TENTANG
MENIMBANG
a. Bahwa untuk mencapapai masyarakat yang sejahtera berpegang pada
Sstem Kesehatan Nasional, perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat terpadu, menyeluruh dan merata yang dapat di terima serta
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan dengan peran serta aktif
masyarakat.
b. PT. Medika Respati Manis berupaya melaksankan dukungan itu secara
bertahap dan salah satu kegiatannya adalah upaya pelayanan kesehatan
kepada masyarakat melalui salah satu upaya organisasi pelayanan
kesehatan yaitu RSIA Respati.
c. Dalam kegiatannya RSIA Respati berkeinginan untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar, berperan proaktif dalam menunjang program
kesehatan nasioanl, hanya saja saat ini dirasakan menghadapi beberapa
kendala yang memerlukan rencana strategis yang tepat serta penyusunan
agenda pencapaian sasaran yang sesuai dengan visi dan misi PT. Medika
Respati Manis.
d. Bahwa untuk meningkatan mutu di Instalasi Farmasi RSIA Respati yang
merupakan bagian dari unit penunjang pelayanan di RSIA Respati harus
mempunyai panduan pelayanan obat kemoterapi dan aseptik dispensing
sediaan steril.
e. Bahwa sehubungan hal-hal tersebut diatas perlu diatur dan ditetapkan
dalam Peraturan Direktur RSIA Respati.
MENGINGAT
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan.
e. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
741/Menkes/PER/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota.
h. Akta Pendirian PT. Medika Respati Manis tanggal 12 Desember 2013
didepan notaris Notaris Ny. Hj. Ety Yuliriswinarni Darwin, SH
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Ditetapkan : Tasikmalaya
Tanggal : 07 Januari 2019
Direktur,
Rumah Sakit Ibu dan Anak Respati
BAB I DEFINISI 1
BAB IV DOKUMENTASI 8
BAB I
DEFINISI
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di instalasi farmasi untuk
menghindari infeksi nosocomial dan terjadi kesalahan pemberian obat. Pencampuran sediaan
steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru
denangan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan secara aseptis oleh
apoteker di sarana pelayanan kesehatan.
Aseptis berarti bebas dari mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur
kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan
terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat
kesehatan, sediaan obat, atau petugas, jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama
proses pengerjaan produk aseptis.
Pencampuran sediaan steril harus memperhatikan perlindungan produk dari kontaminan
mikroorganisme, sedangkan untuk penanganan sediaan sitostakika selain kontaminan juga
memperhatikan perlindungan tehadap petugas, produk dan lingkungan. Penanganan sediaan
sitostatika yang aman perlu dikalukan secara disiplin dan hati-hati untuk mencegah risiko yang
tidak diinginkan, karena sebagian sediaan sitostatika bersifat:
- Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
- Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutase genetik.
- Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-obat kanker akan
mempunyai efek karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik yang tertunda lama terhadap
petugas yang menyiapkan dan memberikan obat-obatan. Adapun mekanisme cara terpaparnya
obat kanker kedalam tubuh adalah:
- Inhalasi Terhirup pada saat rekostitusi
- Abssorpsi Masuk dalam kulit jika tertumpah
- Ingesti Kemungkinan masuk jika tertelan
Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam transportasi, penyimpanan,
pendistribusian, rekonstitusi dan pemberiaan sediaan sitostatika. Pencampuran sediian steril
memerlukan Sumberdaya Manusia yang terlatih, fasilitas dan peralatan serta prosedur
penanganan secara khusus.
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1 Sumber Daya Manusia
2.1.1 Apoteker
Setiap apoteker yang melakukan persiapan/peracikan sediaan steril harus memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut :
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan dan pengelolaan komponen
sediaan steril termasuk prinsip teknik aseptis.
Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap tahap pencampuran sediaan steril.
Apoteker yang melakukan pencampuran sediaan steril sebaginya selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
2.4 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran tergantung pada
stabilitas masing-masing obat. Kondisi khusus penyimpanan:
i. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan alumunium foil.
ii. Suhu penyimpanan 2 – 8 C disimpan di dalam lemari pendingin (bukan freezer) yang
dilengkapi dengan control suhu.
2.5 Distribusi
Distribusi untuk sediaan sitostatika
Distribusi harus terjamin sterilitas dan stabilitasnya dengan persyaratan:
1. Wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
2. Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu, ditempatkan
dalam wadah yang mampu menjaga konsistensi suhunya.