Anda di halaman 1dari 5

A.

Prinsip Cost Management: Different Costs for Different Purposes


Manajemen membutuhkan pembebanan biaya untuk mendukung pencapaian tujuan
tertentu. Pembebanan biaya tersebut dikenal dengan istilah biaya produk (product cost).
Penentuan biaya tersebut tergantung pada tujuan apa yang ingin dicapai manajemen, hal ini
memunculkan prinsip dasar manajemen biaya, yaitu “biaya yang berbeda untuk tujuan yang
berbeda”. Selain itu penentuan biaya tersebut memerlukan informasi tentang semua
pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan dengan suatu produk. Konsep rantai nilai
internal perusahaan dinggap sesuai untuk mengakomodir penentuan biaya ini. Konsep ini
memperhitungkan semua biaya yang diperlukan untuk menilai tingkat laba strategis.
Menurut Hansen dan Mowen (2007:41) yang dimaksud dengan rantai nilai internal
perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk mendesain,
mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan produk dan jasa kepada
pelanggan.
Berikut ini adalah ilustrasi rantai nilai perusahaan.
a. Laporan Keuangan External (External Financial Reporting)

Design

Service Develop

External Financial
Reporting

Distribute Produce

Market

Bagan 1.1 Siklus Rantai Nilai dalam rangka penentuan biaya dengan tujuan penyusunan Laporan Keunagan Eksternal
Sumber: Konsep Dasar Biaya dan Sistem Penentuannya hal. 7

Pada contoh di atas manajer memiliki tujuan menyusun Laporan Keuagan


External, maka yang diperlukan adalah harga pokok produk tradisional. Menurut Mulyadi
(2006:7) Sistem akuntansi biaya tradisional memakai sistem pembebanan dua tahap
untuk mengalokasikan biaya produksi tidak langsung ke produk. Pada sistem ini, biaya
pada awalnya dibebankan ke pusat-pusat biaya (cost pool) dan biaya-biaya yang terjadi
diakumulasikan, kemudian pada tahap kedua biaya yang terakumulasi dalam pusat biaya
dialokasikan pada produk dengan menggunakan unit-based driver seperti jam tenaga
kerja langsung, jam mesin, unit produk dan pengukuran volume lainnya.
Selain itu pemakaian metode tradisional dilakukan karena peraturan dan
ketentuan yang mengatur laporan keuangan eksternal menyatakan bahwa hanya harga
pokok produksi yang dapat digunakan dalam perhitungan harga pokok produk.
b. Analisis tingkat laba taktis (Short Run (Tactical) Profitability Analysis)

Design

Service Develop

(Short Run (Tactical)


Profitability Analysis)

Distribute Produce

Market

Bagan 1.2 Siklus Rantai Nilai dalam rangka penentuan biaya dengan tujuan Analisis Tingkat Laba Taktis
Sumber: Konsep Dasar Biaya dan Sistem Penentuannya hal. 7

Pada kasus kedua, dimisalkan manajer memiliki tujuan jangka pendek berupa
analisis tingkat laba taktis. Maka analisis hanya dilakukan untuk rentang waktu yang
pendek dan perhitungan laba hanya dilakukan untuk produk-produk yang telah ada,
sehingga informasi terkait “design” dan “develop” mungkin tidak diperlukan. Sehingga
aktivitas rantai nilai yang perlu dibebankan baiya dalam rangka analisis tingkat laba taktis
adalah aktivitas operasional yang meliputi produksi (produce), pemasaran (market),
distribusi (distribute) dan pelayanan pelanggan (service). Proses tersebut akan
mengahasilkan harga pokok produk operasional.
c. Analisis tingkat laba strategis (Strategic Profitability Analysis)

Design

Service Develop

Strategic Profitability
Analysis

Distribute Produce

Market

Bagan 1.3 Siklus Rantai Nilai dalam rangka penentuan biaya dengan tujuan Analisis Tingkat Laba Strategis
Sumber: Konsep Dasar Biaya dan Sistem Penentuannya hal. 7
Pada kasus terakhir ini, manajer menginginkan informasi terntang semua
pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk dalam rangka melakukan
analisis tingkat laba strategis. Semua proses pada aktivitas rantai nilai internal yang
berhubungan dengan suatu produk diperhitungkan biaya-biaya yang dibebankan.
Aktivitas tersebut meliputi desain produksi (design), pengembangan produk (develop),
proses produksi (produce), pemasaran (market), distribusi (distribute) dan pelayanan
pelanggan (service).
Secara ringkas ketiga contoh di atas dapat dirangkum pada table berikut ini:

Product Cost Value Chain Operating Traditional


Definition Product Cost Product Cost Product Cost

Research &
Development
Production Production Production

Marketing Marketing

Customer Service Customer Service

 External
 Pricing Decision  Strategic Design
Managerial Financial
 Product Mix Decision Analysis,
Objectives Reporting
 Strategic Profitability  Tactical Profitability
Served Analysis Analysis

Bagan 1.4 Ringkasan konsep biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda
Sumber: Konsep Dasar Biaya dan Sistem Penentuannya hal. 8

B. Perhitungan Biaya Produk dan Pelaporan Keuangan Eksternal


Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa salah satu tujuan system manajemen
adalah perhitungan harga pokok produk dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan
Eksternal (External Financial Report). Biaya dikelompokkan menjadi 2 kategori berikut
ini:
a. Biaya produksi (Production cost)
Menurut Hansen dan Mowen (2002:24), production cost adalah total biaya yang
berhubungan dengan proses pembuatan barang dan penyediaan jasa. Sedangkan
Menurut M. Nafarin (2009:497), pengertian biaya produksi adalah seluruh biaya yang
berhubungan dengan barang yang dihasilkan, dimana di dalamnya terdapat unsur
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Biaya Produksi akan membentuk harga pokok produksi (Cost Of Goods
Manufactured) yang nantinya dipakai untuk menghitung harga pokok barang jadi (Cost
Of Goods Sold). Terdapat 3 unsur utama biaya produksi sebagai berikut:
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material)
Bahan baku langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung
pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Bahan baku tersebut mencakup
semua bahan yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk
jadi. BIaya bahan baku langsung dapat dibebankan pada produk karena dapat
diamati langsung secara fisik kuantitas yang dikonsumsi setiap produk. Contoh:
Besi pada motor, kain pada pakaian, kayu pada furniture dll.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Adalah biaya yang dibebankan pada tenaga kerja yang dapat ditelusuri
secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi atau dengan kata
lain yaitu tenaga kerja yang mengkonversi bahan baku langsung menjadi suatu
barang jadi yang siap dipasarkan. Pengamatan langsung juga dapat dilakukan
untuk mengukur kuantitas tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
memproduksi barang atau jasa. Contoh: koki pada restoran, pelayan pada
supermarket, masinis pada kereta dll
3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead)
Overhead pabrik adalah semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri
secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik juga dapat diartikan sebagai
biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Dikenal
juga dengan beban pabrik (factory burden) atau overhead manufaktur
(manufacturing overhead). Beberapa elemen biaya overhead pabrik diantaranya;
 Biaya bahan baku tidak langsung
 Biaya tenaga kerja tidak langsung
 Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap
 Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
 Biaya listrik dan air pabrik
 Biaya asuransi pabrik
 Biaya overhead lain-lain

b. Biaya Non Produksi (Non-Production Cost)


Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi desain,
pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum.
Biaya nonproduksi terdiri atas dua kategori umum yaitu biaya penjualan yang
mencakup biaya pemasaran, distribusi, layanan pelanggan; dan biaya administrasi
yang mencakup biaya desain, pengembangan, dan administrasi umum.
Biaya penjualan dan biaya administrasi adalah biaya yang tidak dapat
diinventarikasikan pada laporan keuangan eksternal (noninventoriable cost).
Sehingga biaya ini dibebankan dalam periode waktu terjadinya, sehingga dapat
disebut juga biaya periode. Biaya yang dibutuhkan untuk memasarkan,
mendistribusikan dan melayani produk atau jasa merupakan biaya penjualan.
Sedangkan seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan dan
administrasi umum pada perusahaan yang tidak dapat dibebankan pada penjualan
atau produksi, maka dibebankan pada biaya administrasi.
Pada perusahaan manufaktur, biaya ini dapat mencapai jumlah yang signifikan
(biasanya lebih besar 25% dari pendapatan penjualan). Pada organisasi jasa,
kepentingan relative dari biaya penjualan dan administrasi bergantung pada sifat jasa
yang diproduksi.

c. Laporan Keuangan Eksternal


Dalam rangka penyusunan laporan laba rugi pada Laporan keuangan eksternal
biaya produksi dipisahkan dari biaya penjualan dan administrasi. Biaya produksi diakui
sebagai beban (harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold)) pada laporan laba rugi.
Dab biaya produksi atas produk yang belum terjual dilaporkan sebagai persediaan
pada neraca. Sedangkan biaya non produksi (biaya penjualan dan biaya administrasi)
dianggap sebagai biaya periode dan harus dikurangi setiap periode sebagai beban
dan tidak nampak pada neraca.
Berikut ini contoh Laporan Laba Rugi pada Perusahaan Manufaktur.

Sales

COGS

Gross
Margin

Operating
Expense

Income
Before Tax

Gambar 1.1 Contoh Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur


Sumber: Konsep Dasar Biaya dan Sistem Penentuannya hal. 9

Laporan Laba Rugi di atas menggunakan format tradisonal berdasarkan


klasifikasi fungsi atau sering disebut pemasukan biaya absorpsi (full costing) karena
semua biaya manufaktur dibebankan pada produk. Selanjutnya dijelaskan oleh mb
hapsari.

Sumber :
Buku, slide
http://accounting-media.blogspot.com/2014/08/biaya-non-produksi.html
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/biaya-produksi.html
http://eprints.umm.ac.id/36618/3/jiptummpp-gdl-tiyoprayog-50902-3-babii.pdf
https://www.coursehero.com/file/p77khi6/Biaya-Berbeda-untuk-Tujuan-Berbeda-
biaya-produk-merupakan-pembebanan-biaya/

Anda mungkin juga menyukai