Sap Deteksi Dini GGN Jiwa
Sap Deteksi Dini GGN Jiwa
1. Analisa Situasional
Penyuluh : Mahasiswa DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda
Peserta : Keluarga pasien di Poli jiwa RSJD Atma Husada Mahakam
Tempat: Poli Jiwa
2. Tujuan Instruksional
2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah kegiatan penyuluhan tentang deteksi dini gangguan jiwa, diharapkan keluarga
lebih mnegerti dan mengetahui tentang tanda dan gejala gangguan jiwa pada seseorang.
2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan keluarga pasien mampu :
1) Mengetahui tanda dan gejala gangguan jiwa
2) Mengetahui macam-macam gangguan jiwa yang sering terjadi.
3. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
4. Media
1) Flipchart
2) Leaflet
5. Kegiatan
Pelaksanaan : Penyaji
1) Menggali pengetahuan dan
pengalaman peserta
tentang tanda dan gejala
gangguan jiwa
2) Menjelaskan secara rinci
Kegiatan inti
2. tentang :
15 menit Memperhatikan
a) Pengertian gangguan
jiwa
b) Tanda ganguan jiwa
c) Gejala gangguan jiwa
d) Jenis gangguan jiwa
yang sering muncul
Evaluasi : Moderator
1) Memberikan kesempatan
bertanya kepada peserta.
Aktif dalam bertanya
2) Memberikan pertanyaan
dan memperhatikan
umpan balik (feed back)
penjelasan
kepada peserta.
Penutup Terminasi :
3.
10 menit 1) Memberikan kesimpulan.
2) Mengucapkan terima
kasih.
Memperhatikan dan
3) Mengakhiri pertemuan
menjawab salam
dengan mengucapkan
salam.
4) Membagikan leaflet.
6. Pengorganisasian
Pembimbing
1) Akademik :
2) Klinik :
Penyaji :
Moderator :
Observer :
Fasilitator :
u Flipchart
Moderator + Notulen
Penyaji + Operator
nnnnn
Observer
7. Job Description
Moderator :
1. Membuka dan menutup acara.
2. Memperkenalkan tim.
3. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme acara.
5. Memberikan umpan balik atau feed back
6. Memfasilitasi diskusi.
7. Membuat kesimpulan.
Penyaji:
1. Menggali kemampuan dan pengalaman peserta mengenai topik yang dibicarakan.
2. Menyampaikan materi.
Notulen:
Menulis pertanyaan dan jawaban.
Observer :
1. Mengobservasi jalannya penyuluhan.
2. Mengevaluasi jalannya penyuluhan.
Fasilitator :
1. Memperhatikan kehadiran anggota.
2. Memotivasi anggota.
3. Mempertahankan dan meningkatka motivasi anggota.
Operator :
Membantu dalam hal teknis penyajian penyuluhan
8. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Kesiapan SAP.
2) Kesiapan media dan tempat.
3) Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta diundang.
4) Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya.
2. Evaluasi proses
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya.
2) Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP.
3) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description.
4) Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan.
5) Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
6) Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi.
3. Evaluasi hasil
1) Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya penyuluhan
tentang deteksi dini kanker paru.
2) Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan yaitu tanda dan gejala
awal kanker paru.
3) Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan.
MATERI DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
I. Pengertian
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh
seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang
kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001). Gangguan
jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi
(affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).
Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar yaitu psikosa dan
non psikosa (ansietes, depresi,insomnia,alkoholisme dan ketergantungan obat). Golongan
psikosa di tandai dengan dua gejala utama yaitu tidak adanya pemahaman dari ketidak
mampuan menilai realitas. Sedangkan golongan psikosa itu sendiri dibagi dalam dua sub
golongan, yaitu psikosa fungsional dan psikosa organik
Psikosa fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena terganggunya
fungsi sistem penghantar sinyal sel-sel saraf (neurotransmitter) dalam susunan saraf pusat
(otak), tidak terdapat kelainan struktural pada sel-sel saraf otak tersebut. Sedangkan
Psikosa organik adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena adanya kelainan pada
struktur susunan saraf pusat (otak) yang disebabkan misalnya tumor di otak, kelainan
pembuluh darah otak, infeksi di otak, keracunan NAPZA, dan lain sejenisnya, yang
termasuk dalam psikosa fungsional adalah Skizofrenia.
II. Etiologi
Penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut
multifaktorial, yaitu :
a. Faktor genetik, keturunan
b. Kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau
fisik maka akan mempengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya
c. Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko
d. Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari
lahir sampai usia sekarang
e. Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan
f. Penggunaan Narkoba/Napza seperti : alkohol, ganja (cannabis). Shabu-shabu,
Extasy, obat penenang, heroin (putaw), dll
g. Riwayat trauma, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan,
konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan
yang mendalam, kehilangan, kekecewaan, dll
3. Pada lansia
a) Dimensia adalah suatu gangguan intelektual atau daya ingat yang ummnya
progresif dan ireversibel biasanya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun
b) Depresi gejalanya kehilangan minat mudah lelah dan konsentrasi berkurang
dan kurang percaya diri
c) Gangguan kecemasan berupa gangguan manik, fobia, dan gangguan stress
akut
d) Fenomena yang sering dikeluhkan pada lansia adalah lebih banyak terbangun
pada dini hari ngantuk pada siang hari dan tidur sejenak pada siang hari
Gangguan jiwa membuat seseorang menjadi terganggu fungsi dan
produktivitasnya dan ini bisa mengganggu juga keluarga dan masyarakat. Dengan
melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik maka gangguan jiwa dapat cepat
dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di
puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa dan di rumah sakit jiwa.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila
diperlukan), tes kesehatan mental dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis
ditegakkan maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih.
Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan dibutuhkan konsultasi yang rutin.
Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan maka gangguan jiwa yang berat dapat
dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah.