Anda di halaman 1dari 9

Phinisi Integration Review

Vol. 4, No.1, Februari 2021 Hal 64-72


Website: http://ojs.unm.ac.id/pir
p-ISSN: 2614-2325 dan e-ISSN: 2614-2317
DOI: https://doi.org/10.26858/pir.v4i1.19340

Formasi Sosial dan Keterpinggiran Dalam Pembangunan


(Studi pada Pemulung dan Pengepul di Maros)

Dideng Kadir1, Adi Sumandiyar2, Hasruddin Nur3


Universitas Sawerigading Makassar, Indonesia
email: didengkadir6608@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menjelaskan posisi kelompok


pemulung dan peran pengepul dalam suatu formasi sosial dan keterpinggiran kelompok
pemulung dalam pembangunan. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian deskriptif kulitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Hal ini dimaksudkan
untuk dapat memberi deskripsi yang sistimatis, faktual, aktual terhadap objek yang
diteliti. Penelitian ini berfokus, dan peranan pengepul dalam hubungan sosial kelompok
pemulung di Maros yang menunjukkan adanya integrasi langsung maupun tidak langsung
dengan kelompok masyarakat yang mendominasi pembangunan. Data dikumpulkan
melalui wawancara mendalam, data dianalisis dengan beberapa langkah yaitu; (1)
utilizing, (2) pengategorian, (3) interpretasi data. Kemudian data divalidasi oleh (1)
perpanjangan waktu, (2) pengamatan, (3) tringulasi. Hasil penelitian menunjukkan, (1)
pengepul berkontribusi terhadap pembangunan yaitu (a) mempekerjakan pemulung untuk
memproduksi barang bekas, (b) pemulung berpatisipasi membersihkan lingkungan
memungut sampah, (c) pengepul, industri berpatisipasi membayar pajak sebagai
pendapatan negara, (2) keterpinggiran pemulungan disebabkan (a) pemulung masih tetap
menggunakan moda produksi nonkapitalis, (b) tidak adanya keterlibatan langsung
pemerintah terhadap pemulung dalam pembinaan dan kesejahteraan, (c) adanya
tergantungan modal kepada pengepul, (d) tidak adanya lembaga sosial yang
menggantikan pengepul sebagai pemberi modal.

Kata kunci: pemulung, pengepul, Bank industri, terpinggirkan.

Abstract. The objectives of this research are to analyze and explaining the position of
group scavengers and the role of collection in social formation and marginalization in
development. The researcher applied qualitative-descriptive method, using phenomelogy
approach. The resulf of data analyze means giving sistimatic, factual, and actual
describtion to the objrectives of this research focus on the role of collectors in the social
relation with the group of scavengers showed by direct and indirect integration with the
group who dominant in the development. Collection the data through close interview
and then analyzing into several ways, they are; (1) utilizing, (2) categoring, (3) data
interpretation. And then validating data with, (1) leng then time, (2) observation, (3)
triangulation. The finding of the research are as follows;, (1) the contribution of
scavenger to the development are; (a) amploying the collector to collect the second-hand
good, (b) collectors keep the environment clean by collecting the rubbish, (c) the
industry and scavengers pay tax as national income, (2) the marginalization of collectors
caused by; (a) collectors still using noncapitalism capital moda, (b) there is not direct
involving of government in collectors safe and training, (c) there is dependend capital to
the scavenger, (d) there is no sosial institution as the financial capital changed the
scavenger.

64
Phinisi Integration Review. Vol 4(1) Februari 2021

Keywords: scavengers, collectors, Industry, bank marginalization.

Ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0


(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).

PENDAHULUAN ini, adalah ketidakberdayaan buruh untuk


menolak upah rendah, yang ada hanya
Formasi sosial adalah dua atau lebih keterpaksaan bekerja dengan upah rendah dari
moda produksi yakni moda produksi non- pada harus tidak menerima upah sama sekali dan
kapitalis dengan cara-cara tradisional, sementara kehilangan pekerjaan.
moda produksi kapitalis dengan cara-cara serba Pengepul yang menguasai jasa
modern, namun keduanya tidak hanya pemulung, yang berusaha mencari pasar untuk
terkoeksistensi tetapi juga terhubungkan antara memasarkan hasil produksi pulungan dari para
satu dengan lainnya, sekalipun dalam bentuk pemulung, dan begitu pengepul mempunyai
asimentris. Dalam formasi ini, termasuk moda kemampuan membina hubungan kerja dengan
produksi kapitalis pada umumnnya tampil lembaga-lembaga kapitalistik seperti bank,
sebagai moda produksi yang dominan pabrik-pabrik atau industri, karena mereka
sedangkan moda produksi lainnya berada pada memiliki pendidikan formal dan pengetahuan
posisi resisten (Arief, 2010) yang cukup untuk memperoleh modal dan pasar
Moda produksi adalah gabungan antara pada masyarakat kapitalis yang menggunakan
kekuatan produksi (forces of production) dengan modal produksi kapitalis dan mendominasi
hubungan produksi (relation of production). kelompok masyarakat yang hanya menggunakan
Hubungan produksi ini, merupakan faktor yang moda produksi nonkapitalis, seperti kalangan
membedakan satu tipe produksi dengan tipe kelompok pemulung dalam pembangunan.
produksi lainnya. Salah satu contoh bentuk Masyarakat kapitalistik yang dominan dalam
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu; pembangunan telah melakukan kegiatan
(1) produksi subsisten misalnya, yaitu usaha ekonomi yang ditujukan untuk kepentingan
pertanian tanaman pangan di mana hubungan pasar menghasilkan laba dan memperoleh
produksi terbatas dalam keluarga inti dan keuntungan modal yang lebih besar melalui
hubungan antara pekerja bersifat egaliter, (2) berbagai macam penjualan kepada pihak
produksi komersialis, yaitu usaha pertanian atau industri. Karena masyarakat kapitalis dibangun
pun di luar pertanian yang sudah berorientasi di atas ekonomi pasar, sistem ekonomi yang
pada pasar di mana hubungan produksi dikontrol, diatur, dan diarahkan oleh pasar itu
menunjuk padagejala eksploitasi surplus sendiri.
melalui ikatan egaliter, namun kompetitif, (3) Menjadi pemulung merupakan pilihan
produksi kapitalis, yaitu pada modal berorientasi alternatif yang terpaksa dipilih dan harus
pasar di mana hubungan produksi merupakan dilakukan, ini akibat dari ketimpangan
struktur buruh majikan atau tenaga kerja pemilik pelaksanaan pembangunan dan ketidaksediaan
modal, (Sitorus, 1999, dalam Arif, 2010) atau ketidakmampuan pemerintah dalam
Menurut Suseno (1998) dalam pemikiran Marx menciptakan lapangan kerja, sehingga kelompok
berpendapat bahwa, moda produksi kapitalisme pemulung atau masyarakat marjinal dan
yang menyebabkan tereksploitasi tenaga kerja, terpinggirkan yang tidak dapat menikmati hasil
karena upah yang diberikan oleh pemilik modal pembangunan sekarang ini.
(pengepul) hanya upah semu saja, karena nilai Terbatasnya penyedian lahan
lebih yang dihasilkan oleh barang industri tidak dipecahkan melalui kebijakan tata kota lahan
seimbang dengan pengorbanan yang dilakukan dengan memanfaatkan daerah pinggiran sebagai
oleh buruh. Kapitalisme juga telah pusat kota menjadi daerah yang padat
membelenggu kreatifitas buruh dari pekerjaan, penduduknya, yang dikondisikan searah dengan
karena adanya produksi mesin-mesin industry kemajuan pembangunan yang kebutuhan
menjadikan buruh semakin tersisidan terjadi industri. Kebutuhan akan tenaga kerja dicukupi
persaingan diantara mereka. Akibat dari semua dengan perpindahan secara sukarela penduduk
desa ke kota disebabkan daya tarik kota sebagai
65
Kadir, Sumandiyar, Nur. Formasi Sosial dan Keterpinggiran Dalam Pembangunan…

tempat memperbaiki nasib, akibatnya tidak Disamping itu, pengepul juga menyediakan
terbendungnya proses migrasi sehingga tenaga fasilitas tempat tinggal dan pemberian modal
kerja melimpah. Demikian juga dengan awal, pinjaman modal kepada para pemulung
kebutuhan-kebutuhan lainnya, yang intinya lebih dengan transaksi secara tradisional tanpa
memusatkan perhatian dan kepentingan dari kuitansi, dan walaupun tanpa pernjanjian kerja
industrialisasi. yang dilakukan secara lisan, tapi atas dasar
Di samping itu, konsekuensi dari pembangunan saling percaya. Akan tetapi keterikatan
perkotaan yang konsisten dengan konsep ketergantungan kedua belah pihak sebagai
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dan akibat terjadinya pemberian pinjaman atau
industrialisasi ini, juga menimbulkan terjadinya modal utang piutang yang diberikan dari pihak
diskriminasi sikap perlakuan terhadap pengepul.
masyarakat. Utamanya masyarakat yang berada Kehadiran pemulung sebagai
strata bawah, dengan asumsi akan menjadi masyarakatterpinggirkan atau
beban dalam perhitungan peningkatan angka termarjinalkansangat menjanjikan bagi
pertumbuhan pembangunan ekonomi. Seiring sipengepul dan pemulung itu sendiri, dengan
dengan kemajuan pembangunan, akan harapan mereka dapat hidup lebih baik untuk
terciptanya kantong-kantong kemiskinan di meningkatkan tarap hidup keluarga mereka.
daerah perkotaan, dengan ciri khas Namun pada kenyataannya, pemulung tidak
perkampungan kumuh, pemulung, organisasi dapat meningkatkan harapan kesejahteraan bagi
kriminal, pelacuran, pedagang kaki lima, keluarga mereka, dan tetap hidup dalam
transfortasi informal, pendudukan tanah-tanah kemiskinan dan walaupun mereka mampu
negara, yang pada intinya adalah hanya bertahan dalam kehidupan dengan kondisi
masyarakat terpinggirkan yang menempati sangat memperhatinkan. Hal ini disebabkan
posisi-posisi tersebut. Dan pada akhirnya karena, para pemulung tidak mempunyai
masyarakat itu semakin terpinggirkan dan pekerjaan lain, dan keterampilan yang mereka
tersudutkan dalam kehidupan ditengah-tengah miliki, sehingga hidup mereka sangat tergantung
perkotaan,(Suparlan, 1986) pada pengepul, apalagi di Maros mereka hidup
Hasil yang diperoleh dari observasi pada hanya sebagai perantau yang tidak memiliki
awal tahun 2013 yang telah dilakukan sebagai banyak pilihan pekerjaan.
objek penelitian di Maros, maka diperoleh Hubungan pengepul dengan pemulung terjalin
informasi berbagai sumber bahwa, dari dan terbangun dalam bentuk patron-klien,
beberapa tempat kerja ditemukan pada pemulung diharapkan bekerja keras untuk
kelompok pemulung, dan ditemui 3 (tiga) memberikan pendapatan yang optimal bagi
kelompok besar pengepul yang memegang pengepul. Situasi seperti ini, tentunya kurang
peranan penting dalam menguntungkan bagi pemulung dan kadang-
memainkankekuasaannyamempekerjakan tenaga kadang menimbulkan antipati pula pengepul,
kerja pemulung berjumlah puluhan orang yang dan pemulung menganggap mereka sebagai
tersebar berbagai tempat. Kelompok pemulung pihak yang dieksploitasi, dan mereka dibuat
yang dimaksud adalah masyarakat terpinggirkan ketidakberdayaan melakukan perlawanan hanya
yang dikoordinir oleh pengepul atau mengikuti apa keinginan pengepul saja. Dalam
dimanfaatkan mencari barang bekas sebagai Undang-undang Nomor, 23 tahun 2002,
sumber produksi bahan baku untuk kebutuhan mengenai perlindungan anak adalah anak orang
industri. Di dalam pekerjaan ini yang menjadi tua atau pihak lain, yaitu menempatkan,
ketertarikan orang bekerja pada sektor informal membiarkan, melakukan menyuruh atau turut
khususnya memulung barang bekas, karena serta melakukan eksploitasi ekonomi atau
mereka memperoleh sumber penghasilan untuk seksual terhadap anak. Sehingga eksploitasi
mencukupi kebutuhan keluarganya, dan mereka anak adalah tindakan tidak terpuji, karena
tidak mempunyai keterampilan, pendidikan yang tindakan eksploitasi anak telah merampas hak-
cukup dan akses ke perolehan modal usaha. hak, misalnya mendapatkan kasih sayang dari
Perekrutan tenaga pemulung sebagai orang tua, pendidikan yang layak, dan sarana
sumber produksi barang bekas baik melalui bermain sesuai dengan usianya. Selanjutnya,
pengepul maupun dari teman keteman yang Scott (Gafur, 2009) eksploitasi adalah suatu tata
didatangkan dari beberapa tempat dipulau jawa, hubungan yang menunjukkan unsur-unsur
seperti Jawa barat (Bandung), Jawa tengah dari ketidaksamaan dan paksaan yang begitu
Demak, Jawa timur, Cirebon, dan Solo. dominan dibandingkan dengan tata hubungan
66
Phinisi Integration Review. Vol 4(1) Februari 2021

lainnya, sehingga tata hubungan ini dapat semakin terpinggirkan dalam kehidupan yang
dengan mudah dikenali ciri yang lebih bersifat dapat menimbulkan dari ketidaknyamanan
eksploitasi jika dilihat dari prespektif yang melakukan pekerjaan, walau pun tidak
objektif. Pada gilirannya, kepentingan pengepul memperlihatkan wajah atau suatu aksi melawan,
sangat bertentangan dengan kepentingan para akan tetapi hati mereka tidak nyaman. Hal ini,
pemulung yang hanya berkepentingan untuk dapat dirasakan ketika harga dan kesenjangan
meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pendapatan semakin tajam perbedaan antara
mereka sendiri. Lebih lanjut, menurut Joni pengepul. Pengepul dapat memainkan harga
(2006) mengatakan bahwa, eksploitasi adalah yang sesukanya. Sementara pemulung semakin
suatu tindakan memperalat individu lain untuk dijauhkan dari tidak tahu menahu tentang naik
tujuan kepentingan diri sendiri. atau turunnya harga produksi pulungan di
Oleh karena itu, biasaanya atau pada umumnya pasar, karena mereka tidak memiliki akses
pemulung memiliki keinginan untuk berhenti untuk berghubungan langsung dengan industry
bekerja pada seorang pengepul untuk bekerja untuk pemasaran hasil produksi tersebut.
sendiri secara bebas, namun dibalik itu tidaklah Untuk lebih mengetahui realitas sosial
mudah dilakukannya. Walau pun ada beberapa sebagaimana yang diungkapkan pada latar
orang diantara mereka melepaskan dirinya dari belakang di atas, dikenal dua konsep penting
pengepul tertentu dan pindah pada pengepul yakni formasi sosial dan moda produksi.
lainnya. Sementara lainya tidak mampu Formasi sosial terbentuk oleh adanya dua
melepaskan dirinya, karena tidak mempunyai moda produksi yakni moda produksi non-
pilihan lain. Karenanya disamping itu pula, kapitalis dan moda produksi kapitalis, di mana
adanya perilaku-perilaku pengepul (patron), di salah satunya tampil mendominasi yang lainnya.
mana hasil pulungan yang telah diperoleh atau Moda produksi merupakan gabungan antara
dikumpulkan dipotong 10 (sepuluh) persen dari kekuatan produksi dan hubungan produksi. Pada
hasil pulungan mereka misalnya hanya karena, kelompok masyarakat terpinggirkan yang
dengan alasan barang bekas atau hasil pulungan menggunakan moda produksi non-kapitalis yang
itu basah. Namun para pemulung tidak dapat subsisten, mereka berkoeksistensi dengan
berbuat apa pun dan mereka menerima suatu masyarakat pembangunan yang kapitalistik
kenyataan dari perlakuan pengepul itu sendiri, tetapi cenderung tidak terhubungkan antara satu
karena mereka tidak mempuyai kemampuan dengan yang lainnya. Ini berbeda dengan
melawan, dikarenakan tekanan oleh utang-utang kelompok pemulung yang berada dalam lingkup
mereka dari pengepul. Ini membuat mereka produksi yang non-subsisten. Seperti halnya
semakin terbelenggu dan sangat sulit antara kelompok pemulung dengan kelompok
melepaskan diri dari dominasi pengepul masyarakat yang dominan dalam pembangunan,
(patron). Di sisi lain pula, kelompok pemulung walaupun mereka juga menggunakan moda
yang dikategorikan menggunakan moda produksi yang non-kapitalistik, namun mereka
produksi non-kapitalis atau dengan perkataan tidak hanya berkoeksistensi, tetapi juga
lain, sumber produksi mereka hanya difungsikan terhubungkan dengan masyarakat yang
sebagai penerima harga (price taker). Sementara mendominasi pembangunan. Dengan perkataan
pengepul akan bertindak sebagai price makers lain, mereka terhubungkan dengan mata rantai
yang lebih dominan menguasai pasar. Mereka pembangunan.
akan mengambil keputusan-keputusan yang Namun dalam hubungan itu, situasi
menguntungkan dirinya dan memaksimumkan pertukaran yang terjadi cenderung
keuntungan mereka. Keputusan pengepul mempertahankan situasi pertukaran yang
cenderung diambil secara sepihak, tanpa timpang, di mana kelompok yang mendominasi
mempertimbangkan kepentingan pihak yang pembangunan memperoleh kemajuan yang lebih
dikuasainya. Di lain pihak, pemulung sebagai besar, bahkan jauh labih baik dari pada yang
price taker hanya pengikut pasar dan secara diperoleh kelompok pemulung. Oleh karena itu,
individu mereka tidak mampu dan tidak dalam fokus penelitian ini adalah, (1) Formasi
memiliki tawar menawar (bargaining) dalam sosial berkontribusi terhadap pembangunan, (2)
menentukan harga mau pun keputusan- Formasi sosial menyebabkan salah satu entitas
keputusan dasar di pasar yang bisa membuka yakni kelompok pemulung terpinggirkan atau
peluang untuk meraih keuntungan bagi mereka. termarjinalkan dalam kehidupan mereka.
Dalam kondisi seperti ini, cukup kuat diduga
bahwa, para pemulung merasa tereksploitasi dan METODE
67
Kadir, Sumandiyar, Nur. Formasi Sosial dan Keterpinggiran Dalam Pembangunan…

Jenis Penelitian ini menggunakan kerja secara keseluruhan, sehingga terjadi


pendekatan penelitian kualitatif. Menurut banyak pengangguran. Pengangguran
meleong (2010) mengatakan bahwa, pendekatan merupakan masalah besar yang tidak kunjung
kualitatif menghasilkan data dekskriptif mendapatkan solusi. Ketidaktersediaan lapangan
kualitatif berupa informasi lisan dan tulisan dari kerja merupakan identik munculnya masyarakat
berbagai subjek yang diteliti, serta tingkah laku miskin. Karena pilihan memulung merupakan
mereka yang dapat diamati secara holistik. alternatif dari krisis pekerjaan. Walaupun
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dalam pekerja pemulung tidak ada yang parmanen
pengolahan data, tentang formasi sosial yang sifat kontemporer, tergantung kepada
berkontribusi dalam pembangunan dan pemulung itu sendiri, mana kala pemulung
kelompok pemulung termarjinalkan dalam sudah mau berhenti bekerja pada pengepul,
pembangunan yang berlokasi penelitian di maka pengepul tidak akan mengahalanginya
Kabupaten Maros. Yang menjadi instrumen karena tidak ikatan kontrak yang mengikatnya,
utama (key instrument) dalam penelitian ini sepanjang pemulung tidak mempunyai utang
adalah peneliti sendiri menggunakan alat bantu atau sudah tidak sanggup lagi bekerja.
berupa pedoman wawancara, dokumen dan Sebagaimana dikatakan seorang pengepul
catatan lapangan. Informan ditentukan secara menjelaskan bahwa Jika dilihat usaha saya ini,
purposive sampling, dan juga menggunakan boleh dikatakan tidak berarti bagi masyarakat
sumber data primer dan data sekunder, teknik tertentu atau kalangan masyarakat atas, karena
pengumpulan data,yaitu observasi, wawancara, usaha saya ini bergerak dibidang barang
dokumentasi, kemudian dianalisis melalui rongsokan, kotor, menjijikkan yang masih tidak
tahapan penegempulan data (dataCollection) banyak orang tertarik di usaha ini. namun usaha
mereduksi data (data reduction), penyajian data saya ini menjadi pilihan alternatif masyarakat
(display data), penarikan kesimpulan sebagai peluang lapangan kerja. Lapangan kerja
(Verificatin), kemudian menggunakan teknik di sektor formal sangat susah, karena pemerintah
keabsahan data yaitu tringulasi sumber, tidak mampu menyediakan lapangan kerja
teringulasi teknik dan tringulasi waktu. tersebut. Justru usaha saya ini menganggap
penting dalam membantu pemerintah untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN menanggulangi pengangguran di masyarakat.
(Hasil wawancara, tanggal 13 November 2013).
Kontribusi Formasi Sosial dalam Pengepul salah satu entitas dari formasi
Pembangunan. sosial yang merasa rasa mempunyai tanggung
1. Berpartisifasi menciptakan lapangan jawab bahwa, perusahaan mereka dapat
kerja. membuka lapangan kerja dan memberikan
Kebutuhan lapangan pekerjaan merupakan peluang bagi masyarakat pemulung ataupun
kebutuhan setiap manusia. Pengepul salah satu masyarakat luas yang tertarik dalam pekerjaan
pengusaha kecil yang mampu mempekerjakan ini untuk memperoleh penghasilan dan biaya
banyak orang tenaga pemulung, walaupun keluarganya walaupun masih jauh dari harapan
prekrutannya tenaga tersebut tidak memerlukan penghasilan yang memadai. Kesempatan kerja
pendidikan, keterampilan khusus yang penting bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan
mereka mempunyai komitmen untuk bekerja keluarga mereka. Pengepul di daerah ini, banyak
dan jujur. Aktifitas pemulung sehari-harinya tersebar berbagai tempat dan dapat menampung
mencari barang bekas untuk keperluan tenaga kerja pemulung yang cukup banyak
pengepul sekaligus bahan baku untuk industri. untuk membantu beban pemerintah sebagai
Sementara pihak industri yang bergerak disektor penyediaan lapangan kerja. oleh karena,
formal yang juga lebih banyak menyerap tenaga kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja
kerja professional di mana perekrutan tenaga meliputi upaya-upaya untuk mendorong
kerja lebih selektif melalui tes dan wawancara. pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di
Peluang pekerjaan ini dapat memberikan setiap daerah, serta perkembangan jumlah dan
kesejahteraan untuk keluarganya. kualitas lapangan kerja yang tersedia, agar dapat
Keberadaan pengepul disektor memanfaatkan seluruh potensi masyarakat yang
informal sangat membantu pemerintah dalam ada di daerah masing-masing. Oleh
penyediaan lapangan kerja sebagai tanggung karenapengepul merasa bertanggung jawab
jawab warga negara, di mana pemerintah sampai sebagai warga negara dalam penanggulangan
sekarang ini belum mampu menyerap tenaga atau mengatasi membludaknya pengangguran
68
Phinisi Integration Review. Vol 4(1) Februari 2021

yang pada akhirnya menimbulkan kemiskinan. Pemulung salah satu bagian dari
Karena pengangguran merupakan problematika masyarakat berperan serta di dalam membantu
kehidupan sosial yang harus ditanggulangi pemerintah untuk memelihara lingkungan.
oleh pemerintah. Tingginya pengangguran akan Lingkungan yang bersih merupakan kebutuhan
semakin tingginya tingkat kemiskinan. setiap manusia. Pemeliharaan lingkungan bukan
Sebaliknya jika tersedianya lapangan kerja akan saja tanggung jawab dari pemerintah daerah,
dapat mengurangi kemiskinan dan memberikan melainkan tanggung jawab bersama masyarakat
kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya Mustakir yang bermukin di daerah tersebut. Keberadaan
mengatakan bahwa, Usaha saya ini dapat kelompok pemulung salah satu bentuk bagian
memberikan peluang bagi masyarakat untuk kecil untuk membantu pemerintah daerah
memperoleh lapangan kerja, khususnya berpatisipasi memelihara lingkungan seperti
menampung tenaga kerja pemulung. Karena memungut sampah atau barang bekas di jalan, di
saya menyadari betapa susahnya pekerjaan tempat-tempat sampah ataupun di acara-acara
sekarang ini, sehingga saya merasa bertanggung pesta perkawinan.
jawab sebagai warga negara dapat menyediakan Pekerjaan pemulung menyadari,
lapangan kerja untuk menanggulangi bahwa barang bekas dapat bernilai uang yang
penggangguran di masyarakat. Namun tidak dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
semua orang tertarik bekerja seperti ini, bukan Disamping itu turut membantu membersihkan
saja penyediaan lapangan kerja, tetapi sering lingkungan. Sampah bukan saja dibuang
pula berpatisipasi dalam kegiatan lainnya di ditempat sampah berupa gelas plastik dan
masyarakat, (Hasil wawancara tanggal 26 sejenisnya, melainkan juga banyak membuang
November 2013). begitu saja yang dapat menggangu kebersihan
2. Berpartisipasi membayar pajak lingungan melalui acara-acara perkawinan,
Sebagai warga negara berkewajiban ulang tahun, yang kadang-kadang tidak sempat
membayar pajak baik secara individu maupun dibersihkan. Pemulung salah satu peranya
perusahaan yang berskala besar yang memanfaatkannya, selain bernilai ekonomi
mempunyai tanggung jawab membiayai untuk menghasilkan uang, juga turut baik
pembangunan. Orang yang mempunyai langsung maupun tidak langsung untuk
penghasilan besar pasti pajaknya besar, yang membersihkan dan memelihara lingkungan
kecil, bayar pajaknya juga kecil. Pengepul salah tersebut.
satu pengusaha kecil dan bagian dari masyarakat 4. Formasi Sosia Menyebabkan Kelompok
luas yang mempunyai tanggungjawab Pemulung Terpinggirkan atau
membangun melalui pembayaran pajak. Pajak Termarjinalkan.
adalah salah satu kontribusi pendapatan negara Keterpinggiran atau termarjinalkan
untuk membiayai pembangunan. Kemajuan pemulung bukan saja satu-satunya penyebab
pembangunan Di sini bisa diambil hikmah dari entitas pengepul, akan tetapi sesungguhnya
bahwa kita belajar saling mengisi atau disebut juga disebabkan suatu kondisi sosial ekonomi
subsidi silang. Maka dilihat dari sudut pandang yang dialami yang membuat suatu keadaan
pemanfaatan pajak untuk kepentingan umum kelompok pemulung terpinggirkan. Karena
yang sudah sewajarnya pajak menjadi pada masyarakat kelompok pemulung itu sendiri
kewajiban atau hukumnya wajib bagi yang masih tetap menggunakan moda produksi
masyarakat sesuai wajib pajak yang dibebankan nonkapitalis, sebagai konsekuensi
oleh negara. ketidakmampuan mengakses moda produksi
Lebih lanjut Tohir salah satu pengepul kapitalis, seperti halnya tidak mempunyai
mengemukakan, selain perusahaan secara resmi pendidikan, keterampilan dan modal, sehingga
mempunyai izin dari pemerintah dan perusahaan ketergantungan secara terus menerus, antara
dan setiap tahunnya membayar pajak. Karena lain, dikarenakan semua hasil produksi
sebagai pengusaha berkewajiban membayar pemulung dijual melalui pengepul itu sendiri
pajak sebagai bentuk tanggung jawab dalam (Hartanto,2011)
membiayai pembangunan yang kita rasakan Kemajuan pembangunan pun juga salah
sekarang ini, (wawancara, tanggal 16 satu faktor yang mempengaruhi suatu keadaan
November 2014). dan kondisi ekonomi pemulung yang tidak
3. Kontribusi Terhadap Pembangunan mampu bersaing secara global. Di mana posisi
Lingkungan. pemulung ditempatkan tidak menguntungkan,
sebaliknya pada posisi pengepul yang
69
Kadir, Sumandiyar, Nur. Formasi Sosial dan Keterpinggiran Dalam Pembangunan…

mempunyai kekuasaan lebih luas berada pada semakin tersisihkan atau terpinggirkan dari
posisi menguntungkan yang memainkan peran kehidupan yang layak. Sesungguhnya
memanfaatkan situasi ekonomi melalu pembangunan yang diyakini bakal mampu
perusahaan mereka. Pembangunan ekonomi mewujudkan kesejahteraan rakyat, ternyata di
akan berdampak positif dan berpihak kepada beberapa daerah khususnya di Maros belum
masyarakat kelompok pemulung atau dapat terbuktikan keberhasilan pembangunan
termarjinalkan untuk menikmati kesejahteraan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
pembangunan. Akan tetapi sebaliknya, jika Perbaikan pendapatan masyarakat sangat
pembangunan ekonomi tidak mampu ditentukan peran pemerintah daerah setempat
memberikan kesejahteraan masyarakat pada atau para pemilk modal yang dapat membantu
umumnya dan khususnya kelompok pemulung, pada masyarakat yang membuthkan. Salah
maka kelompok tersebut semakin termarjinalkan satunya yang bisa dilakukaan adalah perluasan
dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat kesempatan kerja sehingga masyarakat dapat
luas. meningkatkan taraf hidupnya.
Seharusnya pemerintah daerah Sebagaimana di katakan Nasuha (42)
setempat masyarakat miskin mendapat perhatian salah seorang pemulung, mengatakan bahwa,
khusus untuk menikmati hasil pembangunan, selama saya menjadi pemulung kurang lebih 5
namun pada kenyataannya bahwa, pemerintah tahun di daerah ini, kehidupan saya tetap seperti
daerah tidak mampu mengentaskan begini, walau pun lebih baik jika dibandingkan
kemiskinan. Dengan kata lain, mereka dikampung. Namun perasaan saya selalu gelisah
pemulunglah yang salah satunya dari kelompok ingin memperoleh keinginan kehidupan lebih
masyarakat terpinggirkan atau termarjinalkan. baik, perbaikan pendapatan dari hasil pekerjaan
Seiring dengan kemajuan pembangunan ini, terutama dari segi harga yang sama sekali
ekonomi dalam rangka meningkatkan tidak tahu harga sesungguhnya, apalagi tidak
kesejateraan masyarakat miskin, yang pernah tawar menawar harga. Karena ketika
seharusnya masyarakat kapitalis mengangkat saya pulang dari pekerjaan, hasil pulungan
dan martabat miskin untuk mensejahterakan. langsung ditimbang oleh pengepul dan
Edy widodo (43) mengatakan bahwa, membayar harga sesuai dengan harga yang
saya adalah orang masyarakat miskin, pekerjaan ditetapkan pengepul sendiri, sehingga sangat
memulung seperti ini, kondisi ekonomi yang sulit untuk memperbaiki keadaan ekonomi saya,
saya alami sangat memprihatinkan dan hanya cukup untuk dimakan saja bayar utang.
sebenarnya keterpaksaan menerima keadaan ini, Hal ini disebabkan karena ketergantungan modal
sampai sekarang ini belum mampu dari mereka, dan sulit melepaskan diri,
memperbaiki kehidupan saya sebagaimana karena utang tidak pernah habis, (Wawancara,
layaknya orang lain. Disamping itu biaya hidup tanggal 16 Juni 2014)
semakin tinggi, harga melambung, pendapatan Bila dicermati dari hasil wawancara
tidak meningkat. Demikian pula harga hasil informan bahwa, sesungguhnya formasi sosial
pulungan dari pengepul tidak menentu meminggirkan kelompok pemulung, karena
tergantung dari keinginan harga yang mereka tidak bisa mengakses ke industri
ditentukan, karena naik turunnya harga saya kapitalis tanpa melalui perantara pengepul.
tidak tahu berapa perkilonya.Pinjaman modal Ketidak mampuan mengakses ke pihak industri
nampaknya susah untuk melunasi kepada pihak atau perbankan, karena produksi pemulung
pengepul, (wawancara tanggal 10 Juni 2014) adalah bertentangan dengan moda produksi
Jika dilihat dari fenomena kehidupan kapitalis yang digunakan oleh
pemulung sangatlah memprihatikan yang industri/perbankan atau kapitalis. Sebagai
dialaminya. Salah satu pengaruhnya dari akaibat adanya atrikulasi dua moda produksi
pengepul adalah memperlakukan harga yang tersebut dimanfaatkan oleh pengepul sebagai
tidak terjadi tawar menawar kepada pemulung, mediasi, karena pengepul mampu menggunakan
sehingga sangat sulit diprediksi berapa dua moda produksi sekaligus. Ketika ia
pendapatan setiap harinya. Di sisi lain juga berhubungan dengan pemulung ia menggunakan
keadaan ekonomi tidak menentu membuat moda produksi nokapitalis, sebaliknya, ketika
mereka tidak mampu bersaing uuntuk memenuhi berhubungan dengan pihak industri/perbankan
kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya, kondisi menggunakan moda produksi kapitalis dan
ekonomi para pemulung semakin jauh dari dalam perananya sebagai sebagai mediator
harapan dan kesejahteraan yang memadai, tersebut, pengepul memiliki tawar menawar
70
Phinisi Integration Review. Vol 4(1) Februari 2021

(bargaining power) yang menyebabkan terhadap pihak pengepul, (d) tidak adanya
kelompok pemulung tidak mampu melepaskan lembaga sosial lain yang dapat menggantikan
diri dari ketergantungan dengan kondisi posisi pengepul sebagai pemberi modal kerja
ekonomi yang memprihatinkan. pemulung dan memasarkan hasil pulungan
Ketergantungan modal pemulung mereka.
kepada pengepul menjadi faktor utama Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
ketidakberdayaan membuat mereka tidak bisa dilihat dari kelompok pemulung yang
memperbaiki kondisi yang dialaminya, karena menggunakan moda produksi non-kapitalis,
pemulung tidak mampu melakukan tawar sementara pengepul yang menggunakan moda
menawar (bargaining power) harga kepada produksi kapitalis, maka dapat diajukan
pengepul, sehingga apapun keputusan pengepul beberapa saran sebagai berikut:(1) Diperlukan
memberi dengan harga murah harus diterima. keterlibatan pemerintah dalam pengambilan
Jika dilihat norma-norma dan hak asasi manusia, kebijakan untuk mengangkat harkat dan
sesungguhnya masyarakat pemulung ingin martabat pemulung sebagai masyarakat
merasakan hidupsejahtera menikmati hasil tertindas. Karena pemulung mempunyai
pekerjaannya. Tetapi kesenjangan dalam potensi dalam pengembangan perekonomian
kesejahteraan ekonomi, pengepul tidak menjadi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan
pertimbangan untuk menerima permintaan tetapi pemulung tidak mendapatkan pembinaan
tawar menawar harga pulungan dari pemulung, dan sosialisasi yang memungkinkan mereka
sehingga kehidupan sebagai masyarakat miskin beradaptasi dan mampu mengakses lembaga-
seolah-olah terabaikan, namun tidak berati serta lembaga yang mendominasi pembangunan yakni
merta pengepul secara keseluruhan industi dan perbankan, (2)Kelompok pemulung
memperlakukan pemulung sesuai dengan sebagai masyarakat terpinggirkan atau
kehendaknya saja. termarjinalkan dalam suatu kondisi formasi
sosial yang terbentuk diperlukan adanya
SIMPULAN DAN SARAN intervensi dalam hal memfasilitasi sebuah
organisasi, atau lembaga, misalnya koperasi
Berdasarkan uraian tersebut diatas, simpan pinjam, di mana lembaga tersebut,
maka disimpulkan sebagai berikut: Hasil berperan memediasi kepentingan kelompok
penelitian menunjukkan, (1) Pengepul pemulung dengan dunia industri/perbankan
berkontribusi terhadap pembangunan yaitu (a) tanpa merugikan kelompok pemulung, (3)
mempekerjakan pemulung untuk memproduksi Keterlibatan pemerintah daerah diperlukan
atau memperoleh barang bekas, (b) adanya pembinaan pelatihan, dan keterampilan
pemulung berkontribusi dan berpatisipasi pemulung agar mereka dapat hidup layak,
membersihkan lingkungan memungut sampah, mandiri dan lepas dari belenggu ketergantungan
(c) pengepul mempunyai peranan penting modal pengepul, (4)Kelompok pemulung
terhadap industri perusahan yang dia miliki dan sebagai masyarakat terpinggirkan atau
berpatisipasi membayar pajak secara rutin setiap termarjinalkan dalam suatu kondisi ekonomi,
tahun yang merupakan tanggung jawab sebagai tentunya diperlukan adanya intervensi
komponen masyarakat sebagai sumber pemerintah dalam hal memfasilitasi sebuah
pendapatan negara,(2) keterpinggiran pemulung organisasi koperasi untuk menggantikan peran
disebabkan (a) Pemulung masih tetap pengepul sebagai pemilik modal, agar
menggunakan moda produksi nonkapitalis kelompok pemulung dapat terhindar dari
sehingga entitas ini, tidak memiliki akses untuk eksploitasi.
memasarkan hasil produksi pulungan langsung
ke pihak industri, demikian pula karena mereka DAFTAR RUJUKAN
juga tidak memiliki akses untuk perolehan
modal bagi kegiatan kerja mereka (b) tidak Arief, Adri. 2010. Studi Pustaka Formasi Sosial
adanya keterlibatan langsung pemerintah dan Atikulasi
terhadap pemulung dalam pembinaan dan ModernisasiPerikanan, Makassar,
kesejahteraan untuk memperoleh modal dan Universitas Hasanuddin.
pemasaran hasil pulungan langsung ke industri Gafur, 2010. Manusia Gerobak: Kajian
(c) adanya tergantungan modal dari secara terus Mengenai Taktik-taktik Pemulung
menerus menyebabkan pemulung tidak memiliki Jatinegara di Tengah Kemiskinan
kekuatan tawar menawar (bargaining pawer) Kota. Lembaga Penelitian SMERU.

71
Kadir, Sumandiyar, Nur. Formasi Sosial dan Keterpinggiran Dalam Pembangunan…

Research Institute. Menuju Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2002.


kebijakan promasyarakat miskin. Pengertian
eksploitasi:www.wikipedia.
Hartanto,2011.SiapaKelompokMarjinal.http://si Diakses tanggal 25 Agustus 2013.
nduhartanto.wordpress.com.Diakse
s tanggal 2 September 2013.

Joni, 2002. Pengertian eksploitasi. Maxmanroe.


Diakses tanggal 14 September 2013

Karl Marx,
Marxismehttp://rioapinino.blogspot
.com/2011/10/karl-marx-teori-
kelas.html. diakses tanggal, 14
Oktober 2014.

Moleong, J.L, 2010. Metode Penelitian


KualitatifEdisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Purnomo, M. 2005. Perubahan Struktur


Ekonomi Lokal: Studi Dinamika
Moda Produksi di Desa
Pegunungan Jawa. Tesis:
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

Sitorus, 1999. Pembentukan Golongan


Pengusaha Lokal di Indonesia:
Pengusaha Tenun Bandung:
Humaniora Utama Press.

Suparlan, Persudi, 1986. Sebuah Konsekuensi


Perkembangan Kotadalam
Gelandangan Pandangan Ilmu
Sosial. Jakarta: LP3ES.

Suseno, F. 1998. Pemikiran Karl Marx. Dari


Sosialisme utopis kePerselisihan
Revisionisme. Jakarta: Gramedia.
http://www.scribd.com/doc/542763
49/8/ Struktur- ketergantungan dan
moda produksi. Diakses tanggal 17
Juli 2013.

Scott, J. C. 1972. Patron Client Politics and


Change In South East Asia (dalam
Friends, Follwers and Factions, A
Reader In Political Clieantalism)
diedit oleh Steffen W Schmidt,
et.al. Berkeley Los Angeles,
London: University of California
Press.

72

Anda mungkin juga menyukai