Anda di halaman 1dari 4

Laporan Praktikum Fotogrametri 2018

Judul Acara Ekstraksi Informasi Metrik dari Foto Udara


Nama Ibrahim Romi Abdillah Nilai Total
NIM 18/429714/GE/08899 Laporan :
Kelompok Praktikum Selasa, jam 15.00-17.00
Asisten Abbhista Fawwaz S, Siti Saringatin
Komponen Penilaian Laporan dikumpulkan pada
A : Pretest A: Tanggal : Jam : 15.00 WIB
15/10/2019
B : Kegiatan Praktikum B: Praktikan Asisten
C : Laporan Praktikum C:
D : Tugas D: (Ibrahim Romi A)

TUJUAN
1. Menghitung beda paralaks dengan menggunakan mistar
2. Mengukur beda paralaks dengan menggunakan paralaks bar
3. Mengetahui hubungan beda paralaks dan beda tinggi
4. Menghitung beda tinggi suatu lokasi pada foto udara
Nilai

MEDIA PEMBELAJARAN
1. Stereoskop cermin
2. Paralaks bar
3. Foto udara Kampus Universitas Gadjah Mada (Bulaksumur)
4. OHP-marker
5. Mistar/penggaris
6. Plastik Transparansi, kertas dan alat tulis
Nilai
Laporan Praktikum Fotogrametri 2018

LANGKAH KERJA

Nilai

HASIL PEMBELAJARAN
1. Tabel pengukuran dan perhitungan paralaks dengan mistar
2. Perhitungan beda tinggi ∆Ha dan tinggi objek Ha dari mean sea level dari perhitungan
paralaks dengan mistar
3. Tabel pembacaan paralaks meter
4. Tabel pengukuran paralaks dan perhitungan dengan paralaks meter
5. Perhitungan nilai C hasil perhitungan dengan paralaks meter
6. Perhitungan Ha dan ∆Ha dengan paralaks meter
Nilai
Laporan Praktikum Fotogrametri 2018

PEMBAHASAN
Paralaks merupakan perubahan letak objek pada citra terhadap titik atau sistem acuan.
Pada umumnya disebabkan oleh perubahan titik pengamatan (Wolf, 1983). Pemotretan udara
pasti akan menghasilkan foto yang bertampalan baik pada satu jalur terbang maupun berbeda
jalur terbang. Pertampalan pada foto udara berupa pertampalan depan (endlap) dan pertampalan
samping (sidelap) (Sutanto, 1986). Endlap merupakan pertampalan antara dua foto udara hasil
pemotretan pada satu jalur terbang dengan luas daerah pertampalan 60%-70% dari luas liputan
foto. Sedangkan sidelap merupakan pertampalan antara dua foto udara hasil pemotretan pada
jalur terbang yang berbeda dengan luas daerah pertampalan 25%-40% dari luas liputan foto.
Pengukuran paralaks dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu pengukuran dengan
mistar dan pengukuran dengan paralaks bar. Pengukuran paralaks dengan mistar dapat
ditentukan dengan menghitung paralaks objek, paralaks titik referensi dan selisihnya.
Pengukuran dengan paralaks bar dapat ditentukan dengan menghitung konstanta, paralaks
objek, paralaks referensi, beda paralaks, dan mean square error.
Hasil perhitungan paralaks dengan menggunakan mistar menunjukan besar paralaks
untuk titik referensi dan 5 objek secara berturut-turut adalah 7,3 cm; 7,75 cm; 7,6 cm; 7,3 cm;
7,6 cm; 7,5 cm dengan beda paralaksnya sebesar 0 cm untuk titik referensi dan 0,45 cm; 0,3 cm;
0 cm; 0,3 cm; 0,2 cm untuk 5 objek pada foto udara. Hasil perhitungan paralaks tersebut
digunakan dalam perhitungan tinggi dan beda tinggi objek. Hasil perhitungan menunjukan besar
tinggi 5 objek pada foto udara adalah 151,3032258 m untuk titik 1, 148,6447368 m untuk titik
2, 143 m untuk titik 3, 148,6447368 m untuk titik 4, 146,8133333 m untuk titik 5 dengan 143 m
sebagai tinggi titik referensi.
Perhitungan paralaks dan tinggi objek dengan paralaks bar dilakukan menggunakan data
sekunder sebagai sumber data perhitungan. Hasil perhitungan paralaks dengan menggunakan
paralaks bar menunjukan besar ms.sq.e untuk titik referensi sebesar 0 dan besar m.sq.e untuk 5
objek pada foto udara adalah 5,0625; 4,84; 4,84; 4,7089; 1,6129. Besar paralaks 5 objek adalah
61,9 cm; 61,95 cm; 61,95 cm; 61,98 cm; 62,88 cm dengan paralaks referensi sebesar 64,15 cm.
Hasil perhitungan tinggi 5 objek pada foto udara dengan paralaks bar sebesar 137,8021002 m;
137,9217111 m; 137,9217111 m; 137,993385 m; 140,1118003 m dengan tinggi titik referensi
sebesar 143 m.
Nilai
Laporan Praktikum Fotogrametri 2018

KESIMPULAN
1. Pengukuran paralaks dengan mistar dapat ditentukan dengan menghitung paralaks objek,
paralaks titik referensi dan selisihnya. Pengukuran dengan paralaks bar dapat ditentukan
dengan menghitung konstanta, paralaks objek, paralaks referensi, beda paralaks, dan
mean square error.
2. Beda tinggi suatu objek pada foto udara dapat diketahui dengan besar paralaksnya.
Semakin besar paralaks semakin besar pula beda tinggi objek tersebut.
3. Pengukuran tinggi suatu objek pada foto udara dapat dilakukan dengan menghitung
paralaks objek. Pengukuran tinggi dapat dilakukan dengan foto udara tegak.
Nilai

DAFTAR PUSTAKA
Sutanto. 1986. Pengindraan Jauh Jilid I. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Wolf, P. R. 1983. Elements of Photogrammetry, Second edition. New York: McGraw-Hill Book
Company.
Nilai

Anda mungkin juga menyukai