Anda di halaman 1dari 41

- 39 -

Karya Ilmiah ini Ditujukan sebagai Tugas Akhir Sebelum


Menghadapi
UN
TAHUN AJARAN 2008/2009

DISUSUN OLEH:

NAMA : RIZKI SETIAWAN S.


NIS : 16647
KELAS : XII-IPA 7
PROGRAM STUDI : IPA

Jl. Ki Hajar Dewantara No. 199 Ternate, Maluku Utara

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

2008/2009

DISUSUN OLEH:

NAMA : RIZKI SETIAWAN S.


NIS : 16647
KELAS : XII-IPA 7
PROGRAM STUDI : IPA

Jl. Ki Hajar Dewantara No. 199 Ternate, Maluku Utara

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

2008/2009

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Karya tulis ilmiah yang berjudul

“Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar”

disusun oleh

Rizki Setiawan S.
NIS. 16647

Selaku yang mengesahkan

Karya tulis ini

Guru Pembimbing dan Wali Kelas

Dra. Bekti Nirmala, Mpd


NIP. 132 193 851

Mengetahui Kepala Sekola

SMAN 1 Kota Ternate

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Drs. Kamarullah H. Amin


NIP. 131 696 163

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan

Keluar” ini dipersembahkan untuk:

Orangtuaku tercinta yang selalu mendoakanku, mendukungku,

membimbingku, melindungiku dan memberikan cinta, serta kasih

sayang yang tak terhitung untukku.

Keluargaku tersayang (Adik-adikku dan saudaraku) yang selalu

mendukungku, memberi semangat dan ide-ide dalam menghadapi

setiap hari-hariku.

Guru-guru pengajar dan pembimbing terbaik yang selalu memberi

nasehat, bimbingan dan didikan yang akan selalu berguna dan

membangun bagikku

Teman-temanku yang selalu menemaniku dalam melewati masa-masa

hidupku dan saling membagi rasa, canda, tawa dan duka yang tak akan

terlupakan

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Lakukanlah yang
terbaik untuk dirimu
sendiri dan jadilah
yang terbaik utuntuk
orang sekitar yang
kau cintai

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat

kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga penulis dapat merancang

dan akhirnya membuat karya tulis ini.

Tugas karya tulis yang berjudul ”Persepsi Bunuh Diri sebagai

Jalan Keluar” ini dibuat dan ditujukan sebagai tugas akhir mata

pelajaran Bahasa Indonesia sebelum menghadapa Ujian Nasional.

Dalam pembuatan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis

menemui beberapa kendala dan kesulitan. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dra. Bekti Nirmala,

Mpd selaku guru pembimbing dan wali kelas, karena dengan

bantuan dan bimbingan dari, Beliau sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

Orangtua dan keluarga penulis yang telah mendukung dan

berperan serta dalam pembuatan karya tulis ini.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pembuatan

karya tulis ini.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semuanya.

Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang dapat

membangun dan membantu dalam perbaikan karya tulis ini.

Semoga karya tulis ini dapat memberi kaedah dan manfaat bagi

pembaca.

Penulis

Rizki Setiawan S.
NIS. 16647

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................. i
Halaman Pengesahan......................................ii
Halaman Persembahan....................................iii
Motto.............................................................iv
Kata Pengantar...............................................v
Daftar Isi........................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................... 3
C. Maksud/Tujuan Penulisan.......................................... 3
D. Manfaat Penulisan..................................................... 4
E. Sumber Data............................................................. 5
F. Metode Penulisan...................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI BUNUH


DIRI SEBAGAI JALAN KELUAR
A. Pengertian Bunuh Diri............................................... 6
B. Tipe-Tipe Bunuh Diri.................................................. 8
C. Faktor dan Alasan Tindakan Bunuh Diri....................10
D. Tanda-Tanda Bunuh Diri dan Faktor Resiko Bunuh Diri
..............................................................................16

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

E. Pandangan Mengenai Bunuh Diri..............................18


F. Upaya Pencegahan Tindakan Bunuh Diri..................22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...............................................................25
B. Saran........................................................................25

Daftar Pustaka...........................................27

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan IPTEK di dunia ini ternyata tidak diimbangi dengan
kemajuan psikologis dan sosiologis dari setiap kalangan yang ada di setiap
negara. Maraknya peristiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi
sebuah fenomena menarik. Bagi bangsa Indonesia, bunuh diri bukanlah
hanya sebuah tradisi budaya turun-temurun sebagaimana yang terjadi di
Jepang dengan harakirinya.

Namun, pada kondisi empirik kita temukan justru pada akhir-akhir ini
fenomena mengambil jalan pintas bunuh diri menjadi sebuah alternatif yang
banyak dipilih tak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga oleh remaja,
bahkan anak-anak yang masih bersekolah di tingkat dasar.

Tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi.


Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005,
sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap
tahunnya.

Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan


bunuh diri per harinya. Jumlah ini belum ditambah tingkat kematian akibat
dari pemakaian obat terlarang (overdosis) yang jumlahnya mencapai 50 ribu
orang tiap tahun.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Ditambahkan, faktor psikologi yang mendorong orang bunuh diri


adalah dukungan sosial kurang, baru kehilangan pekerjaan, kemiskinan,
huru-hara psikologi, konflik berat pengunsi dan sebagainya.

Data Departemen Kesehatan menyebutkan, beberapa daerah


memiliki tingkat bunuh diri tinggi, antara lain Provinsi Bali mencapai 115
kasus selama Januari - September 2005 dan 121 kasus selama tahun 2004.
Pada 2004 di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tercatat 20 kasus bunuh
diri dengan korban rata-rata berusia 51-75 tahun.

Di Jepang angka kasus bunuh diri lebih dari 30 ribu orang per tahun.
Sedangkan di Cina mencapai 250 ribu per tahun. Psikolog Tika Bisono
mensinyalir para pelaku bunuh diri memilih keramaian sebagai tempat bunuh
diri karena, pelaku ingin terlihat membaur selayaknya orang normal
melakukan aktivitas, masih berada di persimpangan antara mau dan tidak
mau serta berharap setidaknya ada orang yang berniat mencegah dirinya
melakukan usaha bunuh diri.

Jika disimak, antara kurun waktu 2004-2007, banyak peristiwa bunuh


diri yang dilakukan oleh anak usia belasan tahun dan masih bersekolah di
sekolah dasar atau di sekolah menengah pertama (SMP). Ironisnya, faktor
penyebabnya lebih banyak karena ketidakmampuan anak. Kini, bunuh diri
dipandang sebagian masyarakat sebagai salah satu jalan keluar mengatasi
masalah yang dihadapinya. Bunuh diri dipandang potret masyarakat gagal.

Fungsi sosialisasi, tata nilai, dan relasi-relasi personal tak lagi


mendalam. Manusia dihargai bukan oleh nilai-nilai kemanusiaan, melainkan
oleh kedudukan, kekayaan, martabat dan status sosial. Lunturnya
penghargan individu menjadi pemicu orang tidak lagi berharga di mata orang
lain.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Selain itu, tatanan sosial dalam tingkatan yang lebih global dianggap
sangat kacau dan malahan cenderung tanpa moralitas, yang mendorong
pelaku bunuh diri dijadikan sebagai pilihan terbaik. Dalam bahasa yang lain,
corak kapitalisme global yang semakin memiskinkan mereka yang lemah dan
terus memperkaya mereka yang berdaya agaknya semakin memojokkan
mereka sebagai kelompok sosial yang termarjinalisasikan.

Hal tersebut juga sangat mempengaruhi faktor psikologis dan


sosiologis bangsa Indonesia yang tak mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar dan diri sendiri. Hasil dari kebimbangan yang tak dapat
dikendalikan dapat menghasilkan dan menjadikan bunuh diri sebagai jalan
keluar yang tak akan pernah menyelesaikan masalah.

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut diatas maka penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

 Apa itu Bunuh Diri?

 Bagaimana pandangan tentang Bunuh diri dari berbagai pihak dan


agama?

 Faktor apa yang menyebabkan orang ingin melakukan bunuh diri

 Mengapa Bunuh diri dapat dianggap sebagai jalan keluar?

 Bagaimana menanggulangi perspesi bunuh diri itu sebagai jalan


keluar?

C. Maksud/Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan penulisan ini untuk :

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

 Memberikan gambaran dan pengertian sesungguhnya akan bunuh diri.

 Menumbuhkan sikap dan mental kepada setiap masyarakat untuk


selalu berpikir dan bersikap positif.

 Menanamkan sikap tidak mudah putus asa kepada setiap generasi


untuk memerangi persepsi bunuh diri yang tak akan pernah
menyelesaikan masalah.

 Untuk menghilangkan jejak-jejak persepsi akan bunuh diri yang dapat


membelenggu setiap insan di dunia terutama Indonesia

D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini di harapkan bermanfaat untuk:

1. Penulis

Tak lepas dari semua penjelasan diatas, penulis berharap agar


tulisan ini tentunya bermanfaat bagi masyarakat banyak juga untuk
penulis pribadi. Penulis juga berharap mendapat pengetahuan
serta arti yang sesungguhnya dari karya tulis ini dan dapat
menghindarkan diri dari segala hal yang bisa berdampak negatif,
salah satunya adalah tanggapan/persepsi bunuh diri sebagai jalan
keluar.

2. Generasi Muda

Gambaran dari generasi muda saat ini sangat memprihatinkan,


karena mudah sekali dilihat pemikiran-pemikiran yang pada
umumnya menjerumuskan diri mereka sendiri ke hal-hal yang
negatif. Para generasi muda sekarang banyak beranggapan
bahwa untuk menunjukkan keeksistensinya di dunia, mereka

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

selalu mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang negatif


dan juga berbahaya. Dari semua permasalahan yang mereka
hadapi, biasanya sebagian dari mereka tidak mampu untuk
melanjutkan hidup mereka sesuai dengan yang mereka inginkan,
sehingga terbisik di hati mereka untuk mengakhiri hidup mereka.
Alasan untuk mengakhiri hidup mereka sangatlah banyak, baik dari
segi ekonomi, politik, budaya, percintaan, dll. Untuk menghindari
itu semua, penulis berharap dengan adanya karya tulis ini, para
generasi penerus bangsa dapat menanamkan pemikiran positif
dan dilanjutkan dengan perbuatan yang positif juga untuk
menghasilkan sesuatu yang positif. Sehingga kita semua dapat
terhindar dari ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar”.

3. Masyarakat

Untuk selalu menghasilkan sesuatu yang positif dalam hidup,


penulis menginginkan agar masyarakat dapat mengetahui dan
mendukung isi dari karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis
berharap akan keikutsertaan dan partisipasi masyarakat dalam
mencegah berbagai hal yang negatif serta merugikan bagi
masyarakat, terutama yang berhubungan dengan mengakhiri
hidup, berupa anggapan bunuh diri sebagai jalan akhir dan
penyelesaian.

E. Sumber Data
Data karya tulis yang berjudul ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan
Keluar” ini diperoleh dari mengakses berbagai website di Internet.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk menguraikan karya tulis ilmiah ini
adalah dengan metode deskriptif dan argumentatif.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

BAB II

PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI BUNUH


DIRI SEBAGAI JALAN KELUAR

A. Pengertian Bunuh Diri


Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang
dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula
oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk
membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya
sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri
menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatan-
perbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah
tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala
macam cara.

Menurut teori Freud, bunuh diri merupakan tampilan agresi yang


diarahkan ke diri melawan suatu introyeksi, ambivalensi akan kehilangan
objek cinta. Ia melakukan bunuh diri karena sebelumnya ia merepresi
keinginan untuk membunuh seseorang. Menninger mengatakan bunuh diri
sebagai tindakan pembunuhan yang terbalik karena adanya kemarahan
seseorang terhadap orang lain. Tindakan ini sebagai pembunuhan yang
diarahkan ke diri. Ada tiga komponen dalam bunuh diri yaitu keinginan untuk
membunuh, keinginan untuk dibunuh, dan keinginan untuk mati.

Berdasarkan data forensik FKUI/RSCM 1995-2004 terdapat 771 oran


laki-laki bunuh diri dan 348 perempuan bunuh diri.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Dari jumlah tersebut, 41% melakukan bunuh diri dengan cara gantung
diri, dengan menggunakan insektisida 23% dan overdosis mencapai 356
orang.

Contoh tindakan gantung diri

Dalam teori psikologi perilaku, bunuh diri sebenarnya adalah


kepanikan atau letupan sesaat, sebuah dorongan yang tiba-tiba. Antara
terpicu dan bertindak hanya berlangsung sekejap, dalam hitungan detik,
menit, atau jam, namun tidak dalam hitungan hari. Orang berada dalam
emosi yang sangat memuncak sebelum akhirnya dia mengakhiri hidupnya.
Jarang sekali orang sampai berpikir dua sampai tiga kali sebelum bunuh diri,
kecuali ada obsesi kompulsif yang terus berulang. Ia terobsesi untuk
mengakhiri hidupnya.

Betapapun kebudayaan dan pola pikir manusia, memberikan berbagai


alasan dan definisi maksud yang berbeda-beda tentang bunuh diri ini.
Namun, tetap saja pada intinya adalah "keputusasaan".

Sebab orang yang tidak berputus asa dan bersedia tetap menjalani
kehidupan seberat dan seburuk apapun, maka ia tidak akan pernah
melakukan kegiatan bunuh diri ini. Sebab ia sadar, bahwa hidup ini memang
penuh cobaan-cobaan berat dan pahit, jadi bunuh diri baginya hanyalah
tindakan sia-sia dan pengecut. Sebab masih banyak hal-hal yang bisa

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

dilakukan dalam hidup ini, dan segala sesuatu pastilah ada batasnya. Sebab
betapapun beratnya persoalan, tetap saja ia memiliki batas akhir
(penyelesaian), walaupun permasalahan itu harus selesai oleh waktu, tapi ia
selesai juga.

B. Tipe-Tipe Bunuh Diri


Durkheim mencoba untuk melakukan analisis terhadap bunuh diri
yang selama ini secara eksklusif didasarkan pada sudut pandang psikologis
dan individualistik. Ini berarti bunuh diri merupakan gejala sosial yang
dikerangkai oleh kondisi atau struktur kemasyarakatan yang melingkupinya.

Menurut Durkheim ada empat tipe bunuh diri yang didasarkan pada
dua kekuatan sosial sekaligus, yakni integrasi sosial (kemampuan individu
untuk terikat pada tatanan masyarakat) dan regulasi moral (aturan-aturan
atau pun norma-norma yang mengatur kehidupan individu).

1. Tipe pertama adalah bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Inilah corak
bunuh diri akibat terlalu sedikitnya integrasi sosial yang dilakukan
individu. Maksudnya, individu tidak cukup untuk melakukan pengikatan
diri dengan kelompok sosial. Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai
tradisi, norma-norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk
dijadikan panduan hidupnya.

2. Kedua, bunuh diri altruistik (altruistic suicide) sebagai hasil dari integrasi
sosial yang terlalu kuat. Individu sedemikian menyatu dengan kelompok
sosial, sehingga kehilangan pandangan terhadap keberadaan
individualitas mereka sendiri. Puncaknya mendorong untuk berkorban
demi kepentingan kelompoknya. Contoh, bunuh diri yang dilakukan
kalangan anggota militer. Fenomena ini sering dilakukan tentara

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Jepang pada PD II dengan melakukan aksi kamikaze untuk


menghancurkan kekuatan musuh.

3. Ketiga adalah bunuh diri anomik (anomic suicide) yang berarti bunuh
diri yang dilakukan ketika tatanan, hukum-hukum, serta berbagai aturan
moralitas sosial mengalami kekosongan. Terdapat empat jenis bunuh
diri yang disebabkan situasi anomik ini, yakni

a. anomi ekonomis akut , yang berarti kemerosotan secara sporadis


pada kemampuan lembaga-lembaga tradisional (seperti agama dan
sistem-sistem sosial pra-industrial) untuk meregulasikan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.

b. Anomi ekonomis kronis, yang maknanya adalah kemerosotan


regulasi moral yang berjalan dalam jangka waktu lama. Misalnya
saja Revolusi Industri yang menggerogoti aturan-aturan sosial
tradisional. Tujuan untuk meraih kekayaan dan milik pribadi ternyata
tidak cukup untuk menyediakan perasaan bahagia. Tidak aneh
misalnya, jika saat itu angka bunuh diri lebih tinggi terjadi pada
orang yang kaya daripada orang-orang yang miskin.

c. Anomi domestik akut, yang dapat dipahami sebagai perubahan


yang sedemikian mendadak pada tingkatan mikrososial yang
berakibat pada ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi.
Misalnya saja keadaan menjadi janda merupakan contoh terbaik
dari kondisi anomi semacam ini.

d. Anomi domestik kronis yang dapat dirujuk pada kasus pernikahan


sebagai institusi atau lembaga yang mengatur keseimbangan antara
sarana dan kebutuhan seksual dan perilaku di antara kaum lelaki
dan perempuan. Seringkali yang terjadi adalah lembaga perkawinan
secara tradisional sedemikian mengekang kehidupan perempuan,

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

sehingga membatasi peluang-peluang dan tujuan-tujuan hidup


mereka.

4. Tipe keempat adalah bunuh diri fatalistik (fatalistic suicide) yang


merupakan akibat dari regulasi atau pengaturan yang berjalan secara
bersambung dan berlebihan terhadap kehidupan individu. Di sini
individu merasakan hidupnya tidak berharga karena sedemikian
tertindas atau dibatasi ruang geraknya.Fenomena banyak orang yang
mengakhiri hidupnya secara tragis tak terlepas dari fakta bahwa
masyarakat di kota-kota besar mengalami tekanan sosial atau tekanan
kelompok yang sangat serius.

C. Faktor dan Alasan Tindakan Bunuh Diri


Faktor yang menyebabkan bunuh diri dapat dibedakan dalam
beberapa macam melalui riset yang dilakukan, yaitu:

1. Faktor Kehamilan dan Melahirkan

Melakukan bunuh diri ternyata sudah ditentukan saat sang jabang


bayi kali pertama dilahirkan. Hal ini terungkap dalam hasil penelitian yang
dilakukan oleh tim dari Swedia pimpinan Dr Danuta Wasserman yang
melakukan penelitian atas 700.000 remaja.

Dari hasil penelitian Dr Danuta Wasserman itu diketahui bahwa berat


badan bayi saat dilahirkan menjadi penentu resiko bunuh diri dikemudian
hari. Bayi yang lahir dibawah rata-rata memiliki resiko dua kali lebih tinggi
untuk melakukan bunuh diri dibandingkan dengan bayi yang lahir secara
normal. Resiko itu akan semakin tinggi jika ibu yang melahirkan masih
berusia remaja.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Hasil penelitian Dr Danuta Wasserman yang merupakan peneliti dari


`the National Centre for Suicide Research and Prevention` (Stockholm) itu
dipublikasikan melalui The Lancet medical journal. Menuru Dr Danuta
Wasserman, faktor genetika memerankan posisi penting dalam kasus
bunuh diri ini.

Riset dilakukan dengan mengikuti semua data dari bayi yang


dilahirkan antara tahun 1973 dan 1980 dengan melihat kecendrungan
tindakan bunuh diri yang terjadi pada usia 10 tahun hingga 26 tahun.
Secara keseluruhan tingkat tindakan bunuh diri yang terjadi di Swedia pada
tahun 1999 berkisar 20 orang untuk setiap 100.00 populasi. Menurut
penelitian, bayi yang dilahirkan memiliki berat badan kurang 2 kg akan
terkena resiko dua kali lebih tinggi mengalami bunuh diri dibandingkan
dengan bayi yang dilahirkan normal 3.25 kg - 3.75 kg.

Sementara anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang kurang dari usia
19 tahun juga akan mengalami resiko terkena ancaman bunuh diri bila
dibandingkan dengan ibu yang berusia 20 hingga 29 tahun. Malah panjang
bayi waktu dilahirkan juga turut diteliti oleh Dr Danuta Wasserman.
Menurutnya, bayi yang dilahirkan kurang dari 47 cm akan memiliki
kecendrungan melakukan bunuh diri bila dibandingkan dengan bayi yang
dilahirkan dengan panjang 50 atau 51 cm.

"Studi yang kami lakukan memang tidak memberikan jawaban yang


definitif mengenai resiko terjadinya bunuh diri," ungkapnya. "Namun
setidaknya kami menemukan hubungan penting antara pra kelahiran
sebagai faktor penentu. Saya fikir faktor genetika dan lingkungan menjadi
faktor yang sangat penting."

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Dr Danuta Wasserman menyarankan agar sang ibu selama


kehamilan menjaga nutrisi dengan baik termasuk tidak mengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan.

2. Faktor Genetik

Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi


faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen
memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan
penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat
lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya.
Namun, "kecenderungan genetik untuk bunuh diri sama sekali tidak
menyiratkan bahwa bunuh diri tidak terelakan". kata Jamison.

Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam
otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung
cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang
diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi.
Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam
kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain
menjelaskan, "Kadar serotonin yang rendah... dapat melenyapkan
kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya
serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.". Akan tetapi, faktor
genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk
melakukan tindakan bunuh diri.

3. Faktor Kepribadian

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya
potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian.
Para ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang
cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum
mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang
tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang
yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya
menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang
berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat
keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum).

Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis
bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri,
banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan
keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di
dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-
hari.

Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut


faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang
demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh
diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan
di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab
masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor
precipitasi). Penyebab utamanya adalah faktor predisposisi.

Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi


melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya,
memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase
sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya


dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan,
kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik
berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat
menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar.
Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor tertentu juga.

5. Faktor Ekonomi

Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi


faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat
berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset,
sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri
adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa
dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan
masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya
beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan
contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari
permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.

6. Gangguan Mental dan Kecanduan

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat


seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan
apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena
sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik.

Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti


depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau
narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa
lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan
gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para peneliti asal Swedia
mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita
gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per
100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya
melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan
bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan
yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara
depresi dan peristiwa -peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak
bisa dielakan.

Profesor Jamison, yang juga pernah mencoba bunuh diri,


mengatakan, "Orang-orang tampaknya dapat menanggung depresi selama
mereka yakin bahwa keadaan akan membaik." Akan tetapi, ia mendapati
bahwa begitu keputusasaan yang menumpuk menjadi tak tertanggulangi,
kesanggupan sistem mental untuk menahan dorongan bunuh diri secara
bertahap melemah. Ia menyamakan situasinya dengan rem mobil yang
menipis akibat telanan yang terus menerus.

Selain itu, penting untuk mengenali kecenderungan demikian karena


depresi dapat ditangani. Perasaan tak berdaya dapat dipulihkan. Apabila
faktor-faktor yang mendasar ditangani, orang -orang dapat bereaksi

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

dengan cara yang berbeda terhadap sakit hati dan tekanan yang sering kali
memicu bunuh diri.

Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat


(ini adalah sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan
menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif.

Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penulis


menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan :

1. Dilanda keputusasaan dan depresi

2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.

3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).

4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)

5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

D. Tanda-Tanda Bunuh Diri dan Faktor Resiko Bunuh Diri


Kita dapat mengetahui jika seseorang berniat bunuh diri dengan
tanda-tanda seperti dalam tabel berikut.

Tanda-tanda Bunuh Diri


Berbicara mengenai bunuh diri Munculnya pembicaraan tentang
mengakhiri hidup ataupun tidak ingin
dilahirkan
Mencari alat-alat yang berbahaya Mencari alat yang bisa digunakan
untuk bunuh diri, seperti pisau,
senjata api, pil, racun, dll
Menyukai hal-hal yang berkaitan Suka menulis cerita, puisi maupun

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

dengan kematian pantun yang berhubungan dengan


bunuh diri atau kematian
Tidak ada harapan untuk masa Merasa tidak berdaya, putus asa,
depan gelisah dan tidak percaya dengan
segala sesuatu yang bisa menjadi
baik
Membenci diri sendiri Merasa tidak berharga, bersalah,
malu serta merasa menjadi beban
bagi orang lain dan merasa keadaan
lebih baik tanpa dirinya
Menyerah diri Melepasakan segala harapan dan
berusaha untuk melepaskan diri dari
keluarga
Berkata selamat tinggal Mengunjungi keluarga tanpa diduga
dan secara tidak biasa, serta
mengungkapkan selamat tinggal
seolah-olah tidak akan bertemu lagi
Menarik diri dari orang lain Menarik diri dari keluarga dan teman,
serta mengasingkan diri dan ingin
ditinggal sendiri
Menghancurkan diri sendiri Penggunaan obat-obat terlarang atau
alkohol, bersikap sembarangan dan
tidak memikirkan dirinya lagi
Mendadak ingin menjadi tenang dan Tiba-tiba ingin menjadi tenang dan
bahagia bahagi dari semua permasalahan
yang ada dengan mengakhiri hidup

Adapun faktor-faktor risiko mengenai bunuh diri adalah

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

1. Pria mati bunuh diri empat kali lebih banyak dibandingkan dengan
wanita, namun wanita empat kali lebih sering melakukan tindakan
percobaan bunuh diri daripada pria

2. Bunuh diri meningkat seiring dengan meningkatnya usia, paling


banyak pada usia 15-24 tahun. Angka tertingi bunuh diri terjadi pada
kelompok usia di atas 55 tahun

3. Dua dari tiga kasus bunuh diri dilakukan oleh pria kulit putih.
Belakangan meningkat pada ras kulit hitam. Pada kelompok imigran
lebih tinggi dibandingkan penduduk asli

4. Perkawinan yang harmonis mempunyai kecenderungan lebih rendah


untuk melakukan bunuh diri. Bunuh diri lebih sering terjadi pada
mereka yang secara sosial terisolasi dan mempunyai riwayat keluarga
bunuh diri

5. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar kemungkinan


terjadinya bunuh diri, namun jatuhnya status sosial juga meningkatkan
risiko terjadinya bunuh diri

6. Pada umumnya orang yang berhasil bunuh diri karena menggantung


diri. Pria lebih banyak menggunakan senjata api, gantung diri atau
melompat dari ketinggian. Wanita lebih cenderung overdosis dengan
zat psikoaktif atau racun, tetapi senjata api mulai meningkat
penggunaannya.

E. Pandangan Mengenai Bunuh Diri


Tindakan bunuh diri yang dilakukan dapat dipandang dari berbagai
sudut, yaitu

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

1. Agama Islam

Orang yang nekad bunuh diri, biasanya karena putus asa diantara
penyebabnya adalah penderitaan hidup. Ada orang yang menderita
fisiknya (jasmaninya), karena memikirkan sesuap nasi untuk diri dan
keluarganya. Keperluan pokok dalam kehidupan sehari-hari tidak
terpenuhi, apalagi pada jaman sekarang ini, pengeluaran lebih besar dari
pemasukan.

Adapula orang yang menderita batinnya yang bertakibat patah hati,


hidup tiodak bergairah, masa depannya keliatan siuram, tidak bercahaya.
Batinnya kosong dari cahaya iman dan berganti dengan kegelapan yang
menakutkan. Penderitaan kelompok kedua ini, belum tentu karena tidak
punya uang, tidak punya kedudukan, dan tidak punya nama, karena semua
itu belum tentu dan ada kalanya tidak dapat membahagiakan seseorang,
pada media masa kita baca ada jutawan, artis dan ada tokoh yang memilih
mati untuk mengakhiri penderitaanya itu, apakah penderitaan jasmani atau
penderitaan batin.

Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu." (An-Nisa' : 29) "Maka (apakah) barangkali kamu akan
membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling,
sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS.
Al-Kahfi ; 6)

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri

Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah
saw., bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka
senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya
di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun,
maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka,
untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri
dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-
ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”

Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi
saw., sabdanya : “Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar apabila
dia tidak sanggup melaksanakannya.” “Mengutuk orang Mu’min sama
halnya dengan membunuhnya.” “Mengadakan tuduhan bohong atau
sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta
orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan
mengurangi hartanya.”

Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi
saw., sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama
selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu
akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu
cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.”

Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut
perang bersama-sama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah
saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, “Orang ini
penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang
dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang tadi anda katakan penghuni
neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia
tewas.” Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian kaum
muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan
demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah.
Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena
lukanya itu. Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada
Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal
supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk
surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh). Sesungguhnya
Allah menguatkan Agama ini dengan orang jahat.

Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar
Hasan ra, bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika
ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak
panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu
Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga.” (Karena dia sengaja
bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, “Demi
Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di
dalam masjid ini.”

Ayat Al-Qur’an dan Hadist tersebut di atas dengan jelas menunjukkan,


bahwa bunuh diri itu di dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun.
Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan
bunuh diri, segala persoalan telah selesai dan berakhir. Padahal azab
penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak.

2. Kesehatan

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Pembentukan niat bunuh diri dari seseorang adalah suatu persoalan


kesehatan mental yang dianggap sebagai masalah jiwa. Oran-orang yang
berniat bunuh diri hendaknya segera dibawa ke pakar atau dokter
kesehatan jiwa yang berpengalaman. Dalam dunia kesehatan, tindakan
bunuh diri meupakan tindakan menghilangkan nyawa dengan berbagai
cara, seperti dengan obat-obatan, gantung diri, senjata, dll.

Seorang mengalam penyakit jiwa berkemungkinan lebih besar dalam


melakukan tindakan bunuh diri, karena saraf-saraf neotransmiter kurang
berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, harus segera melakukan tindakan
yang cermat bagi orang-orang yang bisa melakukan tindakan bunuh diri

3. Kebudayaan

Pada zaman berperang dan zaman Edo di Jepang, para samurai


yang gagal mempertahankan martabat mereka boleh memilih untuk
mengakhiri hidup mereka melalui Harakiri (hara = perut, kiri = potong) atau
Seppuku, sejenis tradisi yang melibatkan samurai menggunakan pedang
untuk memotong perut sendiri. Perut biasa dipotong secara serong dengan
tangan samurai sendiri dan dianggap sebagai bentuk kematian yang
terhormat walaupun dilakukan untuk menutup aib. Dan juga Seppuku, yaitu
bunuh diri yang dilakukan oleh seorang asisten maupun budak untuk
menutupi kesalahan majikannya.

F. Upaya Pencegahan Tindakan Bunuh Diri

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Maraknya tindakan bunuh diri yang dilakukan sangat diperlukan perhatian


baik dari diri sendiri, masayarakat maupun pemerinitah. Tindakan-tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara:

1. Untuk Diri Sendiri

a. Tanamkan pada diri bahwa bunuh diri adalah tindakan berdosa,


tindakan yang putus asa, tindakan yang tidak berani menghadapi
kenyataan, dll.

b. Usahakan untuk mengekspresikan emosi dengan aktivitas yang


berguna, seperti aktivitas seni, olahraga, rekreasi dan dialog.

c. Adakan waktu untuk bekerja dan istirahat agar seimbang

d. Adakan waktu merenung untuk mensyukuri segala sesuatu yang


telah diterima

2. Untuk Masyarakat dan Pemerintah

a. Pihak Keluarga

Berbagai upaya pencegahan bunuh diri bisa dilakukan oleh pihak


keluarga. Upaya pencegahan itu dimaksudkan untukmeningkatkan faktor
proteksi. Beberapa tindakan itu di antaranya:

 Mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak

 Membangun hubungan yang positif di dalam rumah dimana rumah


diciptakan sebagai tempat untuk saling berbagi di

 antara anggota keluarga,

 Membangun kecerdasan emosional anak, dan

 Menanamkan pendidikan moral dan agama yang sebaik-baiknya.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

b. Lingkungan

Lingkungan jelas merupakan determinan penting dalam upaya


prevensi. Beberapa hal yang semestinya disediakan lingkungan untuk
mencegah terjadinya bunuh diri:

 Adanya tekanan sosial terhadap pelaku kekerasan dalam rumah


tangga.

 Tidak memberitakan secara berlebihan tentang kejadian bunuh diri


agar tidak menjadi model bagi remaja.

 Menciptakan kegiatan yang positif di dalam lingkungan untuk para


remaja.

c. Sekolah

Sekolah mencegah melalui berbagi program monitoring terhadap


keadaan siswa. Bila siswa mengalami penurunanprestasi, terlihat
mengalami depresi dan semacamnya, yang mengindikasikan adanya
kemungkinan bunuh diri, pihaksekolah perlu melakukan tindakan yang
cepat dan segera untuk mencegah. Misalnya berkonsultasi dengan
pihakkeluarga, melakukan bimbingan dan konseling, dan sebagainya. Hal
yang tidak kurang pentingnya dalam upayamencegah adalah menciptakan
sekolah yang menyenangkan dan menggembirakan. Tapi lebih dari itu,
pendidikan yang meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual harus diperkuat.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
“persepsi bunuh diri sebagai jalan keluar” bukanlah suatu tindakan yang
patut dilakukan, karena justru akan menambah masalah yang telah ada.

Bunuh diri merupakan hasil dari ketidakmampuan seseorang dalam


menghadapi cobaan hidup. Penyebab utama terjadinya bunuh diri
dimasyarakat adalah karena kurang iman dan kurang percaya pada diri
sendiri. Oleh karena itu, perlu ditanamkan sikap percaya diri yang mengarah
ke arah positif dan untuk menangkalnya juga harus diintensifkan pendidikan
agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan akwah Islamiyah kepada
seluruh lapisan lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah,
dan takwanya kepada Allah yang maha kuasa.

B. Saran
Saran dari penulis yang dapat disampaikan adalah agar masyarakat
dan pemerintah dapat bekerjasama dalam meningkatkan taraf hidup warga
negara Indonesia agar dapat menghindari segala persepsi yang mengarah
ke Bunuh diri.

Peran aktif dari masyarakat dan diri pribadi sangat penting untuk
menyeimbangkan antara pikiran dan tindakan yang dilakukan sehingga
segala kegiatan yang dilakukan dapat menghasilkan segala sesuatu yang

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

baik pula. Dan bila ada yang menemukan tanda-tanda akan tindakan bunuh
diri, diharapkan agar segera diantisipasi baik dibawa ke rumah sakit maupun
kantor polisi.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wordpress.com/tag/jepang-bunuh-diri/

http://id.wikipedia.org

http://www.balipost.co.id

http://www.doktertomi.com

http://www.freelists.org

http://www.helpguide.org

http://www.kompas.com

http://www.sinarharapan.co.id

http://www.sivalintar.com/hidup/

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

RIWAYAT PENULIS

Rizki Setiawan S, cowok kelahiran


Ternate, 30 Januari 1992 ini merupakan
anak dari pasangan Sultan Ambo dan
Warnetty Bustiar. Anak Sulung dari tiga
bersaudara ini merupakan pribadi yang
pemalu dan pendiam dilingkungan
sekitarnya. Akan tetapi, bisa menjadi
lebih ceria dan aktif jika bersama dengan teman – teman
dekatnya.

Cowok yang biasa disapa Iky ini senang dengan olahraga


renang ini memulai dunia pendidikannya di TK Al-Khairat
Falajawa 2, kemudian melanjutkan sekolahnya di SDN 1
Bastiong. Dan setelah kelas tiga SD, Iky sempat pindah ke
Bukit tinggi, Sumatera Barat selama 8 bulan dan bersekolah di
SD Parit lintang, Bukit tinggi. Setelah 8 bulan di Bukit tinggi,
Iky kembali ke Ternate dan melanjutkan sekolahnya dari kelas
4 di SDN 1 Bastiong. Setelah menamatkan pendidikannya di
SD, Iky melanjutkan sekolahnya di SMPN 1 Kota Ternate.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar
- 39 -

Selama bersekolah di SMP, Iky sempat mengikuti beberapa


lomba akademis di sekolahnya. Kemudian setelah
menamatkan pendidikan di SMP, Iky melanjutkan jenjang
pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu di SMAN 1
Kota Ternate. Di jenjang SMA pun Iky jalani layaknya seperti
siswa remaja yang biasa dan juga ikut dalam beberapa
kegiatan akademis.

Dalam kesempatan ini, Iky diberikan tugas untuk


menyelesaikan karya tulis sebelum menghadapi UN. Dan judul
yang dipilhnya adalah ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan
Keluar”. Karya tulis ini membahas tentang bunuh diri,
penyebabnya, pandangan tentangnya dan upaya pencegahan
bunuh diri.

Tak lupa ”Selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi


kita semua”.

Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan


Keluar

Anda mungkin juga menyukai