Anda di halaman 1dari 8

Eksploitasi Alienasi Buruh Surveyor di Lembaga Survey Produk “X” di Surabaya

EKSPLOITASI DAN ALIENASI BURUH SURVEYOR DI LEMBAGA SURVEI PRODUK “X” DI


SURABAYA
(Studi tentang Buruh Surveyor di Lembaga Riset Produk “X” di Kota Surabaya).
EDO ADI PRAYOGA
Mahasiswa Program Studi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
edoprayoga62@yahoo.co.id

Pambudi Handoyo, S.sos, M.A.


Dosen Program Studi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
pam_pam2013@yahoo.com

Abstrak
Pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis telah merambah berbagai bidang, termasuk pada perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa. Banyak masyarakat yang membutuhkan pekerjaan namun tidak diimbangi oleh
adanya lapangan pekerjaan yang memadai. Sehingga memaksa masyarakat untuk bekerja secara freeland di
perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem kapitalisme dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi. Situasi tersebut dimanfaatkan oleh para supervisor atau manager perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan dengan melakukan eksplotasi terhadap para buruh surveyor sehingga menyebabkan para pekerja
mengalami alienasi. Peneliti ingin mengetahui bentuk eksploitasi dan alienasi pada di lembaga riset produk
“X” di kota Surabaya dengan menggunakan teori alienasi Karl Marx dan teori patty borjuis Erick Wright untuk
membatasi permasalahan eksploitasi yang dilakukan para supervisor tersebut. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan teori konflik kelas karl Marx. Subjek penelitian merupakan supervisor
dan buruh surveyor perusahaan didapat dengan menggunakan metode purposive. Penelitian ini mendapatkan
hasil bahwa para supervisor melakukan ekploitasi dalam bentuk nilai pekerjaan dan nilai tenaga kerja sehingga
menyebabkan para buruh mengalami alienasi dalam bentuk aktivitas produktif, dari tujuan aktivitas produksi
perusahaan, dari sesama pekerja dan Teralienasi dari potensi kemanusiaan. Kesadaran-kesadaran palsu yang
dialami para surveyor tetap terjadi karena kesulitan ekonomi yang dialami oleh buruh surveyor.
Kata Kunci: Eksploitasi, Alienasi, Buruh Surveyor

Abstract
The growth of a capitalist economic system has penetrated a wide range of fields, including on moving
companies in the field of services. Many people who need a job but are not offset by the presence of adequate
jobs. Forcing people to work in freeland on companies that use the system of capitalism with a reason to meet
the needs of the economy. This situation was exploited by the supervisor or manager of the company to profit
by doing the exploitation of the labour of Surveyors causing workers experiencing alienation. Researchers
want to know the form of exploitation and alienation on product Research Institute “X” in Surabaya by using
the theory of the alienation theory of Karl Marx and bourgeois Erick patty Wright to limit the problem of the
exploitation of the supervisors do. This study uses qualitative methods with the approach of karl Marx's theory
of class conflict. The subject of research is the workers ' supervisors and surveyors firm obtained by using
purposive method. This research get result that supervisors do excessive exploitation in the form of job value
and the value of labor is causing the workers experienced alienation in the form of productive activities, the
company production activity of the destination, from fellow workers and Estranged from the potential of
humanity. False-consciousness of consciousness experienced surveyors still occur due to the economic
difficulties experienced by the workers of the surveyor.
Keywords: exploitation, alienation, a surveyor

1
Paradigma. Volume 2 Nomer 1 Tahun 2014.

seperti transportasi, komunikasi dan kehidupan rumah


PENDAHULUAN tangga (Giddens,2005 : 57).
Salah satu sistem perekonomian yang ada didunia Bermula dari modernitas maka semakin lama dunia
adalah sistem ekonomi kapitalis, yang dimiliki oleh perindustrian semakin maju bahkan semakin menjamur.
individu bukan kelompok. Tujuan dari pemilikan Banyak bermunculan industri-industri pada pusat
pribadi pada sistem kapitalis adalah untuk mendapatkan perkotaan maupun pinggiran. Hal ini sebagai faktor
suatu keuntungan dari penggunaan kekayaan produktif pendukung untuk menarik tenaga kerja secara besar-
dan membentuk kapitalisme. Dengan adanya sistem besaran. Dengan masuknya tenaga kerja secara
globalisasi yang menyebabkan dunia seakan menjadi berlebihan, memberikan keuntungan tersendiri bagi
sempit karena adanya kecanggihan dan kemudahan pemilik modal. Mengakumulasikan modal kapitalnya
teknologi. Sistem ekonomi kapitalis masuk ke indonesia untuk mengeksploitasi tenaga kerja secara otomatis
dan mulai merambah dunia usaha. Kapitalisme itu menjadi sebuah tindakan yang akan dilakukan oleh
sendiri dewasa ini merebak masuk pada sektor pemilik modal. Sehingga menyebabkan alienasi bagi
perdagangan, perusahaan dan pendidikan. Dunia pekerjanya.
pekerjaan juga tidak luput dari adanya sistem ini. Roda eksploitasi tidak berhenti pada industri barang,
Globalisasi ditandai dengan beberapa hal, yaitu: tetapi dewasa ini tindakan eksploitasi mengarah pada
pertama, globalisasi terkait dengan kemajuan dan industri jasa (lembaga riset). Bermula dari hal tersebut
inovasi teknologi, arus informasi dan komunikasi yang praktek-praktek tindakan eksploitasi semakin menjamur
lintas bangsa dan negara. Kedua, globalisasi tidak dapat di dunia perindustrian. Situasi praktek eksploitaasi tidak
dilepaskan dari akumulasi kapital, dan perdagangan hanya dilakukan oleh kaum borjuis, tetapi kaum petty
global. Ketiga, globalisasi berkaitan dengan semakin borjuis juga menjadi aktor akan tindakan tersebut.
tingginya intensitas perpindahan manusia, pertukaran Semua itu terasa nyata seperti apa yang terjadi pada
budaya, nilai dan ide. Keempat, globalisasi ditandai industri yang bergerak dalam bidang jasa yaitu lembaga
dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan riset “X” di Surabaya, yang juga berdampak terjadinya
ketergantungan tidak hanya antarbangsa namun juga alienasi terhadap pekerjanya. Asumsi-asumsi dasar
antar masyarakat (Mas’oed, 1994 : 23-24). tentang bentuk-bentuk eksploitasi di lembaga riset
Dalam realitanya kapitalisme yang mengglobalisasi tersebut berupa adanya suatu keterlambatan gaji yang
mempunyai pengaruh buruk terhadap kinerja dan diberikan kepada buruh surveyor atau pekerja survei di
kebijakan suatu perusahaan khusunya di Indonesia. lembaga riset tersebut.
Permasalahan yang ditimbulkan oleh kapitalisme Bahkan keterlambatan pemberian fee dengan
terhadap dunia kerja di Indonesia merupakan tenggang waktu yang terlampau lama bahkan kadang
permasalahan yang kompleks, karena telah menjalar kala sampai kurang lebih tiga bulan fee itu belum turun.
pada kebijakan-kebijakan perusahaan ataupun lembaga- Tidak adanya suatu jaminan keselamatan atau asuransi
lembaga yang diambil pemerintah maupun pihak pada saat buruh surveyor turun kelapangan. Uang
swasta. Dunia globalisasi dapat dikatakan sebagai dunia, bensin dan uang makan tidak pernah di rasakan oleh
sehingga secara otomatis dalam dunia modern semua para buruh surveyor tersebut. Disamping itu
aspek akan berkembang mengikuti alur jalannya ketidaksesuaian fee yang diterima pada saat dijanjikan
perubahan. Semua aspek sosial, pendidikan, lapangan pada saat dilakukan brefing kerja sebelum turun
pekerjaan, ekonomi dan budaya. lapangan. Pihak lembaga juga sering bersilat lidah
Giddens mendefinisikan modernitas berdasarkan mengenai pencairan gaji dalam arti pemotongan. Pihak
empat institusi dasar, yaitu kapitalisme, industrialisme, lembaga survei beralasan adanya revisi atau kesalahan
kapasitas pengawasan dan kontrol atas saran kekerasan dalam pengambilan survei, bahkan kadang kala apabila
(Ritzer dan Goodman, 2008 : 33). Tetapi disini peneliti pengambilan data tersebut menggunakan lampiran foto
mengambil dua dari institusi dasar modernitas. kadang kala hal itu dijadikan alasan dalam mencari-cari
Kapitalisme sebagai institusi dasar modernitas pertama kesalahan buruh surveyornya sehingga diberlakukan
biasanya dicirikan oleh produksi komoditas, pemotongan fee.
kepemilikan modal pribadi, buruh upahan yang tidak Selain bentuk-bentuk eksploitasi pekerja atau buruh
memiliki hak dan sistem kelas yang berasal dari surveyor juga mengalami alienasi. Asumsi alienasi
karakteristik-karakteristik. Industrialisme sebagai disini yaitu para pekerja surveyor seakan-akan
institusi dasar modernitas yang kedua dari penggunaan waktunya hanya untuk bekerja demi mencapai target
sumber tenaga non hayati dan mesin untuk yang ditentukan oleh lembaga tersebut. Berbicara
memproduksi barang. Industrialisme tidak terbatas pada mengenai target pengerjaan kuesioner setiap buruh
tempat kerja dan ia mempengaruhi setting-setting lain, surveyor hanya diberi waktu yang terkesan singkat

2
Eksploitasi Alienasi Buruh Surveyor di Lembaga Survey Produk “X” di Surabaya

untuk mengerjakan beberapa wilayah di Surabaya. 1999 : 51). Marx percaya bahwa ada hubungan lain
Bahkan dua hari sekali dianjurkan buruh surveyor untuk yang tidak bisa dipisahkan antara kerja dan sifat dasar
memberikan laporan. Kembali pada alienasi tersebut, manusia, tetapi juga berpendapat kalau hubungan ini
buruh surveyor teralienasi dengan keluarga mereka. telah diselewengkan oleh kapitalisme. Dia menyebut
Waktu bagi buruh surveyor benar-benar berharga demi hubungan yang diselewengkan kali ini dengan alienasi.
menyelesaikan tugas pengambilan data. Sehingga waktu Alienasi terdiri dari empat unsur dasar. Pertama,
bagi keluarga terkesan singkat, dan pemberian job dari para pekerja didalam masyarakat kapitalis teralienasi
lembaga biasanya pada hari Jumat. Pada hari Senin para dari aktivitas produktif mereka. Kaum pekerja tidak
buruh surveyor diwajibkan untuk laporan. Hal tersebut memproduksi objek-objek berdasarkan ide-ide mereka
mengakibatkan waktu libur atau hari santai tidak ada. sendiri. Mereka bekerja untuk kapitalis, yang memberi
Dengan terpaksa mereka sabtu dan minggu digunakan mereka upah untuk penyambung hidup dengan imbalan
untuk mencari responden demi mencapai target. bahwa mereka menggunakan para pekerja menurut cara-
cara yang mereka inginkan. Karena aktivitas produktif
KAJIAN TEORI menjadi milik para kapitalis, dan karena merekalah yang
Teori Kapitalisme dan Eksploitasi Marx memutuskan apa yang harus dikerjakan.
Menurut Marx, Kapital adalah bahan-bahan baku, Kedua, pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas-
instrumen kerja, dan seluruh jenis alat-alat subsisten, aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan
yang digunakan untuk memproduksi bahan-bahan baku aktivitas-aktivitas produk tersebut. Produk kerja mereka
yang baru, instrumen kerja yang baru, dan alat-alat tidak menjadi milik mereka, melainkan menjadi milik
subsisten yang juga baru. Marx mengatakan, seluruh para kapitalis yang mungkin saja menggunakan cara-
komponen itu adalah bagian kapital yang dihasilkan cara yang mereka inginkan, karena produk merupakan
melalui kerja, produk dari kerja, atau hasil dari kerja hak milik pribadi para kapitalis. Marx dalam manuskrip
yang terakumulasi. Kerja yang terakumulasi sebagai ekonomi dan filsafatnya menyatakan kepada kita: “Hak
alat-alat produksi baru ini, kemudian disebutnya sebagai milik pribadi adalah produk, hasil, dan dampak-dampak
kapital. Ia mendukung premis dasar mereka yang yang punya nilai dan harga yang dihasilkan dari kerja
menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan sumber yang teralienasi (Djaya, 2012 : 9-10).
seluruh kekayaan. Pada dasarnya premis inilah yang Ketiga, para pekerja didalam kapitalisme teralienasi
menyebabkan Marx merumuskan teori nilai tenaga dari sesama pekerja. Asumsi marx adalah bahwa
kerja. Dalam teori ini ia menegaskan bahwa keuntungan manusia pada dasarnya membutuhkan dan
kapitalis menjadi basis eksploitasi tenaga kerja (Ritzer menginginkan bekerja secara kooperatif untuk
dan Goodman, 2008 : 29). mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk
Pada dasarnya marx membagi tindakan eksploitasi terus bertahan. Namun didalam kapitalisme kooperatif
terbagi menjadi empat subteori yaitu. Pertama teori nilai ini dikacaukan, dan manusia dipaksa untuk kapitalis dan
pekerjaan yaitu nilai tukar barang di tentukan oleh tidak saling kenal meskipun mereka bekerja secara
jumlah pekerjaan yang masuk ke dalam produksi akan berdampingan. Sekalipun para pekerja yang bekerja di
barang tersebut. Tetapi tidak dapat dipisahkan pabrik. Lebih buruk dari sekedar isolasi, bahwa para
berdasarkan waktu bekerja. Kedua, teori tentang nilai pekerja sering dipaksa terlibat dalam kompetisi secara
tenaga kerja adalah jumlah nilai semua komoditi yang langsung. Dan tidak jarang saling konflik satu dengan
perlu dibeli oleh buruh agar ia dapat hidup, artinya agar lainnya.
dapat memulihkan tenaga kerja, memperbarui dan Keempat, para pekerja teralienasi dari potensi
menggantinya. Ketiga, teori tentang nilai lebih. kemanusiaan mereka sendiri. Kerja tidak lagi menjadi
Keempat nilai laba yang merupakan keuntungan harga transformasi dan pemenuhan sifat dasar manusia kita,
(Suseno,1999 : 181-192) . akan tetapi membuat kita merasa kurang menjadi
manusia dan menjadi diri kita sendiri. Individu-individu
Teori Alienasi Karl Marx menampakkan diri semakin kurang seperti manusia
Marx mendefinisikan perkembangan atau modernitas karena didalam kerja, mereka tereduksi menjadi mesin-
sebagai ekonomi kapitalis. Marx mengakui adanya mesin.
sejumlah manfaat dari transisi masyarakat sebelumnya
menuju kapitalisme. Analisisnya tertuju pada inti Teori Erik Wright
ketidakadilan yang bersembunyi dari hubungan Menurut Erik Wright (1976) mencoba menguji
masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalis, dimana ia pendekatan marxisme terhadap stratifikasi. Ia,
melihat hubungan tersebut bersifat eksploitatif, sesuatu mempergunakan skema kelasnya sebagai alat
yang tidak dilihat oleh pemikiran sosial lain (Mansour, menganalisis ketidaksamaan pendapatan dalam

3
Paradigma. Volume 2 Nomer 1 Tahun 2014.

masyarakat Amerika Serikat kontemporer (skema METODE


wright, tentu saja,menyimpang dari formulasi klasik Penelitian ini secara metodologi menggunakan model
marxisme tentang kelas yang mendasarkan atas penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud
kekayaan). Anggota kelas petty borjuis tidak untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
mempekerjakan pekerja karena tidak mengeksploitasi oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
tenaga kerja, sehingga mereka harus mengusahakannya motivasi dan tindakan. Secara holistik, dan dengan cara
sendiri. Semakin keras mereka bekerja, semakin banyak deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
penghasilan yang didapat. Manajer dan supervisor konteks khusus yang alamiah dan dengan
mendapatkan pendapatan mereka dari gaji (upah) yang memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,
dibayarkan oleh kapitalis. Pendapatan mereka sangat 2006;6). Penyajian data dari penelitian ini menggunakan
erat kaitannya dengan posisi mereka dalam hirarki format deskriptif yaitu dengan tujuan untuk
wewenang dalam organisasi. menggambarkan, meringkaskan berbagi kondisi,
Manager melakukan aktivitas penting untuk berbagai situasi atau berbagai fenomena yang timbul di
keuntungan perusahaan, sehingga mereka dibayar masyarakat, yang menjadi obyek penelitian itu,
dengan gaji yang tinggi sebagai dorongan untuk kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau
mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Seperti yang gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena
ditulis (Wright 1978:89) “Perbedaan pendapatan yang tertentu (Bungin, 2001 : 48).
tajam antara kelas-kelas dalam struktur hirarki adalah Pendekatan teori konflik kelas Karl Marx, teori
penting untuk memperkukuh legitimasi wewenang”. Marx membahas mengenai perjuangan kelas yang telah
Pegawai kecil menerima pendapatan dari usaha mereka dikemukakan dengan realitas kehidupan buruh atau
sendiri dan terhadap tenaga kerja. Semakin dekat kaum proletar yang ada di Indonesia. Perjuangan kelas
mereka dengan kelas borjuis, semakin besar pendapatan ini akan penulis utarakan dengan pendekatan teori
yang mereka terima. Beberapa pegawai kecil seperti ahli konflik untuk menguraikan sebuah pertentangan
hukum, ahli fisika mempunyai tempat untuk berpraktek diantara kelas yang berkonflik. Pada kehidupan buruh di
sendiri (mempekerjakan diri sendiri), menerima Indonesia sudah mencerminkan disintegarasi antara
pendapatan mereka tidak dengan mengekploitasi tenaga kaum pemilik modal dengan kaum buruh. Disintegrasi
kerja tetapi dengan kekuasaan mereka atas harga. ini menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai
Pendapatan mereka berasal dari kemampuan perkembangan yang akan terjadi kedepannya. teori
memanipulasi kekuatan pasar sehingga mendapatkan konflik Marx mengungkapkan bahwa konflik terjadi
keuntungan. Pegawai semi-otonom menerima karena adanya perbedaan kepentingan antara dua
pendapatan mereka melalui gaji. Pendapatan ini kelompok di dalam masyarakat(Franz Magnis Suseno,
biasanya cukup tinggi karena tingkat pendapatan 1999 : 76).
merupakan dorongan untuk terciptanya tanggung jawab Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini disesuaikan
dan kreativitas. dengan pokok permasalahan, mengingat penelitian ini
Selama lebih dari satu generasi, para teoritis telah ingin mencari dan mengetahui mengenai eksploitasi dan
menyatakan bahwa stratifikasi dalam wewenang dan alienasi buruh surveyor di lembaga riset produk “X” di
pengetahuan telah menggantikan stratifikasi kekeyaan Surabaya, maka lokasi penelitian adalah di lembaga
sebagai pengatur prinsip ketidaksetaraan dalam riset produk “X” di Surabaya, karena tempat tersebut
pendapatan masyarakat kontemporer. Pada kriteria kelas banyak ditemui para buruh surveyor yang mengalami
yang telah dimodifikasi dan diperluas, Wright (1985) eksploitasi dan alienasi.
telah menghasilkan kesimpulan yang hanya sedikit Subyek dalam penelitian ini adalah para buruh yang
berbeda dengan Marx. Datanya tentang Amerika Serikat mengalami eksploitasi dan alienasi di lembaga riset
memperlihatkan bahwa “manager ahli” para manager produk “X” di Surabaya. Subjek penelitin ini adalah
dengan pendidikan yang tinggi dan maju mendapatkan buruh surveyor. Disamping itu juga mengambil subjek
pendapatan yang lebih tinggi dari pada pegawai penelitian pada Supervisor, sebagai bahan pembanding.
rendahan. Data-data tentang bangsa Swedia bahkan Pemilihan subjek menggunakan teknik purposive
lebih mencolok. Data menunjukkan bahwa empat dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang
katagori manager dan supervisor, termasuk mereka dibutuhkan oleh peneliti secara detail dan sesuai dengan
yang memiliki pendidikan menengah dan mendapatkan fenomena yang terjadi. Salah satu pertimbangan spesifik
lebih banyak daripada pegawai-pegawai kecil. Sehingga dari peneliti menggunakan purposive adalah lamanya
pendidikan dan wewenang organisasional adalah subjek bekerja pada lembaga riset produk di Surabaya.
penentu tingkat pendapatan (Sanderson,1991 : 83). Karena bagi peneliti, subjek yang semakin lama telah
bekerja pada lembaga riset produk ini maka tentunya

4
Eksploitasi Alienasi Buruh Surveyor di Lembaga Survey Produk “X” di Surabaya

subjek tersbut memiliki pengetahuan yang lebih luas Pendidikan dan Pengalaman
tentang eksploitasi dan alienasi buruh surveyor di Temuan data yang telah ditemukan oleh penulis, terjadi
lembaga riset produk “X” di Surabaya dan peneliti perbedaan berdasarkan tingkat pendidikan dan
menempatkan sebagai participant as observer. pengalaman antara SPV dan surveyor. Berdasarkan
Pengumpulan data dalam proses penelitian ini persyaratan untuk menjadi surveyor hanya di tuntut
dilaksanakan dengan dua cara yakni data primer dan memiliki pendidikan akhir minimal pada jenjang
data sekunder. Pencarian data primer dilakukan dengan sekolah atas dan pengalaman tidak menjadi yang utama.
cara observasi dan wawancara mendalam. Pencarian Sedangkan SPV persyratan yang mutlak wajib di penuhi
data sekunder dilakukan lewat penelusuran dokumen yaitu pengalaman minimal telah menggeluti dunia riset
yang terdapat pada struktur organisasi dan peraturan minimal lima tahun dan memiliki pendidikan akhir
dalam lembaga riset “X”. minimal diploma (D3) atau sarjana (S1). Jika di
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik hubungkan dengan teori erick wright pada dasarnya
analisis deskriptif, dimana peneliti mencoba seorang SPV dengan kriteria tersebut tergolong tenaga
menggambarkan temuan data yang telah dianalisis. kerja ahli “manager ahli “ (Stephen K. Sanderson, 1991:
Dalam hal ini, kaum borjuis merupakan pemilik modal, 283). Sehingga secara garis besar seorang tenaga ahli
petty borjuis merupakan supervisor, proletar merupakan akan memiliki gaji atau pendapatan lebih besar dari
pekerja survey. Kaum borjuis memberikan tekanan pada pegawai rendahan. Pegawai rendahan yang dimaksud
kaum petty borjuis, sehingga kaum petty borjuis tak penulis merupakan surveyor.
kuasa memberikan sebuah tekanan pada kaum borjuis.
Kaum petty borjuis secara otomatis akan menekan kaum Pendapatan dan jam kerja
proletar yang ada dibawahnya. Tekanan-tekanan yang Dalam temuan data, salah satu subjek memaparkan gaji
dimaksudkan penulis yaitu berupa adanya sebuah yang didapat SPV dua kali lebih besar dari gaji yang
tindakan eksploitasi yang menyebabkan kaum proletar didapat oleh buruh surveyor. Melimpahnya gaji yang
mengalami sebuah alienasi. didapat oleh SPV dikarenakan adanya gaji pokok, gaji
satu kali project dan uang-uang tunjangan. Maksud dari
HASIL DAN PEMBAHASAN uang tunjangan itu termasuk adanya uang bensin, uang
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ditemukan makan, uang asuransi dan THR. Gaji atau pendapatan
bentuk-bentuk eksploitasi dan alienasi yang terjadi pada dari buruh surveyor benar-benar hanya berasal dari gaji
buruh surveyor di lembaga riset “X” di Surabaya. Model per kuesioner saja. Tidak berhenti disitu saja,
eksploitasi tersebut dalam bentuk eksploitasi nilai bahwasanya tunjangan-tunjangan baik itu uang bensin,
tenaga kerja dan eksploitasi nilai pekerja. Bentuk uang makan, asuransi dan THR tidak pernah didapat
eksploitasi tersebut secara otomatis menimbulkan oleh surveyor. Menurut teori erick wright, Manager dan
alienasi pada buruh surveyor. Alienasi yang ditemukan supervisor mendapatkan pendapatan mereka dari gaji
yaitu alienasi terhadap aktivitas produktif, alienasi (atau upah) yang dibayarkan oleh kapitalis. Pendapatan
terhadap tujuan aktivitas produksi, alienasi terhadap mereka sangat erat kaitannya dengan posisi mereka
sesama pekerja dan alienasi terhadap potensi dalam hirarki wewenang dalam organisasi. Manager
kemanusiaan. Sebelumnya penulis akan atau supervesor melakukan aktivitas penting untuk
mengklasifikasikan perbedaan antara supervisor dengan keuntungan perusahaan, sehingga mereka dibayar
buruh surveyor. dengan gaji yang tinggi sebagai dorongan untuk
mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Supervisor dan Buruh Surveyor di Lembaga Riset Jam kerja yang dilakukan juga jauh berbeda. Pihak
“X” SPV hanya bekerja pada lingkup indoor. Sedangkan
buruh surveyor lebih bekerja pada lingkup outdoor.
Tugas Surveyor dan Supervisor (SPV) Pihak SPV pada dasarnya memiliki waktu kerja yang
Pada dasarnya supervisor (SPV) bertugas sebagai berbeda dengan apa dimiliki surveyor. Pihak SPV
koordinasi dan orang yang bertanggung jawab kepada diwajibkan siap dikantor pukul delapan sampai pukul
pimpinan dan client atas project yang di pegangnnya. empat. Kadang kala seorang SPV lebih sering jam
Supervisor memiliki beberapa surveyor yang bertugas kerjanya melebihi jam aktif kantor. Tetapi apa yang
melakukan wawancara di lapangan pada tanggal dan dilakukan SPV tersebut demi mendapatkan sebuah
lokasi yang ditentukan SPV, melakukan wawancara reward berupa project selanjutnya. Karena dengan cara
secara berurutan dan memperlihatkan alat peraga tersebut subjek yang berposisi sebagai SPV akan cepat
ataupun alat bantu, menyalin jawaban di kuesioner menyelesaikan pekerjaannya project satu ke project
sesuai petunjuk yang telah ada ditentukan. lainnya. jadi pada dasarnya hal ini sesuai dengan apa

5
Paradigma. Volume 2 Nomer 1 Tahun 2014.

yang dikatakan erick wright yaitu Anggota kelas petty Teralienasi dari aktivitas produktif buruh surveyor
borjuis tidak mempekerjakan pekerja dan pendapatan Kaum pekerja tidak memproduksi objek-objek
mereka karena tidak mengeksploitasi tenaga kerja, berdasarkan ide-ide mereka sendiri atau secara langsung
sehingga mereka harus mengusahakannya sendiri. memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri.
Semakin keras mereka bekerja, semakin banyak Mereka bekerja untuk kapitalis, yang memberi mereka
penghasilan yang didapat. upah untuk penyambung hidup dengan imbalan bahwa
mereka menggunakan para pekerja menurut cara-cara
Bentuk Ekploitasi pada Lembaga Riset “X” yang mereka inginkan. Aktivitas-aktivitas produktif
menjadi milik para kapitalis kemudian merekalah yang
Eksploitasi Nilai Pekerjaan memutuskan pekerjaan bawahannya. Berdasarkan hasil
Dalam melakukan pekerjaannya subjek selalu temuan data diperoleh sebuah alienasi ini dikarenakan
mempunyai waktu deadline begitu singkat yang adanya proses keterlambatan gaji. Tenggang waktu yang
diberikan oleh perusahaan. Pada dasarnya hal tersebut di diperoleh buruh surveyor begitu lambat berkisar tiga
karenakan adanya manipulasi waktu deadline yang sampai enam bulan. Pada dasanya asal mula
diberikan oleh SPV. Hal tersebut menyebabkan buruh keterlambatan gaji dikarenakan kesalahan dari pihak
surveyor menjalankan tugasnya dengan perasaan SPV sendiri. Tetapi nasib buruh surveyor tidak berhenti
terbebani. Semua itu terjadi akibat dari waktu yang disitu saja. pihak SPV juga kadang kala melimpahkan
singkat dari project tersebut. Secara otomatis tenaga kesalahan-kesalahan kepada buruh surveyor. Hal itu
buruh surveyor di optimalkan guna menyelesaikan menimbulkan buruh merasa jengkel dan tidak puas,
project tersebut. Menurut Marx hal ini termasuk nilai sehingga tidak jarang pula buruh surveyor mengerjakan
pekerjaan, karena nilai pekerjaan merupakan nilai tukar dengan istilah “dibawah Pohon” (manipulasi data).
segenap barang ditentukan oleh jumlah pekerjaan yang Kaum buruh surveyor merasa tidak puas akan gaji
masuk dalam produksi (Franz Magnis Suseno, 1999 : yang didapat. Pada dasarnya gaji mengalami ketidak
181). Teori nilai lebih tersebut sangat sesuai dengan sesuain dengan apa yang dikerjakan. Pada saat brefing
realitas yang terjadi dalam lembaga survei ini. kerja atau pada saat ada pertanyaan seputar gaji, pihak
Terjadinya pemanipulasian waktu yang sangat singkat, SPV kadang kala berusaha membesar-besarkan fee
sehingga menyebabkan buruh surveyor mengalami project tersebut. Tetapi kenyataan yang diperoleh pada
eksploitasi berdasarkan jenis waktu. Sehingga pekerjaan saat pencairan gaji mengalami ketidaksesuaian. Menurut
yang dijalankan oleh buruh surveyor terkesan berat dan SPV membesarkan harga fee hanya bertujuan untuk
memakan waktu luang buruh surveyor tersebut. memotivasi kerja buruh surveyor. Tapi dibalik tindakan
tersebut ternyata menurut temuan data pada buruh
Teori Nilai Tenaga Kerja surveyor menyebabkan sebuah ketidakpuasaan atau
Eksploitasi yang kedua yaitu mengenai pemotongan gaji alienasi.
yang dilakukan oleh pihak SPV. Pada dasarnya kerja
buruh tidak dihargai. Pada saat proses harga kuesioner Teralienasi dari tujuan aktivitas-aktivitas produksi
telah dicantumkan sebesar sekian ribu. Tetapi apa yang perusahaan
didapat tersebut berlainan dengan apa yang disampaikan Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka,
oleh SPV. Eksploitasi terjadi pada sistem pemotongan melainkan menjadi milik para kapitalis yang mungkin
gaji yang tidak terduga dan mengarah kepada kantong saja menggunakan cara-cara yang mereka inginkan,
supervisor. Praktek tersebut tidak sesuai dengan karena produk merupakan hak milik pribadi para
kebijakan dari perusahaan. Sehingga dengan adanya hal kapitalis. Marx dalam manuskrip ekonomi dan
tersebut, kerja buruh yang menggebuh-gebuh hanya sia- filsafatnya menyatakan : “Hak milik pribadi adalah
sia. Belum lagi adanya keterlambatan dalam pencairan produk, hasil, dan dampak-dampak yang punya nilai dan
gaji. Sehingga hal tersebut menurut marx masuk pada harga yang dihasilkan dari kerja yang teralienasi”
eksploitasi terhadap nilai tenaga kerja. Marx (Djaya, 2012 : 9-10). Penulis menganalogikan barang
menyatakan teori nilai tenaga kerja yaitu jumlah nilai produksi menurut marx merupakan bentuk barang yang
yang seharusnya dibeli oleh pihak kapitalis atas kerja nyata. Tetapi dalam penelitian yang penulis buat, barang
akan komoditas, sehingga mampu memulihkan tersebut berupa data pada perusahaan yang bergerak
tenaganya serta memperbaruinya lagi (Suseno, 1999 : dalam bidang jasa.
184). Pada dasarnya hasil kerja buruh surveyor hanya
dinikmati oleh kaum kapitalis. Surveyor tidak
Bentuk Alienasi pada Lembaga Riset “X” merasakan keuntungan apa-apa dari hasil surveinya
tersebut. Surveyor bekerja hanya untuk menyelesaikan

6
Eksploitasi Alienasi Buruh Surveyor di Lembaga Survey Produk “X” di Surabaya

tugasnya, tanpa mengambil manfaat apa-apa dari hasil selama satu bulan. Tetapi apa yang disampaikan SPV ke
survei tersebut. secara otomatis hasil dari kuesioner buruh surveyor waktu tersebut dikurangi, bahkan
tersebut merupakan keuntungan perusahaan lembaga terkadang waktu yang didapat oleh buruh surveyor
riset tersebut dan client yang memberikan job project hanya satu minggu atau dua minggu saja.
tersebut. Dengan adanya praktek penetapan masa tenggang
project seperti itu, pada dasarnya buruh surveyor merasa
Teralienasi dari sesama pekerja. tidak puas dan tidak nyaman dengan pekerjaan tersebut.
Asumsi marx adalah bahwa manusia pada dasarnya Sehingga proses kerja buruh surveyor tergesa-gesa. Dari
membutuhkan dan menginginkan bekerja secara adanya praktek tersebut, kerja buruh secara tidak
kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan langsung dituntut untuk bekerja siang malam demi
dari alam untuk terus bertahan. Sekalipun para pekerja menyelesaikan project dari perusahaan riset tersebut.
yang bekerja di pabrik berdampingan sehingga menjadi Sehingga jam-jam waktu istirahat buruh terkesan
teman dekat, namun hakikat tekhnologi sebenarnya minimal. Bahkan pihak SPV memberikan hukuman
justru melahirkan isolasi. Lebih buruk dari sekedar berupa tidak diikut sertakan project selanjutnya apabila
isolasi, bahwa para pekerja sering dipaksa terlibat dalam terlambat dalam pengumpulan project. Sehingga mau
kompetisi secara langsung. Dan tidak jarang saling tidak mau buruh surveyor bekerja lebih keras lagi.
konflik satu dengan lainnya.
Buruh surveyor mengalami alienasi dengan sesama Kesadaran Palsu Buruh Surveyor
pekerja. Hal ini didasari atas singkatnya waktu
pengerjaan project. Sehingga buruh dituntut untuk Status dan Pekerjaan Sementara
selalu meneyelesaikan project secara tepat waktu. Alasan subjek tetap bekerja dan bertahan di lembaga
Dengan adanya hal ini, buruh tidak mempunyai waktu riset merupakan faktor status dan pekerjaan sementara.
untuk saling bertukar cerita dengan sesama pekerja dan Status yang dimaksudkan oleh subjek yaitu posisi saat
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Waktu ini yaitu sebagai pelajar atau masih menjalani proses
buruh hanya untuk sekedar mengerjakan kuesioner. study di salah satu perguruan tinggi negeri di surabaya.
Pada saat ada project buruh datang hanya sekedar Pada dasarnya subjek berkeinginan untuk mencari
mengambil kuesioner dan mengikuti brefing. Jam kerja pekerjaan tetap, tetapi hal tersebut sangat tidak
buruh lebih di habiskan di lapangan. Kembali-kembali memungkinkan dikarenakan berbenturan dengan jam
ke kantor hanya untuk mengumpulkan project atau perkuliahan. Subjek memaparkan walaupun pekerjaan
sekedar laporan saja. Hal tersebut terjadi secara terus- di lembaga riset sebagai pekerjaan sampingan, beliau
menerus. Sehingga dengan kondisi yang lelah, surveyor juga kadang kala kesulitan dalam membagi waktu untuk
membutuhkan waktu istirahat untuk persiapan project jam kerja dan jam perkulihan. Tidak jarang pula subjek
selanjutnya. Jadi waktu bercengkrama dengan sesama melewatkan jam perkuliahan itu.
pekerja sulit untuk didapatkan. Pada dasarnya subjek menginginkan pekrjaan yang
lebih layak. Tetapi sehubungan memiliki kendala berupa
Teralienasi dari potensi kemanusiaan. proses study dan asumsi pemikiran subjek, maka subjek
Pekerjaan tidak lagi menjadi transformasi dan mau tidak mau tetap bertahan. Padahal menurut hati
pemenuhan sifat dasar manusia kita, akan tetapi nurani subjek beliau memiliki sebuah pemikiran untuk
membuat kita merasa kurang menjadi manusia dan bekerja di perusahaan negeri maupun swasta yang lebih
menjadi diri kita sendiri. Individu-individu layak, sesudah masa study ( perkuliahan).
menampakkan diri semakin kurang seperti manusia
karena didalam kerja, mereka tereduksi menjadi mesin- Faktor Usia dan Pengisi Waktu Luang
mesin. Bahkan senyum dan penghormatan kita Subjek memaparkan bahwa pada saat ini beliau
diprogram dan dibuat naskahnya. Berdasarkan temuan telah masuk katagori usia pekerja tidak produktif.
data, buruh surveyor teralienasi dikarenakan waktu Beliau memilih bekerja di lembaga riset tersebut
pengerjaan project tersebut. Pada tenggang waktu dikarenakan apabila beliau keluar dari pekerjaan
pengerjaan project, pada dasarnya pihak client dan SPV tersebut beliau berasumsi kesulitan mencari pekerjaan
telah mencapai kesepakatan waktu. Tetapi apa yang lain. Dikarenakan pada saat ini usia beliau sudah
dialami di lapangan berbalik seratus delapan puluh menginjak kepala tiga. Dewasa ini banyak perusahaan
derajat. Berdasarkan hasil wawancara dengan SPV, baik negeri atau swasta hanya mau menerima pegawai
ternyata pihak SPV selalu mengurangi tenggang waktu atau karyawan dalam usia produktif.
yang ditetapkan atas kesepakatan sebelumnya. Pada Pada usia produktif, salah satu subjek yang masih
dasarnya client memberi waktu pengerjaan project berada usia produktif juga memiliki alasan ingin

7
Paradigma. Volume 2 Nomer 1 Tahun 2014.

mencari dan mendapatkan banyak pengalaman dalam nilai tenaga kerja. Eksploitasi ini mengarah pada tenaga
dunia pekerjaan sembari menunggu masa study beliau buruh surveyor yang tidak dihargai secara semestinya
selesai. Salah satu subjek yang telah memasuki usia sehingga menyebabkan alienasi.
tidak produktif, subjek hanya pasrah dengan asumsi Pertama teralienasi dari aktivitas produktif buruh
sulit memperoleh pekerjaan di usia yang tidak surveyor. Alienasi ini disebabkan adanya keterlambatan
produkrif. Sehingga tergolong alienasi. Karena tidak gaji. Kedua teralienasi dari tujuan aktivitas-aktivitas
sesuai apa yang diinginkan. produksi perusahaan. Alienasi ini disebabkan hasil
produksi tidak dinikmatin sepersenpun oleh buruh
Faktor Ekonomi surveyor. Ketiga teralienasi dari sesama pekerja,
Alasan lain dari subjek bekerja di lembaga riset Berdasarkan temuan data, alienasi ini terjadi karena
yaitu keinginan untuk membantu perekonomian singkatnya waktu pengerjaan project. Keempat
keluarga. Di lain sisi subjek yang masih study teralienasi dari potensi kemanusiaan, Berdasarkan
berkeinginan untuk memegang uang sendiri. Selain itu temuan data, buruh surveyor teralienasi dikarenakan
keinginan untuk membantu dalam biaya kuliah maupun SPV melakukan praktek pemanipulasian waktu
tugas-tugas dalam masa study juga menggugah pengerjaan project. sehingga hal tersebut menyebabkan
semangat subjek tersebut untuk turut andil dalam buruh akan bekerja keras dan mengurangi waktu
memperingankan ekonomi keluarga. Salah satu subjek istirahatnya akibat dari singkatnya waktu pengerjaan.
yang telah berkeluarga memiliki keinginan untuk tidak Penelitian ini menemukan hasil baru berupa
membebankan semua biaya keluarga pada suami. kesadaran palsu yang dialami oleh buruh surveyor
Bahwasannya ekonomi keluarga subjek tergolong pas- akibat dari adanya eksploitasi. Pertama, status dan
pasan. Sehingga mau tidak mau subjek harus tetap pekerjaan sementara. Kedua, faktor usia dan pengisi
bekerja. Faktor ekonomi keluarga yang menyebabkan waktu luang. Ketiga, faktor ekonomi. Keempat, faktor
subjek tetap bekerja walaupun pada dasarnya mereka lingkungan.
tidak menginginkan hal itu.

Faktor Lingkungan DAFTAR PUSTAKA


Salah satu alasan subjek masuk atau bekerja di Douglas J. Goodman dan George Ritzer. 2008. Teori
lembaga riset juga dikarenakan faktor lingkungan. Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai
Faktor lingkungan yang di maksudkan oleh penulis Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
yaitu teman. Pada dasarnya subjek telah mencoba Postmodern. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
berbagai pekerjaan. Tetapi pada kenyataannya, subjek Giddens, Anthony. 2005. Konsekuensi-Konsekuensi
kesulitan dalam membagi waktu antara proses study ( Modernitas. Yogyakarta : kreasi wacana
perkuliahan) dan jam kerja. Disamping hal tersebut, J. Moleong. Lexy. 2005. Metodologi penelitian
subjek juga memaparkan adanya pengaruh dari teman. kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Bahwasannya pada lingkungan perkuliahan subjek, Magnis Suseno. Franz. 1999. Pemikiran Karl Marx
banyak teman-teman subjek yang memiliki pekerjaan :Dari Sosialisme ke Perselisihan
sampingan yaitu di lembaga riset tersebut. Berkat ajakan Revisionisme. Jakarta : Gramedia
dan saran yang diberikan teman-teman subjek, pada Pustaka Utama
akhirnya subjek ingin mencoba dan melamar di lembaga Mas’oed. Mohtar. 1994. Negara Kapital dan
riset. Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusuma Djaya. Ashad. 2012. Teori-Teori Modernitas
PENUTUP
dan Globalisasi: Melihat Modernitas Cair,
Neoliberalisme, Serta Berbagai Bentuk
Simpulan
Modernitas Mutakhir. Bantul: Kreasi Wacana.
Berdasarkan atas perbedaan startifikasi dan wewenang
Sanderson.K Stephen. 1991. MakroSosiologi Sebuah
yang dimiliki oleh kaum petty borjuis, sehingga
Pendekatan terhadap Realitas Sosiologi Edisi
menimbulkan adanya bentuk-bentuk eksploitasi yang
Kedua. Jakarta:Rajawali Pers
dilakukan oleh supervisor (petty borjuis) yaitu
eksploitasi terhadap nilai pekerjaan, eksploitasi ini
mengarah pada adanya waktu deadline project yang
telah dimanipulasi oleh supervisor. Sehingga buruh
harus meminimalkan waktu luangnya demi tercapainya
target dan terhindar dari hukuman. Kedua, eksploitasi

Anda mungkin juga menyukai