Anda di halaman 1dari 29

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar
Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.

Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit:


1. Raden Wijaya 1273 1309
2. Jayanegara 1309-1328
3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
4. Hayam Wuruk 1350-1389
5. Wikramawardana 1389-1429
6. Kertabhumi 1429-1478

Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan


Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian
sudah teratur, perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut
yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.

Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain.


Dengan semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa
yang berbunyi Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan
seluruh wilayah Nusantara.

Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman


gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya
tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389
dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran.

Penyebab kemunduran:
1

Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara
memperebutkan kekuasaan daerah bawahan mulai melepaskan diri.
Peninggalan kerajaan Majapahit:
1. Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus
Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular
yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika.
2. Paraton Kidung Sundayana dan Sorandaka R Wijaya Mendapat Wangsit
Mendirikan Kerajaan Majapahit.
3. Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto.
Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam
Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer.
4. Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam
Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum.
Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya
dan tempat Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa.
Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini
sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan,
dinding di sekitar kuburan itu diselimuti kelambu putih transparan yang
mampu menambah kesakralan tempat itu.

Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya


bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit.
Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah
Palapa. Tempat ini dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan
Majapahit katanya.

Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak
orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. orang berdatangan
2

untuk berdoa, agar tujuannya tercapai kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan
menjaga Petilasan Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya.

Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga


petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya
berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di
dalam, katanya.

Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah
atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995
dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh
Utomo.

Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat


disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah
papan kecil dengan tulisan Lima Pedoman yang merupakan pedoman suri
teladan bagi warga.

Selengkapnya Ponco Waliko itu bertuliskan Kudutrisno Marang Sepadane


Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan
Ora Pareng Eidra Hing Ubaya

Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi
umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum,
sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh
masuk.

MASA KEJAYAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam


Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa.
Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya
hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi
menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk.
Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja
pula.

Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit


melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang),
salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun
bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan
karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa.
Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung
Semeru dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung
tersebut adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang
boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai
peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun
terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.

Keruntuhan Majapahit
Tersebutlah kisah, Adipati Terung meminta Sultan Bintara alias Raden Patah
yang masih kapernah kakaknya, untuk menghadap Prabu Brawijaya. Tapi
Sultan Demak itu tidak mau karena ayahnya dianggap masih kafir.Brawijaya
adalah raja Majapahit, kerajaan Hindu yang pernah jaya ditanah Jawa. Bahkan
kemudian Raden Patah lalu mengumpulkan para bupati pesisir seperti Tuban,
Madura dan Surabaya serta para Sunan untuk bersama-sama menyerbu
Majapahit yang kafir itu.

Prajurit Islam dikerahkan mengepung ibu kota kerajaan, karena segan berperang
dengan puteranya sendiri, Prabu Brawijaya meloloskan diri dari istana bersama
pengikut yang masih setia. Sehingga ketika Raden Patah dan rombongannya
(termasuk para Sunan) tiba, istana itu kosong. Atas nasihat Sunan Ampel, untuk
menawarkan segala pengaruh raja kafir, diangkatlah Sunan Gresik jadi raja
Majapahit selama 40 hari. Sesudah itu baru diserahkan kepada Sultan Bintara
untuk diboyong ke Demak.

Cerita ini masih dibumbui lagi, yaitu setelah Majapahit jatuh, Adipati Terung
ditugasi mengusung paseban raja Majapahit ke Demak untuk kemudian
dijadikan serambi masjid. Adipati Bintara itu kemudian bergelar Senapati
Jinbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama.

Cerita mengenai serbuan tentara Majapahit itu dapat ditemui dalam BABAD
TANAH JAWI. Tapi cerita senada juga terdapat dalam Serat Kanda.
Disebutkan, Adipati Bintara bersama pengikutnya memberontak pada Prabu
Brawijaya. Bala tentara Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada, Adipati
Terung dan Andayaningrat (Bupati Pengging). Karena takut kepada Syekh Lemah
Abang, gurunya, Kebo Kenanga (Putra Bupati Pengging) membelot ikut musuh.
Sementara itu Kebo Kanigara saudaranya tetap setia kepada Sang Prabu
Brawijaya.

Tentara Demak dibawah pimpinan Raden Imam diperlengkapi dengan senjata


sakti Keris Makripat pemberian Sunan Giri yang bisa mengeluarkan hama
kumbang dan Badhong anugerah Sunan Cirebon yang bisa mendatangkan
angin ribut. Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur sampai keibukota, cuma
rumah adipati Terung yang selamat karena ia memeluk Islam.

Karena terdesak, Prabu Brawijaya mengungsi ke (Tanjung) sengguruh beserta


5

keluarganya diiringi Patih gajah Mada. Itu terjadi tahun 1399 Saka atau 1477
Masehi. Setelah dinobatkan menjadi Sultan Demak bergelar Panembahan
Jinbun, adipati Bintara mengutus Lembu Peteng dan jaran panoleh ke
sengguruh meminta sang Prabu masuk agama Islam. tapi beliau tetap menolak.
Akhirnya Sengguruh diserbu dan Prabu Brawijaya lari kepulau Bali.

Cerita versi BABAD TANAH JAWI dan SERAT KANDA itulah yang selama ini
populer dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah juga diajarkan disebagian
sekolah dasar dimasa lalu. Secara garis besar, cerita itu boleh dibilang
menunjukkan kemenangan Islam. Padahal sebenarnya sebaliknya, bisa memberi
kesan yang merugikan, sebab seakan-akan Islam berkembang di Jawa dengan
kekerasan dan darah. Padahal kenyataannya tidak begitu.

Selain fakta lain banyak menungkap bahwa masuknya Islam dan berkembang
ditanah Jawa dengan jalan damai. Juga fakta keruntuhan Majapahit juga
menunjukkan bukan disebabkan serbuan tentara Islam demak.

Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Pemugaran Persada Sejarah Leluhur
Majapahit secara panjang lebar membantah isi cerita itu berdasarkan buktibukti sejarah. Dikatakan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda yang ditulis abad
XVII dijaman Mataram itu tanpa konsultasi sumber sejarah yang dapat
dipercaya. Sumber sejarah itu antara lain beberapa prasasti dan karya sejarah
tentang Majapahit, seperti Negara Kertagama dan Pararaton. Karena itu tidak
mengherankan jika uraiannya tentang Majapahit banyak yang cacat.

Prasasti Petak dan Trailokyapuri menerangkan, raja Majapahit terakhir


adalah Dyah Suraprahawa, runtuh akibat serangan tentara keling pimpinan
Girindrawardhana pada tahun 1478 masehi, sesuai Pararaton. Sejak itu
Majapahit telah berhenti sebagai ibu kota kerajaan. Dengan demikian tak
6

mungkin Majapahit runtuh karena serbuan Demak. Sumber sejarah Portugis


tulisan Tome Pires juga menyebutkan bahwa Kerajaan Demak sudah berdiri
dijaman pemerintahan Girindrawardhana di Keling.

Saat itu Tuban, Gresik, Surabaya dan Madura serta beberapa kota lain dipesisir
utara Jawa berada dalam wilayah kerajaan Kediri, sehingga tidak mungkin
seperti diceritakan dalam Babad Jawa, Raden Patah mengumpulkan para bupati
itu untuk menggempur Majapahit.

Penggubah Babad Tanah Jawi tampaknya mencampur adukkan antara


pembentukan kerajaan Demak pada tahun 1478 dengan runtuhnya Kediri oleh
serbuan Demak dijaman pemerintahan Sultan Trenggano 1527. Penyerbuan
Sultan Trenggano ini dilakukan karena Kediri mengadakan hubungan dengan
Portugis di Malaka seperti yang dilaporkan Tome Pires. Demak yang memang
memusuhi Portugis hingga menggempurnya ke Malaka tidak rela Kediri menjalin
hubungan dengan bangsa penjajah itu.

Setelah Kediri jatuh (Bukan Majapahit !) diserang Demak, bukan lari kepulau
Bali seperti disebutkan dalam uraian Serat Kanda, melainkan ke Panarukan,
Situbondo setelah dari Sengguruh, Malang. Bisa saja sebagian lari ke Bali
sehingga sampai sekarang penduduk Bali berkebudayaaan Hindu, tetapi itu
bukan pelarian raja terakhir Majapahit seperti disebutkan Babad itu. Lebih
jelasnya lagi raden Patah bukanlah putra Raja Majapahit terakhir seperti
disebutkan dalam Buku Babad dan Serat Kanda itu, demikian Dr. Slamet
Muljana.

Sejarawan Mr. Moh. Yamin dalam bukunya Gajah Mada juga menyebutkan
bahwa runtuhnya Brawijaya V raja Majapahit terakhir, akibat serangan
7

Ranawijaya dari kerajaan Keling, jadi bukan serangan dari Demak. Uraian
tentang keterlibatan Mahapatih Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit
ketika diserang Demak 1478 itu sudah bertentangan dengan sejarah.
Soalnya Gajah Mada sudah meninggal tahun 1364 Masehi atau 1286 Saka.

Penuturan buku Dari Panggung Sejarah terjemahan IP Simanjuntak yang


bersumber dari tulisan H.J. Van Den Berg ternyata juga runtuhnya Majapahit
bukan akibat serangan Demak atau tentara Islam. Ma Huan, penulis Tionghoa
Muslim, dalam bukunya Ying Yai Sheng Lan menyebutkan, ketika mendatangi
Majapahit tahun 1413 Masehi sudah menyebutkan masyarakat Islam yang
bermukim di Majapahit berasal dari Gujarat dan Malaka. Disebutkannya, tahun
8

1400 Masehi saudagar Islam dari Gujarat dan Parsi sudah bermukim di pantai
utara Jawa.

Salah satunya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Pasarean


Gapura Wetan Kab. Gresik dengan angka tahun 12 Rabiul Awwal 882 H atau 8
April 1419 Masehi, berarti pada jaman pemerintahan Wikramawardhana (13891429) yaitu Raja Majapahit IV setelah Hayam Wuruk. Batu nisan yang berpahat
kaligrafi Arab itu menurut Tjokrosujono (Mantan kepala Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala, Mojokerto), nisan itu asli bukan buatan baru.

Salah satu bukti bahwa sejak jaman Majapahit sudah ada pemukiman Muslim
diibu kota, adalah situs Kuna Makam Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto,
JATIM. Makam-makam Islam disitus Troloyo Desa Sentonorejo itu beragam
angka tahunnya, mulai dari tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611
(abad XVII Masehi).

Nisan-nisan makam petilasan di Troloyo ini penuh tulisan Arab hingga mirip
prasati. Lafalnya diambil dari bacaan Doa, kalimah Thayibah dan petikan ayatayat AlQuran dengan bentuk huruf sedikit kaku. Tampaknya pembuatnya
seorang mualaf dalam Islam. Isinya pun bukan bersifat data kelahiran dan
kematian tokoh yang dimakamkan, melainkan lebih banyak bersifat dakwah
antara lain kutipan Surat Ar-Rahman ayat 26-27.

P.J. Veth adalah sarjana Belanda yang pertama kali meneliti dan menulis makam
Troloyo dalam buku JAVA II tahun 1873.
L.C. Damais peneliti dari Prancis yang mengikutinya menyebutkan angka tahun
pada nisan mulai abad XIV hingga XVI. Soeyono Wisnoewhardono, Staf Suaka
Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Trowulan mengatakan, nisan-nisan itu
membuktikan ketika kerajaan Majapahit masih berdiri, orang-orang Islam sudah
9

bermukim secara damai disekitar ibu kota.


Tampak jelas disini agama Islam masuk kebumi Majapahit penuh kedamaian dan
toleransi.

Satu situs kepurbakalaan lagi dikecamatan trowulan yakni diDesa dan


kecamatan Trowulan adalah Makam Putri Cempa. Menurut Babad Tanah jawi,
Putri Cempa (Jeumpa, bahasa Aceh) adalah istri Prabu Brawijaya yang beragama
Islam. Dua nisan yang ditemukan dikompleks kekunaan ini berangka tahun
1370 Saka (1448 Masehi) dan 1313 Saka (1391 Masehi).
Dalam legenda rakyat disebutkan dengan memperistri Putri Cempa itu, sang
Prabu sebenarnya sudah memeluk agama Islam. Ketika wafat ia dimakamkan
secara Islam dimakam panjang (Kubur Dawa). Dusun Unggah-unggahan jarak
300 meter dari makam Putri Cempa bangsawan Islam itu.

Dari fakta dan situs sejarah itu, tampak bukti otentik tentang betapa tidak
benarnya bahwa Islam dikembangkan dengan peperangan. Justru beberapa situs
kesejarahan lain membuktikan Islam sangat toleran terhadap agama lain
(termasuk Hindu) saat Islam sudah berkembang pesat ditanah Jawa.

Dikompleks Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur misalnya, berdiri tegak Candi
Siwa Budha dengan angka tahun 1400 Saka (1478 masehi) yang kini letaknya
berada dibelakang kantor Pemda tuban. Padahal, saat itu sudah berdiri pondok
pesantren asuhan Sunan Bonang. Pondok pesantren dan candi yang berdekatan
letaknya ini dilestarikan dalam sebuah maket kecil dari kayu tua yang kini
tersimpan di Museum Kambang Putih, Tuban.

Di Kudus, Jawa Tengah, ketika Sunan Kudus Jafar Sodiq menyebarkan ajaran
Islam disana, ia melarang umat Islam menyembelih sapi untuk dimakan. Walau
daging sapi halal menurut Islam tetapi dilarang menyembelihnya untuk
10

menghormati kepercayaan umat Hindu yang memuliakan sapi.

Untuk menunjukkan rasa toleransinya kepada umat Hindu, Sunan Kudus


menambatkan sapi dihalaman masjid yang tempatnya masih dilestarikan sampai
sekarang. Bahkan menara Masjid Kudus dibangun dengan gaya arsitektur candi
Hindu.

Ketika kerajaan Majapahit berdiri sebagai bagian dari perjalanan bangsa


Indonesia. Sejak didirikan Raden Wijaya yang bergelar Kertanegara
Dharmawangsa, kerajaan ini senantiasa diliputi fenomena pemberontakan.
Pewaris tahta Raden Wijaya, yakni masa pemerintahan Kalagemet/Jayanegara
(1309-1328), yang dalam sebuah prasasti dianggap sebagai titisan Wisnu dengan
Lencana negara Minadwaya (dua ekor ikan) dalam memerintah banyak
menghadapi pemberontakan-pemberontakan terhadap Majapahit dari mereka
yang masih setia kepada Kertarajasa.

Pemberontakan pertama sebetulnya sudah dimulai sejak Kertarajasa masih


hidup, yaitu oleh Rangga Lawe yang berkedudukan di Tuban, akibat tidak puas
karena bukan dia yang menjadi patih Majapahit tetapi Nambi, anak Wiraraja.
Tetapi usahanya (1309) dapat digagalkan.

Pemberontakan kedua di tahun 1311 oleh Sora, seorang rakryan di Majapahit,


tapi gagal. Lalu yang ketiga dalam tahun 1316, oleh patihnya sendiri yaitu
Nambi, dari daerah Lumajang dan benteng di Pajarakan. Ia pun sekeluarga
ditumpas.
Pemberontakan selanjutnya oleh Kuti di tahun 1319, dimana Ibukota Majapahit
sempat diduduki, sang raja melarikan diri dibawah lindungan penjaga-penjaga
istana yang disebut Bhayangkari sebanyak 15 orang dibawah pimpinan Gajah

11

Mada.

Namun dengan bantuan pasukan-pasukan Majapahit yang masih setia, Gajah


Mada dengan Bhayangkarinya menggempur Kuti, dan akhirnya Jayanegara dapat
melanjutkan pemerintahannya.

Berhenti pemberontakan Kuti, tahun 1331 muncul pemberontakan di Sadeng


dan Keta (daerah Besuki). Maka patih Majapahit Pu Naga digantikan patih Daha
yaitu Gajah Mada, sehingga pemberontakan dapat ditumpas. Keberhasilan Gajah
Mada memadamkan pemberontakan Sadeng membawanya meraih karier
diangkat sebagai mahapatih kerajaan.

Namun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389, berkalikali sang patih Gajah Mada yang juga panglima ahli perang di masa itu harus
menguras energi untuk memadamkan pemberontakan di beberapa daerah.
Pemberontakan Ronggolawe sampai serangan kerajaan Dhaha, Kediri.

Bahkan salah satu penyebab kemunduran dan hancurnya kerajaan Majapahit


adalah ketika meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang
saudara memperebutkan kekuasaan, daerah bawahan mulai melepaskan diri
dan berkembangnya Islam di daerah pesisir.

Kerajaan Majapahit yang pernah mengalami masa keemasan dan kejayaan harus
runtuh terpecah-pecah setelah kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk
dan Gajah Mada.

12

SEJARAH GOWA DAN TALLO

1. Sumber asing tertulis pertama dari Barat berasal dari catatan Tome Pires.
Dia menyebutkan tentang bagaimana kemampuan pelayaran dan
perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Makassar. Dalam buku
Islamisasi kerajaan Gowa, Prof. DR. Ahmad M. Swang, M.A ( 2005; 72) Tome
Pires dalam perjalanannya dari Malaka ke Laut Jawa pada tahun 1513 telah
menemukan orang-orang Makassar sebagai pelaut ulung. Keterangan ini
dianggap keterangan tertulis Barat yang tertua. Pires menyebutkan: Orangorang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri
Siam dan juga semua tempat yang terdapat antara Pahang dan Siam, dalam
Prof. DR. Ahmad M. Swang, M.A ( 2005; 72) Sumber berita dari catatan
Tome Pires mungkin lebih menitik beratkan kepada sebuah kerajaan di
Sulawesi belum resmi memeluk agama Islam, karena secara resmi kedua raja
dari Gowa dan Tallo memeluk agama Islam pada tanggal 22 September 1605
M. Negeri tersebut kaya akan beras putih dan juga bahan-bahan makanan
lainnya, banyak daging dan juga banyak kapur barus hitam. Mereka
memasok barang dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay,
Bengal, dan Keling. Mengingat jaringan perdagangan dari Cina sudah lama,
barang-barang berupa keramik juga diimpor dan hal itu dapat dibuktikan
dengan banyaknya temuan keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming dari
daerah Sulawesi Selatan.
2. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal
dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
13

pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agang jene,


Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun
paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa.
Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang
mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru
dan saudaranya Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah
satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam
di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang
berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya.
Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin,
yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar
(1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai
oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang
Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu
dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu
orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah
dilakukannya di abad ke-17.
3. Peta wilayah Kerajaan Gowa dan TalloKerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal
dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi
Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yangdulu disebut
sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi
yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara.
Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan parapedagang, baik
yang berasal dari Indonesia bagian timurmaupun para pedagang yang
berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini
mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan
berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
14

4. Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Matowaya Tumamenanga ri


Agamanna. Ia merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk
agama Islam yang memerintah dari tahun 1591 1638. dibantu oleh Daeng
Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sultan Hasanuddin (lahir di
Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 meninggal diMakassar,
Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi
Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah
memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin
Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan
Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het
Oosten oleh Belandayang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia
dimakamkan di Katangka, Makassar.
5. Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk
Robandang/Dato Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama
Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun
memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam
adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan
Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada
masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 1653). Selanjutnya
kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
Sultan Hasannudin (1653 1669).
6. Pada masa pemerintahannya Makasar berhasi lmemperluas wilayah
kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta
daerah-daerahyang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia
berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah
Makasar tersebut sampai ke NusaTenggara Barat. Daerah kekuasaan
Makasar luas, seluruhjalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti
15

kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan


monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk
itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan
Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut
maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan
menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah
Maluku.
7. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri
pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai
Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan
dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar
dengan kerajaan Bone (daerahkekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru
Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada
VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru
Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
8. Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun1667 yang isinya
tentu sangat merugikan kerajaan Makasar. Isi dari perjanjian Bongaya
antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar
terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan
16

Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan


perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat
Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran.
Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar,
dan Makasar mengalami kehancurannya.
9. Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai
pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh
beberapa faktor :

letak yang strategis,

memiliki pelabuhan yang baik

jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan


banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan


internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang- pedagang asing
seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk
berdagang di Makasar.

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum


niaga yang disebut dengan ADE ALOPING LOPING BICARANNA
PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka
perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan
yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan
kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang
subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

10. Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki
kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka
17

anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan


adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat
Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma
tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri
dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya
disebut dengan Anakarung/Karaeng, sedangkan rakyat kebanyakan disebut
to Maradeka dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut dengan golongan Ata. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat
Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan
dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang
dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal
Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal
sampai mancanegara.
11. atau Benteng Ujung Pandang (JumPandang) adalah sebuah benteng
peninggalan KerajaanGowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai
sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada
tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yangbernama I manrigau Daeng Bonto
Karaeng Lakiung Tumaparisi kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar
tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14Sultan
Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber
dari Pegunungan Karst yang adadi daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini
berbentukseperti seekor penyu yang hendak merangkak turun kelautan. Dari
segi bentuknya sangat jelas filosofi KerajaanGowa, bahwa penyu dapat hidup
di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di
daratanmaupun di lautan. Nama asli benteng ini adalah BentengUjung
Pandang.
12. Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah
mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut
dilakukan oleh SultanMahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur
18

Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso,Pabbicarabutta Gowa (1962)
sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua
Kerajaan Gowa ini.
13. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad XVII
sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 LingkunganTallo,
Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujung pandang. Lokasi makam terletak di
pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah
benteng Tallo. Berdasarkan basil penggalian (excavation) yang dilakukan oleh
Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976-1982) ditemukan gejala
bahwa komplek makam berstruktur tumpang-tindih. Sejumlah makam
terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di
atas bangunanmakam. Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian
ditempatkan di dalam bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa
bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan balokbalok ham pasir.
Bangunan kubah yang berasal dari kuran waktu yang lebih kemudian dibuat
dari batu bata. Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa
mempergunakanperekat. Perekat digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk
bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa dengan
bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka,
danKatangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad
XIIMasehi.

KERAJAAN GOWA TALLO

Sejarah awal
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan
Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero
19

dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas
lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di
Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi
Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya
Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan
beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling
terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang
dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu
oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena
pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak BelandaBone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar
VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.

Letak kerajaan

Peta wilayah Kerajaan Gowa dan Tallo

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar.
Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah
ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis
20

Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur
pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur
maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan
letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi
kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

Tokoh tokoh kerajaan Gowa dan Tallo


Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Matowaya Tumamenanga ri
Agamanna. Ia merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama
islam yang memerintah dari tahun 1591 1638. dibantu oleh Daeng
Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah.

Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12
Januari 1631 meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada
umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang
terlahir dengan nama I Mallombasi Muhamma Bakir Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan
gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal
dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes
van Het Oosten oleh Belandayang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia
dimakamkan di Katangka, Makassar.
21

Kehidupan Politik
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato Ri
Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat
di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja
Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak
pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan
maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said
(1639 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 1669). Pada masa pemerintahannya
Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai
daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng,
dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur
dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti
kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli
yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan
antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi
oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul
pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan
terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri
pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam
Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan
Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan
22

kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang
merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka
bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya
tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:


a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap


Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu
Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan
Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan
pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
letak yang strategis,
memiliki pelabuhan yang baik
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang
23

yang pindah ke Indonesia Timur.


Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang
disebut dengan ADE ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga
dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi
teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena
Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.

Kehidupan Sosial Budaya


Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki
kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka
anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar
sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut,
masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan
atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut
dengan Anakarung/Karaeng, sedangkan rakyat kebanyakan disebut to
Maradeka dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut
dengan golongan Ata.

24

Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan bendabenda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai
pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan
nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat
Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

Peninggalan Kerajaan Gowa dan Tallo


Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah
benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir
pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun
pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto
Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar
tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin
konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari
Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini
berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari
segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di
darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan
maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.

Benteng Fort Rotterdam

25

Masjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami
beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan
Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa
(1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi
bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.

Kompleks makam raja gowa tallo


Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak
abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo,
Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir
barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng
Tallo. Berdasarkan basil penggalian (excavation) yang dilakukan oleh Suaka
Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976-1982) ditemukan gejala bahwa
komplek makam berstruktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas
pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan
makam.
26

Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempatkan di dalam bangunan


kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu dibuat
dan balokbalok ham pasir. Bangunan kubah yang berasal dari kuran waktu
yang lebih kemudian dibuat dari batu bata. Penempatan balok batu pasir itu
semula tanpa mempergunakan perekat. Perekat digunakan Proyek Pemugaran.
Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa
dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka,
dan Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII
Masehi.

Kehidupan Politik Dan Masa Kemunduran kerajaan Gowa -Tallo


Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang dari
Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi
Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam.
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya
(Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593
1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi
bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar
berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa
pemerintahan raja Malekul Said (1639 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 1669). Pada masa pemerintahannya
Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai
daerah-daerah

yang

subur

serta

daerah-daerah

yang

dapat

menunjang

keperluan perdagangan Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke


Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia
Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat
27

anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan
monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu
hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon
terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul
pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan
terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri
pasukannya

untuk

memporak-porandakan

pasukan

Belanda

di

Maluku.

Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan


Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam
Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan
Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan
kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang
merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan
diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan
VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya
tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap
Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu
Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.
28

Untuk

menghadapi

pasukannya

secara

perlawanan

rakyat

besar-besaran.

Makasar,

Akhirnya

Belanda

Belanda

mengerahkan

dapat

menguasai

sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

29

Anda mungkin juga menyukai