NAMA :
Calvin Wijaya 130217193
Savio Adjie Sasmito 130318275
Irene Veronica M 130318077
Alenzia Fatonah 130318098
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Jawa Timur dalam lima
tahun terakhir selalu mengalami pertumbuhan ekonomi diatas lima persen. Produk
Domestik Regional Bruto(PDRB) Provinsi Jawa Timur telah menyumbangkan
14,6 persen dari Produk Domestik Bruto(PDB) nasional, hal ini menunjukkan
bahwa Provinsi Jawa Timur ini adalah provinsi yang cukup besar serta kondisi
geografis dan demografisnya membuat Provinsi Jawa Timur ini menjadi sentral
ekonomi nasional. Meskipun pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur selalu
diatas lima persen bukan berarti seluruh perekonomian penduduknya telah baik,
masih banyak penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan, pengangguran dan
perbedaan pendapatan yang signifikan antar daerah di Jawa Timur. Perekonomian
di Jawa Timur ini perlu diperbaiki lagi dalam hal pemerataan ekonomi di daerah-
daerah terpencil, penguatan di sektor riil dan sektor keuangan agar dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi enam persen pada tahun 2020
mendatang serta menyiapkan kemampuan masyarakat agar dapat bersaing pada
era industri 4.0 yang semakin ketat. Pada era industri 4.0 ini masyarakat, UMKM
dan organisasi mulai melakukan perbaikan terhadap sumber daya manusia (SDM),
kemajuan teknologi informasi, serta perluasan relasi.
Pendahuluan
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur yang berada diatas lima persen masih
belum dapat mengatasi masalah pemerataan pendapatan di beberapa daerah kecil
di Jawa Timur. Hal ini terlihat pada PRDB per kapita, angka kemiskinan dan
pengangguran. Kondisi ini cenderung tidak berubah dan membuat pemerintah
provinsi Jawa Timur harus mencari suatu cara untuk dapat memaksimalkan
manfaat dari teknologi digital dan internet yang ada saat ini agar dapat membantu
mengatasi masalah pemerataan pendapatan di Jawa Timur ini serta dibutuhkan
juga perubahan ekonomi yang lebih efektif dan efisien disemua sektor
perekonomian.
Hasil Penelitian
Pertanian dan Teknologi Digital
Pertanian merupakan salah satu sektor penting dan strategis dalam
menopang perekonomian Jawa Timur dan nasional, namun nasib petani
cenderung tidak pernah berubah karena banyaknya kendala yang dihadapi dan
cenderung klasik, seperti kendala permodalan, perubahan cuaca dan iklim yang
tidak menentu akibat global warming, serangan hama, rendahnya nilai tukar yang
diterima petani, dan lain-lain. Pengalaman menunjukkan terkait kendala
permodalan di mana program kredit murah pemerintah seringkali gagal karena
modal dianggap sebagai bantuan atau hadiah, dan lembaga petani yang abal-abal
serta penyaluran kredit murah yang tidak merata. Perbankan dan lembaga
keuangan hingga kini belum menjangkau petani gurem perdesaan secara massif
dengan alasan risiko tinggi, butuh tenaga dan biaya tambahan, perubahan iklim,
masalah komitmen petani terhadap dana kredit yang diterima, dan karakteristik
pasar komoditas yang fluktuatif
Usaha-usaha rintisan, seperti TaniFund, Growde, dan Tonijoy sudah
operasional ke pelaku sektor pertanian dalam rangka membantu kesulitan
permodalan yang selalu menghantui kehidupan petani. Berbeda dengan
perbankan dan lembaga keuangan, justru para pelaku usaha rintisan tersebut
melihatnya sebagai peluang terkait tingginya risiko permodalan di sektor
pertanian. Tak hanya modal, mereka juga membantu teknis budidaya di lapangan,
membantu sarana- prasarana produksi, dan menghubungkan petani ke pasar agar
memperoleh bunga optimal.
Pengalaman ketiga perusahaan rintisan tersebut dalam membina
hubungan dengan petani dari hulu hingga hilir merupakan model bisnis baru
yang layak untuk dikembangkan ke Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa
Timur, mengingat model pendanaan dan pinjaman modal secara gotong royong
dengan memanfaatkan teknologi digital terbukti mampu menawarkan solusi atas
permasalahan klasik yang selama ini dihadapi petani. Ke depan, petani bisa
terbebas dari rentenir bunga-berbunga, termasuk menikmati harga jual hasil
panen yang layak.
Industri Pengolahan dan Teknologi Digital
Penggunaan e-farming memberikan banyak manfaat, seperti kemudahan
registrasi lahan di beberapa pabrik gula, keakuratan verifikasi lahan untuk
menghindari overlapping area, kemudahan monitoring lahan, dan juga sebagai
media komunikasi dengan petani setiap saat. Tujuan yang ingin dicapai melalui
e-farming adalah menunjang produktivitas di sisi on farm, adanya kepastian luas
lahan tanaman tebu dan jumlah bahan baku tebu serta mendukung industri gula
nasional.
Jasa Keuangan dan Teknologi Digital
Layanan keuangan di perbankan digital dewasa ini sudah berkembang
baik, seperti Internet Banking, Mobile Banking, SMS Banking, ATM, e-money,
phone banking, payment gallery branchless banking, debit online, outlet digital,
virtual credit card, cash management system, EDC, mobile branch, dan aplikasi
keuangan berbasis smartphone. Penggunaan kartu kredit dan ATM untuk
kepentingan transaksi tampak menunjukkan pertumbuhan yang positif, dan
masyarakat makin terbiasa dalam menggunakan kedua kartu untuk berbagai
kepentingan transaksi. Begitu pula pertumbuhan e-money sangat pesat seiring
dengan peningkatan limir saldo e-money dari Rp 5 Juta, menjadi Rp 10 Juta,
pengembangan e-payment yang terkoneksi dengan jaringan ATM, dan kewajiban
menggunakan e-money apabila melalui jalan berbayar.
Implikasi
Dampak yang ditimbulkan dari peran ekonomi digital pada pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur diantaranya pertumbuhan ini dipelopori oleh para
generasi muda yakni bagaimana mereka dapat menyelesaikan berbagai masalah
yang ada di masyarakat serta memberikan dampak yang signifikan lewat medium
teknologi. Salah satu contohnya adalah bagaimana Nadiem Makarim mendirikan
Go-Jek untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan transportasi ojek
yang cepat dan dapat diandalkan. Dampak yang ditimbulkan Go-Jek sangat
signifikan. Dampak positifnya sudah jelas, Go-Jek mendorong pertumbuhan
lapangan kerja baru yang menjanjikan yang dapat memberikan pemasukan lebih
dibanding industri konvensional dengan jam kerja fleksibel. Selain itu, Go-Jek
juga mencoba menjadi solusi atas absennya pemerintah dalam menyelesaikan
masalah kemacetan dengan menawarkan mobilitas yang tinggi. Contoh lain
adalah William Tanuwijaya, CEO Tokopedia yang awalnya punya visi untuk
mempermudah siapapun agar dapat memulai bisnis mereka sendiri lewat medium
internet. Ekonomi digital memang memiliki dampak yang signifikan terhadap
pembangunan di Indonesia. Namun dampak besar dari perkembangan tegnologi
tidak semua memiliki dampak baik, melainkan juga sisi negatif, seperti selayak
nya saat ingin membuat gebrakan yang baru akan tetap ada saja pihak yang
dirugikan , tidak mungkin tidak ada. Misalnya dampak disruptif yang ditimbulkan
Go-Jek, terutama terhadap para ojek dan taksi konvensional. Penghasilan yang
menurun dan kompetisi yang dirasa tidak adil menjadi pemicunya, sehingga
banyak terjadi penolakan di daerah-daerah bahkan sampai berujung anarkis.
Dengan digitalisasi dan perkembangan teknologi, beberapa sektor ekonomi
mengalami pengurangan tenaga kerja. Contohnya jasa administrasi, manufaktur
dan industri, jasa kuliner, konstruksi dan pertambangan serta banyak jenis
pekerjaan lainnya yang selama ini berfungsi standar dan berulang, pada akhirnya
digantikan oleh mesin otomatis yang serba efisien. Sifat konsumtif sebagai akibat
kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang
secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas
yang bermental "instant".
Saran