Tarumanagara, yang memerintah selama 39 tahun (antara tahun 395 hungga 434 M). Ia naik tahta Tarumanagara menggantikan ayahnya, Dharmayawarman, dengan gelar Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaarakrama Suryamahapurusa Jagatati atau Sang Pramdara Saktipurusa. Zaman Purnawarman merupakan zaman keemasan tarumanagara. Banyak prasasti memuat kebesaran namanya. Setidaknya ada 7 prasasti yag berkaitan dengannya. Dalam memerintah ia dibantu adiknya, Cakrawarman, yang menjadi panglima perang (didarat). Sedangkan pamanya, Nagawarman menjadi panglima angkatan laut. Dari prameswarinya, ia mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan. Diantaranya Wisnuwarman, yang kemudian menggantikannya. Setelah meninggal, ia digelari Sang Limahing Tarumanadi, karena abu jenazahnya di larungkan di Sungai Citarum, dan tahta selalunjutnya jatuh kepada anak sulungnya, Wisnuwarman.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 1
2. SULTAN ISKANDAR MUDA
Lahir di Aceh, Banda Aceh , Hari / Tanggal : Selasa, 0 -1 1583
Sultan Iskandar Muda adalah putra dari Puteri Raja Indra Bangsa, keturunan keluarga Raja Darul Kamal dan ayahnya adalah Sultan Alauddin Mansur Syah yang merupakan putra Sultan Abdul Jalil bin Sultan 'Alaiddin Ri'ayat Syah Al-Kahhar. Dinobatkan pada tanggal 29 Juni 1606, Sultan Iskandar Muda memberikan tatanan baru dalam kerajaannya. Beliau mengangkat pimpinan adat untuk tiap suku dan menyusun tata negara sekaligus qanun yang menjadi tuntunan penyelenggaraan kerajaan dan hubungan antara raja dan rakyat. Selama 30 tahun masa pemerintahannya (1606 - 1636 SM) Sultan Iskandar Muda telah membawa Kerajaan Aceh Darussalam dalam kejayaan. Saat itu, kerajaan ini telah menjadi kerajaan Islam kelima terbesar di dunia setelah kerajaan Islam Maroko, Isfahan, Persia dan Agra
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 2
3. BALA PUTRADEWA
Balaputradewa menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun
850 M. Pada saat pemerintahan Raja Balaputradewa, Raja Balaputradewa, bahwa Raja Balaputradewa adalah seorang raja yang berani yang hidup di masa kerajaan agama Buddha. Sriwijaya disebut Kerajaan Nusantara pertama karena wilayah Kerajaan Sriwijaya, yaitu hampir seluruh pulau Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Semenanjung Melayu, Selat Malaka, Selat Karimata, Selat Sunda. Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim karena mempunyai angkatan laut yang tangguh dan wilayah perairan yang luas. Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha karena Sriwijaya terdapat Perguruan Tinggi agama Buddha. Sriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan karena Palembang sebagai jalur perdagangan nasional dan internasional sehingga banyak kapal yang singgah sehingga menambah pemasukan pajak. Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan. Balaputradewa berjuang membangun armada laut yang kuat. Hal itu bertujuan supaya jalur pelayaran yang melalui Sriwijaya merasa aman. Banyak pedagang merasa aman ketika singgah. Peningkatan ekonomi diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 3
keuntungan dari hasil perdagangan. Dengan demikian, Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur. Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya hampir meliputi seluruh Pulau Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Selat Sunda. Dengan memiliki wilayah yang luas itu, Sriwijaya disebut sebagai Kerajaan Nusantara yang pertama. Berikut adalah beberapa tindakan penting yang dilakukan Raja Balaputradewa selama memerintah: Balaputradewa berjuang membangun Sriwijaya sebagai kerajaan Nusantara pertama dengan wilayah yang sangat luas. Balaputradewa menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim karena kekuatan angkatan laut yang tangguh dan wilayah perairan yang luas. Balaputradewa menjadikan Sriwijaya sebagai pusat penyebaran agama Budha dengan banyaknya perguruan tinggi Budha. Balaputradewa menjadikan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan sehingga banyak kapal yang singgah
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 4
4. SULTAN HASANUDIN
Beliau lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan
meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Oleh Belanda ia di juluki sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau dalam bahasa Belanda disebut de Haav van de Oesten karena keberaniannya melawan penjajah Belanda. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa dalam usia 24 tahun (tahun 1655). Menggantikan ayahnya Sultan Malikussaid yang wafat. Orang Tua beliau Sultan Malikussaid (ayah), I Sabbe To’mo Lakuntu (ibu). Sultan Hasanuddin mempunyai Saudara bernama Patimang Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je’ne, Karaeng Bonto Majanang, Karaeng Tololo . Istri sultan Hasanudin bernama I Bate Daeng Tommi, I Mami Daeng Sangnging, I Daeng Talele dan I Hatijah I Lo’mo Tobo . Anak – anak beliau bernama Karaeng Galesong, Sultan Amir Hamzah, Sultan Muhammad Ali. Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 5 5. GAJAH MADA
Diperkirakan Gajah Mada lahir pada awal abad 14, di lembah
Sungai Brantas diantara Gunung Kawi dan Gunung Arjuna. Berasal dari kalangan rakyat biasa, bukan dari kalangan keluarga kaya ataupun bangsawan. Sejak kecil dia memiliki talenta kepemimpinan yang sangat kuat melebihi orang-orang sebaya di masanya dan konon dia terus menempa dirinya agar dapat masuk ke lingkungan pasukan kerajaan. Nama Gajah Mada sendiri mengandung makna “Gajah yang cerdas, tangkas, dan enerjik.” Gajah Mada dikenal juga oleh masyarakat dengan nama Mpu Mada, Jaya Mada, atau Dwirada Mada. Ia diyakini sebagai Lembu Muksa yang merupakan titisan dari Dewa Wisnu. Dengan keyakinan masyarakat tersebut, Gajah Mada mendapat legitimasi yang sangat kuat dari seluruh rakyat Majapahit, sehingga mendapatkan dukungan kepatuhan yang kuat dari rakyat dan kepercayaan yang besar dari Raja. Awal kariernya dimulai sebagai anggota prajurit Bhayangkara. Karena kemampuannya, ia pun diangkat menjadi Bekel atau Kepala Prajurit Bhayangkara dengan tugas memimpin pasukan pengaman dan pengawal Raja, kalau saat ini mungkin sebagai Kepala Paspampres.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 6
Pengabdian Gajah Mada kepada Negara dimulai pada masa pemerintahan Raja Jayanegara (1309 – 1328). Pada masa ini, banyak sekali prestasi yang ditunjukkan oleh Gajah Mada, sehingga membuat prestasinya terus menanjak. Salah satunya yang tercatat didalam sejarah adalah ketika Gajah Mada berhasil menyelamatkan pemerintahan dari kudeta Ra Kuti. Sehingga atas prestasinya tersebut dia dianugerahi menjadi Patih di kawasan Kahuripan pada 1319. Gajah Mada menjabat Patih Kahuripan selama 2 (dua) tahun, yaitu 1319 – 1321. Posisinya sebagai Patih Kahuripan merupakan hal yang menantang baginya. Dengan posisinya ini, Gajah Mada dapat terus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta pengalamannya di bidang kepemimpinan, manajemen tata pemerintahan, dan ketataprajaan (ketatanegaraan). Salah satu kemampuannya yang sangat dikagumi oleh rakyat Majapahit, terutama kalangan Istana adalah dalam problem solving & decision making. Kemampuannya didalam menganalisa suatu permasalahan sangat tajam serta tegas didalam mengambil suatu keputusan. Pada tahun 1321, dia dipromosikan menjadi Patih di Daha, yaitu suatu daerah yang lebih prestisius dengan wilayah yang lebih luas dibanding Kahuripan, menggantikan Arya Tilam. Selama menjalankan tugasnya di Daha, Gajah Mada mendapatkan dukungan (endorsement), pendidikan (training), pelatihan (coaching), dan pembimbingan (counseling) dari seniornya yang merupakan Maha Patih Majapahit saat itu, yaitu Arya Tadah. Melihat kemampuan Gajah Mada yang luar biasa tampaknya membuat Arya Tadah sengaja mengkader Gajah Mada untuk menggantikan posisinya kelak. Bersama Adityawarman pada tahun 1331, Gajah Mada berhasil menumpas kasusu separatism Sadeng. Hal tersebut semakin Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 7 mempermulus jalannya untuk menggantikan posisi Arya Tadah sebagai Maha Patih Majapahit. Hingga ketika Arya Tadah merasa sudah tua dan ingin pensiun sebagai Maha Patih, Arya Tadah mengusulkan kepada Ratu Tribhuawanatunggadewi Jayawisnuwardhani untuk mengangkat Gajah Mada sebagai Maha Patih menggantikan posisinya. Sang Ratu pun menyetujui usulan Arya Tadah tersebut untuk mengangkat Gajah Mada sebagai Maha Patih Kerajaan Majapahit. Laiknya pelantikan Kepala Pemerintahan jaman sekarang, saat dikukuhkan menjadi Maha Patih, Gajah Mada membuat suatu statement atau janji politik yang sangat luar biasa. Janji yang sangat melegenda hingga saat ini dan akan selalu dikenang oleh berbagai generasi, yaitu suatu janji yang dikenal dengan nama SUMPAH PALAPA.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 8
6. HAYAM WURUK
Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit ke 4 yang memerintah
Kerajaan Majapahit mulai tahun 1350-1389. Gelar Hayam Wuruk adalah Sri Rajasanagara. Di bawah raja Hayam Wuruk inilah Kerajaan Majapahit mencapai pada puncak kejayannya. Hayam Wuruk dilahirkan pada tahun 1334 M. Hayam Wuruk merupaan putra sulung dari Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana atau Cakradhara. Ibunya, Tribhuwana Tunggadewi, merupakan penguasa ke tiga dari Kerajaan Majapahit yang juga putri dari Raden Wijaya yang merupakan pendiri Kerajaan Majapahit. Sedangkan ayahnya adalah seorang Bhre Tumapel atau penguasa di Singhasari. Hayam Wuruk memiliki adik perempuan yang bernama Dyah Nertaja dan juga seorang adik angkat yang bernama Indudewi. Indudewi adalah anak perempuan dari Rajadewi yang merupakan adik dari Tribhuwana Tunggadewi. Nama Hayam Wuruk sendiri memiliki arti yaitu "ayam yang terpelajar". Ada yang unik dalam peristiwa lahirnya Hayam Wuruk, peristiwa kelahiran Hayam Wuruk diawali dengan terjadinya gempa bumi di Pabanyu Pindah dan juga meletusnya Gunung Kelud. Dan, tepat pada tahun itu pula Mahapatih Gajah Mada mengucapkan
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 9
Sumpah Palapa. Raja Hayam Wuruk mempunyai seorang permasisuri yang bernama Sri Sudewi dengan Gelar Paduka Sor yang merupakan putri dari Wijayarajasa yang merupakan Bhre Wengker. Dari perkawinan ini, Hayam Wuruk dikaruniai putri yang bernama Kusumawardhani yang kemudian menikah dengan Wikramawardhana putra dari Bhre Pajang. Selain putri dari permaisuri, Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre Wirabhumi. Putra Hayam Wuruk dari selir ini menikah dengan Nagarawardahni putri Bhre Lasem.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 10
7. PANGERAN DIPONEGORO
Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 –
meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) Makamnya berada di Makassar. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo. Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum. Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 11
Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro. Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat “perang sabil” yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong. Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830. Penangkapan dan pengasingan Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 12 Tanggal 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia. Tanggal 28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April. Tanggal 11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch. 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. Tahun 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar. Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 13
Bagus Singlon atau Ki Sodewo adalah Putera Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu Citrowati Puteri Bupati Madiun Raden Ronggo. Raden Ayu Citrowati adalah saudara satu ayah lain ibu dengan Sentot Prawiro Dirjo. Nama Raden Mas Singlon atau Bagus Singlon atau Ki Sodewo snediri telah masuk dalam daftar silsilah yang dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem Keraton Yogyakarta. Perjuangan Ki Sodewo untuk mendampingi ayahnya dilandasi rasa dendam pada kematian eyangnya (Ronggo) dan ibundanya ketika Raden Ronggo dipaksa menyerah karena memberontak kepada Belanda. Melalui tangan-tangan pangeran Mataram yang sudah dikendalikan oleh Patih Danurejo, maka Raden Ronggo dapat ditaklukkan. Ki Sodewo kecil dan Sentot bersama keluarga bupati Madiun lalu diserahkan ke Keraton sebagai barang bukti suksesnya penyerbuan. Ki Sodewo yang masih bayi lalu diambil oleh Pangeran Diponegoro lalu dititipkan pada sahabatnya bernama Ki Tembi. Ki Tembi lalu membawanya pergi dan selalu berpindah-pindah tempat agar keberadaannya tidak tercium oleh Belanda. Belanda sendiri pada saat itu sangat membenci anak turun Raden Ronggo yang sejak dulu terkenal sebagai penentang Belanda. Atas kehendak Pangeran Diponegoro, bayi tersebut diberi nama Singlon yang artinya penyamaran. Keturunan Ki Sodewo saat ini banyak tinggal di bekas kantung- kantung perjuangan Ki Sodewo pada saat itu dengan bermacam macam profesi. Dengan restu para sesepuh dan dimotori oleh keturunan ke 7 Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Roni Muryanto, Keturunan Ki Sodewo membentuk sebuah paguyuban Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 14 dengan nama Paguyuban Trah Sodewo. Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanya kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi & Maluku.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 15
8. Sultan agung
Nama Lengkap : Sultan Agung Hanyokrokusumo
Alias : Raden Mas Rangsang Tempat Lahir : Kutagede, Kesultanan Mataram Tanggal Lahir : Senin, 0 -1 1593 Anak : Raden Mas Sayidin
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja
Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu. Atas jasa- jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Pada awal pemerintahannya, Mas Rangsang bergelar Panembahan Agung. Kemudian setelah menaklukkan Madura tahun 1624, dia mengganti gelarnya menjadi Susuhunan Agung atau disingkat Sunan Agung.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 16
Pada 1641 Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab. Gelar tersebut adalah Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram, yang diperolehnya dari pemimpin Ka'bah di Makkah. Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun. Pada tahun 1614 VOC (yang saat itu masih bermarkas di Ambon) mengirim duta untuk mengajak Sultan Agung bekerja sama namun ditolak mentah-mentah. Pada tahun 1618 Mataram dilanda gagal panen akibat perang yang berlarut-larut melawan Surabaya. Meskipun demikian, Sultan Agung tetap menolak bekerja sama dengan VOC. Menyadari kekuatan bangsa Belanda tersebut, Sultan Agung mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC dalam persaingan menghadapi Surabaya dan Banten. Maka pada tahun 1621 Mataram mulai menjalin hubungan dengan VOC. Kedua pihak saling mengirim duta besar. Akan tetapi, VOC ternyata menolak membantu saat Mataram menyerang Surabaya. Sultan Agung pantang menyerah menghadapi penjajah yang sangat kuat. Dia mencoba menjalin hubungan dengan Portugis untuk bersama-sama menghancurkan VOC-Belanda. Namun hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena menyadari posisi Portugis saat itu sudah lemah. Seluruh Pulau Jawa akhirnya berada dalam kekuasaan Kesultanan Mataram, kecuali Batavia yang masih diduduki militer VOC-Belanda. Sedangkan desa Banten telah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan. Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah Palembang di Sumatra tahun 1636 dan Sukadana di Kalimantan tahun 1622. Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 17 Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan Makassar, negeri terkuat di Sulawesi saat itu. Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar tidak hanya dibangun di atas pertumpahan darah dan kekerasan, namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan mengenalkan sistem-sistem pertanian. Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti Surabaya dan Tuban dimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada sektor pertanian. Sultan Agung juga menaruh perhatian pada kebudayaan. Dia memadukan Kalender Hijriyah yang dipakai di pesisir utara dengan Kalender Saka yang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya adalah terciptanya Kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatuan rakyat Mataram. Selain itu Sultan Agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistis, berjudul Sastra Gending. Di lingkungan keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Dengan demikian diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan di antara penghuni istana. Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat. Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram. Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 18 9. KAPITAN PATIMURA
Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah Frans
Matulesi dengan Ibu Fransina Silahoi. Munurut M. Sapidja ( penulis buku sejarah pemerintahan pertama) mengatakan bahwa “pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy yang merupakan putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan" Ia adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC Belanda. Sebelumnya Pattimura adalah mantan sersan di militer Inggris. pada tahun 1816 Inggris bertekuk lutut kepda belanda. Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengoordinir raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 19 pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Di Saparua, dia dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 Mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 20
10. KI HAJAR DEWANTARA
Nama Lengkap : Ki Hajar Dewantara
Alias : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat Agama : Islam Tempat Lahir : Yogyakarta Tanggal Lahir : Kamis, 2 Mei 1889 Istri : Nyi Sutartinah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara dibesarkan di lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya Ki Hadjar Dewantara dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ki Hadjar
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 21
Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan. Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal penulis handal. Tulisan- tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo yang nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 22
11. Ir. SOEKARNO
Nama lengkap : Ir. Soekarno
Nama panggilan : Bung Karno Nama kecil : Kusno Tempat, tanggal lahir : Blitar, 6 Juni 1901 Agama : Islam Nama Isteri : 1. Fatmawati 2. Hartini 3. Ratna Sari Dewi Nama Anak : 1. Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh (dari Fatmawati) 2. Taufan, Bayu (dari Hartini) 3. Kartika (dari Ratna Sari Dewi) Pendidikan : 1. HIS di Surabaya 2. Hoogere Burger School (HBS) 3. Technische Hoogeschool (THS) di Bandung Meninggal : 21 Juni 1970 Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 23
Bung Karno adalah nama populer dari Soekarno. Lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ketika Soekarno kecil, ia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama dengan kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno bahkan sempat mengenyam sekolah disana walau tidak sampai selesai, karena harus ikut bersama dengan orang tuanya yang pada waktu itu pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, Soekarno kemudian disekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga bekerja disitu sebagai guru. Akan tetapi kemudian ia dipindahkan pada tahun 1911 ke ELS yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di HBS yang ada di Surabaya. Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang merupakan sahabat dari ayah Soekarno. Darisanalah Soekarno kenal dengan dunia perjuangan yang membuatnya menjadi pejuang sejati.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 24
12. CUT NYAK DIEN
Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional wanita Indonesia yang
berasal dari Aceh. Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 dari keluarga bangsawan yang agamis di Aceh Besar. Dari garis ayahnya, Cut Nyak Dien merupakan keturunan langsung Sultan Aceh. Ketika usianya menginjak 12 tahun, Cut Nyak Dien dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga pada tahun 1862 yang juga berasal dari keluarga bangsawan. Pasangan muda ini dikaruniai satu orang anak. Ketika Perang Aceh meluas pada tanggal 26 maret 1873, ayah dan suami Cut Nyak Dien memimpin perang di garis depan, melawan Belanda yang memiliki persenjataan lebih lengkap dan modern. Setelah bertahun-tahun melawan, pasukannya terdesak dan memutuskan untuk mengungsi ke daerah yang lebih terpencil.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 25
13. PANGERAN ANTASARI
Beliau lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan, 1797 atau 1809 dan meninggal di Bayan Begok, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun. Sebagai seorang pangeran, ia merasa prihatin menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh karena campur tangan Belanda pada kesultanan semakin besar. Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar. Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan- gerakan rakyat yang sedang bergolak. Ia meninggal karena penyakit paru-paru dan cacar di pedalaman sungai Barito, Kalimantan Tengah. Kerangkanya dipindahkan ke Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan beliau dilanjutkan oleh puteranya Sultan Muhammad Seman dan mangkubumi Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said) serta cucunya Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) dan Ratu Zaleha. Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 26
dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja. Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ayah Pangeran Antasari adalah Pangeran Masohut (Mas’ud) bin Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aminullah. Ibunya Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang bernama Ratu Antasari/Ratu Sultan yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman tetapi meninggal lebih dulu sebelum memberi keturunan. Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 27
14. SISINGAMANGARAJA
Lahir : Bakkara, Tapanuli, 18 Februari 1845
Meninggal : Simsim, 17 Juni 1907 Makam : Palau Samosir Anak : Lopian, Patuan Anggi, Patuan Nagari Istri : Boru Simanjuntak, Boru Situmorang, Boru Sagala, Boru Nadeak, Boru Siregar Sisingamangaraja XII dalam biografi hidupnya, terlahir dengan nama Patuan Bosar Ompu Boru Situmorang. Pada 1867, ayahnya meninggal akibat penyakit kolera. Kemudian, ia diangkat menggantikan ayahnya menjadi raja dengan bergelar Sisingamangaraja XII. Pada awal masa pemerintahannya, kegiatan pengembangan agama Kristen yang dipimpin oleh Nommensen dari Jerman sedang berlangsung di Tapanuli. Belanda ikut masuk dengan berlindung di balik kegiatan tersebut. Namun, lambat laun Belanda mulai menunjukkan itikad tidak baik dan bermaksud ingin menguasai wilayah kekuasaan Sisingamangaraja XII. Sisingamangaraja XII kemudian mengadakan musyawarah bersama raja-raja dan panglima daerah Humbang, Toba, Samosir, dan Pakpak. Kemudian, ketegangan
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 28
antara Belanda dan Sisingamangaraja meningkat hingga menimbulkan konflik. Upaya jalan damai sudah tidak dapat lagi ditempuh. Pada 19 Februari 1878, Sisingamangaraja XII bersama rakyat Tapanuli mulai melancarkan serangan terhadap pos pasukan Belanda di Bahal Batu, dekat Tarutung. Pertempuran yang tak seimbang membuat Sisingamangaraja dan pasukannya kalah dan terpaksa mundur dari Bahal Batu. Namun, perlawanan pasukan Sisingamangaraja masih tetap tinggi, terutama di desa-desa yang belum tunduk pada Belanda, seperti Butar, Lobu Siregar, Tangga Bantu, dan Balige. Sebaliknya, Belanda semakin gencar mengejar Sisingamangaraja XII sampai ke desa-desa dan melakukan pembakaran serta menawan raja-raja desa. Akibatnya pertempuran meluas hingga ke beberapa daerah seperti Sipintu-pintu, Tangga Batu, Balige, dan Bakkara. Namun, Sisingamangaraja tetap gigih melakukan perang gerilya. Pada Mei 1883, pos Belanda di Uluan dan Balige kembali diserang oleh Sisingamangaraja. Setahun kemudian (1884), kekuatan Belanda di Tangga Batu berhasil dilumpuhkan. Belanda melakukan upaya pendekatan dan menawarkan penobatan Sisingamangaraja sebagai Sultan Batak dengan berbagai hak istimewa. Namun, beliau menolaknya dengan tegas. Pada 1904, Belanda melakukan pengepungan ketat. Pada 1907 Sisingamangaraja berhasil lolos. Namun, upaya keras Belanda akhirnya membuahkan hasil dengan mengetahui tempat persembunyian Sisingamangaraja di Hutan Simsim. 17 Juni 1907, markas Sisingamangaraja dikepung Belanda. Dalam suatu pertempuran jarak dekat, komandan pasukan Belanda kembali memintanya menyerah dan menjanjikan akan menobatkan
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 29
Sisingamangaraja menjadi Sultan Batak. Namun, Sisingamangaraja tetap tidak mau tunduk dan memilih lebih baik mati. Terjadilan pertempuran sengit yang menewaskan hampir seluruh keluarga dan pasukannya. Akhirnya, Patuan Bosar Ompu Pulo alias Raja Sisingamangaraja XII bersama dua putra dan satu putrinya, serta beberapa panglimanya yang berasal dari Aceh gugur sebagai kusuma bangsa.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 30
15. DEWI SARTIKA
Nama Lengkap : Raden Dewi Sartika
Profesi : Pahlawan Nasional Agama : Islam Tempat Lahir : Bandung Tanggal Lahir : Kamis, 4 Desember 1884 Raden Dewi Sartika adalah putri pasangan raden Somanegara dan Raden Ayu Permas. Ayahnya adalah seorang patih di Bandung yang sangat Nasionalis. Ketika ayah dan ibunya ditangkap dan diasingkan ke ternate (Maluku), lalu dia dititipkan pada pamannya, Patih Aria yang tinggal di Cicalengka. Dewi lahir di Bandung, 4 Desember 1884, dia adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan. Diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966 . Dewi Sartika amat gigih dalam memperjuangkan nasib dan harkat kaum perempuan. Pada 16 Januari 1904, dia mendirikan sekolah istri atau sekolah untuk perempuan di bandung. Pada tahun 1910, sekolah istri berganti nama menjadi sakola kautamaan istri. Sekolah Istri tersebut terus mendapat perhatian positif dari masyarakat. Murid- murid bertambah banyak, bahkan ruangan Kepatihan Bandung yang dipinjam sebelumnya juga tidak cukup lagi Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 31 menampung murid-murid. Untuk mengatasinya, Sekolah Istri pun kemudian dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Seiring perjalanan waktu, enam tahun sejak didirikan, pada tahun 1910, nama Sekolah Istri sedikit diperbarui menjadi Sekolah Keutamaan Istri. Perubahan bukan cuma pada nama saja, tapi mata pelajaran juga bertambah. Kemudian pada 1913, berdiri pula organisasi kautamaan istri di tasikmalaya. Organisasi ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikan oleh dewi sartika. Pada tahun 1929, sakola kautamaan istri diubah namanya menjadi Sakolah Raden Dewi dan oleh pemerintah Hindia Belanda dibangunkan sebuah gedung baru yang besar dan lengkap. Dia berusaha keras mendidik anak-anak gadis agar kelak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan terampil. Maka untuk itu, pelajaran yang berhubungan dengan pembinaan rumah tangga banyak diberikannya. Untuk menutupi biaya operasional sekolah, ia membanting tulang mencari dana. Semua jerih payahnya itu tidak dirasakannya jadi beban, tapi berganti menjadi kepuasan batin karena telah berhasil mendidik kaumnya. Salah satu yang menambah semangatnya adalah dorongan dari berbagai pihak terutama dari Raden Kanduruan Agah Suriawinata, suaminya, yang telah banyak membantunya mewujudkan perjuangannya, baik tenaga maupun pemikiran. Pada tahun 1947, akibat agresi militer Belanda, Dewi Sartika ikut mengungsi bersama-sama para pejuang yang terus malakukan perlawanan terhadap Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan. Saat mengungsi inilah, tepatnya tanggal 11 september 1947, Dewi sartika yang sudah lanjut usia wafat di Cinean, Jawa Barat. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Bandung.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 32
16. SILAS PAPARE
lahir di Serui, Papua, 18 Desember 1918. Ia menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Juru Rawat pada tahun l935 dan bekerja sebagai pegawai pemerintah Belanda. Kegigihannya dalam berjuang untuk kemerdekaan Papua membuatnya sering berurusan dengan aparat keamanan Belanda. Ia berusaha memengaruhi Batalyon Papua untuk memberontak pada Belanda sehingga ia dipenjara di Jayapura. Saat menjalani masa tahanan di Jayapura, Silas Papare berkenalan dengan Dr. Sam Ratulangi. Perkenalannya dengan Sam Ratulangi membuat Silas Papare semakin yakin bahwa Papua adalah bagian tak terpisahkan dari Republik Indonesia. Hal tersebut membuat beliau akhirnya mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Akibatnya, Silas kembali ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Biak. Namun, Silas berhasil melarikan diri menuju Yogyakarta. Di Yogyakarta, Silas Papare membentuk Badan Perjuangan Irian yang berusaha keras untuk memasukkan wilayah Irian Jaya ke dalam negara Indonesia. Silas Papare kemudian ditunjuk menjadi salah
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 33
seorang delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York pada tanggal 15 Agustus 1962 yang mengakhiri perseteruan antara Indonesia dan Belanda perihal Irian Barat. Perjanjian itu ditindaklanjuti dengan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969 di mana rakyat Irian Barat memilih bergabung dengan NKRI. Silas Papare wafat dan dimakamkan di Serui pada tanggal 7 Maret 1978. SK Presiden : Keppres No. 077/TK/1993, Tgl. 14 September 1993 Gelar : Pahlawan Nasional Salah satu kapal perang milik TNI AL mendapat kehormatan menggunakan nama KRI Silas Papare yaitu sebuah korvet kelas Parchim.
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 34
17. BUNG TOMO
Sutomo dikenal dengan nama Bung Tomo, Lahir di Surabaya, 3
Oktober 1920. Ayahnya adalah Kartawan Tjiptowidjojo dari keluarga kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sementara ibunya pernah menjadi distributor lokal perusahaan mesih jahit. Masa kecilnya dihabiskan di kota kelahirannya. Setelah mengikuti jenjang pendidikan dasar, ia masuk pendidikan sekolah pertama di MULO. Pada usia 12 tahun, ia sempat keluar dari sekolahnya dan bekerja kecil-kecilan. Namun, setelah itu, ia melanjutkan sekolahnya di HBS lewat korespondensi, tapi tak pernah lulus secara resmi. Setelah itu, Sutomo bergabung dengan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Di sini ia seolah mendapatkan pendidikan pengganti pendidikan formal. Ia mendapatkan kesadaran nasionalisme dan perjuangan dari kegiatan kepanduan ini. Memasuki usia 17 tahun, ia meraih tingkat Pandu Garuda di KBI. Dengan pangkat tersebut, ia mulai dikenal oleh banyak orang. Di sini
Tugas Kliping Raisa Adila Mardhiyah 35
Sutomo menunjukkan kepeduliannya kepada bangsa. Selain aktif di di kepanduan, ia juga terlibat dalam dunia tulis menulis. Pada usia yang masih muda tersebut, ia menjadi jurnalis lepas pada Harian Soeara Oemoem (Suara Umum -EYD). Setahun kemudian, pada usia 18 tahun, ia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat. Pada tahun 1939, saat usia 19 tahun, ia menjadi jurnalis dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres. Selanjutnya, tiga tahun kemudian, ia bekerja di kantor berita Antara, bagian bahasa Indonesia untuk weilayah Jawa Timur. Pada usia 25 tahun, ia menjadi kepala kantor berita Antara di Surabaya. Pada saat Indonesia merdeka, ia memberitakannya dalam bahasa Jawa agar tidak kena sensor oleh penjajah Jepang. Selain sebagai jurnalis, semangat perjuangan sebagai aktivis kemerdekaan masih membara di dalam dadanya. Pada tahun 1944, ia terpilih ia sebagai anggota Gerakan Rakyat Baru, dan pengurus Pemuda Republik Indonesia (PRI) di Surabaya. Patriotis Bung Tomo mulai terlihat secara luas saat peristiwa 10 November 1945.