Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGAMETRI

ACARA II
PENGUKURAN TINGGI OBJEK

Oleh:
Nama : Muh. Fatkhul Najib
NIM : 170722637011
Offr : H/2017
DosenPengampu : Drs. RUDI HARTONO, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PRODI S1 GEOGRAFI
2019
ACARA II

PENGUKURAN TINGGI OBJEK

I. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan dalam laporan ini supaya mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengukuran tinggi pada suatu objek menggunakan Google Earth.
2. Melakukan pengukuran objek secara langsung di lapangan.
3. Memperoleh hasil pengukuran menggunakan rumus perhitungan ketinggian
objek sederhana.
II. ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1. Pita ukur
2. Kompas geologi
3. Abney level
4. Alat tulis
b. Bahan :
1. Foto objek dari google earth
2.
III. DASAR TEORI
Fotogrametri merupakan seni, teknologi dan informasi yang berkaitan dengan
objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran dan penafsiran
foto (Thomson dan Gruner, 1980). Istilah fotogrametri berasal dari kata foto yang
berarti sinar, gramma yang berarti sesuatu yang tergambar dan metron yang berarti
mengukur. Dan pada resolusi diatas, buat fotogrametri dapat diartikan sebagai
pengukuran grafis dengan menggunakan sinar, Perekaman objek (pemotretan),
Pengukuran gambar objek pada foto udara, dan Pemotretan hasil ukuran untuk
digunakan bentuk yang bermanfaat (Peta) (Wolf, 1983).
Menentukan tinggi objek dari pengukuran pergeseran letak oleh relief alam
perspektif foto udara yang menggunakan proyeksi center, titik yang tidak
mengalami penyimpangan adalah objek yang terletak persis di atas titik pusat foto.
semakin jauh letak objek dari titik pusat foto, semakin banyak mengalami
penyimpangan atau pergeseran letak secara radial, objek yang tinggi seperti halnya
menara, gedung-gedung bertingkat, cerobong dan lain-lain akan tampak condong.
di satu sisi gejala pergeseran letak ini seringkali menyulitkan para penafsir foto
udara, tetapi di sisi lain pergeseran bermanfaat untuk mengukur ketinggian objek-
objek tersebut. besarnya pergeseran letak oleh relief tergantung pada tinggi objek
dilapangan, tinggi terbang, jarak antar titik utama foto !titik tengah foto ke objek
tertentu, dan sudut kamera saat pengambilan objek tersebut. karena faktor
geometrik tersebut saling berkaitan, maka pergeseran letak objek oleh relief dan
posisi radialnya pada foto udara dapat diukur untuk menentukan tinggi suatu objek.
hanya saja, tingkat ketelitian pengukuran secara monoskopik ini masih terbatas
(Lillesand & Kieffer, 1994).
Menentukan tinggi objek dan ketinggian medan juga dilakuan dengan
pengukuran paralaks pada citra. Pengukuraan tinggi objek pada foto udara
disamping dapat dilakukan secara monoskopiksatu foto dapat pula dilakukan secara
stereoskopik atau pasangan foto udara. Suatu objek dapat tergambar pada sepasang
foto udara. Objek tersebut pada foto pertama posisinya dari kamera kemungkinan
berbeda dengan yang tergambar pada foto kedua. Posisi relatif suatu objek yang
dekat kamera pada elevasi lebih tinggi akan mengalami perubahan lebih besar dari
objek yang jauh dari kamera pada elevasi rendah. Selisih jarak relatif tersebut
dinamakan paralaks. Besarnya paralaks pada daerah tampalan dapat digunakan
untuk mengukur ketinggian objek dan ketinggian medan.

Keterangan : h = tinggi objek (m)


L = panjang bayang – bayang (m)
d = tinggi matahari (derajat)
Di lapangan tinggi objek : h = L. tg. d

IV. LANGKAH KERJA


A. Perhitungan pada google earth
1. Membuka google earth dan mencari gedung yang akan dihitung tingginya.
Pada praktikum kali ini menggunakan gedung rektorat
2. Melengkapi pada google earth seperti skala, grid, dan jalan
3. Mencetak gambar yang sudah ada pada google earth beserta skala, grid, dan
jalan
4. Menentukan posisi nadir dan titik principal pada gambar yang telah dicetak
5. Menghitung elevasi nadir (h) sesuai dengan gambar yang telah dicetak
dengan rumus
h = d x 𝐻𝑟
dengan
d = pergeseran relief
H = tinggi terbang pesawat
r = jarak radial dari titik nadir ke titik foto udara
6. Menghitung skala pada gambar yang telah dicetak
7. Menghitung tinggi objek dengan rumus
𝑇
8. Tangen ɑ = 𝐵𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑐𝑖𝑡𝑟𝑎

ɑ = jika difoto pada jam 9 maka 45º, jam 12 maka 90º, dan jam 6 maka 0º
T = tinggi objek
B = bayangan pada gambar
B. Perhitungan secara langsung di lapangan
1. Meletakkan ujung klinometer pada kompas geologi tepat di depan mata.
2. Mengarahkan ujung klinometer yang lain ke arah ujung – ujung atau
puncak objek yang akan dicari tingginya. Pada praktikum kali ini adalah
mencari tinggi gedung rektorat.
3. Membaca sudut yang ditunjukkan oleh benang.
4. Mengukur jarak pengamat ke objek.
5. Menggunakan perbandingan tinggi objek dari kepala pengamat. Jarak
pengamat ke objek = nilai tan sudut.
6. Menghitung tinggi objek dengan rumus
Tinggi objek = tan ɑ + tinggi pengamat
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Gambar Google earth pada gedung Graha Rektorat dengan keterangan
Altitude,Elevasi,Azimuth dan skala (Terlampir)
2. Gambar Googke Earth pada Graha Rektorat dengan perhitungan dan titik nadir
(Terlampir)
3. Lembar perhitungan gambar dan Crosschek lapangan (terlampir)
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Fotogrametri acara 2 kali ini praktikan mebahas dan melakukan
pengukuran pada sebuah objek yang sudah di tentukan. Pengukuran ini
dimaksudkan untuk mengetahui tinggi suatu objek seperti halnya gedung, tiang,
bangunan, dan lainnya dengan menggunakan alat yang sederhana.
Penentuan tinggi objek gedung dilakukan dengan pengukuran dengan
menggunakan bantuan google earth, penggunaan software ini dilakukan untuk
mengetahui skala dan gridnya. Selain itu, dalam praktikum ini harus diketahui juga
sudut elevasi dalam perhitungannya. Untuk itu untuk mendapatkan sudut elevasi ini
praktikan melakukan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan
abney level dan kompas geologi dimana sudut elevasi yang mana di dapati sebesar
54 derajat. Abney level dan kompas geologi juga di gunakan oleh praktikan untuk
menentukan baseline serta penentuan sudut azimut objek gedung Graha rektorat.
Keseluruhan ini nantinya akan digunankan untuk penentuan nadir, titik principal
dan juga perhitungan elevasi (h), yang mana sudah diketahui dari hasil perhitungan
dengan rumus diketahui elevasinya sebesar 479 m. Penentuan elevasi nadir ini
bertujuan untuk mengetahui ketinggian terbang pesawat udara saat melakukan
pemotretan objek.
Praktikum kali ini juga melakukan perhitungan skala, yang mana untuk
perhitungan ini membutuhkan jarak yang ada pada peta dan jarak sebenarnya.
Dalam hal ini praktikan melakukan pengukuran jarak sebenarnya menggunakan
pita ukur yang sudah diketahui 30,6 m dan untuk jarak pada peta di peroleh dari
Google Earth dengan jarak 10 cm.
Pengukuran ketinggian objek pada praktikum acara 2 ini dalam perhitungannya
menekankan pada pengukuran panjang bayangan-bayangan untuk mengetahui
tinggi objek. Pengukuran bayangan sendiri dilakukan secara langsung pada objek
dan juga melakukan pengukuran bayangan pada objek dengan bantuan Google
Earth, hal ini dilakukan untuk crooscheck atau kesesuaian data perhitungan
menggunakan media dengan pengukuran secara langsung dilapangan. Saat
dilakukan pengukuran dan perhitungan terdapat diplacement sebesar 2 cm atau jika
di lapangan sebesar 33,9 meter diketahui tinggi objek Gedung Graha Rektorat
dengan menggunakan media Google Earth setinggi 44,07 meter, sedangkan saat
dilakukan pengukuran langsung di lapangan ketinggian objek sebesar 43,867 m.
Dari kedua hasil pengukuran tersebut dapat di simpulkan bahwa terdapat suatu
displacement yang mana ini nantinya akan berpengaruh terhadap penentuan
ketinggian suatu objek.
VII. KESIMPULAN
1. Penentuan tinggi objek dilakukan dengan pengukuran menggunakan suatu
media bantu seperti halnya Google Earth yang nanti akan di crosscheck secara
langsung dengan melakukan pengukuran lapangan.
2. Diketahui tinggi objek Gedung Graha Rektorat pada google earth setinggi 44,07
meter sedangkan pada saat pengukuran langsung, objek memiliki ketinggian
43,867 meter yang mana ada perbedaan katinggian disebabkan karena
terdapatnya suatu displacment sebesar 2 cm atau 33,9 meter jika di lapangan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Modul Kuliah Ilmu Ukur Tanah.Yogyakarta : Universitas
MercuBuana Yogyakarta.
Lillesand, T.M., dan R.W. Kiefer. 1994. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Alih Bahasa: Dulbahri. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Wolf, Paul R., 1983, “Elements of Photogrammetry”, Mcgraw-Hill Publisher,
United States.
HASIL PERHITUNGAN (Lampiran)

1. Perhitungan Elevasi Nadir (h)


𝐻
h =dx
𝑟

Diketahui :
a. Pergeseran Relief (d) = 1,8 cm
b. Ketinggian Terbang Pesawat Udara ( H = A – E ) = 735 m – 480 m = 255
m = 22.500 cm
c. Jarak Radial dari Titik Nadir ke Titik Foto Udara (r) = 2 cm

Dijawab :

22.800
h = 1,8 x
2

h = 1,8 x 11.400
h = 22.500 cm
h = 225 m

2. Perhitungan Skala
𝐽𝐴𝑅𝐴𝐾 𝐷𝐼 𝑃𝐸𝑇𝐴
Skala = 𝐽𝐴𝑅𝐴𝐾 𝑆𝐸𝐵𝐸𝑁𝐴𝑅𝑁𝑌𝐴

Diketahui :
a. Jarak pada Peta atau Gambar = 10 cm
b. Jarak pada Lapangan = 169,5 Meter

Dijawab :
10 𝑐𝑚
Skala =
1.69,6 𝑚
10 𝑐𝑚
Skala =
1.6950 𝑐𝑚
Skala = 1 : 1.695

3. Perhitungan Tinggi Obyek


𝑇
Tangen 45⁰ =
𝐵𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑐𝑖𝑡𝑟𝑎
Diketahui :
a. Tangen 45⁰ =1
b. Bayangan Obyek pada Gambar = 2,6 cm
c. Skala Citra = 1 : 1.695

Dijawab :

𝑇
Tangen 45⁰ =
𝐵𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑐𝑖𝑡𝑟𝑎
𝑇
1 =
2,6 𝑋 1.695
𝑇
1 =
4407

T = 44,07 Meter

4. Perhitungan objek secara langsung


Jarak pengamatan = 30,6 m
Sudut elevasi yang dibentuk = 54º
Tinggi pengamat = 1,75 m
Tinggi objek = tan ɑ + tinggi pengamat
Tan ɑ = tan sudut elevasi yang dibentuk × jarak pengamatan
= tan 54º × 30,6 m
= 1,3763 × 30,6
= 42,117 m
Tinggi objek = 42,117+ 1,75
= 43,867 m

Anda mungkin juga menyukai