualan
BEP harga = Total Biaya
Total produksi  

Keterangan :
II. BEP (harga) = FC FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
P-VC P = Price (Harga Jual per unit)
S = Sale
  BEP (unit) = FC
1- VC
S

III. BEP = Biaya tetap


% marginal
Contribution Margin (CM)
Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya
variabel tersedia untuk menutup biaya tetap.
  CM = Hasil penjualan – biaya variabel

Aliran Kas
Anggaran aliran kas adalah rencana, realisasi, dan
evaluasi terhadap uang masuk dan uang keluar. Baik
uang masuk berupa pinjaman maupun uang keluar
berupa pengembalian pinjaman.
Cash flow = laba bersih + depresiasi
Analisa Usaha Sapi Perah
Peternakan mempunyai 10 ekor sapi perah dengan produksi maksimum
10 liter/ekor/hari, lama pemeliharaan 5 tahun, harga jual susu Rp.
5.000/liter.

 Biaya investasi
Kandang 10 x 2.000.000=Rp.20.000.000
 Biaya tetap
10 ekor sapi @ Rp.5.000.000 = Rp. 50.000.000
Gaji karyawan 2 x Rp. 250.000 x 60 bulan = Rp. 30.000.000
Total Rp. 80.000.000
 Biaya Variabel
Pakan Rp.4.500 x 10 x 365 x 5 tahun = Rp. 82.125.000
Pemeliharaan Rp. 500 x 10 x 365 x 5 tahun = Rp. 9.125.000
Transport Rp. 100 x 100 liter x 365 x 5tahun = Rp. 18.000.000
Total Rp. 109.250.000

 Biaya total = biaya tetap+ biaya variabel = Rp. 189.250.000


 
 Modal usaha = biaya investasi + biaya total
= Rp.20.000.000+Rp.189.250.000
= Rp.209.250.000
 
 Produksi susu = 10 liter x 10 ekor x 365 x 5 tahun = 182.500liter
BEP PRODUKSI
Total biaya = 189.250.000 = 37.850liter
Harga penjualan 5.000

BEP HARGA
Total Biaya = 189.250.000 = Rp. 1.036,-
Total produksi 182.500
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI

Berikut ini disajikan beberapa contoh perhitungan biaya, pendapatan,


dan analisis usaha peternakan. Mengenai sumber data diambil dari
beberapa sentra produksi sekitar pertengahan tahun 2001.
 Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis usaha penggemukan
sapi adalah sebagai berikut.
 Penggemukan per unit kandang berisi 96 ekor sapi dengan
pemanenan 12 ekor/minggu.
 Masa penggemukan 100 hari(1 periode).
 Berat awal sapi 250 kg/ekor.
 Berat badan satu ekor sapi akan naik 1,1 kg/hari atau 110 kg selama
satu periode.
 Harga jual sapi hasil penggemukan Rp. 12.300,00/kg atau rp.
4.478.000,00/ekor.
 Umur ekonomis kandang dan peralatan selama 20 tahun.
Biaya Investasi

Uraian Jumlah (Rp)

Kandang dan peralatannya 150.000.000,00


Sewa lahan 4.000 m2 per tahun 1.000.000,00

Total 151.000.000,00
Biaya Operasional Produksi Selama 100 hari
Uraian Jumlah

1. Biaya Tetap

Biaya penyusutan kandang dan peralatannya 2.055.000,00

Sewa Lahan 274.000,00

2. Biaya Tidak Tetap

Biaya bibit @ Rp.3.125.000,00 x 96 300.000.000,00

Biaya tenaga kerja @ Rp 2.130,00/hari x 100 x 96 ekor 20.448.000,00

Biaya pakan sapi Rp. 5.500/hari x 100 hari x 96 ekor 52.880.000,00

Biaya obat-obatan 2.880.000,00

Biaya lain-lain 1.000.000,00

Total Biaya 379.457.000,00

Keterangan :
Penyusutan kandang per periode
= Total biaya pembangunan kandang = Rp. 150.000.000,00 x 100 hari
Umur ekonomis kandang (20 tahun/365 hari)
Penerimaan

ANALISIS USAHA
 Laba/Rugi
Laba/Rugi = jumlah penerimaan - biaya total
= Rp 429.888.000,00 - Rp 379.457.000,00
= Rp 50.431.000,00
Usaha penggemukan sapi untuk 96 ekor sapi menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 50.431.000,00 per periode produksi (100 hari) atau Rp.552.300,00 per ekor sapi.

Produksi (ekor) Harga (Rp/ekor) Jumlah (Rp)

96 4.478.000,00 429.888.000,00
b) Return cost ratio (R/C)

R/C = Total penerimaan penjualan produk


Total Biaya
= Rp.429.888.000,00 = 1,13
Rp.379.457.000,00

Berdasarkan hasil analisis R/C bahwa usaha


penggemukan sapi layak diusahakan dan
menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,13>1. nilai
R/C 1,13 artinya bahwa setiap Rp. 1.000,00 biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan tambahan
penerimaan sebesar Rp. 1.130,00.
c.) Benefit cost ratio(B/C)
B/C = Tingkat Keuntungan
Total biaya
= Rp. 50.431.000,00 = 0,13
Rp.379.457.000,00

Dari analisis B/C diperoleh nilai 0,13, artinya bahwa


setiap Rp.1.000,00 biaya yang dikeluarkan, usaha
penggemukan sapi akan menghasilkan manfaat atau
keuntungan sebesar Rp.130,00.
d.) Break event point
BEP Produksi = Total biaya
Harga penjualan
Rp. 379.457.000,00 = 84,7 (dibulatkan 85ekor)
Rp. 4.478.000,00

BEP Harga = Total biaya


Total produksi
= Rp.379.457.000,00 = Rp. 3.952.677,10
96 ekor

 Usaha penggemukan sapi tidak mengalami kerugian dan tidak


memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang diusahakan sebanyak
85 ekor atau harga sapi hanya Rp. 3.952.677, 10 per ekor.

Anda mungkin juga menyukai