Ekspansi Kebab Turki Baba Rafi
Ekspansi Kebab Turki Baba Rafi
Marketing Management
Master of Management
Universitas Gadjah Mada
Kampus Jakarta
2019
0
ABSTRACT
Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) business has grown rapidly since its exist in 2003. The proof of
the rapid development of the KTBR business is the increasing number of KTBR outlets in
domestic area and abroad. KTBR which started from a cart in a city then successfullly expanded
and now has 1,300 outlets in 9 countries. The increasing number of outlets opened indicates that
KTBR can be accepted by society, consumers and prospective consumers. The purpose of this
research is to analyze the process of Identifying Market Segments and Targets conducted by
KTBR both domestically and abroad and to find out the strategies implemented by KTBR as the
growth of kebab businesses through a franchise scheme, so that the expansion of KTBR business
could be successfully implemented.
Keywords: Identifying Market Segments and Targets, Business Growth, Expansion, Franchise
ABSTRAK
Bisnis Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) berkembang cukup pesat sejak awal berdirinya di tahun
2003. Bukti pesatnya perkembangan bisnis KTBR adalah semakin banyaknya outlet KTBR yang
tersebar di dalam Negeri maupun di Luar Negeri. KTBR yang bermula dari satu gerobak pada
sebuah Kota kemudian sukses berekspansi dan kini tercatat telah memiliki 1,300 outlet di 9
Negara. Semakin banyaknya outlet yang dibuka menandakan bahwa KTBR dapat diterima oleh
masyarakat luas, konsumen dan calon konsumennya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses Identifikasi Segmen dan Target Pasar yang dilakukan KTBR baik di dalam
Negeri dan di Luar Negeri dan Untuk mengetahui strategi yang dijalankan KTBR atas
tumbuhnya bisnis kebab melalui skema franchise, sehingga ekspansi bisnis KTBR dapat sukses
dijalankan.
Kata Kunci: Indentifikasi Segmen dan Target Pasar, Pertumbuhan Bisnis, Ekspansi, Franchise
BAB I
PENDAHULUAN
2
Franchise, Perusahaan Kebab Nasional Pertama dengan Sistem Franchise dan Jumlah Gerai
Terbanyak di Indonesia – Rekor Bisnis dan Junior Chamber International & United Nation –
Social Respocnsible Company – JCI & UN Global Compact. (Achievements, dalam
http://www.babarafi.com/our-achievement/, di akses pada Juli 2019)
Penghargaan-penghargaan tersebut tentunya menjadi bukti keberhasilan bisnis franchise
yang dijalankan oleh KTBR baik didalam Negeri maupun di luar Negeri. Lebih lanjut dalam
tulisan ini akan dibahas perkembangan bisnis KTBR dan dilanjutkan dengan paparan perihal
landasan teori terkait strategi manajemen pemasaran yang dilakukan oleh PT. Baba Rafi
Indonesia sehingga bisnis franchise KTBR dapat berkembang dengan pesat dan bahkan menjadi
salah satu yang terbaik di bidangnya.
3
Dalam variabel kebiasaan atau perilaku konsumen, Kotler dan Keller (2016) menerangkan
tiga hal penting yang dapat berpengaruh atas segmen variabel kebiasaan atau perilaku konsumen.
Pertama, terkait Kebutuhan dan Keinginan; dimana dijelaskan bahwa masing-masing individu
memiliki kebutuhan dan harapan saat membeli ataupun menggunakan sebuah barang. Kedua,
peran pengambilan keputusan yang didasarkan pada peran pada masing-masing manusia dalam
mengambil keputusan. Kelima peran tersebut adalah initiator, influencer, decider, buyer dan user.
Ketiga, adalah variabel terkait pengguna dan manfaat penggunaan yang dipengaruhi oleh alasan
atau tujuan, status konsumen, jumlah pembelian atau penggunaan produk oleh konsumen, tingkat
kesadaran konsumen terhadap sebuah produk dan loyalitas konsumen.
Sedangkan menurut Dharmmesta (2019), setidaknya terdapat sembilan tahapan mengenai
Identifikasi Segmen dan Target Pasar. Kesembilannya secara berurutan adalah Idea Generation,
Idea Screening, Development (concept), Prototype 1 development, Market Test 1, Prototype 2
development, Market Test 2, Business Analysis dan Komersialisasi. Nantinya, tahapan ini akan
membantu menerangkan sejauh mana identifikasi segmen dan target pasar yang dilakukan oleh
KTBR yang secara khusus juga melihat variabel kebiasaan atau perilaku konsumen dan calon
konsumennya.
BAB II
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5
Sebagaimana bisnis seharusnya dimulai, tentu identifikasi segmen dan target pasar harus
terlebih dahulu dibuat. Pada mula bisnisnya sebelum Kebab, Hendy Setiono dan Nilam Sari yang
saat itu sebagai pasangan suami istri mencoba bisnis burger yang sedang menjadi tren kuliner di
Surabaya. Namun, bisnis burger tersebut tidak bertahan lama karena kalah bersaing dengan
bisnis burger lain yang telah memiliki brand burger yang lebih terkenal. Bisnis kebab kemudian
dipilih setelah Hendy Setiono dan Nilam Sari berkunjung ke Qatar dan menemukan penjual
kebab sangat mudah ditemukan. Keduanya kemudian mencoba peruntungannya untuk
memasarkan kebab versinya di Surabaya.
Sepuang dari Qatar, keduanya tetap memutuskan bahwa apabila akan memulai bisnis
kebab, cara mulanya akan tetap sama dengan bisnis burger sebelumnya yakni dengan mulai
menjual produk dengan menggunakan gerobak di pinggir jalan, tujuannya agar pelanggan
sebelumnya yang telah mengetahui titik lokasi berjualan dapat mengetahui bahwa gerobak yang
digunakan menjual sebelumnya tetap ada di lokasi yang sama meski produk yang dijual berbeda.
Dalam hal ini, keduanya telah melewati tahapan idea generation dan idea screening.
Di awal pengembangan bisnis kebab, mulanya keduanya menjual kebab dengan rasa yang
umum dengan yang dijual di Qatar. Keduanya kemudian mencoba memasarkan terlebih dahulu
kepada orang-orang terdekat, namun respon yang didapat adalah bahwa rasa dari kebab tersebut
terlalu kuat “aroma Timur Tengahnya”. Oleh karenanya, keduanya mencoba meracik dan
memodifikasi rasa kebab hingga keduanya mendapatkan rasa yang cocok bagi lidah orang
Indonesia. Keduanya kemudia memasarkan kembali kepada orang-orang terdekatnya, dan rasa
kebab tersebut dianggap telah sesuai dengan cita rasa orang Indonesia. Keduanya pun kemudian
memasarkan kebab dengan berjualan melalui gerobak di Surabaya. Dalam hal ini, keduanya telah
melewati tahapan Development (concept), Prototype 1 development, Market Test 1, Prototype 2
development, Market Test 2, Business Analysis dan Komersialisasi.
Kebab umumnya cukup familiar bagi orang-orang yang sudah pernah pergi ke kawasan
Timur Tengah, namun di Surabaya saat itu kebab belum terlalu dikenal. Setelah melalui proses
pengenalan produk melalui branding yang dilakukan, bisnis kebab di Surabaya kemudian cukup
berkembang. Namun, salah satu kunci yang juga berhasil membuat KTBR dikenal di Surabaya
adalah cita rasa dari kebab itu sendiri, yang mana rasa Kebab tersebut merupakan rasa modifikasi
yang dilakukan oleh Hendy Setiono dan Nilam Sari. Dalam hal ini, KTBR mampu untuk
menjawab keinginan konsumen dengan mengembangkan rasa kebab yang dapat diterima oleh
6
lidah Indonesia. Keduanya tidak memaksakan originalitas rasa kebab Qatar untuk dapat
dipasarkan di Surabaya. Keduanya melihat kebutuhan dan keinginan konsumen, yang kemudian
menghasilkan kepuasan tersendiri bagi konsumen setelah mencoba produk kebab yang
dipasarkan oleh KTBR.
Kecermatan KTBR untuk menganalisi perilaku konsumen pada akhirnya memiliki
dampak penting pada pertumbuhan bisnisnya. Sebagai contoh diawal, KTBR sukses menangkap
tren kuliner makanan cepat saji di Surabaya pada saat itu sehingga ketika masyarakat mulai
aware dengan kebab, secara perlahan bisnis KTBR dapat tumbuh. Lebih lanjut, ketika KTBR
mulai melakukan ekspansi, kecermatan dalam menganalisis perilaku konsumen menjadi kunci
sukses bisnis KTBR. Sebagai contoh adalah pada ekspansi KTBR ke Bali, KTBR sadar bahwa
masyarakat Hindu yang tidak dapat mengkonsumsi daging sapi menjadi mayoritas, sehingga
KTBR mengakomodir dengan menghadirkan kebab dengan bahan baku non daging sapi. Saat ini
KTBR juga terus berimprovisasi dengan menyediakan gerai Container Kebab, yakni area yang
benar-benar nyaman bagi pelanggan untuk menghabiskan waktu, menikmati makanan sembari
ngobrol, sekaligus berswafoto (Mahribi, 2019). Dalam hal ini, KTBR kembali menganalisis
perilaku konsumen di era kekinian, dimana tren konsumen yang telah berubah dari sebelumnya
apabila membeli makanan cepat saji lebih banyak yang melakukan take away, kini telah bergeser
untuk memilih makan sembari kongkow.
BAB III
KESIMPULAN
Kecermatan KTBR dalam memilih segmen pasar dan menangkap peluang pertumbuhan
bisnis menjadi kunci suksesnya ekspansi yang dilakukan oleh KTBR. Mulanya KTBR memulai
8
bisnis dari kota Surabaya, mengamati perilaku konsumen dan kemudian mengembangkan bisnis
ke kota lain bahkan ke Luar Negeri melalui skema franchise. Skema franchise memang
memungkinkan ekspansi bisnis dan pertumbuhan bisnis yang pesat, namun kecermatan KTBR
dalam menganalisa perilaku konsumen dapat dikatakan sebagai kata kunci penting dari proses
pertumbuhan bisnis KTBR. Dengan franchise ke kota Lain dan Luar Negeri, KTBR tentu
memiliki peluang untuk mendapatkan pangsa pasar baru. Namun, KTBR juga menyadari bahwa
terdapat perbedaan konsumen pada satu tempat dan tempat lainnya. Dengan masing-masing
individu memiliki kebutuhan dan harapan saat mengkonsumsi kebab, membuat KTBR
berimprovisasi. Dari kebab yang kental dengan rasa timur tengah, diubah menjadi kebab yang
rasanya lebih dapat diterima di Indonesia, dan kemudian ketika masuk ke daerah lain,
disesuaikan dengan cita rasa kebutuhan konsumen dan calon konsumen. Hal tersebut diyakini
menjadi kunci bagi KTBR dapat diterima oleh konsumen baru pada pangsa pasar yang baru.
Disisi lain, KTBR juga tetap berusaha mempertahankan pasar dan konsumen eksisting melalui
penciptaan produk-produk baru, hingga model gerai baru sehingga konsumen tidak merasa
bosan.
Gabungan dari kecermatan menganalisa perilaku konsumen dan penerapan strategi
pemasaran dengan inovasi yang dilakukan dalam usaha menumbuhkan bisnis KTBR menjadi
kunci dimana bisnis kebab KTBR dapat bertahan hingga saat ini. Penciptaan ataupun
pengembangan produk baru dilakukan untuk menjawab kebutuhan dan keingian konsumen
dengan mempertimbangkan dan menganalisa perilaku konsumen dan calon konsumennya.
Munculnya produk baru juga sekaligus menjadi bukti inovasi yang dilakukan sehingga KTBR
mampu untuk mempertahankan konsumen melalui pasar yang telah ada dan memperoleh calon
konsumen ataupun konsumen baru pada lokasi baru. Skema franchise kemudian turut
memudahkan KTBR untuk mendapatkan lokasi outlet lebih tersebar sehingga pangsa pasar baru
semakin besar dan mudah untuk didapatkan oleh KTBR. Apabila kecermatan menganalisa
perilaku konsumen dan inovasi produk dapat terus dilakukan, bukan tidak mungkin bisnis KTBR
akan semakin berkembang lebih jauh lagi.
DAFTAR PUSTAKA
9
Anonim. 2016. Baba Rafi Jajaki Ekspansi ke Selandia Baru. Diambil dari
https://investor.id/archive/baba-rafi-jajaki-ekspansi-ke-selandia-baru, diakses pada 2 Juli
2019.
Ardela, Fransiska. 2017. Kisah Sukses Hendy Setiono Pendiri Kebab Baba Rafi, 2 Outlet di 2003
Jadi Lebih dari 1200 Outlet di 2015. Diambil dari https://www.finansialku.com/kisah-
sukses-hendy-setiono-pendiri-kebab-baba-rafi-2-outlet-di-2003-jadi-lebih-dari-1200-outlet-
di-2015/, diakses pada 2 Juli 2019.
Irwan, Asep. 2019. Nilam Sari: Pengusaha Sukses Founder Kebab Turki Baba Rafi yang Tak
Mudah Berpuas Diri. Diambil dari https://www.maxmanroe.com/nilam-sari.html, diakses
pada 2 Juli 2019.
Heriyadi. 2018. Strategi Positioning Dalam Persaingan Bisnis (Points of Difference dan Points of
Parity). AJIE- Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Kotler, P. & Keller, K.L. 2016. Marketing Management. Global Edition 15e. United States of
America: Pearson Education, Inc.
Mahribi, Moh. Agus. 2019. Merek Lokal yang Mendunia. Majalah Marketing. Jakarta: PT. Info
Cahaya Hero.
10