Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KIMIA FISIKA

TERMOKIMIA

Disusun Oleh:
1. Astried Regita Rinjani
2. Dona Flora Angelina
3. Febrico Adinugraha
4. Pradipta Rizky Wahyuni

KELOMPOK 6
Dosen Pembimbing : Meilianti, S.T.,M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2019
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul Termokimia tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
Kimia Fisika semester satu.

Penulisan makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis berterima kasih kepada :

1. Ibu Meilianti, S.T., M.T. atas bimbingan yang telah diberikan.


2.Teman-teman yang telah membantu membuat makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikannya karya
tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada umumnya.
Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

Bab 1 : Pendahuluan..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................................................2

Bab 2 : Pembahasan...............................................................................................3

2.1 Pengaruh Konsentrasi dan Suhu pada Kecepatan Reaksi................................3

2.2 Persamaan Kecepatan Reaksi……...................................................................3

2.3 Membuat Kurva Laju Reaksi……....................................................................4

2.4 Pengaruh Suhu pada Kecepatan Reaksi Termodinamika……………………..6

2.5 Panas Netralisasi (Reaksi Netralisasi dan Penentuan Panas netralisasi)……...6

2.6 Panas Pelarutan (Penentuan Panas Kelarutan dan Panas Reaksi)……….…....7

2.7 Panas Pembentukan ……………………………………………..……………8

2.8 PanasPembakaran…………………………………………………….…….…9

2.8 Kimia Permukaan Isoterm Freundlich (Proses Adsorbsi dan Tetapan Isoterm Absorbsi
Freundlich)……………………….……………………………………...…..11

Bab 3 : Penutup......................................................................................................14

Daftar Pustaka........................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang

Termokimia membahas hubungan antara kalor dengan reaksi kimia atau proses-
proses yang berhubungan dengan reaksi kimia. Dalam praktiknya termokimia lebih
banyak berhubungan dengan pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia atau
proses-proses yang berhubungan dengan perubahan struktur zat, misalnya perubahan
wujud atau perubahan struktur kristal. Untuk mempelajari perubahan kalor dari suatu
proses perlu kiranya dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan energi apa saja
yang dimiliki oleh suatu zat, bagaimana energi tersebut berubah, bagaimana
mengukur perubahan energi tersebut dan bagaimana pula hubungannya dengan
struktur zat.
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang dikandung
setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu zat adalah
semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang terkandung dalam
suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih
antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada suatu reaksi disebut perubahan entalpi
reaksi. Perubahan entalpi reaksi diberi simbol ΔH.
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat
yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara
operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran perubahan
kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.

1. 2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh konsentrasi dan suhu pada kecepatan reaksi ?
2) Apa saja persamaan kecepatan reaksi ?
3) Bagaimana membuat kurva laju reaksi ?
4) Bagaimana pengaruh suhu pada kecepatan reaksi termodinamika ?
5) Apa itu panas netralisasi ( reaksi netralisasi & penentuan panas netralisasi) ?

6) Apa itu panas pelarutan ( penentuan panas kelarutan & panas reaksi) ?
7) Apa itu panas pembentukan ?
8) Apa itu panas pembakaran ?
9) Apa yang dimaksud dengan kimia permukaan Isoterm Freundlich ?

1. 3 Tujuan
 Menjelaskan pengaruh konsentrasi dan suhu pada kecepatan reaksi.
 Menjelaskan persamaan kecepatan reaksi.
 Menjelaskan cara membuat kurva laju reaksi.
 Menjelaskan pengaruh suhu pada kecepatan reaksi termodinamika.
 Menjelaskan panas netralisasi.
 Menjelaskan panas pelarutan.
 Menjelaskan panas pembentukan.
 Menjelaskan panas pembakaran.
 Menjelaskan kimia permukaan isotherm Freundlich.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Konsentrasi dan Suhu pada Kecepatan Reaksi


Suatu zat yang bereaksi mempunyai konsentrasi yang berbeda-beda. Konsentrasi
menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam proses reaksi. Semakin besar
nilai konsentrasi, maka laju reaksi akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan zat yang
konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-
partikelnya tersususn lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang
susunannya lebih rapat, akan sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya
renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.(Utami, 2009)
Setiap partikel selalu bergerak. dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi
kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. dengan frekuensi
tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadiya tumbukan efektif yang mampu
enghasilkan reaksi juga semakin besar.
Suhu atau temperatur juga mempengaruhi energi potensial suatu zat. Zat-zat yang energi
potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini
karena zat-zat tersebut tidak mampu melampui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu,
maka hal ini akan memperbesar energi potensial sehingga ketika bertumbukan akan
menghasilkan enrgi.(Utami, 2009)
Konsentrasi dan suhu mempengaruhi laju reaksi. Semakin besar konsentrasi dan suhu maka
semakin cepat laju reaksinya.

2.2 Persamaan Kecepatan Reaksi


Persamaan Termokimia adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan
entalpinya ( DH ).
Nilai DH yang dituliskan di persamaan termokimia, disesuaikan dengan stoikiometri
reaksinya, artinya = jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi kimia= koefisien reaksinya; (
fase reaktan maupun produk reaksinya harus dituliskan).
Contoh Soal :
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm
dilepaskan kalor sebesar 285, 5 kJ.
Persamaan termokimianya :
Jika koefisien dikalikan 2, maka harga DH reaksi juga harus dikalikan Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menuliskan persamaan termokimia :
Koefisien reaksi menunjukkan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.

Ketika persamaan reaksinya dibalik ( mengubah letak reaktan dengan produknya ) maka
nilai DH tetap sama tetapi tandanya berlawanan.
Jika kita menggandakan kedua sisi persamaan termokimia dengan faktor y maka nilai
DH juga harus dikalikan dengan faktor y tersebut.
Ketika menuliskan persamaan reaksi termokimia, fase reaktan dan produknya harus
dituliskan.

2.3 Membuat Kurva Laju Reaksi

1. Grafik Orde nol

Laju reaksi tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi pereaksi. Persamaan laju
reaksinya ditulis: r=k[A]0 ,yang mana jika bilangan dipangkatkan nol sama dengan satu
sehingga persamaan laju reaksi menjadi: r » k. Jadi, reaksi dengan laju tetap mempunyai orde
reaksi nol. Grafiknya digambarkan seperti Grafik diatas.
2. Grafik orde reaksi satu

Gambar 2 Hubungan kecepatan dengan konsentrasi


Untuk orde satu, persamaan laju reaksi adalah : r=k[A]1 , persamaan reaksi orde satu
merupakan persamaan linier berarti laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasinya
pereaksinya. Jika konsentrasi pereaksinya dinaikkan misalnya 4 kali, maka laju reaksi akan
menjadi 41 atau 4 kali lebih besar.

3. Grafik orde dua


Gambar 3. Hubungan konsentrasi dengan waktu

Persamaan laju reaksi untuk reaksi orde dua adalah: r=k[A]2 ,yang mana jika suatu
reaksi berorde dua terhadap suatu pereaksi berarti laju reaksi itu berubah secara kuadrat
terhadap perubahan konsentrasinya. Apabila konsentrasi zat A dinaikkan misalnya 2 kali,
maka laju reaksi akan menjadi 22 atau 4 kali lebih besar.
Untuk lebih memahami tentang cara penentuan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
maka perhatikanlah contoh berikut ini:

maka dari soal diatas tentukan :


Orde reaksi
Persamaan laju reaksi
Tetapan laju reaksi (k)
Laju reaksi jika NO 0.2 molar direaksikan dengan H22 molar.Jawab:
Persamaan laju reaksi adalah v = k [NO]m[H2]n\
Menentukan nilai m dan n.
Untuk mencari harga m, yaitu harga reaksi terhadap NO, perhatikan data konsentrasi H2 yang
tetap yaitu 1 dan 3. selanjutnya dapat dicari nilai m yaitu dengan membandingkan konsentrasi
dengan nilai laju reaksi, yaitu sebagai berikut:

m = 2 dengan cara yang sama tentukanlah nilai n (orde reaksi H2) perhatikan data
yangmenunjukkan konsentrasi NO tetap dan H2 berubah yaitu data ……..(1) dan …….(2)
sehingga dapat dicari nilai n yaitu:

n = 1 Jadi Orde reaksi = m + n =2+1=3

orde reaksi n=1 , m=2


Persamaan laju reaksi adalah v= k [NO]m[H2]n
V=K[NO]2[H2]
3. Tetapan laju reaksi(k)
Untuk mencari harga k, masukkan salah satu data misalnya data 1 kedalam persamaan laju
reaksi.

v= k [NO]m[H2]n

V=K(0,1)2(0,1)

3 = K 1 .10-3

K = 3 103

4. V = K [0,2]2 [0,2]V = 3 103 8 10-3

V = 24

2.4 Pengaruh suhu pada kecepatan reaksi termodinamika


Pada umumnya reaksi akan berlangsung dengan semakin cepat jika dilakukan dengan
pemanasan. Pemanasan berarti penambahan energi kinetik partikel sehinga partikel akan
bergerak lebih cepat, akibatnya tumbukan yang terjadi akan semakin sering.
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi
kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan frekuensi
tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu
menghasilkan reaksi juga semakin besar.
Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu zat. Zat-zat yang
energi potensialnya kecil. Jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal
ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak mampu melampaui energi aktivitas. Dengan
menaikkan suhu,maka hal ini akan memperbesar energi potensial, sehingga ketika
bertumbukkan akan meghasilkan reaksi.

2.5 Panas netralisasi (reaksi netralisasi&penentuan panas


netralisasi)
Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat
reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Kalorimeter merupakan alat yang di
gunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini karena kalorimeter mengisap panas,
sehingga tidak semua panas terukur. Kalorimeter yang di gunakan dalam keadaan sederhana
adalah kalorimeter adiabatik. Di laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti dan
secara sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam atau keluar dari
sistem (Atkins, 1999).
Kalorimetri didasarkan kenaikan suhu yang teramat dalam beberapa medium. Kalor
spesifik dari zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu dari 1 gram
zat pada 1°C. Besaran lain yang berhubungan adalah kapasitas kalor yang merupakan
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat bermassa pada 1°C.
Banyaknya kalor yang keluar maupun masuk dari zat adalah :
q = C . Dt
Dt adalah perubahan suhu yang diperoleh dari tf – ti dimana tf merupakan temperatur
final dan ti adalah temperatur initial.
q = C (tf – ti)
Sehingga persamaan kalor spesifik :
q = m . d . Dt
Dimana m merupakan massa dalam gram dari zat yang menyerap kalor dan c = m.d
(Syukri, 1999).
Reaksi netralisasi merupakan reaksi dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan berair
untuk menghasilkan garam dan air. Natrium klorida cair yang dihasilkan dalam reaksi disebut garam.
Sebuah garam merupakan senyawa ionic yang terdiri dari kation dari basa dan anion dari asam.
Sebuah garam pada dasarnya adalah setiap senyawa ionic yang bukan merupakan asam basa. Reaksi
netralisasi secra umum mengikuti persamaan kimia berikut ini:
HA+BOH→ 𝐵𝐴 + 𝐻2O

Kebalikan dari reaksi netralisasi disebut dengan reaksi hidrolisis garam. Pada reaksi hidrolisis,
garam bereaksi dengan air membentuk asam atau basa.
BA + H2O→ 𝐻𝐴 + 𝐵𝑂𝐻

2.6 Panas Pelarutan


Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan panas 1 mol zat dilarutkan dalam n mol
solvent pada temperature dan tekanan yang sama, hal ini disebabkan adanya ikatan kimia
baru dari atom-atom. Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu
mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis panas pelarutan suatu
senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak berhingga, tetapi dalam prakteknya pelarut
yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika
ditambahkan lebih banyak pelarut (Ahmad, 2008). Demikian juga pada peristiwa pelarutan,
kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-
menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil dari pada gaya tarik pada ikatan
kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil dari pada panas reaksi.
Panas pelarutan dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Panas Pelarutan Integral


Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila 1 mol zat
solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent, sehingga membentuk larutan dengan
konsentrasi tertentu.

2. Panas Pelarutan Differensial


Panas pelarutan differensial adalah panas yang menyertai pada penambahan 1 mol
solute ke dalam sejumlah larutan dengan konsentrasi tertentu, sampai penambahan
solute tersebut tidak mempengaruhi larutan.
Jika penambahan mol solute terjadi pada sejumlah tertentu larutanmenghasilkan efek
panas pada temperatur dan tekanan tetap. Panas pelarutandifferensial tidak dapat
ditentukan secara langsung, tetapi secara tidaklangsung dari panas pelarutan dapat
ditulis :

𝑑(∆𝐻) 𝑑(∆𝐻𝑓 )
= [ ] T, P, n …………………(1)
𝑑𝑛2 𝑑𝑛2

Dimana d(∆H) = ∆Hs , adalah perubahan entalpi untuk larutan n2 mol dalam n mol
solvent. Pada T, P, dan n tetap. Perubahan n2 dianggap 0. Karena n berbanding lurus
terhadap konsentrasi m (molal). Pada T dan P tetap penambahan mol solute dalam
larutan dengan konsentrasi m (molal) menimbulkan entalpi sebesar d(m. ∆Hs ) dan
panas pelarutan differensial dapat dinyatakan dengan persamaan 2:

𝑑(∆𝐻𝑠 ) 𝑑(𝑚.∆𝐻𝑠 )
T, P, n = [ ] T, P…………………(2)
𝑑𝑛2 𝑑𝑚

Dalam asas black yaitu jumlah kalor (panas) yang dihasilkan sama dengan jumlah
kalor yang diserap. Secara matematis asas tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

𝐺
× ∆𝐻 = 𝑊. ∆𝑡 + 𝑎 × 𝐶𝑝 × ∆𝑡
𝑀

Keterangan :
G = massa solute (gr)
M = berat molekul solute (gr/mol)
ΔH = panas pelarutan (kal/mol)
W = harga air kalorimeter (kal/mol)
a = berat solven (gr)
Cp = panas air = 1 kal/grmoloC
Δt = perubahan suhu (oC)

2.7 Panas Pembentukan

Suatu zat pada berbagai suhu dikatakan dalam keadaan standar, bila aktivitasnya sama
dengan satu. Aktivitas dengan symbol a diaanggap sebagai koreksi tekanan atau konsentrasi
secara termodinamik. Untuk zat-zat padat murni, cairan dan gas-gas ideal, kondisi standar
yang sesuai untuk zat-zat tersebut adalah 1 atm tekanannya. Untuk gas-gas nyata keadaan
standar tidak sama dengan 1 atm. Entalpi zat-zat dalam keadaan standar ditunjukkan dengan
simbol Ho , sedang ΔH reaksi dimana semua reaktan dan produk pada aktivitas = 1
ditunjukkan dengan simbol ΔHo . Perubahan panas yang menyertai dalam pembentukan 1
mol suatu zat dari unsur-unsur disebut panas pembentukan zat. Panas pembentukan standar
adalah panas pembentukan bila semua zat yang terlibat dalam reaksi masing-masing
aktivitasnya 1. Maka persamaan termokimianya:

C(S) + 2H2(g) →CH4 (g) ΔH25 = ─ 17889 kal

ΔHo pada persamaan diatas berdasarkan definisi diperoleh:


ΔHo25oC = ─ 17889 = ΔHoCH4(g) ─ [ΔHoC(s) + 2 ΔHoH2(g) ]

Dimana ΔH o adalah entalpi standar per mole, dengan entalpi unsur-unsur pada keadaan
standar pada 25oC adalah nol.

Contoh soal:

Bagaimana untuk mendapatkan panas pembentukan standar Fe2O3 dengan menggunakan


reaksi-reaksi berikut:

3C(S) + 2 Fe2O3(S) → 4Fe(S) + 3 CO2(g) ΔH o 25 o C = 110800 kal

C(S) + O2 →CO2 ΔH o 25 o C = ─ 94050 kal

Dengan entalpi unsur-unsur sama dengan nol.

Penyelesaian:

Dik : ∆Ho = 110800

∆HoCO2 = ─ 94050

Dit : ΔH o Fe2O3

Dij =

∆Ho = 3 ΔH o CO2 ─ 2 ΔH o Fe2O3

110800 = 3 (─ 94050 ) ─ 2 ΔH o Fe2O3


─ 282150 ─ 110800
ΔH o Fe2O3 = = ─ 196475 kal/gmol
2

2.8 Panas Pembakaran


Panas yang diserap atau dilepaskan pada oksidasi sempurna dari suatu senyawa disebut
panas pembakaran. Satuannya dinyatakan dalam kal/gram atau kal/mol. Panas pembakaran
bisa juga sebagai panas yang timbul pada pembakaran 1 mole suatu zat. Panas pembakaran
dari suatu zat dapat ditentukan dengan alat polarimeter.
Q = m cp (T1-T0)
Keterangan :
Q = panas pembakaran
m = berat zat yang dibakar
Cp = panas jenis padat tekanan tetap
T0 = suhu mula mula
T1 = suhu akhir

Panas pembakaran dapat juga ditentukan melalui perhitungan termokimia. Dalam hal
ini Lavoiser dan Laplace menyatakan bahwa panas yang diserap pada peruraian suatu
senyawa kimia harus sama dengan panas yang dikeluarkan pada pembentukannya bila
kedunya sama.
Biasanya panas pembakaran ditentukan secara eksperimen pada V tetap dalam bomb-
kalorimeter. Dari ini dapat dicari ΔH0:

ΔH0 = ΔE0 + P ΔV
Dari panas pembakaran, dapat diperoleh panas pembentukan senyawa-senyawa organik,
seperti:

Panas pembakaran mempunyai arti penting pada bahan – bahan bakar, sebab nilai suatu
bahan bakar ditentukan oleh besarnya panas pembakaran zat yang bersangkutan. Jika dilihat
panas pembakaran homolog alkana, panas pembakaran naik ± 157000 kal tiap kenaikan CH2.

Panas pembakaran deret alkana pada 250C

ΔHc0 sama dengan kalor pembakaran dalam keadaan standart, yaitu kalor
yang dilepaskan atau diserap pada proses pembakaran 1 mol unsur atau senyawa dalam
keadaan standart.
Panas pembentukan ialah panas reaksi pada pembentukan 1 mole suatu zat dari unsur-
unsurnya. Jika aktivitas pereaksinya 1, hal ini disebut panas pembentukan standar, ΔH0.
Untuk gas, zat cair, dan zat padat keadaan standar ialah keadaannya pada tekana 1
atm. Untuk gas nyata, keadaan standarnya tidak pada tekanan 1 atm.

Hukum Hess
Menurut Hess, panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi (= panas sekali) tidak
tergantung pada cara bagaimana reaksi tersebut berlangsung, hanya tergantung kepada
keadaan awal dan akhir.
Berdasarkan hukum Hess ini, dapat dicari panas reaksi bagi reaksi-reaksi yang sukar
dilakukan secara percobaan.

Bahan bakar
Bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses
pembakaran tersebut dengan sendirinya, serta dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar
dengan tujuan untuk memperoleh kalor tersebut, untuk digunkan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pembakaran sempurna dan Pembakaran tidak sempurna
Pembakaran sempuna terjadi apabila pada saat terjadinya proses oksdiasi ini terdapat oksigen
yang cukup dan pada bahan bakar, terdapat bilangan oktan yang tinggi. Hasil dari
permbakaran sempurna ini, asap yang ditimbulkan tidak cukup banyak bila dibandingkan
dengan hasil dari pembakaran tidak sempurna. Setiap senyawa hidrokarbon yang dibakar
sempurna (terdapat cukup oksigen) akan menghasilkan karbondioksida dan air.

Pembakaran tidak sempurna menghasilkan gad CO yang beracun, dan mengandung


Pb. Pembakaran ini bisa menyebabkan pembentukan karbon atau karbon monoksida. Hal ini
dapat terjadi apabila tidak terdapatnya oksigen yang cukup selama berlngsungny proses
oksidasi. Penjelasan sederhana untuk raksi pembakaran ini adalah, hidrogen dalam
hidrokarbon mendapatkan kesempatan pertama untuk bereaksi dengan oksigen, dan karbon
hanya mendapatkan oksigen yang tersisa. Keberadaan partikel-partikel karbon yang berpijar
pada sebuah nyala menyebabkan nyala tersebut berubah menjadi warna kuning, dan karbon
hitam sering terlihat dalam asap. Karbon monoksida dihasilkan sebagai sebuah gas beracun
yang tidak berwarna.

Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri tidak terbakar
sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil) membentuk
karbon dioksida dan uap air. Sedangkan pembakaran tak sempurna membentuk karbon
monoksida dan uap air. Misalnya:

a. Pembakaran sempurna isooktana:


C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ

b. Pembakaran tak sempurna isooktana:


C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g) -> 8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH = -2924,4 kJ

2.9 Kimia Permukaan Isoterm Freundlich(Proses Adsorbsi &Tetapan


Isoterm)
2.9.1 Pengertian Adsorbsi
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan maupun
gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan
adsorben. Padatan yang dapat menyerap partikel fluida disebut bahan pengadsorpsi atau
adsorben. Sedangkan zat yang terserap disebut adsorbat. Secara umum Adsorpsi
didefinisikan sebagai suatu proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Penyerapan partikel atau ion oleh
permukaan koloid atau yang disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid
menjadi bermuatan listrik.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalah masuknya bahan yang
mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu
proses maka ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsi maupun absorpsi sebagai sorpsi
terjadi pada tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit operasinya dikenal sebagai
adsorpsi. (Giyatmi, 2008: 101).
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah
dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan
zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada
absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap
hanya pada permukaan (Sukardjo, 2002:190).

Sedangkancontoh – contohadsorbsiadalahsebagaiberikut:

a. Pengeringan udara atau gas – gas lain,


b. Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau busuk dari udara buang,
c. Pengambilan kembali pelarut dari udara buang,
d. Penghilangan warna larutan (sebelum kristalisasi),
o Pemisahan bahan organik dari air (bersamaan dengan pemisahan pengotor berbentuk
koloid yang sukar disaring).

Adsorbsi Isoterm Freundlich

Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer


dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich
situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
log (x/m) = log k + 1/n log c
....(1),
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada gambar berikut
Gambar 1 Kurva Adsorbsi Isotherm Freundlich

Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada
temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan sebagai:
x/m = k. Cn ….(2)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi k dan
n = tetapan,
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat
dievaluasi tetapan k dan n.
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai
ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik,
akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben
dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan,
karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Singkatnya, materi pembelajaran pada termokimia ini merupakan materi dasar yang wajib
untuk dipelajari dan dipahami secara mendalam. materi materi dasar dalam pelajaran teknik
kimia yang berguna untuk mempelajari materi selanjutnya yang tentu saja lebih rumit.
Daftar pustaka

https://methalubis.wordpress.com/kimia-kelas-xi/semester-1/laju-reaksi-2/persamaan-laju-
reaksi-dan-orde-reaksi/
https://www.gurupendidikan.co.id/termokimia/
https://widiyanti4ict.wordpress.com/mata-kuliah/kimia-fisika/pengaruh-konsentrasi-dan-
suhu-terhadap-laju-reaksi/

https://docplayer.info/57292817-Kimia-fisika-termokimia.html
http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/107/jbptppolban-gdl-sriwuryant-5326-1-neracam-i.pdf
https://www.academia.edu/38331917/LAPORAN_RESMI_PDTK_2_Laporan_Resmi_PDTK
_2_PANAS_PELARUT_DAN_KELARUTAN_SEBAGAI_FUNGSI_SUHU.pdf

Anda mungkin juga menyukai