Etika Pramudhea PDF
Etika Pramudhea PDF
Oleh:
2018
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI............................................................................................. 2
Abstrak................................................................................................... 3
1. Pendahuluan...................................................................................... 4
Kronologi Kejadian.............................................................................. 4
2. Kasus Zumi Zola Ditinjau Dari Tindakan Manusia Sebagai Actus
Humanus................................................................................................ 5
3. Kasus Zumi Zola Dipandang Dari Sudut Tatanan Moral Subjektif......6
a. Perbuatan Manusiawi dan Faktor-Faktor Nilai Moral.......................6
b. Hati Nurani...................................................................................... 7
c. Hati Nurani Yang Tumpul.................................................................8
d. Prinsip Refleksi Dari Hati Nurani Yang eenar..................................9
4. Kasus Zumi Zola Di Pandang Dari Sudut Tatanan Moral Objektif.....10
a. Hukum........................................................................................... 10
KESIMPULAN......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
KASUS KORUPSI DAN SUAP OLEH GUBERNUR JAMBI ZUMI ZOLA
DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ACTUS HUMANUS, TATANAN
MORAL SUBJEKTIF DAN TATANAN MORAL OBJEKTIF
Abstrak
Dewasa ini kita sering temukan kasus-kasus yang banyak terjadi di kanca
politik Indonesia. Tidak lupa kita tahu penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang
yang dilakukan oleh oknum pemimpin daerah sering terjadi.Salah satu bentuk
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan adalah tindakan korupsi.Beberapa
dapat dilihat dari sudut pandang tindakan manusia (actus humanus), tatanan moral
dan hukum yang ada di suatu negara.Bukan hanya kasus korupsi saja, dengan kata
lain seperti gratifikasi dan suap juga banyak terjadi. Dibalik itu, hukum dan
Undang-Undang yang mengatur hal tersebut sebenarnya sudah ada dan sudah
dijalankan, meskipun pada kenyataannya, praktek korupsi dan sejenisnya sering
dilakukan oleh oknum pejabat di Indonesia.
Kronologi Kejadian.
Pada Januari 2018, Komisi Pemberantasan Korupsi menyelidiki kasus
dugaan korupsi dan suap yang dilakukan oleh Gubernur Jambi (aktif pada saat itu)
yaitu Zumi Zola. Penyelidikan itu dilakukan atas dugaan suap terkait pengesahan
R-APBD Provinsi Jambi Tahun Anggaran 2018.Febri Diansyah selaku juru bicara
KPK mengatakan, pada saat proses penyelidikan berlangsung KPK memeriksa
sebayak 10 orang saksi dari DPRD Jambi, Pemprov Jambi, swasta, dimana
didalamnya juga ada Zumi Zola. Kemudian KPK menemukan bukti awal yang
dirasa cukup untuk menaikkan status proses penyelidikan menjadi penyidikan
(https://nasional.kompas.com/read/2018/08/06/20181831/zumi-zola-segera-
disidang-terkait-kasus-gratifikasi-dan-suap). KPK telah mengantongi dua nama
sebagai tersangka yaitu Gubernur Jambi Zumi Zola dan Arfan Pelaksana Tugas
Kepala Dinas Pekerjan Umum Provinsi Jambi.
Sejak tanggal 24 Januari 2018 tersangka Zumi Zola dan Arfan dilakukan
penyidikan oleh KPK setelah bukti awal ditemukan. Setelah dilakukan penyidikan
oleh KPK, ditemukan dugaan suap yang dikumpulkan Arfan terkait pengesahan
R-APBD untuk Zumi Zola dan juga untuk anggota DPRD Jambi. KPK
mengumumkan bahwa Zumi Zola dan Arfan ditetapkan sebagai tersangka pada 2
Februari 2018, dan KPK terus melakukan penggeledahan atas kasus ini. KPK
menggeledah Rumah Dinas Gubernur dan vila di daerah Tanjung Jebung,
ditemukan sejumlah uang rupiah, uang dolar Amerika, dan dokumen proyek yang
juga akan disita KPK. Dugaan suap yang diterima Zumi Zola dan Arfan senilai
Rp. 6 miliar.
Kasus suap yang menimpa Zumi Zola dan Arfan yang menerima uang
senilai Rp. 6 miliar diduga agar hadir dalam rapat pengesahan R-APBD Jambi
2018. Karena sebelumnya ada dugaan anggota DPRD tidak hadir dalam rapat
karena tidak adanya jaminan dari pihak Pemprov. Jaminan yang dimaksud adalah
uang suap atau uang ketok. Diduga, adanya kepentingan pihak Eksekutif agar
pihak DPRD Jambi menyetujui anggaran yang diajukan Pemprov Jambi. Dalam
kasus yang menimpa Zumi Zola dan Arfan maka, disangkakan telah melanggar
Pasal 12B atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana diubah UU Nomor 20 Tahun 2001 no 55 ayat 1
KUHP.
Lantas apa yang telah dilakukan oleh seorang Gubernur, dimana ia menjadi
pemimpin bagi rakyatnya, menjadi teladan bagi masyaraktanya seharusnya ia
melakukan tindakan yang patut dicontoh. Apa yang telah Zumi Zola lakukan
merupakan tindakan pengkhianatan atas wewenang dan kekuasaan yang telah
dipercayakan oleh masyarakatnya. Berbicara dari sudut pandang Actus humanus
yang merupakan tindakan manusia yang manusiawi, tindakan dengan akal. Apa
yang dilakukan Zumi Zola juga dapat dikaitkan dengan tindakan bebas, ia
mengetahui apa yang dilakukan dan ia juga menghendaki atas perbuatannya.
Begitupun ia bertanggungjawab atas perbuatan yang ia kehendaki.
Tidak terlepas dari itu, kebebasan adalah tahu dan mau. Zumi Zola serorang
Gubernur, ia tahu tindakan yang ia akan lakukan adalah tindakan yang melanggar
hukum, sebuah pengkhianatann janji kepada rakyatnya. Dia juga mau, dimana ia
melakukan semua ini tanpa ada paksaan, karena hakikat kebebasan adalah tidak
adanya paksaan. Agustinus W. Dewantara (2017:12) menyebutkan bahwaactus
humanus mengandalkan bahwa rasio manusia berada dalam fungsinya sedemikian
rupa sehingga ia adalah tuan dan pemilik atas perbuatannya sendiri. Manusia
dalam actus humanus ini memiliki idealisme. Jadi, dapat ditegaskan lagi bahawa
tindakan Zumi Zola dapat dikatakan adalah perbuatannya sendiri menggunakan
rasio sebagaimana manusia menggunakan akal budinya.
b. Hati Nurani
Berbicara masalah hati nurani, yang disentuh pertama kali oleh hati nurani adalah
pengetahuan atau kesadaran yaitu pengetahuan dari hati. Dengan itu berarti hati
manusia memiliki pengetahuan. Hati nurani merupakan soal akal budi (raiso)
yang dimaksudkan adalah hati kita didalamnya memiliki semacam pertimbangan
yang membimbing kehendak atau tindakan kita kita. Hati nurani sering kali
disebut suara Tuhan, lantas bagaimana dengan mereka yang tidak mempercayai
adanya Tuhan? Apakah mereka memiliki hati nurani? Meskipun mereka tidak
mengenal Tuhan, aturan dan larangan-laranganNya, serta sabda-sabdaNya,
manusia bisa melakukan tindakan yang melanggar perintah Tuhan karena Tuhan
hadir di dalam diri mereka.
Tidak ada alasan bagi manusia yang tidak mengenal Tuhan untuk bertindak
sekenanya, sebab mereka memiliki hati nurani yang dapat membimbing perbuatan
mereka. Fenomena hati nurani merupakan fenomena pertimbangan boleh atau
tidaknya, baik atau buruknya segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia. hati
nurani disebut juga “synderesis” dalam bahasa Inggris disebut “conscience” yang
berhubungan langsung dengan kesadaran. Hati nurani lantas dipahami sebagai
suatu kesadaran batin yang ada dalam hati manusia yang membimbing hidup
manusia, yang pemeriksaannya atas problem kehidupan bersifat
sekaligus/serentak/menyeluruh (Agustinus W. Dewantara (2017:20)).
Berbicara mengenai kasus yang saya angkat pada paper ini berhubungan langsung
dengan hati nurani seorang Zumi Zola. Dia memiliki keyakinan, jelas Dia
bertuhan. Pun seharusnya dia mengetahui apa saja yang diperintahkan oleh
Tuhannya, dan apapun yang sudah dilarang oleh Tuhannya. Kendati demikian
ketika seharusnya melakukan perintah Tuhanya sebagai manusia ciptaannya, alih-
alih justru dia melakukan apa yang sudah dilanggar. Kasus yang menimpanya saat
ini jika dilihat dari sisi hati nurani, bagaiamana peran hati nuraninya saat ia akan
melakukan tindakan yang melanggar itu, apakah dia mengabaikan suara
Tuhannya?
Sudah dijelaskan bahwa hati nurani berhubungan dengan kesadaran, hati nurani
lah yang membimbing manusia dalam masalah kehidupannya. Kesadaran disini
adalah kesadaran batin, saat Zumi Zola melakukan tindakannya, hati nurani akan
membimbingnya. Barangkali Ia mengabaikan suara Tuhan itu, hingga dia berani
melakukan laranganNya. Ada bermacam-macam hati menurut Agustinus W.
Dewantara dalam bukunya Filsafat Moral Pergumulan Etis Keseharian Hidup
Manusia yaitu, hati nurani sesat,hati nurani bimbang, hati nurani tajam, skrupel
dan tumpul.
Dalam kasus ini, dapat dijelaskan sebenarnya hati tumpul seorang Zumi Zola
dapat disebabkan oleh dua fator dari empat faktor diatas. Yaitu, hedonisme dan
materialis. Hedonisme adalah pandangan yang menggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan adalah tujuan hidup dari tindakan manusia. sehingga manusia yang
merefleksikan pandangan ini akan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin.
Sedangangkan materilisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar dari
segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan
semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatau yang mengatasi alam
(https://www.plimbi.com ). Dengan demikian mengapa Zumi Zola dapat
dikatakan hatinya tumpul karena Hedonisme dan Materialis?
Sedangkan materialis, dari pengertiannya saja sudah dapat kita simpulkan, sudah
jelas ia mengesampingkan beberapa hal demi mendapatkan materi, atau berupa
uang. Pandangan ini secara jelas menuntunnya untuk melakukan tindakannya
tersebut. Karena alih-alih melihat dampaknya tetapi justru nampaknya Ia tidak
memperdulikan hal tersebut sehingga melakukan tindakan itu. Dari kedua
penyebab tersebut dan dihubungkan dengan peristiwa yang menimpa Zumi Zola,
seharusnya kita sebagai generasi penerus tidak boleh mencontohnya. Kita punya
hati nurani, hati nurani adalah suara Tuhan. Apa yang menjadi suaraNya
seharusnya kita dengarkan bahka kita lakukan. Hal tersebut sebenarnya adalah
yang terbaik untuk kita, kita tidak perlu memiliki hati nurani yang tumpul. Agar
kita tidak terjerumus kedalam hal-hal buruk. Agar kita tidak terjerumus dan tidak
memiliki hal yang tumpul maka kita harus melakukan perbuatan yang sudah
diperintahkan oleh Tuhan dan menjauhi laranganNya.
Dari kasus yang menimpa Zumi Zola sangat kita pahami bahwa tindakannya
bukanlah untuk kepentingan umum atau untuk rakyatnya, melainkan untuk
pribadinya. Dan dia tidak menghilangkan perbuatan yang paling dekat dengan
dosa, malah justru ia lakuksn. Hal ini membuatnya terjerat dengan kasus yang
menimpanya saat ini. Dari ke empat refleksi hati nurani diatas dapat disimpulkan
bahwasannya, segala tindakan yang sifatnya umum, tidak menimbulkan dosa
harus selalu diutamakan, karena itu yang terpenting.
a. Hukum
Apa itu hukum? Hukum adalah sesuatu yang mengikat, berupa aturan yang
dihimpun bersama. Hukum menurut Thomas aquinas ada hukum yang disebut
positif. Positif disini bukan melawan negati. Lantas bagaimana? Hukum positif
adalah hukum yang diletakkan atau diberlakukan dalam masyarakat. Thomas
menggagas hukum yang berupa perintah dan larangan sebagai:
KESIMPULAN
Dari kasus korupsi yang dilakukan oleh Gubernur Jambi Zumi Zola dapat
kita simpulkan bahwa ia telah melanggar nilai-nilai moral yang ada di Indonesia,
juga moral sebagai manusia. Selain itu, apa yang dilakukannya jelas melanggar
hukum yang ada. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus menghindari
perilaku seorang pemimpin yang korupsi seperti yang dilakukan oleh Zumi Zola
agar Indonesia bebas korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Belarminus, Robertus. 2018. Kronologi Awal KPK Usut Suap Gubernur Jambi
Zumi Zola[Internet]. Tersedia di:
https://regional.kompas.com/read/2018/02/03/18073741/kronologi-awal-kpk-usut-
kasus-suap-gubernur-jambi-zumi-zola . Tanggal akses 15/11/2018
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_31_99.htm. Tanggal akses 20/11/2018