Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI MULTI PARADIGMA: HOMO DEUS

DI SUSUN OLEH :
Siti Rachmah 196020300111032
Syahrul Ramadan 196020300111036

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
HOMO DEUS
PEMBAHASAN

A. Homo Deus dan Revolusi Industri


Dalam buku ini menceritakan tentang perkembangan manusia dari homo sapiens
menuju homo deus (manusia dewa).
 Pada abad sebelum 20an, masalah krusial yang dihadapi oleh manusia adalah
kematian yang disebabkan oleh kelaparan, penyakit virus menular, dan peperangan.
Kelaparan sendiri disebabkan oleh kemiskinan dan gagal panen diberbagai penjuru
dunia. Penyakit disebabkan oleh virus penyakit menular yang menyebar begitu cepat.
Peperangan merupakan salah satu penyebab kematian akibat penerapan hukum rimba
(sebelum abad 20an menganut hukum rimba, dimana peperangan merupakan hal yang
lumrah untuk merebut kekuasaan).
 Memasuki abad ke 20-an, penyebab kematian terbesar sudah berbeda dengan sebelum
abad ke 20an. Penyebab kematian terbesar pada abad sekitar 20-an adalah obesitas,
usia tua dan penyakit tak menular, serta bunuh diri. Pada abad ke 20-an, tingkat
kematian yang diakibatkan oleh obesitas lebih tinggi daripada kekurangan gizi.
Tingkat kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung dan kanker serta usia tua
lebih tinggi daripada penyakit menular. Tingkat kematian yang diakibatkan oleh
bunuh diri lebih tinggi daripada peperangan. Semua masalah pada abad sebelum 20-
an dapat direduksi akibat adanya pengembangan ilmu pengetahuan sains dan riset-
riset terhadap masalah tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan sains dan riset-riset yang terus dilakukan
menyebabkan manusia untuk melanjutkan ke misi selanjutnya, yaitu pada abad ke 21an. Hal
ini dikarenakan seluruh masalah yang dihadapi pada abad sebelumnya dapat direduksi oleh
perbuatan manusia, dimana tujuan selanjutnya adalah menuju ke tahap kemakmuran.
Pemikiran manusia semakin berkembang dari tahun ke tahun. Pada abad sebelum 20an,
mayoritas manusia meminta pertolongan kepada Tuhan, namun masalah dapat diselesaikan
oleh manusia sendiri dan muncullah anggapan bahwa masalah tersebut dapat diselesaikan dan
disebabkan oleh manusia itu sendiri. Misi lanjutan pada abad ke 21-an adalah imortalis,
penciptaan kebahagiaan, dan manusia sebagai Tuhan:
1. Imortalis menjadi misi pertama dikarenakan manusia merasa telah mampu
menyelesaikan masalah-masalah kematian massal dengan pengembangan ilmu
pengetahuan sains dan riset untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan
perkembangan angka harapan hidup manusia, dari abad ke abad mengalami peningkatan
angka harapan hidup. Imortalis dianggap sebagai masalah selanjutnya yang harus
direduksi. Pengembangan ilmu sains dan riset-riset terus dilakukan untuk meningkatkan
angka harapan hidup manusia.
2. Kebahagiaan menjadi misi kedua dikarenakan kebahagiaan merupakan tolak ukur dari
kemakmuran kehidupan manusia. Para periset terus mengembangkan senyawa biokimia
untuk menciptakan kebahagiaan pada manusia.
3. Dalam menciptakan kebahagiaan dan imortalis, manusia benar-benar berusaha untuk
meningkatkan diri menjadi Tuhan (misi ketiga). Segala usaha dilakukan: pengembangan
riset untuk menciptakan kecerdasan buatan. Pada abad ke 21-an, proyek besar ketiga
manusia adalah mendapatkan kekuatan Tuhan dalam penciptaan dan destruksi untuk
manusia, kemudian meningkatkan homo sapiens menjadi homo deus. Misi ketiga ini
jelas memasukkan dua misi sebelumnya, dan digerakan oleh keduanya.
Proses perkembangan ini tidak dapat dihentikan dikarenakan:
1. Tidak ada orang tahu dimana point yang harus dihentikan.
2. Jika memang bisa dihentikan, maka perekonomian akan runtuh, bersama masyarakatnya.
Hal ini dikarenakan ekonommodern membutuhkan pertumbuhan terus-menerus dan
selamanya agar bisa bertahan. Itu sebabnya, kapitalisme mendorong manusia untuk
mengejar imortalitas, kebahagiaan, dan manusia tuhan. Sebuah ekonomi yang dibangun
pada pertumbuhan abad ini perlu proyek-proyek tanpa putus.
Perkembangan ilmu pengetahuan sains dan riset-riset teknologi menyebabkan
munculnya revolusi sainstifik. Prinsip dari revolusi sainstifik yaitu:
1. Melahirkan agama humanis. Agama humanis merupakan agama yang menyembah
kemanusiaan dan mengharapkan kemanusiaan menggantikan peran yang dimainkan
Tuhan kuno. Agama humanisme meletakkan otoritas tertinggi kepada manusia. Agama
humanis merupakan ide dasar dari liberalisme, komunisme, dan nazisme.
2. Menganggap agama-agama bertuhan kuno. Manusia pada abad sebelum 20-an
mempercayai adanya Tuhan, setiap menghadapi masalah, mereka selalu meminta kepada
Tuhan. Namun mereka hanya memohon saja tanpa berusaha. Akibatnya, pada masa
modern, manusia mulai berkembang dan menyelesaikan masalah terbesar manusia pada
abad sebelum 20-an dengan pengembangan ilmu sains dan melakukan riset-riset untuk
menyelesaikan masalah. Dari situ, manusia beranggapan bahwa semuanya mampu
dikendalikan dan diselesaikan oleh manusia sendiri.
3. Ketidakadilan antara manusia dan binatang. Manusia menganggap binatang sebagai
makhluk yang diciptakan memang untuk manusia. Manusia beranggapan bahwa binatang
memang ditakdirkan sebagai makhluk yang dimanfaatkan untuk manusia dan
menganggap binatang tak memiliki jiwa yang seutuhnya.
4. Kitab suci dianggap tidak merepresentasikan kondisi pada abad ke 21-an. Hal ini
dikarenakan isi dari kitab suci dianggap berisi fiksi, mitos dan kesalahan. Para manusia
modern menganggap bahwa teori-teori sejarah canggih lebih searah dengan pandangan
modern. Semua negara modern melakukan banyak upaya dalam mengumpulkan
informasi tentang negara lain, menganalisis ekologi, tren politik, dan ekonomi global
daripada melihat didalam kitab suci.
Menurut pandangan manusia modern, di dalam diri manusia terdiri dari sekumpulan
algoritma. Algoritma adalah seperangkat langkah metodis yang bisa digunakan untuk
melakukan kalkulasi, pemecahan masalah dan mencapai keputusan-keputusan. Algoritma
pada manusia yaitu yang mengendalikan manusia bekerja dengan sensasi-sensasi, emosi-
emosi, dan pikirian-pikiran. Algoritma yang dimaksud merupakan kumpalan sel-sel neuron
didalam otak yang mampu memberikan keputusan-keputusan seperti mesin otomatis pembuat
minuman. Selain itu, manusia modern beranggapan bahwa manusia merupakan sosok
makhluk yang memiliki jiwa yang tetap dan abadi. Inilah kekompleksan manusia menurut
manusia modern yang menyebabkan berbeda dengan makhluk lain dan semakin mendorong
sebagai sosok homo deus.
B. Revolusi Humanis
Revolusi religious modernitas adalah bukanlah kehilangan kepercayaan kepada
Tuhan, melainkan mendapatkan kepercayaan pada manusia. Makna dan implikasi revolusi
humanis terlihat pada kultur Eropa saat ini dan zaman dulu. Eropa pada abad pertengahan
atau sekitar tahun 1300, orang-orang di London, Paris dan Toledo tidak percaya bahwa
manusia bisa menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat, mana yang benar dan
mana yang salah, mana yang indah dan mana yang buruk. Mereka hanya percaya bahwa
hanya Tuhanlah yang bisa menciptakan dan mendefinisikan kebaikan, kebenaran dan
keindahan. Meskipun manusia memmiliki kemampuan dan kesempatan unik, saat itu mereka
juga dipandang sebagai makhluk bodoh dan bisa rusak. Selain itu, manusia juga dianggap
makhluk mortal, pandangan dan perasaannya dapat berubah seperti angin. Oleh karena itu,
saat itu Tuhan dianggap sebagai sumber tertinggi bukan hanya dalam makna, tetapi juga
otoritas. Tuhan sebagai sumber makna dan otoritas juga mempengaruhi kehidupan manusia
sehari-hari, misalnya seseorang telah melakukan zina dan kemudian orang itu pergi ke
pendeta karena tidak menyadari apa yang telah ia lakukan (kekhilafan) maka pendeta
menyatakan menurut Tuhan hal itu adalah dosa besar, dan jika tidak bertaubat akan masuk
neraka.
Sekarang, keadaan berubah humanisme telah berusaha meyakinkan bahwa
‘kita/manusialah’ sumber makna tertinggi sehingga kehendak bebas kita merupakan otoritas
tertinggi. Oleh karena itu, jika seseorang melakukan zina maka ia tidak lantas pergi ke
pendeta atau kitab kuno namun ia lebih memilih bicara dengan temannya atau psikolog dan
mencurahkan isi hatinya. Pada abad pertengahan, pernikahan dianggap sebagai momen yang
sakral yang ditahbiskan oleh Tuhan dan Tuhan juga mengotorisasi ayah untuk menikahkan
anak-anaknya menurut kepentingannya sendiri. Akibatnya perselingkuhan merupakan
pemberontakan kurang ajar yang melawan otoritas Tuhan dan orang tua. Hal tersebut
merupakan dosa besar terlepas apapun yang rasakan kedua belah pihak yang selingkuh itu.
Kini orang menikah bukan karena Tuhan atau kepntingan orang tua, namun karena perasaan
pribadi merekalah yang bernilai bagi ikatan pernikahan. Yang penting adalah bagaimana jenis
argumentasi yang digunakan. Humanisme telah mengajarkan bahwa sesuatu yang buruk
adalah yang menyebabkan orang lain tidak senang/ sedih. Misalnya pembunuhan
dilarang/salah bukan karena Tuhan melarangnya melainkan jika kita membunuh maka akan
mengakibatkan penderitaan bagi korban, bagi anggota keluarganya dan teman-temannya.
Pencurian salah/dilarang bukan karena Tuhan melarangnya, namun pencurian salah karena
ketika kita kehilangan hak milik maka kita tidak senang. Jika ada dua orang lelaki jatuh cinta
sepanjang tidak mengganggu orang lain dan mereka merasa bahagia maka itu tidak salah, jika
masa abad pertengahan dua lelaki jatuh cinta dan datang ke pendeta maka pendeta akan
mengutuknya karena hal tersebut dilarang oleh Tuhan. Etika humanisme menganggap jika
terasa baik maka lakukanlah.
Perasaan kita memberi makna tidak hanya pada kehidupan pribadi kita melainkan
juga pada proses-proses sosial dan politik. Ketika kita ingin memilih pemimpin Negara,
kebijakan politik luar negeri, langkah-langkah ekonomi yang harus ditempuh kita tidak lagi
mencari jawabannya dalam kitab suci dan pendeta. Namun, kita mengadakan pemilihan
umum demokratis yang bertanya pada rakyat apa pendapat mereka tentang masalah yang
sedang dihadapi. Hal ini membuktikan pilihan bebas individu manusia merupakan otoritas
tertinggi. Etika humanisme menganggap pemilihlah yang paling tahu.
Kedua humanisme diatas juga berlaku pada estetika. Pada abad pertengahan, seni
diatur oleh alat ukur objektif. Standar keindahan tidak menunjukkan cita rasa manusia.
Tangan para pelukis, penyair, pengubah lagu dan arsitek dianggap digerakkan oleh dewa,
malaikat dan roh suci. Teori klasik yunani menyatakan bahwa gerakan bintang-bintang
dilangit menciptakan music surgawi yang menembus seluruh jagad raya. Musik manusia
harus menggemakan melodi Ilahiah. Himne, nada dan lagu indah biasanya tidak dinisbatkan
pada kegeniusan manusia melainkan pada wahyu Ilahi. Kini kaum humanis percaya satu-
satunya sumber penciptakan artistic dan estetika adalah perasaan manusia. Musik diciptakan
dan dinilai oleh suara hati manusia, yang tidak perlu mengikuti ritme bintang maupun wahyu
Tuhan dan malaikat. Karena bintang bisu, sedangkan Tuhan dan malaikat hanya imajinasi
kita sendiri maka para seniman modern cenderung berusaha menyentuh diri dan perasaan
mereka sendiri bukan Tuhan. Estetika humanisme menganggap keindahan ada pada mata
penonton.
Pendekatan humanis seperti diatas juga berlaku pada bidang ekonomi. Disini
pelanggan dianggap yang paling benar. Misalnya Toyota akan memproduksi mobil super
yang dirancang orang-orang terbaik, namun produk tersebut tidak laku dipasaran maka yang
salah bukan pelanggan/konsumennya namun yang membuat.
Munculnya ide-ide humanis juga telah merevolusi sistem pendidikan. Pada abad
pertengahan, sumber segala makna dan otoritas bersifat eksternal maka pendidikan berfokus
pada penanaman kepatuhan, penghafalan kitab suci dan pembelajaran tradisi kuno. Guru
memberikan pertanyaan dan siswa menjawabnya. Sebaliknya, pendidikan humanis modern
percaya pada pengajaran siswa untuk berfikir bagi diri mereka sendiri.
Bagian 2
Tuhan telah mati. Di barat Tuhan telah menjadi ide abstrak yang sebagian orang
menerima dan sebagian tidak, namun tidak terlalu berpengaruh pada keduanya. Tidak
percaya Tuhan tetap memperoleh nilai-nilai politik, moral estetika dari pengalaman ‘saya’
sendiri. Namun, pada abad pertengahan tidak percaya Tuhan maka tidak memiliki sumber
otoritas politik, moral dan estetika. Jika mempercayai Tuhan maka itu merupakan pilihan
saya. Jika hati saya mengatakan untuk mempercayai tuhan maka saya percaya. Saya percaya
karena saya merasakan kehadiran Tuhan dan hati saya mengatakan Dia memang ada. Namun,
jika saya tidak lagi merasakan kehadiran Tuhan dan hati saya mengatakan tidak ada Tuhan
maka saya pun berhenti percaya. Dari hal tersebut berarti bahwa ketika kita percaya akan
adanya Tuhan atau tidak sumber sejati otoritas adalah tetap berada pada perasaan saya sendiri
maka sekalipun saya mengatakan percaya pada Tuhan kebenarannya adalah bahwa saya
memiliki kepercayaan yang lebih kuat pada suara hati saya sendiri.
Pada abad pertengahan rumus utama mencari pengetahuan adalah pengetahuan =
kitab suci x logika. Jika seseorang ingin mencari jawaban atas suatu pertanyaan maka mereka
akan membaca kitab suci dan menggunakan logika mereka untuk memahami makna
sesungguhnya teks kitab suci. Revolusi saintifik menggunakan rumus yang berbeda, yaitu
pengetahuan = data empiris x matematika. Jika ingin mencari jawaban atas suatu pertanyaan
maka kita perlu mengumpulkan data empiris yang relevan kemudian menggunakan alat
matematika untuk menganalisisnya. Namun, revolusi rumus saintifik itu memiliki kelemahan
yakni tidak bisa menangani masalah nilai dan makna. Solusinya adalah dengan
mengkombinasikan rumus saintifik lama dan rumus saintifik baru ketika mengahadapi
masalah. Ketika menghadapi masalah etika gunakan rumus saintifik lama, ketika menghadapi
masalah praktis gunakan rumus saintifik baru.
Humanisme menawarkan rumus saintifik baru untuk menangani masalah etika dengan
dasar manusia mendapatkan kepercayaan pada dirinya sendiri, yakni pengetahuan =
pengalaman x sensitivitas. Jika ingin mencari atas suatu permasalahan etis kita perlu
menjangkau pengalaman dalam diri kita dan mengamatinya dengan sesnsitivitas tertinggi.
Pengalaman adalah fenomena subjektif yang terdiri dari emosi, sensasi dan pikiran. Sensasi
adalah segala yang saya rasakan (panas, tegang, senang, dll), emosi yang saya alami (cinta,
takut, marah, dll) serta apapun yang muncul dalam pikiran saya. Sensitivitas adalah (1)
memperhatikan emosi, sensasi dan pikiran saya serta (2) membiarkan emosi, sensasi dan
pikiran saya. ‘benar, saya tidak boleh membiarkan angin lalu menyapu saya. Namun, saya
harus terbuka pada pengalaman baru dan membolehkannya mengubah pandangan-
pandangan, perilaku, bahkan kepribadian saya’. Sensitivitas didapat dari banyak pengalaman.
Humanisme memandang kehidupan sebagai proses bertahap dari proses perubahan
dalam diri, bergerak dari kebodohan menuju pencerahan sebagai sarana pengalaman. Tujuan
tertinggi dari kehidupan humanis adalah mengembangkan pengetahuan sepenuhnya melalui
pengalaman intelektual, emosional dan fisik. Humanis fokus pada perasaan dan pengalaman
bukan pada perbuatan atau seni yang diwahyukan.
Bagian 3
Rumus pengetahuan = pengalaman x sensitivitas telah mengubah budaya dan persepsi kita
tentang masalah berat seperti perang. Pada abad pertengahan jika seseorang ingin mengetahui
apakah perang itu adil maka mereka akan bertanya kepada Tuhan, kitab suci, raja-raja, kaum
bangsawan dan pendeta. Sedikit sekali opini dan pengalaman tentara biasa atau penduduk
sipil biasa, padahal merekalah yang berperang (memiliki pengalaman), emosi dan pikiran.
Bagian 4
Humanisme terpecah menjadi tiga cabang utama, yaitu
1. Ortodoks / Liberalisme
Memandang bahwa setiap manusia adalah indvidu unik yang memiliki suara hati khas dan
serangkaian pengalaman yang tak pernah terulang. Setiap manusia adalah satu berkas cahaya
tunggal yang menyinari dunia dengan perspektif-perspektif yang berbeda. Oleh karena itu,
kita harus memberi kebebasan agar individu tersebut dapat mengalami dunia, mengikuti kata
hatinya dan mengekspresikan kebenaran dalam dirinya (politik, ekonomi atau seni).
Kehendak individu harus lebih diutamakan daripada doktrin agama atau kepentingan Negara.
Ortodoks juga disebut sebagai humanisme liberal. Politik liberal percaya bahwa pemilih
adalah yang paling tahu. Seni liberal memandang keindahan ada di mata penonton. Ekonomi
liberal memandang pelanggan/konsumen selalu benar. Etika liberal menganggap jika terasa
baik maka lakukanlah. Pendidikan liberal mengajarkan kepada kita untuk berfikir bagi diri
kita sendiri karena kita akan menemukan semua jawaban di dalamnya.
2. Sosialis
Pengalaman manusia adalah sumber tertinggi makna dan otoritas. Tidak mempercayai
kekuatan transendental atau kitab hukum Ilahiah. Namun, keduanya menentang pemahaman
pengalaman manusia adalah fenomena individu. Karena banyak individu yang merasakan
hal-hal berbeda dan memiliki keinginan-keingan yang bertentangan. Humanisme sosial
menganggap kaum liberal salah karena lebih memfokuskan kepada perasaan diri kita sendiri
daripada apa yang dialami orang lain. Humanisme sosial menuntut menghentikan obsesi pada
saya dan perasaan saya dan mulai berfokus pada orang lain dan bagaimana tindakan-tindakan
saya bisa mempengaruhi pengalaman mereka. Perdamaian global akan tercipta tidak dengan
mengagungkan ke-khasan setiap bangsa, namun dengan menyatukan seluruh buruh di dunia.
Harmoni sosial tidak akan tercapai oleh seseorang yang secara narsistis mengeksplorasi
kedalaman batin mereka sendiri, namun dengan setiap orang mengutamakan kebutuhan dan
pengalaman orang lain diatas hasrat-hasrat mereka sendiri.
3. Evolusioner
Sama dengan sosialis yang tidak mempercayai kekuatan transendental atau kitab hukum
Ilahiah dan menentang pemahaman pengalaman manusia adalah fenomena individu. Namun,
humanisme evolusioner memiliki solusi yang berbeda atas pengalaman manusia yang
bertentangan. Humanisme evolusioner menganggap konflik adalah sesuatu yang diharus
dihargai bukan ditangisi. Konflik merupakan seleksi alam, yang mendorong evolusi bergerak
maju. Sebagian manusia memang unggul atas manusia lain dan ketika pengalaman-
pengalaman manusia bertabrakan maka manusia yang paling kuat akan menggilas habis yang
lain. Ini seperti mandat penindasan manusia superior atas manusia inferior. Jika dalam bisnis,
pebisnis yang mumpuni akan mendorong pebisnis yang bodoh menuju kebangkrutan. Jika
mengikuti logika humanisme evolusi ini maka manusia perlahan-lahan akan menjadi semakin
kuat dan tangguh sehingga akhirnya memunculkan manusia super. Manusia superior adalah
manusia yang memiliki keistimewaan tertentu dan memiliki kemampuan yang lebih baik
yang termanifestasi dalam penciptaan pengetahuan baru, teknologi yang canggih, masyarakat
yang lebih makmur atau seni yang lebih indah. Misalnya sebuah bangsa yang menjadi pionir
bagi kemajuan manusia maka itu dianggap sebagai bangsa superior dibandingkan dengan
bangsa-bangsa lain yang sedikit memberi kontribusi bagi evolusi manusia.
Bagian 5
Perang agama-agama humanisme terjadi, agama-agama humanisme diantaranya
humanisme liberal, humanisme sosialis dan humanisme evolusioner. Setelah perjalanan
panjang humanisme liberal akhirnya memenangkan peperangan yang ditandai dengan
runtuhnya imperium soviet dan demokrasi liberal menggantikan rezim-rezim komunis. Model
liberal semakin berkembang diseluruh dunia, terutama di Amerika Latin, Asia Selatan dan
Afrika. Pada abad 20 liberal mulai mengadopsi beragam ide dan intitusi dari sosialis dan
fasisnya, terutama pada komitmen pada penyediaan layanan pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan publik. Namun, liberalisme masih mengagungkan kebebasan individu diatas
segalanya dan masih meyakini pemilih dan pelanggan.
Sampai 2016 belum ada alternatif pengganti paket liberal individualisme, hak-hak
asasi manusia, demokrasi dan pasar bebas. China yang saat ini sebagai Negara raksasa
ekonomi belum bisa mengganti liberal karena China hanya memiliki naungan ideologis yang
kecil. Islam radikal, Kristen fundamentalis, Judaisme mesiah dan Hindu revivalis juga tidak
bisa menggantikan paket liberal karena tidak mengetahui tentang komputer, genetika atau
nanoteknologi. Kitab-kitab suci tidak memiliki apapun yang bisa untuk menjelaskan
mengenai rekayasa genetika atau kecerdasan artifisial dan sebagian pendeta, rabbi dan mufti
tidak memahami terobosan-terobosan mutakhir dalam biologi dan ilmu komputer karena jika
ingin memahami terobosan-teorobosan ini maka anda harus membaca jurnal atau artikel-
artikel ilmiah dan melakukan eksperimen lab bukan menghafal atau memperdebatkan teks-
teks kuno. Tokoh-tokoh agama tidak banyak dikenang karena mereka hanya menekuni
naskah-naskah kuno dan impian-impian profetik. Namun, penemu-penemu teknologi
ekonomi lebih dikenang karena mereka lebih menekuni tentang pengalaman baru manusia
terkait operasional, ekonomi, politik, sehingga mereka memiliki jawaban yang lebih relevan
atas masalah-masalah masyarakat industri.
C. Bom Waktu dalam Laboratorium
Sains abad 21 sedang meruntuhkan fondasi tatanan liberal, karena sains tidak
mengurusi masalah nilai. Sains tidak bisa menentukan apakah kaum liberal benar dalam
menilai kebebasan lebih tinggi dari kesetaraan atau dalam menilai indovidu lebih tinggi dari
kolektif. Meskipun demikian, liberalisme tidak hanya didasarkan pada ketetapan-ketetapan
etika yang abstrak, namun juga pada apa yang dipercayainya sebagai pertanyaan-pertanyaan
faktual. Pernyataan faktual tersebut tidak lolos dalam pengujian sains. Sains telah
menemukan bahwa tidak ada yang namanya jiwa, tidak ada kehendak bebas serta tidak ada
‘diri’ (esensi batin), yang ada adalah gen, hormon dan neuron-neuron yang mematuhi hukum
fisika dan kimia yang mengatur seluruh realitas. Jika dulu (menurut kepercayaan liberalisme)
seseorang menusuk orang lain jawabannya adalah karena ia ingin dan memilih
melakukannya, namun sekarang sejak perkembangan sains jawaban itu berubah menjadi ia
melakukan itu karena adanya suatu proses elektrokimiawi dalam otak, yang dibentuk oleh
susunan genetik tertentu, yang merefleksikan tekanan-tekanan evolusi kuno yang bercampur
mutasi-mutasi kebetulan. Proses elektrokimiawi otak tersebut bisa terjadi secara acak,
deterministik atau kombinasi dari keduanya bukan karena kebebasan. Teori evolusi
menyatakan bahwa evolusi tidak bisa sejalan dengan jiwa-jiwa yang abadi, tidak bisa
mencerna ide kehendak bebas. Misalnya menurut teori evolusi, hewan (entah itu habitat,
makanan atau pasangan) mencerminkan kode genetik mereka. Hewan dapat memilih apa
makanan, habitat atau pasangan yang baik menurut mereka karena adanya gen-gen yang kuat.
D. Pemisahan Besar
Ancaman praktis dari liberalisme adalah (1) manusia mungkin menjadi tidak berguna
secara militer dan ekonomi atau dengan kata lain, manusia akan kehilangan nilai mereka
sepenuhnya (2) sistem masih akan membutuhkan manusia secara kolektif di masa depan,
bukan individu atau dengan kata lain, manusia masih akan berharga secara kolektif, namun
kehilangan otoritas individual mereka dan akan diatur oleh alogaritma-alogaritma eksternal,
(3) sistem masih menemukan nilai pada individu unik tertentu atau dengan kata lain, orang
yang tetap dibutuhkan hanyalah orang yang memiliki keistimewaan dan manusia yang sudah
diperbarui (manusia super) yang memiliki kemampuan fisik, intelektual dan emosional yang
istimewa.
Keyakinan liberal pada individualisme didasarkan tiga asumsi penting, yaitu.
1. Saya adalah individual, yakni saya memiliki esensi tunggal yang tidak bisa dibagi
menjadi bagian-bagian atau sub-sub sistem.
2. Diri saya bebas sepenuhnya.
3. Dari dua asumsi diatas saya lebih mengetahui diri saya daripada orang lain dan orang
lain tidak menemukannya, hanya saya yang memiliki akses ke ruang kebebasan saya dan
hanya diri saya yang bisa mendengar bisikan-bisikan dari batiniah saya. Saya tidak
mempercayai orang lain untuk mengatur/membuat keputusan tentang saya karena orang
lain tidak mengetahui siapa saya sesungguhnya, bagaimana perasaan saya, apa yang saya
inginkan. Inilah alasan kenapa pemilih dianggap paling mengerti, pelanggan selalu benar
dan mengapa keindahan ada dimata penonton.
Namun, sains menentang ketiga asumsi itu, menurut sains adalah sebagai berikut.
1. Organisme adalah alogaritma dan manusia bukanlah individual namun dividual, yakni
manusia terdiri dari banyak alogaritma yang berbeda yang tidak memiliki satu suara
batin tunggal/diri tunggal.
2. Alogaritma membuat manusia tidak sepenuhnya bebas, mereka dibentuk gen-gen dan
tekanan-tekanan lingkungan serta mengambil keputusan secara deterministik atau acak
bukan secara bebas.
3. Oleh karena itu, sebuah alogaritma yang memantau setiap sistem pembentuk tubuh dan
otak saya akan mengetahui dengan tepat siapa saya, bagaimana perasaan saya, dan apa
yang saya inginkan. Alogaritma semacam itu dapat menggantikan pemilih, pelanggan,
penonton.
Bila Facebook, google dan alogaritma-alogaritma lain menjadi ‘peramal serbatahu’
mereka mungkin akan berevolusi sebagai agen yang akhirnya menjadi penguasa. Misalnya
aplikasi GPS Waze, Waze bukan sekedar peta. Penggunanya akan mendapatkan informasi
tentang kemacetan lalu lintas, kecelakaan, dan polisi. Waze akan mengarahkan
anda/pengguna untuk sampai ke tujuan dengan rute yang paling cepat. Saat waze menyuruh
kita belok kiri namun naluri anda menyuruh belok kanan maka cepat atau lambat naluri kita
akan mengikuti waze belok kiri karena kita menganggap waze-lah yang benar daripada
perasaan kita. Menjadikannya agen berarti anda memberikan kepada alogaritma untuk
pengerjaan tujuan akhir anda, tanpa supervisi. Misal dengan menghubungkan waze di mobil
anda, anda tinggal memberitahunya ‘ambil rute yang paling cepat/ambil rute dengan
pemandangan yang indah, dll. Hal ini membuktikan anda hanya perlu menyebutkan
sasaran/tujuan maka Waze akan mengerjakannya. Dan itu terus berkembang alogaritma-
alogaritma lain dalam kehidupan. Akhirnya kita tidak bisa memutus hubungan ‘serba tahu’
ini karena jika terputus maka akan mati. Jika harapan di bidang kedokteran terwujud maka
kita (manusia-manusia masa depan) mungkin akan memasukkan ke dalam tubuh mereka
sekumpulan alat-alat biometrik, organ-organ bionik dan robot-robot nano yang akan
memantau kesehatan dan melindungi diri kita dari infeksi, sakit dan kerusakan. Teknologi
abad 21 ini bisa membalikkan revolusi humanis dan melucuti otoritas manusia dan memberi
kekuasaan pada alogaritma non manusia. Sebagaian ketakutan namun sebagia lagi
menerimanya. Jika kita tidak berhati-hati akibatnya kita bisa terus dipantau dan dikendalikan,
tidak hanya perbuatan namun tubuh dan otak kita.
E. Samudera Kesadaran
Agama baru, yaitu agama-tekno (hi-tech) bisa menakhlukan dunia dengan janji penyelamatan
melalui alogaritma dan gen. Agama-tekno muncul dari laboratorium riset. Hi-tech sebagai
agama yang berani menawarkan kebahagiaan, kemakmuran, perdamaian bahkan kehidupan
abadi saat ini di bumi dengan bantuan teknologi (sedikit berhubungan dengan Tuhan).
Mereka menjanjikan itu semua tidak untuk kehidupan setalah kematian namun untuk
kehidupan saat ini tanpa bantuan makhluk-makhluk langit. Agama-tekno dibagi menjadi dua
bagian, yaitu (1) tekno-humanisme dan (2) agama data. Tekno-humanisme menganggap
bahwa homo-sapiens tidak relevan lagi di masa depan sehingga kita harus menciptakan
homo-deus (model manusia yang lebih unggul) melalui teknologi. Revolusi kognitif untuk
mencapai homo deus dilakukan dengan cara menata ulang otak dan DNA sapiens. Dengan
demikian, homo deus tidak hanya menjadi penguasa planet, namun juga memiliki akses ke
alam baru yang belum pernah terbayangkan dan membuatkan mereka Tuhan-tuhan atas
galaksi.
F. Agama Data
Dataisme menganggap alam semesta terdiri dari aliran data dan nilai dari setiap
fenomena atau entitas ditentukan oleh kontribusinya pada pemrosesan data. Saat ini data
dipandang hanya sebagai langkah pertama dalam rantai aktivitas intelektual. Manusia
diharuskan menyaring data menjadi informasi, informasi menjadi pengetahuan dan
pengetahuan sebagai kebijaksanaan. Namun, dataisme menganggap manusia tidak bisa lagi
menangani aliran data yang besar (big data) sehingga mereka tidak bisa menyaring data
menjadi informasi, pengetahuan apalagi kebijaksanaan. Oleh karena itu, tugas pemeriksaan
data harus dipercayakan pada alogaritma-alogaritma elektronik, yang kapasitasnya jauh
melampaui kapasitas otak manusia. Para datais skeptis tentang pengetahuan dan
kebijaksanaan manusia lebih suka menaruh kepercayaan pada ‘big data’ dan alogaritma-
alogaritma komputer.
Sistem pemrosesan data telah menjadi dogma saintifik saat ini. Oleh karena itu,
seluruh masyarakat mulai menggunakan sistem pemrosesan data. Misalnya para ekonom
banyak menginterpretasi ekonomi sebagai pemrosesan data tentang keinginan dan
kemampuan serta mengubah data ini menjadi keputusan-keputusan. Menurut pandangan ini
kapitalisme pasar bebas dan komunisme yang dikendalikan Negara adalah sistem pemrosesan
data yang bersaing. Kapitalisme menggunakan pemrosesan data terdistribusi sedangkan
komunisme menggunakan pemrosesan data tersentralisasi. Kapitalisme memproses data
dengan menghubungkan secara langsung semua produsen dan konsumen serta
membiarkannya bertukar informasi secara bebas dan mengambil keputusan secara
independen. Misalnya bursa saham adalah pemrosesan data yang paling cepat dan efisien
yang pernah diciptakan manusia. Setiap orang bebas bergabung secara langsung maupun
tidak langsung. Bursa saham menjalankan ekonomi global dan memperhitungkan segala hal
yang terjadi di seluruh planet bahkan diluar planet, misalnya harga saham dipengaruhi
keberhasilan eksperimen saintifik, bencana alam, dll.
Kondisi pemrosesan data terus berkembang dan mengalami perubahan pada abad 21.
Ketika volume dan kecepatan data meningkat, partai politik, parlemen dan demokrasi
mungkin akan punah karena semua itu kurang efisien dalam pemrosesan data. Munculnya
internet memberikan perubahan selera dalam berbagai hal. Dunia maya kini menjadi krusial
bagi ekonomi, kehidupan sehari-hari dan keamanan kehidupan manusia. Internet adalah zona
bebas. Bebas disini adalah bebas hukum, mengabaikan perbatasan, menghilangkan privasi
dan memunculkan risiko keamanan global. Dalam beberapa dekade mendatang teknologi
mungkin dapat ‘mencuri start’ dalam politik, kecerdasan artifisial dan bioteknologi serta
mungkin juga teknologi dapat mempengaruhi dan mengungguli masyarakat, ekonomi, tubuh
dan pikiran manusia.
Keseluruhan sejarah dianggap sebagai sebuah proses perbaikan efisiensi sistem
dengan empat metode, yaitu (1) meningkatkan jumlah prosesor, (2) meningkatkan keragaman
prosesor, (3) meningkatkan jumlah koneksi antar prosesor dan (4) meningkatkan kebebasan
pergerakan pada koneksi yang ada. Konstruksi pemrosesan data sapiens akan melewati empat
tahapan diantaranya (1) tahap pertama dimulai dengan revolusi kognitif, yang memungkinkan
koneksi jumlah besar sapiens menjadi satu jaringan pemrosesan tunggal. Sapiens
memanfaatkan keunggulan dalam pemrosesan data untuk menakhlukan seluruh dunia, namun
saat mereka menyebar ke wilayah-wilayah yang berbeda dan jauh, mereka kehilangan
sentuhan satu sama lain dan mengalami transformasi kultural yang beragam yang berakibat
pada beragamnya kultur manusia dengan gaya hidup, perilaku dan pandangan dunia yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, tahap pertama ini meningkatkan jumlah dan keragaman
professor manusia, sapiens eropa memproses informasi secara berbeda dengan sapiens china
dan tampaknya mustahil bahwa seluruh sapiens pada suatu hari menjadi bagian dari sebuah
jaringan pemrosesan data tunggal. (2) tahap kedua dimulai dengan revolusi agrikultur dan
berlanjut dengan penciptaan tulisan dan uang sekitar 5000 tahun lalu. Agrikultur
mengakslerasi pertumbuhan demografi sehingga jumlah prosesor meningkat dengan pesat.
Pertanian memungkinkan banyak orang hidup bersama, saling bertukar informasi dan
berkomunikasi. Pada fase ini kekuatan sentrifugal masih tetap dominan. (3) tahap ketiga
adalah revolusi saintifik. Berkat tulisan dan uang manusia mulai meninggalkan kekuatan
sentrifugal dan manusia mulai menyatu dan berkelompok untuk membangun kota dan
kerajaan. Hubungan politik dan komersial antar kota dan kerajaan berbeda semakin erat,
disini juga mulai muncul agama universal. (4) tahap keempat ini dimulai dengan era
Columbus menjadi jaringan baja dan aspal pada abad 21. Informasi bisa mengalir semakin
bebas. Tidak ada lagi pembatasan. Homo sapiens akan musnah ketika manusia telah menjadi
sistem pemrosesan data tunggal dan akan melahirkan sebuah sistem pemrosesan data terbaru
yang lebih efisien, yaitu internet. Manusia adalah alat untuk menciptakan internet (yang
mengetahui segala hal) yang mungkin akhirnya akan menyebar dari planet bumi menuju
seantero galaksi bahkan seluruh alam semesta. Sistem pemrosesan data kosmis ini akan
seperti Tuhan, ia akan ada dimana-mana dan akan mengendalikan segalanya serta manusia
pasti akan melebur di dalamnya.
Datais menyatakan bahwa homo sapiens adalah alogaritma yang sudah usang/kuno.
Seperti ajaran agama lainnya datais memiliki ajaran praksis, yaitu seorang datais harus
memaksimalkan aliran data ke koneksi yang lebih banyak media dan menghasilkan serta
mengonsumsi lebih banyak informasi. Ajaran dataisme adalah menghubungkan segala hal ke
dalam sistem. Segala hal disini tidak hanya pada manusia semata namun lebih dari itu,
misalnya tubuh manusia, benda mati (mobil, jalan raya, kulkas, dll), hewan dan tumbuhan
semua harus terkoneksi pada internet. Misalnya, pohon dihutan akan melaporkan tentang
cuaca serta kadar karbondioksida. Dataisme berpegang teguh pada prinsip kebebasan
informasi sebagai kebaikan yang paling besar dari semua hal. Orang-orang ingin menjadi
bagian dari aliran data, sekalipun itu berarti menyerahkan privasi, otonomi dan individualitas
mereka. Ketika sistem pemrosesan data global menjadi tahu segalanya dan berkuasa maka
berhubungan sistem menjadi sumber segala makna. Manusia ingin menyatu dengan aliran
data karena ketika anda menajdi bagian dari aliran data maka anda menjadi bagian dari aliran
data, dengan menjadi bagian dari aliran data maka anda menjadi bagian dari sesuatu yang
lebih besar dari anda sendiri.

Anda mungkin juga menyukai