PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia sudah banyak sekali fastfood franchise merajalela dimana-mana.
Fastfood franchise yang ada di Indonesia ini ada dari lokal dan asing sebagai contoh untuk
yang lokal ada CFC dan JCO Donuts sedangkan untuk franchise asing contohnya adalah
McDonald’s, KFC dan Texas. Sekarang setiap orang bisa menikmati fastfood dimanapun
dan kapanpun.
Yang menarik dari semua fastfood yang ada di Indonesia adalah Texas Chicken.
Kenapa Texas Chicken cukup menarik? Karena Texas Chicken memutuskan untuk
melakukan rebranding. Branding adalah proses memberikan produk dan layanan dengan
kekuatan merek. Ini semua tentang menciptakan perbedaan antar produk. Pemasar perlu
memberitahu konsumen "siapa" produk itu dengan memberinya nama dan elemen merek
lain untuk mengidentifikasinya dan juga apa yang dilakukan produk dan mengapa
konsumen harus peduli (Kotler and Keller, 2016:323). Sedangkan rebranding merupakan
upaya yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga untuk mengubah total atau
memperbaharui sebuah brand yang telah ada agar menjadi lebih baik dengan tidak
mengabaikan tujuan awal perusahaan, yaitu berorientasi profit. Rebranding sendiri berasal
dari kata Re yang berarti “kembali” dan Branding yang bermakna “penciptaan brand
image” secara mendasar menuju kondisi yang lebih baik (Wheeler, Alina, 2013)
Ada beberapa alasan mengapa suatu perusahaan melakukan rebranding. Pertama,
misi perusahaan sudah berubah. Hal pertama yang bisa menjadi alasan kuat mengapa suatu
perusahaan harus melakukan proses rebranding adalah karena misi perusahaan. Misi
perusahaan yang berubah bisa menjadi tanda bahwa perusahaan harus melakukan
pergantian atau perubahan. Misi yang baru akan lebih susah untuk disosialisasikan jika
rebranding tidak dilakukan.
Kedua, target market yang lama sudah tua. Meskipun pelanggan yang lama mungkin
masih loyal, namun perusahaan perlu memperhatikan juga potensi pelanggan yang baru.
Target market tidak perlu berubah, hanya perlu melakukan rebranding dengan sigap.
Ketika telat untuk menyadari perubahan umur dan taste dari target market ini, maka
perusahaan akan semakin susah saat melakukan rebranding.
Ketiga, adanya keinginan meluncurkan produk baru. Alasan lainnya mengapa
perusahaan harus rebranding adalah karena adanya keinginan untuk meluncurkan produk
baru yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.
Keempat, adanya kompetitor yang lebih unggul. Ketika perusahaan merasa selalu
kalah dari kompetitor, berarti perusahaan perlu melakukan rebranding.
Rebranding yang dilakukan Texas Chicken merupakan suatu langkah besar yang
dilakukannya dikarenakan beberapa tahun kebelakangan Texas Chicken terlihat vakum.
Vakum bukan disebabkan oleh kalah saing, tapi memang ada alasan lain dari franchisee
yaitu lebih fokus mengembangkan outlet di areal lain di luar Jakarta di Medan misalnya.
Selanjutnya, baru pada tahun 2018 muncul dua franchisee lainnya untuk menghidupkan
kembali merek Texas Chicken.
Selain itu, strategi rebranding ini bertujuan untuk meningkatkan market share Texas
Chicken. Tidak bisa dipungkiri bahwa pasar fastfood di Indonesia masih didominasi oleh
McDonald’s dan KFC.
1.2. Rumusan Masalah
Texas Chicken sudah vakum untuk beberapa tahun kebelakang. Namun, vakum disini
bukan dalam arti tidak melakukan kegiatan operasional, mereka hanya tidak melakukan
suatu gebrakan besar. Jadi, selama beberapa tahun kebelakang nama Texas Chicken sekan
hilang dari peredaran di masyarakat. Kemudian, tahun 2019 Texas Chicken memutuskan
untuk melakukan rebranding yang merupakan suatu langkah besar yang diambil oleh
Texas Chicken ditengah persaingan fastfood yang didominasi oleh McDonald’s dan KFC.
Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menganalisis startegi rebranding Texas
Chicken di tengah dominasi kompetitor di dalam pasar fastfood.
4.1. Branding
Menurut Alina Wheeler (2013), branding merupakan salah satu proses disiplin yang
membangun kesadaran konsumen dan memperpanjang kesetiaan konsumen. Branding
adalah memperbesar peluang untuk konsumen harus menggunakan satu merek tertentu
daripada merek yang lain. Keinginan untuk menjadi pemimpin pasar dan merupakan cara
terbaik untuk menjangkau konsumen.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2016), branding adalah proses memberikan
produk dan layanan dengan kekuatan merek. Ini semua tentang menciptakan perbedaan
antar produk. Pemasar perlu mengajarkan konsumen "siapa" produk itu dengan
memberinya nama dan elemen merek lain untuk mengidentifikasinya dan juga apa yang
bisa dilakukan produk dan mengapa konsumen harus peduli. Branding menciptakan
struktur mental yang membantu konsumen mengatur pengetahuan mereka tentang produk
dan layanan dengan cara yang mengklarifikasi pengambilan keputusan mereka dan, dalam
prosesnya, memberikan nilai bagi perusahaan.
Agar strategi branding menjadi sukses, nilai suatu merek harus diciptakan, konsumen
harus diyakinkan bahwa ada perbedaan yang berarti di antara merek dalam kategori produk
atau layanan. Perbedaan merek sering dikaitkan dengan atribut atau manfaat dari produk
itu sendiri.
Merek yang sukses dilihat sebagai asli, nyata, dan otentik dalam apa yang mereka jual
serta siapa mereka. Merek yang sukses menjadikan dirinya bagian tak terpisahkan dari
kehidupan pelanggannya.
Menurut Alina Wheeler (2013) ada beberapa jenis branding diantaranya:
1. Co-branding yaitu bermitra dengan merek lain untuk mencapai jangkauan
2. Digital branding yaitu melalui web, media sosial, optimisasi mesin pencari, mendorong
perdagangan di web
3. Personal branding yaitu cara individu membangun reputasi mereka
4. Cause branding yaitu menyelaraskan merek Anda dengan tujuan amal; atau tanggung
jawab sosial perusahaan
5. Country branding yaitu upaya untuk menarik wisatawan dan bisnis
4.2. Rebranding
Rebranding adalah strategi pemasaran yang mana perusahaan membuat sebuah nama
baru, tagline, simbol, desain yang diciptakan untuk merek yang sudah terkenal dengan
tujuan pengembangan, memberikan sebuah pembaharuan di benak konsumen, investor,
dan pesaing. Seringkali rebranding ini melibatkan perubahan pada logo, nama, gambar,
strategi pemasaran, dan tema iklan.
Menurut Muzellec dan Lambkin (2005) rebranding yaitu menciptakan suatu nama
yang baru, istilah, simbol, desain, atau suatu kombinasi kesemuanya untuk satu brand yang
tidak dapat dipungkiri dengan tujuan dari mengembangkan differensiasi (baru) posisi di
dalam pikiran dari stakeholders dan pesaing.
Menurut Lomax dan Mador (2006) faktor-faktor penyebab terjadinya rebranding
terdiri dari dua bagian utama, yaitu :
Internal Factors, terdiri dari:
1) Changes in corporate strategy, maksudnya adalah rebranding bisa terjadi karena
adanya perubahan dalam strategi perusahaan.
2) Changes in organization behavior including culture, maksudnya rebranding bisa
terjadi karena adanya perubahan dalam perilaku organisasi, termasuk didalamnya
adalah perubahan dalam budaya perusahaan.
3) Changes in corporate communication, maksudnya adalah rebranding terjadi karena
adanya perubahan dalam komunikasi perusahaan.
4) Changes in fashion, maksudnya rebranding bisa terjadi karena adanya perubahan
dalam kebiasaan organisasi.
External Factors, terdiri dari:
1) Imposed corporate structural change, maksudnya rebranding bisa terjadi karena
adanya perubahan struktur perusahaan (misalnya karena dilakukannya merger atau
akuisisi).
2) Concern over external perceptions of the organization and its activities, maksudnya
rebranding bisa terjadi karena perusahaan memperhatikan persepsi-persepsi
eksternal dari suatu organisasi dan kegiatan-kegiatannya.
Menurut Thurtle (2002) dalam Consognia Plays The Re-Branding Name Games – and
Losses, rebranding lebih dari sekedar mengubah nama sebuah brand. Rebranding
memerlukan banyak penelitian dan biaya, hal ini sama juga dengan melakukan banyak
pekerjaan berat maupun itu menghidupkan kembali suatu produk yang sekarat dan
rebranding hanya untuk keadaan yang benar benar mendesak, karena dapat
mengakibatkan kondisi yang sangat berbahaya, lebih berbahaya dari sekedar kehilangan
beberapa customer.
Ada beberapa kondisi yang memungkinkan sebuah perusahaan untuk melakukan
rebranding, yaitu sebagai berikut (Thurtle, 2002) :
1. Perusahaan ingin memutuskan huubungan yang telah terjalin selama ini.
2. Perusahaan melakukan penggabungan dengan perusahaan lain.
3. Adanya brand name yang sama dengan perusahaan lain.
4. Brand yang dipakai saat ini dipersepsikan sudah kuno.
5. Brand yang dimiliki dikait-kaitkan dengan kejadian yang buruk atau tragedi.
Menurut Keller (2000) yang disajikan oleh Muzellec dan Lambkin (2005) rebranding
itu bertingkat. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam memahami tentang rebranding
dalam konteks yang lebih sederhana yaitu dalam tiga tingkat brand hierarchy.
Possible Interactions
Corporate Rebranding
Corporate Level
Rebranding
Business Unit Rebranding
Product Rebranding
Gambar 2.1 Hierarchy of
Rebranding
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap Texas Chicken, market share yang dimiliki oleh
Texas masih jauh dari kompetitor yang mendominasi pasar.
Gambar 4.1 Pangsa Pasar Merk Makanan Cepat Saji di Indonesia 2016
Market share Texas Chicken masuk dalam kategori others yang maksudnya di dalam
kategori tersebut masih ada ratusan merk makanan cepat saji lainnya selain Texas Chicken
yang masing-masing memiliki market share di bawah 2,8 %. Terlihat pada gamabr di atas yang
masih mendominasi pasar fastfood di Indonesia adalah KFC dan McDonald’s. Hal ini
dikarenakan beberapa tahun ke belakang Texas Chicken di Indonesia sempat vakum.
Oleh karena itu, Texas Chicken memutuskan untuk melakukan rebranding di tahun 2019.
Dari segi logo, standarisasi layout restoran dan menu. Namun, disini kita perlu melihat
kekuatan dan kelemahan dari strategi rebranding yang dilakukan oleh Texas Chicken.
STRENGHTS WEAKNESSES
1. Memberikan kesan baru 1. Membuat pelanggan setia
pada customer melalui bingung dengan logo dan
perubahan logo dan konsep baru Texas Chicken
konsep gerai
2. mempunyai menu
OPPORTUNITIES THREATS
1. Mengambil alih customer
dari market leader yang 1. Loyalitas pelanggan
tidak puas atau tidak terhadap market leader
terlayani
2. Bisa menjadi niche market