Anda di halaman 1dari 36

1.

RAJA PURNAWARMAN

Purnawarman merupakan raja ke-3 dan Raja terbesar


Tarumanagara, yang memerintah selama 39 tahun (antara tahun 395
hungga 434 M). Ia naik tahta Tarumanagara menggantikan ayahnya,
Dharmayawarman, dengan gelar Sri Maharaja Purnawarman Sang
Iswara Digwijaya Bhimaarakrama Suryamahapurusa Jagatati atau
Sang Pramdara Saktipurusa.
Zaman Purnawarman merupakan zaman keemasan
tarumanagara. Banyak prasasti memuat kebesaran namanya.
Setidaknya ada 7 prasasti yag berkaitan dengannya.
Dalam memerintah ia dibantu adiknya, Cakrawarman, yang
menjadi panglima perang (didarat). Sedangkan pamanya,
Nagawarman menjadi panglima angkatan laut. Dari prameswarinya, ia
mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan. Diantaranya
Wisnuwarman, yang kemudian menggantikannya.
Setelah meninggal, ia digelari Sang Limahing Tarumanadi,
karena abu jenazahnya di larungkan di Sungai Citarum, dan tahta
selalunjutnya jatuh kepada anak sulungnya, Wisnuwarman.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 1


2. SULTAN ISKANDAR MUDA

Lahir di Aceh, Banda Aceh , Hari / Tanggal : Selasa, 0 -1 1583


Sultan Iskandar Muda adalah putra dari Puteri Raja Indra
Bangsa, keturunan keluarga Raja Darul Kamal dan ayahnya adalah
Sultan Alauddin Mansur Syah yang merupakan putra Sultan Abdul Jalil
bin Sultan 'Alaiddin Ri'ayat Syah Al-Kahhar.
Dinobatkan pada tanggal 29 Juni 1606, Sultan Iskandar Muda
memberikan tatanan baru dalam kerajaannya. Beliau mengangkat
pimpinan adat untuk tiap suku dan menyusun tata negara sekaligus
qanun yang menjadi tuntunan penyelenggaraan kerajaan dan
hubungan antara raja dan rakyat.
Selama 30 tahun masa pemerintahannya (1606 - 1636 SM)
Sultan Iskandar Muda telah membawa Kerajaan Aceh Darussalam
dalam kejayaan. Saat itu, kerajaan ini telah menjadi kerajaan Islam
kelima terbesar di dunia setelah kerajaan Islam Maroko, Isfahan,
Persia dan Agra

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 2


3. BALA PUTRADEWA

Balaputradewa menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun


850 M. Pada saat pemerintahan Raja Balaputradewa, Raja
Balaputradewa, bahwa Raja Balaputradewa adalah seorang raja yang
berani yang hidup di masa kerajaan agama Buddha.
Sriwijaya disebut Kerajaan Nusantara pertama karena wilayah
Kerajaan Sriwijaya, yaitu hampir seluruh pulau Sumatera, Jawa Barat,
Kalimantan Barat, Semenanjung Melayu, Selat Malaka, Selat Karimata,
Selat Sunda. Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim karena
mempunyai angkatan laut yang tangguh dan wilayah perairan yang
luas. Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran
agama Buddha karena Sriwijaya terdapat Perguruan Tinggi agama
Buddha. Sriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan karena
Palembang sebagai jalur perdagangan nasional dan internasional
sehingga banyak kapal yang singgah sehingga menambah pemasukan
pajak.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya dalam bidang
ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.
Balaputradewa berjuang membangun armada laut yang kuat.
Hal itu bertujuan supaya jalur pelayaran yang melalui Sriwijaya
merasa aman. Banyak pedagang merasa aman ketika singgah.
Peningkatan ekonomi diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 3


keuntungan dari hasil perdagangan. Dengan demikian, Sriwijaya
berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya hampir meliputi seluruh
Pulau Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Selat Sunda. Dengan
memiliki wilayah yang luas itu, Sriwijaya disebut sebagai Kerajaan
Nusantara yang pertama. Berikut adalah beberapa tindakan penting
yang dilakukan Raja Balaputradewa selama memerintah:
 Balaputradewa berjuang membangun Sriwijaya sebagai
kerajaan Nusantara pertama dengan wilayah yang sangat
luas.
 Balaputradewa menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan
maritim karena kekuatan angkatan laut yang tangguh dan
wilayah perairan yang luas.
 Balaputradewa menjadikan Sriwijaya sebagai pusat
penyebaran agama Budha dengan banyaknya perguruan
tinggi Budha.
 Balaputradewa menjadikan Sriwijaya sebagai pusat
perdagangan sehingga banyak kapal yang singgah

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 4


4. SULTAN HASANUDIN

Beliau lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan


meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39
tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang
terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.
Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar
Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih
dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Oleh Belanda ia di juluki
sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau dalam bahasa Belanda
disebut de Haav van de Oesten karena keberaniannya melawan
penjajah Belanda. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa
dalam usia 24 tahun (tahun 1655). Menggantikan ayahnya Sultan
Malikussaid yang wafat.
Orang Tua beliau Sultan Malikussaid (ayah), I Sabbe To’mo
Lakuntu (ibu). Sultan Hasanuddin mempunyai Saudara bernama
Patimang Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je’ne, Karaeng Bonto
Majanang, Karaeng Tololo . Istri sultan Hasanudin bernama I Bate
Daeng Tommi, I Mami Daeng Sangnging, I Daeng Talele dan I Hatijah I
Lo’mo Tobo . Anak – anak beliau bernama Karaeng Galesong, Sultan
Amir Hamzah, Sultan Muhammad Ali.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 5
5. GAJAH MADA

Diperkirakan Gajah Mada lahir pada awal abad 14, di lembah


Sungai Brantas diantara Gunung Kawi dan Gunung Arjuna. Berasal dari
kalangan rakyat biasa, bukan dari kalangan keluarga kaya ataupun
bangsawan. Sejak kecil dia memiliki talenta kepemimpinan yang
sangat kuat melebihi orang-orang sebaya di masanya dan konon dia
terus menempa dirinya agar dapat masuk ke lingkungan pasukan
kerajaan. Nama Gajah Mada sendiri mengandung makna “Gajah yang
cerdas, tangkas, dan enerjik.”
Gajah Mada dikenal juga oleh masyarakat dengan nama Mpu
Mada, Jaya Mada, atau Dwirada Mada. Ia diyakini sebagai Lembu
Muksa yang merupakan titisan dari Dewa Wisnu. Dengan keyakinan
masyarakat tersebut, Gajah Mada mendapat legitimasi yang sangat
kuat dari seluruh rakyat Majapahit, sehingga mendapatkan dukungan
kepatuhan yang kuat dari rakyat dan kepercayaan yang besar dari
Raja.
Awal kariernya dimulai sebagai anggota prajurit Bhayangkara.
Karena kemampuannya, ia pun diangkat menjadi Bekel atau Kepala
Prajurit Bhayangkara dengan tugas memimpin pasukan pengaman dan
pengawal Raja, kalau saat ini mungkin sebagai Kepala Paspampres.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 6


Pengabdian Gajah Mada kepada Negara dimulai pada masa
pemerintahan Raja Jayanegara (1309 – 1328). Pada masa ini, banyak
sekali prestasi yang ditunjukkan oleh Gajah Mada, sehingga membuat
prestasinya terus menanjak. Salah satunya yang tercatat didalam
sejarah adalah ketika Gajah Mada berhasil menyelamatkan
pemerintahan dari kudeta Ra Kuti. Sehingga atas prestasinya tersebut
dia dianugerahi menjadi Patih di kawasan Kahuripan pada 1319. Gajah
Mada menjabat Patih Kahuripan selama 2 (dua) tahun, yaitu 1319 –
1321. Posisinya sebagai Patih Kahuripan merupakan hal yang
menantang baginya. Dengan posisinya ini, Gajah Mada dapat terus
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta pengalamannya di
bidang kepemimpinan, manajemen tata pemerintahan, dan
ketataprajaan (ketatanegaraan). Salah satu kemampuannya yang
sangat dikagumi oleh rakyat Majapahit, terutama kalangan Istana
adalah dalam problem solving & decision making. Kemampuannya
didalam menganalisa suatu permasalahan sangat tajam serta tegas
didalam mengambil suatu keputusan.
Pada tahun 1321, dia dipromosikan menjadi Patih di Daha, yaitu
suatu daerah yang lebih prestisius dengan wilayah yang lebih luas
dibanding Kahuripan, menggantikan Arya Tilam. Selama menjalankan
tugasnya di Daha, Gajah Mada mendapatkan dukungan (endorsement),
pendidikan (training), pelatihan (coaching), dan pembimbingan
(counseling) dari seniornya yang merupakan Maha Patih Majapahit
saat itu, yaitu Arya Tadah. Melihat kemampuan Gajah Mada yang luar
biasa tampaknya membuat Arya Tadah sengaja mengkader Gajah
Mada untuk menggantikan posisinya kelak.
Bersama Adityawarman pada tahun 1331, Gajah Mada berhasil
menumpas kasusu separatism Sadeng. Hal tersebut semakin
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 7
mempermulus jalannya untuk menggantikan posisi Arya Tadah
sebagai Maha Patih Majapahit. Hingga ketika Arya Tadah merasa
sudah tua dan ingin pensiun sebagai Maha Patih, Arya Tadah
mengusulkan kepada Ratu Tribhuawanatunggadewi
Jayawisnuwardhani untuk mengangkat Gajah Mada sebagai Maha
Patih menggantikan posisinya. Sang Ratu pun menyetujui usulan Arya
Tadah tersebut untuk mengangkat Gajah Mada sebagai Maha Patih
Kerajaan Majapahit.
Laiknya pelantikan Kepala Pemerintahan jaman sekarang, saat
dikukuhkan menjadi Maha Patih, Gajah Mada membuat suatu
statement atau janji politik yang sangat luar biasa. Janji yang sangat
melegenda hingga saat ini dan akan selalu dikenang oleh berbagai
generasi, yaitu suatu janji yang dikenal dengan nama SUMPAH
PALAPA.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 8


6. HAYAM WURUK

Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit ke 4 yang memerintah


Kerajaan Majapahit mulai tahun 1350-1389. Gelar Hayam Wuruk
adalah Sri Rajasanagara. Di bawah raja Hayam Wuruk inilah Kerajaan
Majapahit mencapai pada puncak kejayannya. Hayam Wuruk
dilahirkan pada tahun 1334 M.
Hayam Wuruk merupaan putra sulung dari Tribhuwana
Tunggadewi dan Sri Kertawardhana atau Cakradhara. Ibunya,
Tribhuwana Tunggadewi, merupakan penguasa ke tiga dari Kerajaan
Majapahit yang juga putri dari Raden Wijaya yang merupakan pendiri
Kerajaan Majapahit.
Sedangkan ayahnya adalah seorang Bhre Tumapel atau
penguasa di Singhasari. Hayam Wuruk memiliki adik perempuan yang
bernama Dyah Nertaja dan juga seorang adik angkat yang bernama
Indudewi. Indudewi adalah anak perempuan dari Rajadewi yang
merupakan adik dari Tribhuwana Tunggadewi.
Nama Hayam Wuruk sendiri memiliki arti yaitu "ayam yang
terpelajar". Ada yang unik dalam peristiwa lahirnya Hayam Wuruk,
peristiwa kelahiran Hayam Wuruk diawali dengan terjadinya gempa
bumi di Pabanyu Pindah dan juga meletusnya Gunung Kelud. Dan,
tepat pada tahun itu pula Mahapatih Gajah Mada mengucapkan

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 9


Sumpah Palapa. Raja Hayam Wuruk mempunyai seorang permasisuri
yang bernama Sri Sudewi dengan Gelar Paduka Sor yang merupakan
putri dari Wijayarajasa yang merupakan Bhre Wengker. Dari
perkawinan ini, Hayam Wuruk dikaruniai putri yang bernama
Kusumawardhani yang kemudian menikah dengan Wikramawardhana
putra dari Bhre Pajang. Selain putri dari permaisuri, Hayam Wuruk
juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre Wirabhumi.
Putra Hayam Wuruk dari selir ini menikah dengan Nagarawardahni
putri Bhre Lasem.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 10


7. PANGERAN DIPONEGORO

Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 –


meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69
tahun) Makamnya berada di Makassar.
Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang
raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di
Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A.
Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri)
yang berasal dari Pacitan.
Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas
Ontowiryo. Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir,
Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III,
untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya
bukanlah permaisuri.
Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu
Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan
merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal
eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo
daripada di keraton.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 11


Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak
kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro
menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi
Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan
pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama
Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui
Diponegoro.
Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang
patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau
memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai
adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan
pembebanan pajak.
Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka,
mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran
Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan
membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu,
Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil,
perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat “perang sabil” yang
dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah
Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja,
ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari
15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan
Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun
dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang
bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap
pada 1830.
Penangkapan dan pengasingan
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 12
Tanggal 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel
Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah
Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan
pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan
Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia.
Tanggal 28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock
di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan
mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu
ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan
dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke
Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan
langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.
Tanggal 11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di
Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu
keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch. 30
April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu
Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut
lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno
akan dibuang ke Manado. tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan
rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan
ditawan di benteng Amsterdam.
Tahun 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar,
Sulawesi Selatan. pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan
dimakamkan di kampung Jawa Makassar. Dalam perjuangannya,
Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon
atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon
Progo dan Bagelen.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 13


Bagus Singlon atau Ki Sodewo adalah Putera Pangeran
Diponegoro dengan Raden Ayu Citrowati Puteri Bupati Madiun Raden
Ronggo. Raden Ayu Citrowati adalah saudara satu ayah lain ibu dengan
Sentot Prawiro Dirjo. Nama Raden Mas Singlon atau Bagus Singlon
atau Ki Sodewo snediri telah masuk dalam daftar silsilah yang
dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem Keraton Yogyakarta.
Perjuangan Ki Sodewo untuk mendampingi ayahnya dilandasi
rasa dendam pada kematian eyangnya (Ronggo) dan ibundanya ketika
Raden Ronggo dipaksa menyerah karena memberontak kepada
Belanda.
Melalui tangan-tangan pangeran Mataram yang sudah
dikendalikan oleh Patih Danurejo, maka Raden Ronggo dapat
ditaklukkan. Ki Sodewo kecil dan Sentot bersama keluarga bupati
Madiun lalu diserahkan ke Keraton sebagai barang bukti suksesnya
penyerbuan.
Ki Sodewo yang masih bayi lalu diambil oleh Pangeran
Diponegoro lalu dititipkan pada sahabatnya bernama Ki Tembi. Ki
Tembi lalu membawanya pergi dan selalu berpindah-pindah tempat
agar keberadaannya tidak tercium oleh Belanda. Belanda sendiri pada
saat itu sangat membenci anak turun Raden Ronggo yang sejak dulu
terkenal sebagai penentang Belanda. Atas kehendak Pangeran
Diponegoro, bayi tersebut diberi nama Singlon yang artinya
penyamaran.
Keturunan Ki Sodewo saat ini banyak tinggal di bekas kantung-
kantung perjuangan Ki Sodewo pada saat itu dengan bermacam
macam profesi. Dengan restu para sesepuh dan dimotori oleh
keturunan ke 7 Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Roni
Muryanto, Keturunan Ki Sodewo membentuk sebuah paguyuban
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 14
dengan nama Paguyuban Trah Sodewo. Setidaknya Pangeran
Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanya
kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi &
Maluku.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 15


8. Sultan agung

Nama Lengkap : Sultan Agung Hanyokrokusumo


Alias : Raden Mas Rangsang
Tempat Lahir : Kutagede, Kesultanan Mataram
Tanggal Lahir : Senin, 0 -1 1593
Anak : Raden Mas Sayidin

Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja


Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645.
Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi
kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu. Atas jasa-
jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah
ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia.
Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula
dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan putra
dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati.
Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah
putri Pangeran Benawa raja Pajang. Pada awal pemerintahannya, Mas
Rangsang bergelar Panembahan Agung. Kemudian setelah
menaklukkan Madura tahun 1624, dia mengganti gelarnya menjadi
Susuhunan Agung atau disingkat Sunan Agung.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 16


Pada 1641 Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab.
Gelar tersebut adalah Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram,
yang diperolehnya dari pemimpin Ka'bah di Makkah. Sultan Agung
naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun.
Pada tahun 1614 VOC (yang saat itu masih bermarkas di Ambon)
mengirim duta untuk mengajak Sultan Agung bekerja sama namun
ditolak mentah-mentah.
Pada tahun 1618 Mataram dilanda gagal panen akibat perang
yang berlarut-larut melawan Surabaya. Meskipun demikian, Sultan
Agung tetap menolak bekerja sama dengan VOC.
Menyadari kekuatan bangsa Belanda tersebut, Sultan Agung
mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC dalam persaingan
menghadapi Surabaya dan Banten. Maka pada tahun 1621 Mataram
mulai menjalin hubungan dengan VOC.
Kedua pihak saling mengirim duta besar. Akan tetapi, VOC
ternyata menolak membantu saat Mataram menyerang Surabaya.
Sultan Agung pantang menyerah menghadapi penjajah yang sangat
kuat.
Dia mencoba menjalin hubungan dengan Portugis untuk
bersama-sama menghancurkan VOC-Belanda. Namun hubungan
kemudian diputus tahun 1635 karena menyadari posisi Portugis saat
itu sudah lemah.
Seluruh Pulau Jawa akhirnya berada dalam kekuasaan
Kesultanan Mataram, kecuali Batavia yang masih diduduki militer
VOC-Belanda. Sedangkan desa Banten telah berasimilasi melalui
peleburan kebudayaan.
Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah Palembang
di Sumatra tahun 1636 dan Sukadana di Kalimantan tahun 1622.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 17
Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan Makassar,
negeri terkuat di Sulawesi saat itu.
Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan
besar tidak hanya dibangun di atas pertumpahan darah dan kekerasan,
namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan mengenalkan
sistem-sistem pertanian.
Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti Surabaya dan
Tuban dimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada
sektor pertanian. Sultan Agung juga menaruh perhatian pada
kebudayaan.
Dia memadukan Kalender Hijriyah yang dipakai di pesisir utara
dengan Kalender Saka yang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya
adalah terciptanya Kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatuan
rakyat Mataram. Selain itu Sultan Agung juga dikenal sebagai penulis
naskah berbau mistis, berjudul Sastra Gending.
Di lingkungan keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan
pemakaian bahasa Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan
dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain.
Dengan demikian diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan
di antara penghuni istana. Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa
ajalnya sudah dekat.
Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman
keluarga raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga
menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah
Mataram.
Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia
tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas
Sayidin sebagai raja Mataram.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 18
9. KAPITAN PATIMURA

Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah Frans


Matulesi dengan Ibu Fransina Silahoi. Munurut M. Sapidja ( penulis
buku sejarah pemerintahan pertama) mengatakan bahwa “pahlawan
Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina
(Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak
dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy yang merupakan putra raja
Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak
dalam sebuah teluk di Seram Selatan"
Ia adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC
Belanda. Sebelumnya Pattimura adalah mantan sersan di militer
Inggris. pada tahun 1816 Inggris bertekuk lutut kepda belanda.
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat
tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik,
ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad.
Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah
pimpinan Kapitan Pattimura.
Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi
perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil
mengoordinir raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 19
pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Dalam
perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan
kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa.
Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba,
tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda.
Di Saparua, dia dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan.
Untuk itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal
16 Mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat
Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil
merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng
itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 20


10. KI HAJAR DEWANTARA

Nama Lengkap : Ki Hajar Dewantara


Alias : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Agama : Islam
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir : Kamis, 2 Mei 1889
Istri : Nyi Sutartinah
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal
dengan Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para
pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya
para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei
1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar
Dewantara dibesarkan di lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Saat
genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Semenjak saat itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya.
Hal ini dimaksudkan supaya Ki Hadjar Dewantara dapat bebas
dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ki Hadjar

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 21


Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar
Belanda) dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak bisa
dia selesaikan.
Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di
beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express,
Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada
masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal penulis handal. Tulisan-
tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar
Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada
tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi
Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan
dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama
Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo yang nantinya akan dikenal sebagai Tiga
Serangkai, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai
politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal
25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 22


11. Ir. SOEKARNO

Nama lengkap : Ir. Soekarno


Nama panggilan : Bung Karno
Nama kecil : Kusno
Tempat, tanggal lahir : Blitar, 6 Juni 1901
Agama : Islam
Nama Isteri :
1. Fatmawati
2. Hartini
3. Ratna Sari Dewi
Nama Anak :
1. Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh (dari
Fatmawati)
2. Taufan, Bayu (dari Hartini)
3. Kartika (dari Ratna Sari Dewi)
Pendidikan :
1. HIS di Surabaya
2. Hoogere Burger School (HBS)
3. Technische Hoogeschool (THS) di Bandung
Meninggal : 21 Juni 1970
Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 23


Bung Karno adalah nama populer dari Soekarno. Lahir pada 6
Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ketika Soekarno kecil, ia tidak tinggal
bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal
bersama dengan kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di
Tulung Agung, Jawa Timur.
Soekarno bahkan sempat mengenyam sekolah disana walau
tidak sampai selesai, karena harus ikut bersama dengan orang tuanya
yang pada waktu itu pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, Soekarno
kemudian disekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya
juga bekerja disitu sebagai guru. Akan tetapi kemudian ia dipindahkan
pada tahun 1911 ke ELS yang setingkat sekolah dasar untuk
dipersiapkan masuk di HBS yang ada di Surabaya. Setelah tamat dan
bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah
Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang
merupakan sahabat dari ayah Soekarno. Darisanalah Soekarno kenal
dengan dunia perjuangan yang membuatnya menjadi pejuang sejati.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 24


12. CUT NYAK DIEN

Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional wanita Indonesia yang


berasal dari Aceh. Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 dari keluarga
bangsawan yang agamis di Aceh Besar. Dari garis ayahnya, Cut Nyak
Dien merupakan keturunan langsung Sultan Aceh.
Ketika usianya menginjak 12 tahun, Cut Nyak Dien dinikahkan
dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga pada tahun 1862 yang juga berasal
dari keluarga bangsawan. Pasangan muda ini dikaruniai satu orang
anak.
Ketika Perang Aceh meluas pada tanggal 26 maret 1873, ayah
dan suami Cut Nyak Dien memimpin perang di garis depan, melawan
Belanda yang memiliki persenjataan lebih lengkap dan modern.
Setelah bertahun-tahun melawan, pasukannya terdesak dan
memutuskan untuk mengungsi ke daerah yang lebih terpencil.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 25


13. PANGERAN ANTASARI

Beliau lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar, Provinsi


Kalimantan Selatan, 1797 atau 1809 dan meninggal di Bayan Begok,
Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, 11 Oktober
1862 pada umur 53 tahun.
Sebagai seorang pangeran, ia merasa prihatin menyaksikan
kesultanan Banjar yang ricuh karena campur tangan Belanda pada
kesultanan semakin besar. Gerakan-gerakan rakyat timbul di
pedalaman Banjar. Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-
gerakan rakyat yang sedang bergolak.
Ia meninggal karena penyakit paru-paru dan cacar di pedalaman
sungai Barito, Kalimantan Tengah. Kerangkanya dipindahkan ke
Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam Perang
Banjar Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan beliau dilanjutkan
oleh puteranya Sultan Muhammad Seman dan mangkubumi
Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said) serta cucunya
Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) dan Ratu Zaleha.
Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan
pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan
menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 26


dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa
wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung
Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ayah
Pangeran Antasari adalah Pangeran Masohut (Mas’ud) bin Pangeran
Amir bin Sultan Muhammad Aminullah. Ibunya Gusti Hadijah binti
Sultan Sulaiman. Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang
bernama Ratu Antasari/Ratu Sultan yang menikah dengan Sultan
Muda Abdurrahman tetapi meninggal lebih dulu sebelum memberi
keturunan. Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin
Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan,
Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku
lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai
Barito.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 27


14. SISINGAMANGARAJA

Lahir : Bakkara, Tapanuli, 18 Februari 1845


Meninggal : Simsim, 17 Juni 1907
Makam : Palau Samosir
Anak : Lopian, Patuan Anggi, Patuan Nagari
Istri : Boru Simanjuntak, Boru Situmorang, Boru Sagala, Boru
Nadeak, Boru Siregar
Sisingamangaraja XII dalam biografi hidupnya, terlahir dengan
nama Patuan Bosar Ompu Boru Situmorang. Pada 1867, ayahnya
meninggal akibat penyakit kolera. Kemudian, ia diangkat
menggantikan ayahnya menjadi raja dengan bergelar
Sisingamangaraja XII. Pada awal masa pemerintahannya, kegiatan
pengembangan agama Kristen yang dipimpin oleh Nommensen dari
Jerman sedang berlangsung di Tapanuli. Belanda ikut masuk dengan
berlindung di balik kegiatan tersebut. Namun, lambat laun Belanda
mulai menunjukkan itikad tidak baik dan bermaksud ingin menguasai
wilayah kekuasaan Sisingamangaraja XII. Sisingamangaraja XII
kemudian mengadakan musyawarah bersama raja-raja dan panglima
daerah Humbang, Toba, Samosir, dan Pakpak. Kemudian, ketegangan

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 28


antara Belanda dan Sisingamangaraja meningkat hingga menimbulkan
konflik. Upaya jalan damai sudah tidak dapat lagi ditempuh.
Pada 19 Februari 1878, Sisingamangaraja XII bersama rakyat
Tapanuli mulai melancarkan serangan terhadap pos pasukan Belanda
di Bahal Batu, dekat Tarutung. Pertempuran yang tak seimbang
membuat Sisingamangaraja dan pasukannya kalah dan terpaksa
mundur dari Bahal Batu. Namun, perlawanan pasukan
Sisingamangaraja masih tetap tinggi, terutama di desa-desa yang
belum tunduk pada Belanda, seperti Butar, Lobu Siregar, Tangga
Bantu, dan Balige. Sebaliknya, Belanda semakin gencar mengejar
Sisingamangaraja XII sampai ke desa-desa dan melakukan
pembakaran serta menawan raja-raja desa. Akibatnya pertempuran
meluas hingga ke beberapa daerah seperti Sipintu-pintu, Tangga Batu,
Balige, dan Bakkara. Namun, Sisingamangaraja tetap gigih melakukan
perang gerilya.
Pada Mei 1883, pos Belanda di Uluan dan Balige kembali
diserang oleh Sisingamangaraja. Setahun kemudian (1884), kekuatan
Belanda di Tangga Batu berhasil dilumpuhkan. Belanda melakukan
upaya pendekatan dan menawarkan penobatan Sisingamangaraja
sebagai Sultan Batak dengan berbagai hak istimewa. Namun, beliau
menolaknya dengan tegas. Pada 1904, Belanda melakukan
pengepungan ketat. Pada 1907 Sisingamangaraja berhasil lolos.
Namun, upaya keras Belanda akhirnya membuahkan hasil dengan
mengetahui tempat persembunyian Sisingamangaraja di Hutan
Simsim. 17 Juni 1907, markas Sisingamangaraja dikepung Belanda.
Dalam suatu pertempuran jarak dekat, komandan pasukan Belanda
kembali memintanya menyerah dan menjanjikan akan menobatkan

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 29


Sisingamangaraja menjadi Sultan Batak. Namun, Sisingamangaraja
tetap tidak mau tunduk dan memilih lebih baik mati.
Terjadilan pertempuran sengit yang menewaskan hampir
seluruh keluarga dan pasukannya. Akhirnya, Patuan Bosar Ompu Pulo
alias Raja Sisingamangaraja XII bersama dua putra dan satu putrinya,
serta beberapa panglimanya yang berasal dari Aceh gugur sebagai
kusuma bangsa.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 30


15. DEWI SARTIKA

Nama Lengkap : Raden Dewi Sartika


Profesi : Pahlawan Nasional
Agama : Islam
Tempat Lahir : Bandung
Tanggal Lahir : Kamis, 4 Desember 1884
Raden Dewi Sartika adalah putri pasangan raden Somanegara
dan Raden Ayu Permas. Ayahnya adalah seorang patih di Bandung
yang sangat Nasionalis. Ketika ayah dan ibunya ditangkap dan
diasingkan ke ternate (Maluku), lalu dia dititipkan pada pamannya,
Patih Aria yang tinggal di Cicalengka. Dewi lahir di Bandung, 4
Desember 1884, dia adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum
perempuan. Diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah
Indonesia tahun 1966 .
Dewi Sartika amat gigih dalam memperjuangkan nasib dan
harkat kaum perempuan. Pada 16 Januari 1904, dia mendirikan
sekolah istri atau sekolah untuk perempuan di bandung. Pada tahun
1910, sekolah istri berganti nama menjadi sakola kautamaan istri.
Sekolah Istri tersebut terus mendapat perhatian positif dari
masyarakat. Murid- murid bertambah banyak, bahkan ruangan
Kepatihan Bandung yang dipinjam sebelumnya juga tidak cukup lagi
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 31
menampung murid-murid. Untuk mengatasinya, Sekolah Istri pun
kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Seiring perjalanan
waktu, enam tahun sejak didirikan, pada tahun 1910, nama Sekolah
Istri sedikit diperbarui menjadi Sekolah Keutamaan Istri. Perubahan
bukan cuma pada nama saja, tapi mata pelajaran juga bertambah.
Kemudian pada 1913, berdiri pula organisasi kautamaan istri di
tasikmalaya. Organisasi ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikan
oleh dewi sartika. Pada tahun 1929, sakola kautamaan istri diubah
namanya menjadi Sakolah Raden Dewi dan oleh pemerintah Hindia
Belanda dibangunkan sebuah gedung baru yang besar dan lengkap.
Dia berusaha keras mendidik anak-anak gadis agar kelak bisa
menjadi ibu rumah tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan
terampil. Maka untuk itu, pelajaran yang berhubungan dengan
pembinaan rumah tangga banyak diberikannya. Untuk menutupi biaya
operasional sekolah, ia membanting tulang mencari dana. Semua jerih
payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi berganti menjadi
kepuasan batin karena telah berhasil mendidik kaumnya. Salah satu
yang menambah semangatnya adalah dorongan dari berbagai pihak
terutama dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang
telah banyak membantunya mewujudkan perjuangannya, baik tenaga
maupun pemikiran.
Pada tahun 1947, akibat agresi militer Belanda, Dewi Sartika
ikut mengungsi bersama-sama para pejuang yang terus malakukan
perlawanan terhadap Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan.
Saat mengungsi inilah, tepatnya tanggal 11 september 1947, Dewi
sartika yang sudah lanjut usia wafat di Cinean, Jawa Barat. Setelah
keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Bandung.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 32


16. SILAS PAPARE

lahir di Serui, Papua, 18 Desember 1918. Ia menyelesaikan


pendidikan di Sekolah Juru Rawat pada tahun l935 dan bekerja
sebagai pegawai pemerintah Belanda. Kegigihannya dalam berjuang
untuk kemerdekaan Papua membuatnya sering berurusan dengan
aparat keamanan Belanda. Ia berusaha memengaruhi Batalyon Papua
untuk memberontak pada Belanda sehingga ia dipenjara di Jayapura.
Saat menjalani masa tahanan di Jayapura, Silas Papare
berkenalan dengan Dr. Sam Ratulangi. Perkenalannya dengan Sam
Ratulangi membuat Silas Papare semakin yakin bahwa Papua adalah
bagian tak terpisahkan dari Republik Indonesia. Hal tersebut membuat
beliau akhirnya mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian
(PKII). Akibatnya, Silas kembali ditangkap oleh Belanda dan
dipenjarakan di Biak. Namun, Silas berhasil melarikan diri menuju
Yogyakarta.
Di Yogyakarta, Silas Papare membentuk Badan Perjuangan Irian
yang berusaha keras untuk memasukkan wilayah Irian Jaya ke dalam
negara Indonesia. Silas Papare kemudian ditunjuk menjadi salah

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 33


seorang delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York pada tanggal
15 Agustus 1962 yang mengakhiri perseteruan antara Indonesia dan
Belanda perihal Irian Barat. Perjanjian itu ditindaklanjuti dengan
Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969 di mana
rakyat Irian Barat memilih bergabung dengan NKRI. Silas Papare wafat
dan dimakamkan di Serui pada tanggal 7 Maret 1978.
SK Presiden : Keppres No. 077/TK/1993, Tgl. 14 September
1993 Gelar : Pahlawan Nasional
Salah satu kapal perang milik TNI AL mendapat kehormatan
menggunakan nama KRI Silas Papare yaitu sebuah korvet kelas
Parchim.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 34


17. BUNG TOMO

Sutomo dikenal dengan nama Bung Tomo, Lahir di Surabaya, 3


Oktober 1920. Ayahnya adalah Kartawan Tjiptowidjojo dari keluarga
kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan,
sementara ibunya pernah menjadi distributor lokal perusahaan mesih
jahit.
Masa kecilnya dihabiskan di kota kelahirannya. Setelah
mengikuti jenjang pendidikan dasar, ia masuk pendidikan sekolah
pertama di MULO. Pada usia 12 tahun, ia sempat keluar dari
sekolahnya dan bekerja kecil-kecilan. Namun, setelah itu, ia
melanjutkan sekolahnya di HBS lewat korespondensi, tapi tak pernah
lulus secara resmi.
Setelah itu, Sutomo bergabung dengan Kepanduan Bangsa
Indonesia (KBI). Di sini ia seolah mendapatkan pendidikan pengganti
pendidikan formal. Ia mendapatkan kesadaran nasionalisme dan
perjuangan dari kegiatan kepanduan ini.
Memasuki usia 17 tahun, ia meraih tingkat Pandu Garuda di KBI.
Dengan pangkat tersebut, ia mulai dikenal oleh banyak orang. Di sini

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 35


Sutomo menunjukkan kepeduliannya kepada bangsa. Selain aktif di di
kepanduan, ia juga terlibat dalam dunia tulis menulis.
Pada usia yang masih muda tersebut, ia menjadi jurnalis lepas
pada Harian Soeara Oemoem (Suara Umum -EYD). Setahun kemudian,
pada usia 18 tahun, ia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat.
Pada tahun 1939, saat usia 19 tahun, ia menjadi jurnalis dan penulis
pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres.
Selanjutnya, tiga tahun kemudian, ia bekerja di kantor berita
Antara, bagian bahasa Indonesia untuk weilayah Jawa Timur. Pada
usia 25 tahun, ia menjadi kepala kantor berita Antara di Surabaya.
Pada saat Indonesia merdeka, ia memberitakannya dalam bahasa Jawa
agar tidak kena sensor oleh penjajah Jepang.
Selain sebagai jurnalis, semangat perjuangan sebagai aktivis
kemerdekaan masih membara di dalam dadanya. Pada tahun 1944, ia
terpilih ia sebagai anggota Gerakan Rakyat Baru, dan pengurus
Pemuda Republik Indonesia (PRI) di Surabaya. Patriotis Bung Tomo
mulai terlihat secara luas saat peristiwa 10 November 1945.

Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 36

Anda mungkin juga menyukai