Anda di halaman 1dari 22

Aspek Pemasaran

Global Bisnis
Waralaba
Team 09:

01 Sajidah Hafizah B. 03 Ahdan Fawwas Y.

02 M. Taufiqur R. 04 Latifatuz Zahro`


Sub Materi

01 02 03 04

Materi 1 Materi 2 Materi 3 Materi 4


Materi 1
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
Waralabasecara Global
1. Reputasi merek / kredibilitas usaha
Reputasi merek merupakan sejauh mana nama merek tersebut dikenal
franchisee, memiliki daya saing dan citra positif di bandingkan dengan
merek lain. Menurut Pranomo (2007) merek merupakan salah satu
penyokong keberhasilan bisnis franchise. Reputasi sebuah merek tidak
dapat dibangun dalam sehari, sehingga perlu dibuktikan ketangguhan
merek tersebut. Jika merek tersebut tangguh, maka orang-orang akan
sadar dan mengakui ketangguhan merek tersebut. Menurut Zachary et
al. (2011) alam Uripi dan Wijayanto, merek franchise yang menarik dan
berbeda dapat menunjukkan identitas mereka sehingga dapat menarik
calon pewaralaba. Indikator untuk mengukur yaitu dengan reputation
(nama baik) dan recognition (tingkat dikenalnya merek).
2. Sistem bisnis
● Sistem bisnis merupakan suatu sistem yang memproduksi barang dan
jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Sistem bisnis dibagi
menjadi dua yaitu SOP (Standart Operating Procedure) dan strategy
Marketing. SOP merupakan panduan hasil kerja dan proses kerja yang
harus dilaksanakan, cara mengukur SOP yaitu dengan menilai apakah
SOP yang dimiliki mudah dilaksanakan atau rumit. Strategy Marketing
dapat diketahui apakah perushaaan memiliki rencana pemasaran dalam
beberapa tahun kedepan atau tidak dan bagaimana perusahaan
memasarkan produknya.
3. Biaya fee
● Biaya fee adalah biaya yang ditetapkan antara biaya pembelian merek
dan sistem bisnis, atau biaya pembelian waralaba dan biaya royalty.
Indikator untuk mengukur yaitu kesesuaian biaya fee dengan budget
yang dimiliki, kejelasan akan pembagian prosentase keuntungan dan
royalty.
4. Dukungan dari franchisor
Dukungan yang didapat dari franchisor dalam membantu mempersiapkan usaha yang akan dijalin
dan dukungan dalam mengembangkan dan menjalankan usaha tersebut nantinya. Indikator
untuk mengukur yaitu membantu penentuan tempat usaha, menyediakan bahan baku dan
menyediakan training karyawan.
5. Kepercayaan pada franchisor
Kepercayaan merupakan aspek penting dalam bisnis waralaba. Kepercayaan yang dimaksud adalah
kepercayaan akan keandalan franchisor dalam segala sesuatu yang dilakukan dalam usaha
waralaba serta kejujuran dalam menjalankan usaha dari franchisor.
6. Resiko bisnis
Resiko kegagalan bisnis menjadi pertimbangan dalam memilih franchise, apakah franchise tersebut
memiliki resiko yang kecil atau besar, ini harus di pelajari dulu oleh franchisee.
7. Keunikan produk
Keunikan produk dapat diukur dengan adanya keunikan produk yang dimiliki menjadi pembeda
dengan produk dari usaha lain serta dengan adanya keunikan produk dapat menarik lebih
banyak konsumen. Keunikan sendiri dapat dilihat dari adanya banyak varian rasa yang menarik,
produk yang dihasilkan dan kemasan produk.
Materi 02
Seperti yang diungkapkan oleh Viswanathan dan Dickson (2006) bahwa strategi pemasaran global meliputi dua
pendekatan yaitu strategi pemasaran standar dan strategi pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi negara
tempat bisnis perusahaan dipasarkan (Standardization and adaptation of marketing strategies). Strategi
pemasaran dengan pendekatan standar lebih menekankan pada pasar global yang memiliki sifat pelanggan
yang homogen (consumer homogeneity). Strategi ini menekankan perusahaan untuk dapat memasarkan produk
dan layanan yang sama di seluruh dunia dengan menggunakan identik strategi dengan biaya yang lebih rendah
dan margin yang lebih tinggi.
Hal yang sama dikemukan oleh Levitt (1983) bahwa perusahaan multinasional yang memiliki pasar global
akan lebih kompetitif bila mereka mampu menawarkan produk-produk global yang standar secara fungsional,
dapat diandalkan, dan berbiaya rendah. Beberapa perusahaan yang lebih menekankan kepada preferensi
konsumen akan dibingungkan oleh perilaku konsumen yang selalu berubah-ubah sehingga menjadi sulit dalam
pengambilan keputusan. Perusahaan global akan mencapai sukses dalam jangka panjang jika ia mampu
berkonsentrasi pada pasar yang konsumen inginkan daripada menggarap pasar yang konsumen pikirkan secara
detail. Menurut Levitt (1983), perusahaan global merupakan perusahaan yang mampu menjual dengan biaya
relatif rendah di seluruh dunia dengan satu kesatuan strategi.
Menurut Vrontiis dan Trassou (2007), para pendukung konsep strategi pemasaran global standardisasi percaya bahwa konsumen
di dunia ini memiliki kebutuhan dan keinginan yang relatif sama. Mereka juga percaya bahwa dunia ini berkembang menjadi
semakin sama pada lingkungan wilayah dan perilaku pelanggannya, mereka tidak memperdulikan darimana konsumen berasal.
Sehingga atas dasar hal itu, strategi pemsaran global yang berfokus kepada standardisasi akan menjanjikan penciptaan pasar
tunggal dengan biaya yang lebih murah dan keseragaman permintaan pelanggan.

Berbeda dengan strategi yang pertama, Viswanathan dan Dickson (2006) mengungkapkan bahwa pendekatan strategi yang kedua
memiliki asumsi bahwa di setiap negara memiliki karaktetristik pasar yang berbeda-beda sehingga strategi pemasaran global
yang dikembangkan harus disesuaikan dengan kondisi pasar di suatu negara yang menjadi target pemasaran. Pemilihan strategi
ini didasarkan pada beberapa pengamat yang menekankan perbedaan-perbedaan yang jelas antara pasar berbagai negara, terutama
untuk barang konsumsi dan berdebat demi menggunakan program internasional pemasaran dibedakan. Strategi ini dikenal dengan
sebutan adaptation of marketing strategies. Zou dan Cavusgil (2002) menyampaikan tiga perspektif yang berbeda dalam strategi
pemasaran global, yaitu standardisasi (standardization), konfigurasi-koordinasi (configuration-coordination), dan integrasi
(integration). Dari tiga perspektif tersebut, perspektif konfigurasi-koordinasi, dan perspektif integrasi terutama berfokus pada
masalah daya saing. Menurut perspektif konfigurasi-koordinasi, koordinasi dan konfigurasi kegiatan rantai nilai secara global
akan menciptakan keunggulan komparatif melalui peningkatan efisiensi. Menurut perspektif integrasi, integrasi bergerak
kompetitif secara global akan menciptakan strategi efektif melalui memanfaatkan kompetitif. Jika penciptaan keunggulan
kompetitif melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas adalah tujuan dari strategi pemasaran global, akan mengikuti
perpanjangan dari strategi pemasaran global perlu minimal fokus yang kuat pada isu keunggulan kompetitif.
Maulana (1999) mengungkapkan tentang lima alternatif strategi dalam pemasaran global yang dikemukakan oleh Keegan
(1999) yang meliputi strategi perluasan langsung. Dalam strategi ini, perusahaan tidak melakukan sesuatu yang baru atau
sama sekali tidak mengubah produk yang sudah dijualnya di pasar domestik, dan memasarkannya ke pasar asing dengan cara
promosi yang juga sudah diterapkan di pasar domestik sebelumnya. Strategi ini akan cocok untuk produk-produk seperti
kamera dan peralatan elektronika. Alternatif strategi kedua adalah adaptasi produk, yaitu strategi perusahaan melakukan
perubahan pada produk sesuai pasar yang dituju. Promosi tidak banyak diubah, bahkan terkadang tidak diubah sama sekali.
Hal ini telah dilakukan oleh McDonalds dan Kentucky Fried Chicken (KFC). McDonalds mencontohkan dengan
mengembangkan produk McRendang, demikian pula KFC memasukan nasi sebagai salah menunya. Alternatif strategi ketiga
adalah strategi produk baru. Strategi ini terbagi atas dua jenis: backward invention, yaitu strategi dengan memperkenalkan
produk baru di pasar yang baru dituju namun dengan memperkenalkan produk yang sudah lama dikenal di pasar domestik
sebelumnya. Forward invention, yaitu strategi di mana perusahaan benar-benar memperkenalkan produk baru untuk
memenuhi permintaan pasar baru. Alternatif strategi keempat adalah adaptasi komunikasi, yaitu strategi yang dilakukan
perusahaan dengan menyesuaikan promosi sesuai kondisi pasar yang dituju. Dan alternatif kelima adalah strategi adaptasi
ganda, yaitu perusahaan melakukan penyesuaian antara produk dan promosinya sesuai dengan pasar yang dituju. Pemilihan
kelima strategi tersebut perlu didasarkan kepada tujuh faktor kunci yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek
standardisasi/kustomisasi, aspek hukum, aspek ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat, aspek pasar sasaran, aspek budaya,
dan aspek persaingan.
Materi 3
EKSPANSI BISNIS WARALABA
Perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini begitu cepat, secara global berakibat
juga terhadap perubahan perilaku masyarakat, pelaku usaha, organisasi maupun
konsumen. Persaingan mereka dalam berbisnis tampaknya mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat. Peluang inilah yang
dipergunakan sebagai strategi dalam mengembangkan bisnis, dengan ekspansi secara
cepat dalam membuat jejaring bisnis yang luas untuk dapat menguasai pasar dengan
cepat.

Keterbatasan sumber daya yang dimiliki tidak menjadi halangan dari para pebisnis,
ekspansi yang dilakukan para pemilik usaha (business owners) dengan menggandeng,
bersinergi bersama pihak lain melalui acguisition, merging, ataupun franchise. Konsep
penggabungan usaha dengan tetap mempertahankan identitas merek masing-masing
(acguisition) ataupun melebur menjadi satu identitas yang baru (merger), yang tertuang
dalam kesepakatan masing-masing. Franchise dalam istilah Bahasa Indonesianya sering
disebut dengan waralaba, ada pihak pemberi waralaba (franchisor) yang memberikan
hak atas kekayaan intelektual yang di milikinya baik berupa penemuan, merek, ciri khas
usaha lainnya kepada pihak lain, dan penerima waralaba (franchisee) pada sisi yang lain.
Hal ini dilakukan oleh franchisor, sebagai wujud untuk mempercepat ekspansi usahanya
dengan melibatkan pihak lain yang memiliki sumber daya, potensi bisnis dan memahami
karakteristik, informasi dan risiko pasar yang dituju (berbagi risiko). Penetrasi pasar dan
ekonomi dapat dilakukan atas keterbukaan ekonomi masyarakat, infrastruktur dan juga
membutuhkan kepercayaan yang tinggi untuk keberhasilannya, bahwa potensi pasar negara
berkembang lebih menjanjikan bagi pengembangan konsep franchise, pasar yang sedang
tumbuh, investasi dan ekspansi bisnis lebih dibutuhkan maka penentuan dan pemilihan
negara tujuan secara global sangatlah rasional.

Selain itu, konsep bisnis franchise akan memudahkan (franchisor melalui suatu rangkaian
sistem untuk mengontrol dan mengawasi outlet, cabang dan jejaring bisnisnya. Tentu kriteria
usaha yang akan menjadi waralaba telah teruji dalam memberikan keuntungan dan memiliki
brand yang kuat. bahwa kesadaran merek yang kuat memberikan peluang dan mendorong
keputusan untuk ekspansi bisnis franchise, baik pasar domestik, terlebih pasar yang lebih
luas, ataupun global. Sangat tergantung pada keberanian franchisor dalam mengekplorasi
pengalaman manajerial bisnis franchise.
Materi 4
Bisnis waralaba di Indonesia lebih banyak didominasi merek dagang asing.

Penyebabnya adalah menyusutnya jumlah pelaku usaha hingga faktor kompetisi


dengan pemain asing. "Pertumbuhannya kemungkinan stagnan karena banyak
pelakunya menginginkan hasil yang instan dan cepat puas. Selain itu, tak ada dorongan
dari pemerintah padahal di negara lain seperti Taiwan dan Korea, pemerintahnya
sangat mendukung,"

Namun saat ini perkembangan bisnis waralaba Indonesia tersalip oleh negara tetangga
seperti Singapura, Korea Selatan atau Taiwan.
Pemerintah mendorong pengusaha untuk mendaftarkan waralabanya, supaya bisnisnya
bisa terus tumbuh. Pemerintah juga mendiorong waralaba dalam negeri untuk agresif
menyasar pasar luar negeri. Selain untuk meningkatkan ekspor, keterlibatan waralaba
dalam menggaet konsumen asing bisa menciptakan efek pengganda (multiplier effect)
dan meningkatkan daya saing nasional.
Contoh kasus:
Brand
besar

Awal Masuk di
Indonesia
Menteri No 07 Tahun 2013 tentang pengambangan kemitraan dalam
waralaba yang dalam aturan ini kepemilikan kafe dan restoran dibatasi
maksimal 250 gerai namun jika lebih dari jumlah tersebut maka pendirian
selanjutnya pemilik dapat mewaralabakan atau menggandeng mitra dengan
pola penyertaan modal (Rosalina, 2013, hal. 1)

Salah satu tujuan dari pembatasan jumlah gerai milik waralaba sendiri ini
ialah demi membuka adanya peluang bagi investor lokal. Terkhusus untuk
kesempatan memiliki gerai waralaba asing yang sudah lama berbisnis di
Indonesia, tetapi belum menawarkan sub-waralaba, yang berarti hanya ada
satu pemilik tunggal di negara penerima yang dapat menjalankan usaha
dibawah lisensi yang ditawarkan oleh waralaba asing tersebut. Dengan
menghimbau pengusaha-pengusaha besar nasional untuk mengalirkan
bantuan kepada industri kecil dan menengah di Indonesia merupakan salah
satu bentuk upaya pemerintah dalam memberdayakan usaha mikro, kecil,
dan menengah.
Pramono, Peni R. 2007.Cara Memilih Waralaba yang Menjanjikan Profit.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Zachary , McKenny, Jeremy , Davis & Wu.2011.Franchise branding: an organizational identity perspective.J. of the Acad.
Mark. Sci, 39, 629–645

NYOMAN SRI SUBAWA . 2021. SISI LAIN ESKPANSI BISNIS FRANCHISE DAN TANTANGAN ERA
DIGITALISASI.Denpasar : Nilacakra

ANDI WADIAH. DAMPAK KEBIJAKAN PROTEKSI INDONESIA PADA BIDANG WARALABA ASING (STUDI KASUS
: KENTUCKY FRIED CHICKEN). WANUA : JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPARTEMEN ILMU
HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN, Volume 5 No. 1. Juni 2020

https://www.google.com/amp/s/indonesiainside.id/ekonomi/2019/07/07/strategi-kembangkan-bisnis-waralaba-hingga-pasar-
internasional/amp
Thanks

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai