Anda di halaman 1dari 6

DERMATITIS PERIORAL

A. Definisi

Dermatitis perioral adalah kelainan kulit berupa inflamasi pada perempuan muda dan

anak-anak dengan kriteria lesi papula kecil, vesikel, dan pustul pada daerah periorificial,

terutama di sekitar mulut. Karena kondisi ini dapat melibatkan daerah lain selain daerah

perioral, istilah dermatitis periorificial telah diusulkan untuk gangguan pada penyakit ini.1,2

Presentasi klasik pada dermatitis perioral adalah erupsi yang tumpah tindih dengan

gambaran khas berupa dermatitis eksematous dan erupsi pada jerawat. Meskipun awalnya

digambarkan pada wanita muda 15-25 tahun, dermatitis perioral sekarang terjadi juga pada

anak-anak. Sebuah gambaran dari dermatitis perioral menunjukkan bentuk granulomatosa

dermatitis perioral, termasuk pemeriksaan histologis.1

B. Epidemiologi

Dermatitis pada orang dewasa lebih banyak mempengaruhi perempuan. Dermatitis

perioral pada anak mungkin sedikit dominan pada perempuan dan insidensi sama diantara

setiap ras. Dermatitis perioral telah dilaporkan sebagian besar pada anak-anak usia

prapubertas. Dermatitis perioral dapat terjadi selama 6 bulan. Peningkatan prevalensi pada

anak-anak Afrika Amerika telah dilaporkan, namun belum ada penelitian yang mendukung.2

C. Etiopatogenesis

Hubungan antara dermatitis perioral dengan kortikosteroid topikal (flouride dari

nonfluoride) telah dipahami. Pasien sering mengungkapkan sejarah penggunaan steroid

reponsif pada erupsi akut pada daerah sekitar mulut, hidung, dan / atau mata yang terjadi

ketika kortikosteroid topikal dihentikan. Ketergantungan pada penggunaan kortikosteroid


topikal dapat mengakibatkan pengobatan berulang akibat rekurensi erupsi. Dalam beberapa

kasus, perempuan dengan penggunaan kortikosteroid topikal akan terjadi perioral dermatitis

granulomatosa, yang biasanya terjadi pada anak-anak prapubertas. Namun dermatitis perioral

tidak selalu terjadi akibat pemakaian kortikosteroid topikal. Penyebab pasti dari dermatitis

perioral dalam kasus-kasus lainnya tidak jelas, tidak ada kaitan dengan faktor genetik, infeksi

(candida, bakteri fusiform, atau demodex furiform. Selain itu, pernah juga dilaporkan alergi

terhadap flurida atau komponen lain dalam pasta gigi.2

D. Gambaran Klinik

Gambaran lesi pada dermatitis perioral mempunyai ciri khusus seperti papula eritematos,

vesikel, dan pustul. Lesi biasanya simetris tetapi dapat juga unilateral dan muncul di perioral,

perinasal, dan / atau wilayah periokular. Dalam tinjauan secara retrospektif dari 79 anak-anak

dengan dermatitis perioral, terdapat sekitar 39% di daerah yang bukan perioral. Pada

dermatitis perioral terdapat gambaran eritema dan bersisik dapat terlihat. Granulomatosa

dermatitis perioral dengan gambaran eritematosa, papul berwarna kekuningan hingga

kecoklatan. Selain itu, gambaran lesi dilaporkan muncul pada telinga, leher, kulit kepala,

batang, labia major dan ekstermitas. Selain pasien juga mengeluhkan terasa seperti terbakar

atau gatal.2
Gambar 1.1. Dermatitis Perioral pada orang dewasa3

Gambar 1.2. Dermatitis perioral (granulomatous dermatitis) pada anak.5

E. Diagnosis

Secara karakteristik, erupsi tiba-tiba terjadi di daerah nasolabial kemudian menyebar

dengan cepat ke zona perioral terutama di pinggiran bibir. Kondisi ini terus menerus,

intermiten atau remiten. Kadang-kadang dapat menyebar ke dahi, kelopak mata dan glabella,

dan jarang lesi mungkin hanya periokular. Pruritus, rasa terbakar dan nyeri adalah gejala

yang menonjol. Lesi terdiri dari papula kecil monomorfik dan pustula terjadi dengan latar

belakang kemerahan dan skuama.1

Histopatologi. Tidak ada sejumlah besar data yang diterbitkan pada histologi dermatitis

perioral, mungkin karena keprihatinan atas risiko jaringan parut dari biopsi wajah. Satu studi

dari 26 kasus menunjukkan sel mononuklear perivaskular dan perifolikular menyusup dengan

perubahan eksematous ringan, epidermis spongiosis, dan edema papiler dermis yang

menonjol. Ada peradangan perifollicular dan beberapa pustula folikular.3,1Sedangkan pada


dermatitis perioral granulomatosa, histopatologik menunjukkan hiperkeratosis folikel, edema

dan vasodilatasi di papiler dermis, perivaskular dan parafolikular limfosit, histiosit, dan

leukosit polimorfonuklear dengan granuloma epiteloid sesekali dan sel datia.3

F. Diagnosis Banding

Diagnosis dermatitis perioral nongranulomatos dan granulomatosa diuraikan pada tabel

Kedua bentuk dermatitis perioral gejala sistemik dan riwayat menyeluruh dan pemeriksaan

fisik umumnya, cukup untuk menegakkan diagnosis. Namun, dalam beberapa kasus

pemeriksaan histopatologi kulit lesi, radiografi dada, dan/atau pemeriksaan mata mungkin

diperlukan, terutama dengan varian granulomatosa. Sakrodosis pada anak-anak jarang terjadi

dan sering ditemmukan tanda-tanda dan gejala sistemik seperti penurunan berat badan,

kelelahan, limfadenopati, dan uveitis. 2

Tabel 2.1. Diagnosis Banding

G. Komplikasi

Mayoritas kasus dermatitis perioral dermatitis perioral dan granulomatosa tanpa sekuel

atau kambuh. Namun, ada laporan ditemukan jaringan parut.2

H. Prognosis

Perioral dermatitis biasanya kerusakannya terjadi selama beberapa minggu hingga bulan

dan jarang tahun. Jika diobati dengan kortikosteroid topikal saja maka kondisi ini dapat

berulang.1,2

I. Pengobatan
Jika kortikosteroid topikal digunakan pada kasus dermatitis perioral maka harus

dihentikan. Jika kortikosteroid fluorin sedang diterapkan, dilakukan dengan dosis rendah

seperti krim hidrokortison dapat meminimalkan lesinya. Pasien harus dididik tentang

penggunaan kotrtikosteroid dan eksaserbasi dermatitis.2 Dalam kebanyakan kasus, terapi yang

efektif adalah tetrasiklin, doxycycline atau minociclin yang digunakan 8 sampai 10 minggu

dan di trapping of selama 2 sampai 4 minggu. Pada anak di bawah 8 tahun, atau pasien alergi

tetrasiklin, dapat menggunakan eritromisin oral. Tidak jarang pasien memerlukan terus dosis

rendah terapi antibiotik sistemik selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk

pengobatan kontrol. Dalam kasus sulit dapat digunakan isotretinoin.1,2

Terapi antibiotik topikal, paling sering dengan metronidazol topikal, harus dimulai

bersamaan dengan antibiotik sistemik. Untuk kasus ringan, metronidazol topikal, harus

bersamaan dengan antibiotik sistemik. Untuk kasus ringan, metronidazol topikal saja

mungkin cukup. Pemberian oitment umumnya harus dihindari dalam pengobatan dermatitis

perioral. Terapi fotodinamik dengan asam 5-aminoevulinik topikal telah menjanjikan untuk

mengobati dermatitis peroral.2

Tabel 1.2. Terapi

Topikal Dosis Sistemik Dosis dewasa

Pertama Metronidazole bid Tetrasiklin, 250-500 mg p.o

bid

Doxysiklin 50-100 mg p.o bid

Minosiklin 50-100 mg p.o bid

Kedua Eritomisin bid Eritomisin 400 mg p.o bid

atau

Sulfur bid 30-50 mg/kg/hari

Asam azelik bid p.o tid8


*
Dosis anak

J. Pencegahan

Satu-satunya yang diterima secara luas faktor yang dapat mempengaruhi terhadap

perkembangan dermatitis perioral adalah penggunaan kortikosteroid topikal. Menghindari

kontak kulit wajah dengan produk ini dapat mencegah terjadinya dermatitis perioral.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jones JB. Rosacea, Perioral Dermatitis and Similar Dermatoses, Flushing and Flushing

Syndrome . In: Rook’s textbook of dermatology. 8th. Inggris: Blackwell; 2010.p.20.85-20.86.

2. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Djuanda A,

Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed.6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2011.hal. 261

3. Lawley PL, Parker RS. Peroral Dermatitis. In: Fitzpatricks color atlas and synopsis of

clinical dermatology. 8th ed. United States: Mc Grawe Hill Education; 2013.p.13.01-13-05

4. Loai S, Huang C. Case Report Childhood Granulomatous Perioral Dermatitis with Good

Responses to Minocycline and Topical Tacrolimus, Extraordinary Significance. Austin J

Dermatology. 2015 Feb 27 ;2 (1):1-2

5. Webster FG. Rosacea and Related Disorders. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JV.

Dermatology. 3rd ed. China: Elsevier-Saunders; 2012.p.533-534

Anda mungkin juga menyukai