Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia setelah Kerajaan Kutai,
yang diperkirakan terletak di lembah Citarum, Jawa Barat.
Salah satu prasasti peninggalan dari Kerajaan Tarumanegara adalah Prasasti Ciaruteun di
Bogor, Jawa Barat. Prasasti peninggalan ini menjelaskan bahwa Raja Tarumanegara bernama
Purnawarwan.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa masa kerajaan Tarumanegara adalah Raja
Purnawarman. Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani, bijaksana, dan tegar
dalam menghadapi musuh.
Beberapa hal yang dilakukan oleh Raja Purnawarman untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya antara lain sebagai berikut :
Patih Gajah Mada adalah seorang patih Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Prabu
Hayam Wuruk. Kala itu, Kerajaan Majapahit berhasil mencapai era keemasannya. Di mana
wilayah kekuasaan Majapahit menjadi sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah NKRI saat
ini.
Saat diangkat menjadi seorang patih, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang tercatat
dalam Kitab Pararaton. Sumpah Palapa ini kemudian disebut sebagai sumpah untuk
menyatukan bumi nusantara. Dalam upaya mempersatukan nusantara, Patih Gajah Mada
didukung beberapa tokoh, di antaranya Adityawarman dan Laksamana Nala.
Adapun Sumpah Palapa yang diucap Patih Gajah Mada berbunyi:
KERAJAAN ISLAM
Eloknya, peradaban Samudera Pasai tidak lepas dari keluhuran akhlaq dan kecakapan
pemimpin negeri tersebut. Tentu hal ini tidak lepas dari perjuangan Sultan Malik Ash Saleh,
sosok yang mula mula menjadi tonggak Kerajaan Samudera Pasai.
Dari Hikayat Raja-Raja Pasai, disebutkan bahwa sebelum menjadi raja Kesultanan Samudera
Pasai, Malikul Saleh ialah seorang Meurah, dengen gelar lengkap Meurah Silu. Meurah
adalah pemimpin suatu teritorial sebelum munculnya wilayah kerajaan. Seorang Meurah
menguasai beberapa gampong.
Prof. A. Hasmy dalam sejarah masuk dan berkembangnya Islam di
Indonesia menuturkan, gelar Sultan Al Malik Ash Saleh merupakan pemberian Syeh Ismail
Al Zarfi. Ia merupakan utusan Syarif yang memerintah kota Mekah. Gelar itu diberikan sebab
kemampuan Meurah Silu dalam memimpin dan membangun negeri muslim menjadi negeri
yang makmur, teratur dan memiliki angkatan militer yang kuat. Gelar ini juga sejatinya
merupakan gelar yang pada masa itu dipakai oleh Raja Mesir, Sultan Al Malik Al Saleh
Najmuddin Al Ayyubi. Ia adalah Sultan yang saat itu sedang berjihad menghadapi perang
Salib yang dipimpin Raja Perancis, Louis IX.