Anda di halaman 1dari 7

BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI


KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

CASCADE MICROHYDRO SYSTEM


PLTMH Desa Borongrapoa, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba

Mengapa Micro hydro?


Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sampai dengan ahir
2017 hanya ada sekitar 2.500 atau 7 persen dari total desa yang ada di Indonesia belum dialiri
listrik (Pratama, 2017). Namun data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), menunjukkan bahwa jumlah desa belum teraliri listrik jauh
lebih besar yaitu setidaknya ada 13.000 desa (MetroTVNews, 2017). Pada umumnya desa-desa
tersebut berada di dalam dan disekitar kawasan hutan yang jauh dari jaringan PLN.

Situasi ini menjadi tantangan bagi berbagai pihak khususnya kehutanan untuk dapat turut
serta dalam upaya mensejahterakan masyarakat di sekitar hutan yang selama ini tertinggal
jauh dibandingkan dengan wilayah lainnya (urban/peri urban). Salah satu “hasil hutan” yang
yang tidak bisa dibantah dan memenuhi kebutuhan vital masyarakat adalah hasil air (water
yield). Kawasan hutan yang umumnya bergunung dengan potensi aliran air yang mengalir
sepanjang tahun sangat potensial untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) untuk masyarakat sekitar hutan. PLTMH dengan kapasitas 5 Kilo Watt -1
Mega Watt (Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral 2012;
Sinagra, Sammartano, Aricò, Collura, & Tucciarelli, 2014) merupakan alternatif sumber energi
terbarukan yang paling menarik dibandingkan energi terbarukan lainnya antara lain karena
efisien dan berdampak kecil terhadap lingkungan dan terlokalisir (Abbasi & Abbasi, 2011;
Kaldellis, 2007; Sapkota, Lu, Yang, & Wang, 2014).

Apa itu Cascade Micro hydro system?


Sistem mikrohidro cascade (Cascade Microhydro System) adalah sistem pembangkit listrik
tenaga mikrohidro (PLTMH) yang lebih dari satu unit dibangun secara berurutan. Pada
dasarnya, istilah cascade digunakan untuk menjelaskan sistem pemanfaatan aliran air untuk
PLTMH berurutan dari hulu menuju hilir dimana aliran air yang keluar dari satu unit PLTMH
digunakan untuk PLTMH berikutnya. Istilah cascade juga digunakan untuk menjelaskan proses
pembangunan PLTMH yang berurutan, dimana pembangunan PLTMH berikutnya dipicu oleh
keberhasilan PLTMH yang dibangun sebelumnya. Sistem ini dikembangkan dalam
pembangunan PLTMH secara berseri pada satu sistem sungai dengan lokasi pemukiman saling
berdekatan antara 1 unit dengan unit lainnya.

Karakteristik Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan berada di Kelurahan Borongrapoa, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulumba
yang dapat dijangkau dari Kota Makassar dengan kendaraan roda empat kurang lebih 5 jam
dengan setengah jam terakhir perjalanan dilalui melalui jalan berbatu dan jalan tanah.

BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) MAKASSAR
Jl. P. Kemerdekaan Km. 16,5 Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
http://www.balithutmakassar.org/
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Dalam sistem DAS, lokasi kegiatan masuk dalam wilayah DAS Bialo Hulu.

Gambar 1. Peta administrasi lokasi PLTMH Borongrapoa

Sistem Cascade ini terdiri dari 3 unit PLTMH yang berurutan dari hulu ke hilir di 3 kampung di
Kelurahan Borongrapoa yaitu : PLTMH Singgang-Katimbang (2 turbin), PLTMH Kayubiranga (2
turbin), dan PLTMH Na’na.

Lokasi Kampung Singgang-katimbang berada di bawah Gunung Lompobatang dan merupakan


pemukiman terakhir dan paling jauh dari pusat Desa Borongrapoa. Selanjutnya berturut-turut
ke arah pusat desa adalah Dusun Kayu Biranga dan Dusun Na’na.

Dari pengamatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, walaupun ada hubungan
kekerabatan yang erat, terdapat gradasi perbedaan sosial ekonomi yang jelas antara ketiga
lokasi. Apabila diurutkan dari terendah ke tertinggi berdasarkan jumlah penduduk dan tingkat
kesejahteraan (dicerminkan dari kondisi bangunan rumah, perabot rumah tangga, juga lahan
garapan, dan kesiapan untuk swadaya), Dusun Singgang-Katimbang berada di urutan paling
bawah, selanjutnya Dusun Kayubiranga, dan tertinggi adalah Dusun Na’na.

BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) MAKASSAR
Jl. P. Kemerdekaan Km. 16,5 Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
http://www.balithutmakassar.org/
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Dari sisi angaran untuk swadaya, Dusun Na’na lebih mampu dan siap untuk mengatasi
kebutuhan anggaran dibandingkan dua dusun lainnya.

Karena lokasinya yang relatif berdekatan, dan ada hubungan kekerabatan diantara penduduk
tiga dusun, masyarakat saling berkunjung dan saling melihat proses pelaksanaan pekerjaan
pembangunan PLTMH pada kondisi fisik yang berbeda dan disain PLTMH yang berbeda pula.
Dengan tiga model yang berbeda baik dari karakter biofisik, biaya dan tenaga kerja yang harus
dikeluarkan, tipe turbin yang dibuat, dan hasil listrik yang bisa dinikmati, masyarakat
mendapatkan pembelajaran yang riil dan mudah dipahami tentang hubungan antara air dan
karakteristik unit PLTMH serta listrik yang dihasilkan.

Karakteristik unit mesin PLTMH


Berdasarkan kondisi fisik wilayah serta sosial ekonomi masyarakat, dan prospek pengelolaan
PLTMH kedepan secara mandiri oleh kelompok, tipe turbin yang dipilih adalah turbin crossflow.
Istilah crossflow atau pukulan silang menggambarkan aliran air yang dua kali menabrak runner
blade/bilah. Meskipun efisiensi crossflow masih lebih rendah dibandingkan tipe lain, namun
crossflow lebih sederhana dan murah serta relatif mudah dibuat oleh bengkel kecil sekalipun.
Keunggulan lainnya adalah cukup sesuai untuk digunakan pada berbagai variasi debit dan beda
ketinggian.

Tabel 1. Karakteristik PLTMH Kelurahan Borongrapoa, Kec. Kindang. Kab. Bulukumba

Debit Debit Daya


Beda Jumlah
Lokasi tersedia terpakai Yang dihasilkan
Tinggi (m) KK
(lt/detik) (lt/detik) (watt)
Singgang 80 40 25 8 7
Katimbang 1
Singgang 80 40 14 15 5
Katimbang 2
Kayu Biranga 1 150 100 6 35 10
Kayu Biranga 2 150 100 10 35 20
Na´na 350 300 5 43 15

BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) MAKASSAR
Jl. P. Kemerdekaan Km. 16,5 Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
http://www.balithutmakassar.org/
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

A B

Gambar 2. Unit turbin PLTMH Borongrapoa

Sistem pengelolaan
Dari sisi sumber pendanaan dan pengerjaan, pembangunan PLTMH Kampung Senggang-
Katimbang dan Kampung Kayubiranga dilaksanakan secara semi swadaya sedangkan Kampung
Na’Na secara swadaya murni. Pihak luar yang berkontribusi dari segi pendanaan adalah
BP2LHK Makassar, Balang Institut, CIFOR, dan Pemkab Bulukumba melalui Dinas Kehutanan
Bulukumba.

Pelaksanaan pembangunan dari mulai perencanaan sampai dengan instalasi dan pemanfaatan
dilaksanakan secara gotong royong seluruh anggota masyarakat. Pengembangan aktifitas
kelompok, partisipasi anggota kelompok dan prestasi kerja dilakukan melalui pendekatan
komparasi (comparison approach). Pendekatan komparasi dijadikan sebagai instrumen untuk
merangsang semangat berkelompok melalui persaingan sehat antar kelompok mulai dari
proses pembangunan sampai pemanfaatan. Pendekatan ini dinilai sesuai untuk diterapkan
karena tiga lokasi yang menjadi obyek pengamatan saling berdekatan dan masyarakatnya
mempunyai latar belakang sosial budaya yang sama. Masyarakat di kondisikan untuk saling
melihat dan membandingkan aspek teknis pembangunan mikrohidro serta pengorganisasian
kelompok dan prestasi kerja antar dusun dalam pelaksanaan pembangunan PLTMH. Secara
teknis, pendekatan komparasi dijalankan agar masyarakat semakin mudah memahami
hubungan antara kondisi hutan, topografi dan debit air dengan disain PLTMH dan potensi daya
listrik yang dihasilkan. Secara sosial kelembagaan, model ini dijadikan sebagai instrumen bagi
masyarakat untuk memahami pengaruh aktifitas kelompok, partisipasi anggota kelompok dan
prestasi kerja dalam menunjang keberhasilan pembanguanan sampai dengan operasional
PLTMH.

BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) MAKASSAR
Jl. P. Kemerdekaan Km. 16,5 Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
http://www.balithutmakassar.org/
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Pada tahun-tahun awal kegiatan, selain tim peneliti BP2LHK Makassar, pihak lain di luar
masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan PLTMH adalah lembaga swadaya masyarakat
(LSM) lokal yaitu Balang Institut dan OASE yang lebih banyak fokus pada pendampingan
masyarakat dalam pengelolaan kelembagaan dan pengembangan usaha serta PEMDA melalui
dukungan kebijakan pada Dinas LHK Bulukumba dan aparat pemerintah di tingkat kelurahan
dan kecamatan.
Pengelolaan PLTMH sepenuhnya dilaksanakan oleh kelompok yang dibentuk sebagai
pengelola PLTMH dengan besarnya iuran rata-rata Rp. 10.000 / bulan dengan aturan main yang
disepakati seluruh anggota. Peruntukan utama iuran adalah untuk pemeleiharaan unit turbin
dan insentif bagi operator PLTMH.
Sampai dengan akhir 2017, di 3 lokasi , PLTMH dimanfaatkan tidak hanya untuk menghidupkan
listrik untuk penerangan melainkan juga untuk menghara kebutuhan listrik peralatan
pengembangan usaha (PUE/productive use of energy) seperti pondok pengering , pengolahan
kopi, dan juga pertukangan.
Tabel 2. Peruntukan dan model pengelolaan

Daya Peruntukan Model pengelolaan


Lokasi optimal
(KWatt)
Singgang- 7 Penerangan dan PUE untuk Pengelolaan 2 unit PLTMH dilakukan secara
Katimbang 1 Kampung Senggang bersama-sama antara kampung Senggang dengan
Singgang- 5 Penerangan dan PUE untuk kampung Katimbang
Katimbang 2 Kampung Katimbang
Kayu Biranga 1 10 Penerangan dan PUE untuk Pemanfaatan dua unit PLTMH ini dilakukan secara
Kayu Biranga 2 20 Dusun Kayubiranga bergantian karena menggunakan 1 saluran air yang
sama.
Na’na 15 Penerangan dan PUE dusun
Na’Na

BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) MAKASSAR
Jl. P. Kemerdekaan Km. 16,5 Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
http://www.balithutmakassar.org/
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Gambar 3. Pemanfaatan listrik mikrohidro untuk pengembangan PUE

Penutup
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro merupakan bentuk pengelolaan hutan
berbasis masyarakat (Community Based Forest Management) dengan tujuan mempererat
hubungan antara hutan dan masyarakat di sekitar hutan. Dengan kegiatan ini diharapkan
persepsi positif masyarakat terhadap hutan dan fungsinya dapat ditingkatkan sehingga
masyarakat mau bersama-sama menjaga kelestarian fungsi hutan bahkan secara aktif mau
memperbaiki kondisi hutan yang ada disekitarnya. Pada akhirnya akan terwujud secara nyata
manfaat dari hubungan timbal balik positif antara hutan dan masyarakat yang langsung dapat
diterima dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.

Informasi sekitar kegiatan BP2LHK Makassar dan teori-teori dasar sekitar pembangunan
PLTMH dapat dilihat melalui halaman Facebook Mikrohidro BP2LHK Makassar pada alamat
https://www.facebook.com/Mikrohidro-Balai-Litbang-Lingkungan-Hidup-dan-Kehutanan-
Makassar-191237400927148/?ref=aymt_homepage_panel

Kontak :
1. Hunggul YSH Nugroho, Telp/WA :08114093999; Email : hunggulys@yahoo.com
2. M. Kudeng Sallata, Telp/WA : 081339424864; Email : kudengs@yahoo.com
3. Muh. Saad; Telp/WA : 081343637158; Email : muhammadsaad@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, T., & Abbasi, S. A. (2011). Small hydro and the environmental implications of its extensive
utilization. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 15(4), 2134-2143. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2010.11.050

Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (2012). Mikrohidro.

Kaldellis, J. K. (2007). The contribution of small hydro power stations to the electricity generation in
Greece: Technical and economic considerations. Energy Policy, 35(4), 2187-2196. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.enpol.2006.06.021

MetroTVNews. (2017). 13 Ribu Desa Belum Teraliri Listrik. 20 Juli 2017. Retrieved 10 Maret 2018, from
http://news.metrotvnews.com/daerah/xkEr6LpK-13-ribu-desa-belum-teraliri-listrik

Pratama, A. F. (2017). Masih Ada 2.500 Desa di Indonesia yang Belum Dialiri Listrik. Energi. 1 Desember
2017. Retrieved 10 Maret 2018, 2018, from http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/12/01/masih-ada-
2500-desa-di-indonesia-yang-belum-dialiri-listrik

Sapkota, A., Lu, Z., Yang, H., & Wang, J. (2014). Role of renewable energy technologies in rural
communities' adaptation to climate change in Nepal. Renewable Energy, 68(0), 793-800. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.renene.2014.03.003

Sinagra, M., Sammartano, V., Aricò, C., Collura, A., & Tucciarelli, T. (2014). Cross-flow Turbine Design for
Variable Operating Conditions. Procedia Engineering, 70(0), 1539-1548. doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.proeng.2014.02.170

BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) MAKASSAR
Jl. P. Kemerdekaan Km. 16,5 Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
http://www.balithutmakassar.org/
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN MAKASSAR
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BP2LHK (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan) MAKASSAR
Jl. P. Kemerdekaan Km. 16,5 Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
http://www.balithutmakassar.org/

Anda mungkin juga menyukai