PENDAHULUAN
Penelitian yang dilakukan ini memiliki langkah-langkah yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaannya. Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah yang menjadi
dasar penelitian, idetifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta batasan masalah yang diteliti.
1
2
dan kue tersebut. Perusahaan ini memilki 50 orang pegawai dimana 20 diantaranya masuk
pada proses produksi. Proses produksi di perusahaan ini memiliki 3 workstation antara lain
laminasi, pencetakan, dan packaging. Dalam workstation Laminasi terdapat 2 mesin yang
digunakan yakni mesin cutting dan mesin laminasi. Pada workstation pencetakan terdapat
mesin roll dan mesin cetak yang menggunakan papan pisau untuk mencetak bahan menjadi
boks nasi sedangkan pada workstation packaging terdapat mesin pres plastik untuk
membungkus hasil cetakan boks nasi. Setiap 1 pack boks nasi berisi 100 lembar yang
kemudian akan dimasukkan kedalam plastik dan di pres menggunakan mesin pres plastik.
Penerapan K3 dalam perusahaan ini tergolong sangat minim, hal ini dapat dilihat dari
tingginya frekuensi terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan selama proses
produksi. Tabel 1.1 menjelaskan jenis kecelakaan kerja yang terjadi tiga tahun terakhir.
Tabel 1.1
Jenis Kecelakaan Kerja Perusahaan Boks Nasi dan Kue
No Jenis Kecelakaan Jumlah Tahun
1 Tangan tergores pisau cutting
2 Mata terkena debu kertas roll mesin cutting
3 Tangan tertimpa kertas roll
4 Mata terkena cipratan lem mesin laminasi
5 Tangan terjepit mesin laminasi 39 2014
6 Persendian tangan keseleo di mesin roll
7 Tangan tergores pisau papan cetak
8 Tangan terjepit di mesin cetak
9 Tangan terpotong di mesin cetak
1 Tangan terbakar mesin las plastik
2 Kaki kejatuhan papan pencetak
3 Terpeleset di workstation laminasi
4 Mata terkena debu kertas roll mesin cutting 32 2015
5 Tangan terjepit mesin laminasi
6 Persendian tangan keseleo di mesin roll
7 Mata terkena cipratan lem mesin laminasi
1 Tangan tergores pisau cutting
2 Kaki kejatuhan papan pencetak
3 Tangan tertimpa kertas roll
4 Terpeleset di workstation laminasi
5 Tangan terjepit mesin laminasi
6 Persendian tangan keseleo di mesin roll 45 2016
7 Tangan tergores pisau papan cetak
8 Tangan terjepit di mesin cetak
9 Tangan terpotong di mesin cetak
10 Tangan terbakar mesin las plastik
11 Mata terkena debu kertas roll mesin cutting
Sumber: CV. Cahaya Abadi
Dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi masih
sangat besar dan cenderung terjadi peningkatan pada tahun 2016. Pada tahun 2014 terjadi
39 kasus kecelakaan kerja sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan angka kecelakaan
3
menjadi 32 kasus kecelakaan kerja. Tetapi pada tahun 2016 terjadi peningkatan yang
cukup siginifikan yakni menjadi 45 kasus kecelakaan kerja. Dan dari jumlah tersebut,
diketahui bahwa semua kasus terjadi dalam departemen produksi yang bersinggungan
langsung dengan mesin dan alat-alat berbahaya. Selain itu, juga dilakukan wawancara
dengan kepala produksi yang bertugas disana dan diketahui bahwa sampai saat ini memang
belum parnah diadakan evaluasi dan perbaikan terhadap masalah kecelakaan kerja yang
terjadi serta belum adanya SOP pada semua proses produksi. Hal ini yang mengakibatkan
perlunya penanganan secara serius untuk mengurangi jumlah kecelakaaan kerja yang
terjadi
Pendekatan yang digunakan untuk menanggulangi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis). Job Safety Analysis (JSA) merupakan
metode analisis untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan kontrol yang diperlukan untuk
menghilangkan atau mengurangi resiko yang ada (Rijanto, 2010). Kemudian FMEA
(Failure Mode and Effect Analysis) untuk mengetahui tingkat resiko pekerjaan dan
menentukan poses mana saja yang perlu penanganan secara cepat dan diprioritaskan untuk
ditangani. Dari penilaian FMEA maka akan didapatkan penyebab kecelakaan kerja dan
masalah kecelakaan kerja yang perlu dilakukan penanganan dilihat dari nilai Risk Priority
Number (RPN) yang masuk pada prioritas kritis. Masalah kecelakaan kerja tersebut yang
akan dilakukan evaluasi dan dianalisis menggunakan Job Safety Analysis (JSA). Setelah
mengetahui prioritas, penyebab, dan potensi kecelakaan kerja, selanjutnya dilakukan
rekomendasi perbaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
untuk menghitung nilai Risk Priority Number (RPN) yang berfungsi untuk mendapatkan
tingkat risiko tertinggi. Selain Failure Mode And Effect Analysis (FMEA), Fasrul
menggunakan metode HIRA sebagai pengganti Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
dengan tujuan yang hampir sama dan ditambah dengan analisis akar penyebab masalah
dengan Fault Tree Analysis (FTA). Sedangkan pada penelitian ini, penulis menggunakan
Job Safety Analysis (JSA) untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan Failure Mode And
Effect Analysis (FMEA) untuk mencari potensi bahaya yang harus diprioritaskan
penanganannya.
2.2 Ergonomi
Menurut Tarwaka (2010) ergonomi adalah sebuah penggabungan antara ilmu, seni,
ilmu dan penerapan teknologi dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara fasilitas yang
digunakan baik itu ketika istirahat ataupun bekerja dengan seluruh kebolehan, kemampuan
dan keterbatasan pekerja sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Sedangkan tujuan dari ergonomi ini adalah menciptakan sebuah kombinasi antara manusia
sebagai pelaku kerja dengan sub sistem peralatan kerjanya. Adapun tujuan utama ergonomi
ada 4 (Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003), yaitu:
1. Merekomendasikan pekerja untuk bekerja lebih nyaman, aman dan bersemangat
2. Memperbaiki hal-hal terkait kesehatan dan keselamatan kerja
3. Memaksimalkan efisiensi karyawan
4. Memaksimalkan bentuk kerja yang ada
Prinsip ergonomi adalah suatu pedoman dalam menerapankan ergonomi di tempat
kerja. Menurut Baiduri, prinsip ergonomi diantaranya:
1. Mengurangi beban berlebihan
2. Mencakup jarak ruang
3. Minimalisasi gerakan statis
4. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
5. Bekerja dalam posisi atau postur normal
6. Menempatkan peralatan berada dalam jangkauan
7. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
8. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
9. Meminimalisasi titik beban
10. Melakukan gerakan, olahraga dan peregangan saat bekerja
11. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
7
Apabila terdapat pekerjaan baru tentu akan berkaitan dengan mesin ataupun
peralatan baru yang sangat mungkin menimbulkan kecelakaan kerja karena
pekerja belum terbiasa dengan hal tersebut.
2. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Dalam setiap pekerjaan akan diuraikan menjadi langkah ataupun tahapan dan
runtun. Hal ini nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk membuat prosedur kerja.
Selain untuk membuat prosedur yang aman, juga dapat terlihat apakah prosedur yang
selama ini dikerjakan sudah efektif atau belum. Tahapan kerja yang dimaksud
bukanlah urutan kerja yang paling dasar melainkan sebuah rangkaian dari setiap
pekerjaan.
Agar tahapan sesusai dengan kondisi nyata, maka perlu dilakukan observasi ke
tempat kerja. Dalam menulis tahapan kerja sebenarnya tidak ada ukuran pasti terkait
seberapa detail suatu pekerjaan diuraikan. Setelah melakukan obsevrasi, maka perlu
dilakukan diskusi dengan foreman/supervisor untuk mengetahui apakah semua
tahapan yang ditulis sudah sesuai atau tidak sekaligus untuk mendapat persetujuan
tentang pembuatan JSA.
3. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan
Berdasarkan langkah pembuatan tahapan kerja, maka dapat dilakukan identifikasi
bahaya pada tiap tahapan kerja tersebut. Dengan mengidentifikasi dengan cara ini,
diharapkan semua bahaya dapat dikendalikan dengan cara dihilangkan ataupun
diminimalisir.
4. Mengendalikan Bahaya
Langkah paling akhir adalah pengendalian bahaya dengan cara pengembangan
prosedur kerja yang aman dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja sedini
mungkin. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan acuan untuk pengendalian bahaya
itu sendiri yaitu:
a. Mencari cara baru untuk melakukan pekerjaan
Solusi ini dapat dilakukan dengan cara menentukan tujuan kerjanya, kemudian
membuat analisis terkait cara yang paling aman untuk mencapai tujuan kerja itu
sendiri.
b. Mengubah kondisi fisik yang mengakibatkan kecelakaan kerja
Cara ini biasanya dilakukan dengan cara mengubah kondisi fisik seperti
perubahan material, perkakas, desain mesin ataupun layout pabrik yang sekiranya
dinilai lebih aman dibandingkan sebelumnya. Hal ini sebenarnya cukup sulit
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana kajian dalam penelitian ini dilakukan. Metode
dalam penelitian ini terdiri dari tahapan dalam penelitian, data-data yang digunakan, serta
urutan langkah-langkah yang dilakukan atau diagram alir penelitian.
data menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA). Berikut ini
merupakan langkah pengolahan data yang dilakukan:
a. Identifikasi Failure Mode
b. Identifikasi Failure Effect
c. Identifikasi Severity
d. Perhitungan Occurance
e. Perhitungan Detection
f. Perhitungan RPN
g. Menentukan RPN kritis
Setelah didapatkan nilai Risk Priority Number (RPN) kritis, lalu dilakukan analisis
dengan menggunakan pendekatan Job Safety Analysis (JSA). Berikut adalah tahapan
analisis penelitian:
a. Menentukan dan mendeskripsikan jenis pekerjaan
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan
d. Membuat rancangan rekomendasi perbaikan
8. Analisis dan Pembahasan
Analisis dan pembahasan dilakukan untuk menentukan rekomendasi yang sesuai untuk
setiap proses produksi dan menghasilkan instruksi kerja yang aman bagi pekerja.
9. Rekomendasi perbaikan
Rekomendasi perbaikan merupakan hasil dari identifikasi potensi kecelakaan dan nilai
resiko dari proses kerja yang berupa tabel Job Safety Analysis (JSA). Selain tabel Job
Safety Analysis (JSA) juga dapat dihasilkan usulan rekomendasi perbaikan secara
teknis pada risiko kerja yang masuk dalam Risk Priority Number (RPN) kritis dengan
mempertimbangkan hasil identifikasi Failure Mode And Effect Analysis (FMEA).
pada failure causes.
10. Kesimpulan dan Saran
Tahap kesimpulan dan saran merupakan rangkuman dari semua proses penelitian yang
meliputi pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang menjawab tujuan dari
penelitian serta memberikan saran yang semoga dapat menjadi pertimbangan bagi
perusahaan.
20
Studi Lapangan
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Pengumpulan Data
Data Primer:
1. Potensi bahaya pada proses produksi
2. Urutan proses produksi pada perusahaan
Data Sekunder:
1. Data kecelakaan kerja
2. Profil perusahaan dan struktur organisasinya
3. Nama mesin dan peralatan
Pengolahan Data
1. Menentukan prioritas kecelakaan kerja dengan
menggunakan FMEA
2. Mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja dan
pencegahan dengan JSA
Rekomendasi perbaikan
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan tetang profil perusahaan, struktur organisasi serta proses
produksi. Setelah itu, dijelaskan mengenai penelitian mulai dari pengumpulan data,
pengolahan data, analisis dan pembahasan yang menghasilkan kesimpulan untuk
menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.
Direktur
Utama
Personalia
Laminasi Cetak
3. Departemen Gudang bertanggung jawab atas segala kegiatan yang ada di kedua
gudang tersebut mulai dari barang masuk sampai dengan keluar harus dicatat secara
detail agar tidak terjadi kesalahan.
4. Departemen Produksi bertanggung jawab terhadap semua aktivitas yang berhubungan
dengan proses produksi mulai dari jumlah yang akan diproduksi, bahan mana yang
akan diproduksi, dll.
5. Departemen Marketing bertanggung jawab terhadap request dari customer yang
meminta produk dengan jumlah tertentu.
6. Departemen Mekanik bertanggung jawab untuk memperbaiki apabila terjadi
kerusakan pada mesin, selain memperbaiki juga selalu maintenance mesin agar tidak
terjadi kerusakan yang fatal.
7. Departemen Accounting bertanggung jawab pada seluruh aliran kas uang yang ada di
CV. Cahaya Abadi
8. Satpam bertugas untuk mengamankan seluruh pabrik dan juga mengawasi semua
aktivitas didalam maupun disekitar perusahaan. Satpam ini dipimpin oleh Bapak
Sulistyo dan mempunyai pesonil 2 orang.
3. Mesin Roll
Mesin roll merupakan mesin yang digunakan untuk memotong hasil dari mesin laminasi
berupa kertas roll laminasi perak sesuai dengan ukuran yang akan dicetak di mesin cetak.
4. Mesin Cetak
Mesin cetak merupakan mesin yang digunakan untuk mencetak kertas potong laminasi
perak sesuai dengan ukuran boks nasi dan kue yang akan diproduksi.
5. Mesin Las Plastik
Mesin las plastik merupakan mesin yang digunakan untuk mengemas hasil dari cetakan
kertas laminasi perak dimana dalam 1 kemasan berisi 100 lembar.
4. Proses Pencetakan
Proses pencetakan merupakan proses untuk menghasilkan boks nasi dan kue yang akan
diproduksi. Proses ini dilakukan dengan cara mengambil kertas potongan laminasi perak
yang dihasilkan dari proses rolling yang kemudian diletakkan di atas papan pencetak lalu
dimasukkan kedalam mesin pencetak. Dari hasil pencetakan ini akan dihasilkan produk
boks nasi dan kue dengan berbagai ukuran yang nantinya akan dilanjutkan ke proses
pengemasan.
5. Proses Pengemasan
Proses pengemasan merupakan proses akhir dari pembuatan boks nasi dan kue. Proses
pengemasan ini dilakukan dengan menghitung boks nasi dan kue sesuai ukuran masing-
masing tiap 100 lembar. Setelah dihitung per 100 lembar lalu dimasukkan kedalam plastik
lalu di pres menggunakan mesin pres plastik. Jadi hasil akhir dari proses ini adalah berupa
kemasan-kemasan plastik boks nasi dan kue dengan berbagai ukuran dan dalam 1 kemasan
berisi 100 lembar.
tangan terjepit di mesin cetak. Tangan terjepit di mesin cetak ini merupakan jenis
kecelakaan yang memiliki jumlah terbesar selama tahun 2014 yaitu sebanyak 10 kasus.
Sedangkan kasus yang paling sedikit terjadi adalah tangan tergores pisau cutting, mata
terkena cipratan lem mesin laminasi, dan persendian tangan keseleo di mesin roll yaitu
sebanyak 2 kasus.
Tabel 4.4
Nilai Severity
No. Jenis Kecelakaan Failure Mode Effect Failure Severity
Tangan tergores pisau Kontak dengan mesin yang Luka gores pada
1 3
cutting bergerak tangan
Mata terkena debu kertas Terkena benda asing dari Mata merah dan
2 1
roll mesin cutting mesin iritasi
Tangan tertimpa kertas Benda kerja jatuh saat
3 Tangan bengkak 3
roll proses pekerjaan
Mata terkena cipratan Terkena benda asing saat Mata merah dan
4 1
lem mesin laminasi melakukan pekerjaan iritasi
Tangan terjepit mesin Kontak dengan mesin yang Tangan gepeng dan
5 4
laminasi bergerak robek
Persendian tangan Pergerakan kerja yang
6 Tangan terkilir 3
keseleo di mesin roll salah saat bekerja
Tangan tergores pisau Bersentuhan dengan alat Luka gores pada
7 3
papan cetak kerja yang tajam tangan
Tangan terjepit di mesin Kontak dengan mesin yang Jari tangan robek
8 5
cetak bergerak dan tulang retak
Tangan terpotong di Kontak dengan mesin yang Jari tangan putus
9 9
mesin cetak bergerak dan trauma
Tangan terbakar mesin Terkena benda panas saat Luka bakar pada
10 4
las plastik bekerja tangan
Kaki kejatuhan papan Alat kerja jatuh saat
11 Kaki bengkak 2
pencetak bekerja
Terpeleset di workstation Area kerja licin dan kurang Lengan dan kaki
12 2
laminasi bersih lebam
Dari Tabel 4.4 didapatkan nilai severity pada masing-masing kecelakaan kerja.
Penentuan nilai severity mengacu pada Tabel 2.2, dimana dari effect failure disesuaikan
dengan referensi pada Tabel 2.2. Misalnya pada kecelakaan kerja nomor 7 yaitu tangan
tergores pisau papan cetak yang menyebabkan luka gores pada tangan. Berdasarkan tabel
severity pada Tabel 2.2 maka nilai severity untuk luka gores adalah 3 karena pada tabel
severity kriteria rank 3 adalah pegal, terkilir, dan tergores.
Dilihat dari hasil penentuan nilai severity pada tabel 4.4 diketahui nilai severity teringgi
ada pada failure nomor 9 yaitu tangan terpotong di mesin pencetak dengan nilai severity 9.
Sedangkan nilai severity terkecil terdapat pada failure nomor 2 dan 4 yaitu mata terkena
debu kertas roll mesin cutting serta mata terkena cipratan lem mesin laminasi dengan nilai
severity 1.
Dengan menggunakan perhitungan interpolasi maka diperoleh tabel rating occurrence yang
sesuai dengan permasalahan pada perusahaan boks nasi dan kue. Perhitungan interpolasi
diperoleh dari akumulasi data kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2013-2015. Untuk
sistem ranking dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Occurrence Rating
Probabilitas Kegagalan Probabilitas Terjadinya Kegagalan (3 tahun) Rank
Hampir selalu 18-19 10
Sangat tinggi 16-17 9
Tinggi 14-15 8
Agak tinggi 12-13 7
Medium 9-11 6
Rendah 7-8 5
Sedikit 5-6 4
Sangat sedikit 3-4 3
Sangat sedikit sekali 1-2 2
Hampir tidak pernah 0 1
Setelah ditentukan tabel occurrence yang baru, selanjutnya tabel tersebut digunakan untuk
menentukan nilai occurrence pada masing-masing kecelakan kerja. Penentuan nilai
occurrence dapat dlihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Nilai Occurrence Tiap Kecelakaan Kerja
No. Jenis Kecelakaan Jumlah Kecelakaan (3 tahun) Rank
1 Tangan tergores pisau cutting 9 6
2 Mata terkena debu kertas roll mesin 14 8
cutting
3 Tangan tertimpa kertas roll 7 5
4 Mata terkena cipratan lem mesin laminasi 4 3
5 Tangan terjepit mesin laminasi 14 8
6 Persendian tangan keseleo di mesin roll 9 6
7 Tangan tergores pisau papan cetak 12 7
8 Tangan terjepit di mesin cetak 19 10
9 Tangan terpotong di mesin cetak 8 5
10 Tangan terbakar mesin las plastik 7 5
11 Kaki kejatuhan papan pencetak 7 5
12 Terpeleset di workstation laminasi 6 4
30
Dari Tabel 4.6 didapatkan hasil penilaian masing-masing kecelakaan kerja. Hasil
penilaian tersebut berdasarkan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi selama 3 tahun
kemudian diberi ranking sesuai dengan tabel occurrence pata Tabel 4.5. Misal pada failure
nomor 3 yaitu tangan tertimpa kertas roll yang terjadi sebanyak 7 kali dalam 3 tahun.
Berdasarkan Tabel 4.5 maka failure tersebut masuk pada ranking 5 dengan probabilitas
kegagalan rendah. Hasil penentuan nilai occurrence pada Tabel 4.6 diketahui bahwa rank
tertinggi adalah 10 terdapat pada failure nomor 8 yaitu tangan terjepit di mesin cetak
sebanyak 19 kejadian dalam 3 tahun. Sedangkan rank terkecil adalah 3 terdapat pada
failure nomor 4 yaitu mata terkena cipratan lem mesin laminasi sebanyak 4 kejadian dalam
3 tahun.
c. Pemotongan
1) Pekerja menyalakan mesin cutting
2) Pekerja mulai memotong kertas duplex roll menggunakan mesin cutting
sesuai dengan tanda yang sudah ada pada kertas duplex roll
3) Pekerja mematikan mesin cutting saat kertas duplex roll sudah terpotong
sempurna
d. Akhir pekerjaan
1) Pekerja melepas kertas duplex roll yang sudah terpotong dari mesin cutting
2) Pekerja meletakkan kertas duplex roll yang sudah dipotong diatas pallet lalu
membawa menuju proses laminasi
3) Pekerja membersihkan debu hasil pemotongan kertas duplex roll yang ada
disekitar mesin cutting
4) Pekerja mengumpulkan sisa potong kertas duplex roll di tempat yang sudah
disediakan
5) Pekerja meletakkan kembali APD dan hand pallet pada posisi awal
3. Melakukan identifikasi terhadap potensi bahaya dan kecelakaan yang terjadi pada
keseluruhan proses produksi terdapat beberapa potensi bahaya antara lain:
a. Pada tahap persiapan terdapat potensi bahaya yaitu APD yang tidak layak
digunakan
b. Pada tahap penyetelan terdapat potensi bahaya berupa pergerakan kerja yang salah
saat memindahkan kertas duplex roll secara manual
c. Pada saat pekerja mulai memotong kertas duplex roll bisa terdapat potensi bahaya
berupa kontak dendan mesin yang bergerak dan tajam. Pada proses pemotongan
juga terdapat potensi bahaya berupa terkena benda asing saat bekerja karena saat
kertas roll mulai dipotong akan menghasilkan serbuk atau debu dari proses yang
sedang berjalan.
d. Pada tahap akhir pekerjaan terdapat potensi bahaya berupa menghirup benda asing
saat bekerja karena debu hasil pemotongan kertas roll berterbangan saat
dibersihkan.
4. Rekomendasi perbaikan
Rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan pada proses ini adalah berupa tabel Job
Safety Analysis (JSA) yang nantinya dapat dijadikan sebagai prosedur kerja pegawai
sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara aman dan dapat mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja. Tabel Job Safety Analysis (JSA) untuk proses cutting dapat dilihat pada
37
Tabel 4.10.
Tabel 4.10
Job Safety Analysis pada proses cutting
Job Title : Cutting Date : Desember 2018
CV. Cahaya Abadi Supervisor : Suyanto Analysis by : Meryne W.P
Department : Produksi Reviewed by : Suyanto
Required and/or Recommended Personal Protective Equipment:
kacamata, masker, sarung tangan
Recommended Action or
Sequence of Basic Job Steps Potential of Hazard
Procedure
1. Persiapan 1.1 APD tidak layak 1.1.1 Pastikan kacamata,
a. Pekerja wajib digunakan masker, dan sarung
menggunakan alat tangan tidak rusak
pelindung diri 1.1.2 Bersihkan kacamata
(APD) berupa apabila ada debu yang
sarung tangan, menempel pada lensa
masker, dan 1.1.3 Gunakan APD dengan
kacamata benar
b. Pekerja menyiapkan 1.1.4 Letakkan kembali APD
hand pallet yang pada tempat
akan digunakan penyimpanan
c. Pekerja menyusun
kertas roll duplex di
atas pallet
d. Pekerja membawa
pallet menggunakan
hand pallet menuju
workstation laminasi
2. Penyetelan 2.1 Pergerakan kerja yang 2.1.1 Pekerja berhati-hati saat
a. Pekerja menurunkan salah memindahkan kertas
kertas duplex roll duplex roll secara manual
secara manual dari 2.1.2 Menggunakan sarung
pallet tangan dengan benar
b. Pekerja memberi 2.1.3 Memastikan lingkungan
tanda pada kertas sekitar aman saat akan
duplex roll sesuai memindahkan
dengan ukuran yang
dibutuhkan
c. Pekerja meletakkan
kertas duplex roll
secara horizontal
dibawah mesin
cutting
d. Apabila kertas
duplex roll sudah
pada posisi yang
tepat, kunci kertas
duplex roll agar
tidak bergeser
3. Pemotongan 3.1 Kontak dengan mesin 3.1.1 Pekerja wajib
a. Pekerja menyalakan yang bergerak dan tajam menggunakan APD
mesin cutting (Alat Pelindung Diri)
b. Pekerja mulai yang sudah disediakan
memotong kertas 3.1.2 Menggunakan sarung
38
proses laminasi ini yang akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan boks nasi dan kue.
Analisis JSA pada proses ini adalah sebagai berikut. Mesin laminasi dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
mesin yang bergerak dan menyebabkan tangan terjepit saat melakukan proses
pengecekan secara berkala untuk memastikan tidak adanya pergeseran pada kertas
duplex roll dan plastik roll metalising selama mesin berjalan.
d. Pada tahap akhir pekerjaan terdapat potensi bahaya berupa pergerakan kerja yang
salah saat menurunkan hasil proses penyatuan berupa kertas roll laminasi silver.
Serta terdapat potensi bahaya berupa lantai licin di workstation laminasi.
Dari hasil identifikasi didapatkan 2 potensi bahaya yang masuk pada RPN kritis
berdasarkan perhitungan FMEA yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada tahap
penyetelan dan penyatuan. Pada tahap penyetelan terdapat potensi bahaya berupa benda
kerja jatuh saat bekerja karena menaikkan kertas roll keatas mesin secara manual,
sedangkan pada tahap penyatuan potensi bahaya kontak dengan mesin yang bergerak dan
menyebabkan tangan terjepit. Selain usulan pembuatan tabel JSA maka diperlukan pula
rekomendasi perbaikan secara teknis terhadap RPN kritis untuk mencegah timbulnya
kecelakaan.
4. Rekomendasi perbaikan secara teknis terhadap RPN kritis
Rekomendasi teknis merupakan pengendalian bahaya yang dapat dilakukan terhadap
sarana teknis yang ada di lingkungan kerja melalui perbaikan desain, penambahan dan
pemasangan peralatan pengaman. Rekomendasi perbaikan secara teknis dilakukan pada 2
potensi bahaya yang masuk pada RPN kritis yaitu tangan tertimpa kertas duplex roll dan
tangan terjepit mesin laminasi. Usulan perbaikan untuk masing-masing RPN kritis antara
lain:
a. Tangan tertimpa kertas duplex roll
Sesuai dengan identifikasi penyebab kecelakaan pada FMEA diketahui bahwa
kecelakaan tersebut disebabkan karena kurangnya konsenterasi pekerja serta
belum adanya prosedur kerja yang diberikan oleh perusahaan. Maka usulan
perbaikan untuk kasus tangan tertimpa kertas dupex roll adalah dengan
memberikan prosedur kerja yang nantinya digunakan oleh pekerja untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan langkah-langkah yang aman. Prosedur kerja
tersebut dapat berupa tabel JSA yang ditempel didekat area kerja agar pekerja
dapat dengan mudah melihatnya. Serta penambahan warning berupa simbol
utamakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang ditempel di sekitar
lingkungan kerja.
Diharapkan dengan adanya simbol K3 ini setiap pekerja serta semua orang yang
berada di area kerja supaya tertarik serta memperhatikan peringatan tersebut, sehingga
42
mereka selalu dalam kondisi waspada. Dengan sikap waspada maka diharapkan bisa
mengurangi terjadinya kecelakaan di area kerja yang tentunya tidak diinginkan. Simbol K3
dapat dilihat pada Gambar 4.4.
dahulu seberapa diameter putaran dari mesin roll. Ukuran diameter ini disesuaikan dengan
jenis produk yang akan diproduksi. Analisis JSA pada proses ini adalah sebagai berikut.
Mesin rolling dapat dilihat pada Gambar 4.6.
diatas papan pencetak lalu dimasukkan kedalam mesin cetak. Hasil dari keluaran mesin
cetak ini berupa bentuk boks nasi dan kue yang siap untuk di packing.
2. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Langkah-langkah pada proses pencetakan antara lain:
a. Persiapan
1) Pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sarung tangan
2) Pekerja menyiapkan tempat hasil pencetakan diatas pallet
3) Pekerja menyiapkan hand pallet yang akan digunakan
4) Pekerja menyiapkan potongan kertas laminasi silver yang akan dicetak
5) Pekerja menyiapkan papan cetak yang akan digunakan sesuai dengan produk
yang akan diproduksi
b. Pencetakan
1) Pekerja menyalakan mesin cetak
2) Pekerja meletakkan papan pencetak diatas mesin cetak
3) Pekerja mengambil kertas potong laminasi silver lalu diletakkan diatas papan
pencetak
4) Pekerja mulai melakukan proses pencetakan dengan memasukkan papan
pencetak kedalam mesin cetak
5) Pekerja mengambil papan pencetak yang keluar dari mesin cetak
6) Pekerja memisahkan hasil pencetakan yang berbentuk boks nasi atau kue lalu
menaruhnya ditempat yang sudah disiapkan
7) Pekerja mematikan mesin cetak
c. Akhir pekerjaan
1) Pekerja mengumpulkan sisa hasil cetak di tempat yang sudah disiapkan
2) Pekerja membawa hasil cetakan menuju workstation pengepakan
3) Pekerja meletakkan kembali papan pencetak, APD dan hand pallet pada
posisi awal
3. Melakukan identifikasi terhadap potensi bahaya dan kecelakaan yang terjadi pada
keseluruhan proses produksi terdapat beberapa potensi bahaya antara lain:
a. Pada tahap persiapan terdapat potensi bahaya yaitu APD yang tidak layak
digunakan serta potensi bahaya yang lain yaitu kaki kejatuhan papan pencetak saat
persiapan awal sebelum memulai proses pencetakan .
b. Pada proses pencetakan terdapat beberapa potensi bahaya yaitu kontak secara
langsung dengan mesin yang bergerak dan peralatan yang tajam sehingga
51
(a)
53
(b)
Gambar 4.9 Mesin cetak setelah penambahan pagar pelindung a) Tampak samping,
b) Tampak atas
Dengan ditambahkannya pagar pelindung ini berfungsi sebagai alat kontrol untuk
melindungi tangan agar tidak sampai masuk terlalu dalam mesin cetak sehingga
menyebabkan tangan pekerja terpotong. Karena selama ini pekerja sering tidak
konsenterasi saat melakukan pekerjaan yang repetitif atau berulang. Pagar pelindung ini
dapat dibongkar pasang dan pemasangannya kencang sehingga tidak akan bergeser atau
lepas saat proses pencetakan berlangsung. Diharapkan dengan penambahan pagar
pelindung ini dapat mengurangi potensi bahaya ataupun kecelakaan kerja yang terjadi.
Setelah memberikan rekomendasi teknis kepada RPN kritis, selanjutnya diberikan
rekomendasi secara keseluruhan proses laminasi berupa tabel JSA. Tabel Job Safety
Analysis (JSA) untuk proses laminasi dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Job Safety Analysis (JSA) pada proses pencetakan
Job Title : Pencetakan Date : Desember 2018
CV. Cahaya Abadi Supervisor : Suyanto Analysis by : Meryne W.P
Department : Produksi Reviewed by : Suyanto
Required and/or Recommended Personal Protective Equipment :
sarung tangan
Recommended Action or
Sequence of Basic Job Steps Potential of Hazard
Procedure
1. Persiapan 1.1 APD tidak layak 1.1.1 Pastikan sarung tangan
a. Pekerja wajib digunakan tidak rusak atau robek
menggunakan alat 1.1.2 Gunakan APD dengan
pelindung diri benar
(APD) berupa 1.1.3 Letakkan kembali APD
sarung tangan pada tempat
b. Pekerja menyiapkan penyimpanan
tempat hasil 1.2 Alat kerja jatuh saat 1.2.1 Pastikan sarung tangan
pencetakan diatas bekerja digunakan dengan benar
54
Safety Analysis (JSA) yang nantinya dapat dijadikan sebagai prosedur kerja pegawai
sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara aman dan dapat mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja. Tabel Job Safety Analysis (JSA) untuk proses pengemasan dapat dilihat
pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Job Safety Analysis (JSA) pada proses pengemasan
Job Title : Pengemasan Date : Desember 2018
CV. Cahaya Abadi Supervisor : Suyanto Analysis by : Meryne W.P
Department : Produksi Reviewed by : Suyanto
Required and/or Recommended Personal Protective Equipment :
sarung tangan
Recommended Action or
Sequence of Basic Job Steps Potential of Hazard
Procedure
1. Persiapan 1.1 APD tidak layak 1.1.1 Pastikan sarung tangan
a. Pekerja wajib digunakan tidak rusak atau robek
menggunakan alat 1.1.2 Gunakan APD dengan
pelindung diri benar
(APD) berupa 1.1.3 Letakkan kembali APD
sarung tangan pada tempat
b. Pekerja menyiapkan penyimpanan
pallet yang akan
digunakan
c. Pekerja menyiapkan
hand pallet yang
akan digunakan
d. Pekerja menyiapkan
plastik yang akan
digunakan
2. Pemanasan dan 2.1 Kontak dengan mesin 2.1.1 Menggunakan sarung
perhitungan yang panas tangan dengan benar agar
a. Pekerja memanaskan tangan terhindar dari
mesin pres plastik sentuhan langsung
yang akan digunakan dengan mesin las plastic
b. Pekerja menghitung
100 lembar hasil
cetakan sesuai
ukuran
3. Pengepresan 3.1 Kontak dengan mesin 3.1.1 Menggunakan sarung
a. Pekerja memasukkan panas yang terbuka tangan dengan benar agar
100 lembar hasil tangan terhindar dari
cetak kedalam sentuhan langsung
plastik dengan mesin las plastik
b. Pekerja mengepres
plastik yang berisi
100 lembar hasil
cetak menggunakan
mesin pres plastik
c. Pekerja meletakkan
hasil pengemasan
diatas pallet yang
sudah disipakan
d. Pekerja mematikan
58
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari analisis
hasil dan pembahasan serta saran yang dapat diberikan dari penelitian yang telah
dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
yang dapat diambil sebagai berikut.
1. Analisis JSA terkait potensi bahaya tidak hanya dilakukan pada semua proses produksi
yang ada. Terdapat beberapa potensi yang terjadi pada keseluruhan proses adalah APD
tidak layak, pergerakan kerja yang salah, kontak dengan mesin yang bergerak, terkena
benda asing saat bekerja, menghirup benda asing saat bekerja, lantai yang licin, kontak
dengan alat kerja yang tajam, kontak dengan kertas sisa potong, alat kerja jatuh saat
bekerja, dan kontak dengan mesin panas yang terbuka.
2. Terdapat 4 kecelakaan kerja yang masuk pada RPN kritis dan harus diprioritaskan
penanganannya yaitu tangan terjepit mesin cetak, tengan terpotong di mesin cetak,
tangan terjepit mesin laminasi, dan tangan tertimpa kertas roll. Keempat kasus tersebut
terjadi dalam 2 proses produksi yang berbeda yaitu proses laminasi dan proses
pencetakan.
3. Dari hasil analisa FMEA, terdapat beberapa penyebab masalah yang menjadi
penyebab kecelakaan kerja 4 RPN kritis. Salah satu masalah utamanya adalah tidak
adanya prosedur kerja. Rekomendasi perbaikannya adalah dengan pembuatan tabel
JSA pada semua proses produksi. Selain rekomendasi prosedur kerja, juga diteliti
terkait rekomendasi teknis yang sesuai dengan 4 RPN kritis tersebut. Pada kasus
tangan terjepit mesin cetak diberikan rekomedasi penekanan garis batas aman di mesin
cetak. Pada kasus tangan terpotong di mesin cetak diberikan rekomendasi berupa
penambahan pagar pelindung pada mesin cetak. pada kasus tangan terjepit mesin
laminasi diberikan rekomendasi berupa penambahan pelindung transparan di mesin
laminasi. Pada kasus tangan tertimpa kertas roll diberikan rekomendasi berupa
pemasangan simbol keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
60
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut.
1. Perusahaan lebih memperhatikan tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pada proses produksi.
2. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bukan hanya pada proses produksi
melainkan pada seluruh departemen agar menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan nyaman.
3. Pembuatan rekomendasi yang lebih akurat dengan menggunakan metode-metode yang
lebih kompleks.