Anda di halaman 1dari 1

Ketentuan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) harus dilaksanakan oleh seorang yang namanya

tercantum dalam SPPD. Pada saat SPPD diterbitkan, tempat dan tanggal berangkat ditandatangani
minimal oleh pejabat Eselon III yang ditunjuk atau sesuai dengan keadaan dan peraturan yang berlaku.
SPPD harus ditandatangani oleh pejabat kantor instansi yang dituju, kantor instansi lain, pejabat di
daerah (pamong praja), atau kepolisian sehubungan dengan SPPD tersebut. Pejabat tersebut harus
menjelaskan atau mem-visum tentang: 1) Tanggal datang di daerah. 2) Tanggal berangkat dari daerah. 3)
Tanda tangan pejabat. 4) Cap kantor. 5) Nama pejabat penanda tangan. Pegawai yang telah
melaksanakan perjalanan dinas, SPPD-nya harus ditandatangani (SPPD rampung) minimal oleh pejabat
Eselon III yang ditunjuk atau sesuai dengan kondisi dan peraturan yang berlaku, sebagai bukti bahwa
penugasan telah selesai dan diperiksa oleh pejabat yang berwenang. Melalaikan meminta visum seperti
di atas dapat mengakibatkan biaya perjalanan dinas tersebut dibebankan TATA NASKAH DINAS 114
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN kepada pegawai/pejabat yang bepergian (Surat
Menteri Keuangan Nomor B-296/MK/1/4/1974 tanggal 30 April 1974). Setidak-tidaknya kelalaian
tersebut dapat menyebabkan penolakan pertanggungjawaban perhitungan biaya perjalanan dinas oleh
Bendaharawan. b. Susunan SPPD adalah sebagai berikut: 1) Kepala Surat Tanpa logo BPKP dan alamat,
hanya mencantumkan tulisan “Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan” dengan huruf kapital
semua, tidak diakhiri tanda baca apapun, diletakkan simetris pada baris pertama. Pada baris kedua
ditulis singkatan “BPKP” di dalam kurung, dan ditutup dengan garis tebal. 2) Pembuka Surat a) Nomor
SPPD diletakkan di sudut kiri setelah kepala surat. b) Tulisan “Surat Perintah Perjalanan Dinas”, diletakkan
secara simetris di tengah surat, ditulis dengan huruf kapital semua, tanpa spasi, tidak diakhiri dengan
tanda baca apapun dan tidak diberi garis bawah. 3) Isi Surat Berupa matriks atau kolom yang berisi data
terkait dengan SPPD. 4) Kaki Surat, terdiri atas: a) Tempat SPPD dikeluarkan, ditulis dengan kataTATA
NASKAH DINAS 115 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN kata “Dikeluarkan di”,
dengan huruf kapital pada awal kata, tidak diakhiri tanda baca apapun, dan diikuti nama kota. b) Tanggal
SPPD dikeluarkan, ditulis dengan katakata “pada tanggal” tanpa huruf kapital pada awal kata, tidak
diikuti tanda baca apapun, dan diikuti tanggal, bulan dan tahun. c) Nama jabatan, nama pejabat, NIP, dan
cap dinas, ditulis sama dengan surat dinas lingkup ekstern. Yang berwenang menandatangani SPPD di
BPKP Pusat adalah Kepala BPKP, dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada pejabat eselon di bawahnya,
sedangkan di unit-unit kerja mandiri yang berwenang menandatangani SPPD adalah Kepala Unit Kerja,
dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada pejabat eselon dibawahnya. Nama jabatan ditulis lengkap,
karena pada kepala/kop surat belum ada nama unit organisasi. Contoh kaki surat SPPD di BPKP Pusat
seperti berikut: Dikeluarkan di : ....................... Pada tanggal : ........................ a.n. Kepala BPKP Kepala
Biro Umum, ttd Nama Pejabat NIP ............. TATA NASKAH DINAS 116 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN Contoh kaki surat SPPD di unit kerja mandiri seperti berikut: Dikeluarkan
di : ............................. pada tanggal : ............................. a.n. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi
Tenggara Kepala Bagian Tata Usaha, ttd Nama Pejabat NIP ............. d) Tembusan, apabila diperlukan. c.
Format Format SPPD dibuat sesuai dengan kondisi dan peraturan yang berlaku. Pada SPPD yang
diterbitkan, terdapat lampiran yang harus ditandatangani oleh pagawai/pejabat yang melaksanakan
perjalanan dinas, yaitu berupa kuitansi pembayaran dan rincian perhitungan biaya perjalanan dinas.
Contoh format SPPD dapat dilihat pada Lampiran 34.

Anda mungkin juga menyukai