PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya zaman yang ada saat ini, maka dunia
industri manufaktur maupun industri jasa saling berlomba lomba untuk
menningkatkan produk yang dihasilkannnya agar sesuai dengan target yang telah
direncanakan sebelumnya sehingga perusahaan dapat meningkatkan keuntungan.
Dalam kegiatan produksinya tentu tidak lepas dari adanya sebuah perencanaan
yang matang agar tidak mengalami kebangkrutan, mulai dari bahan mentah
hingga barang jadi harus direncanakan secara baik. Oleh karena itu perencanaan
menjadi bagian yang paling penting dalam sebuah proses produksi. Namun dari
setiap kegiatan produksi tidak lepas dari kemungkinan terjadinya produk cacat,
hal ini tentu tidak baik jika dibiarkan terlalu lama, perusahaan harus mampu
menanggulangi hal tersebut agar produk cacat tidak meningkat.
Pabrik Gondrukem dan Terpentin (PGT) adalah pabrik yang memproduksi
Gondorukem dan Terpentin, dimana Gondorukem adalah bahan yang bisa
digunakan sebagai bahan baku campuran cat, lem, kosmetika, dan tas. PGT
Rejowinangun ini dapat memproduksi 12,5 ton per tahun. Gondorukem dibuat
dari getah pinus yang dipadatkan dengan proses distilasi. Di Indonesia, terdapat
12 pabrik pengolahan gondorukem. Sebagian besar di bawah pengelolaan
Perhutani dan sebagian kerja sama dengan pihak swasta. Tiga pabrik di antaranya
di Jawa Timur, PGT Garahan memproduksi 12,5 ribu ton per tahun di Jember, dan
PGT Sukun memproduksi 12,5 ribu ton per tahun di Ponorogo, Jawa Timur.
PGT Rejowinangun telah melakukan berbagai cara untuk memaksimalkan
hasil produksi agar bahan baku yang diterima tidak banyak yang terbuang. Oleh
karena itu kerja praktek ini dilakukan di PGT Rejowinangun Trenggalek.
Diharapkan nantinya bisa meningkatkan jumlah produksi Gondorukem dan
Terpentin sehingga waste yang dihasilkan tidak terlalu banyak.
Upaya untuk mengurangi waste terdapat beberapa metode pengendalian kualitas
yang dapat digunakan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Fault Tree
Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). FTA adalah alat
analisis yang membuat gabungan dari kegagalan yang pasti terhadap suatu sistem.
FTA ini berguna untuk menggambarkan kejadian dalam suatu sistem, kelebihan
metode ini dapat menganalisa kegagalan sistem, dan mencari faktor llain yang
mempengaruhi kegagalan sistem utama, dan menemukan penyebab terjadinya
cacat produk. Sedangkan FMEA adalah teknik yang digunakan untuk
mendefinisikan, mengidentifikasi, dan mengilangkan kegagalan dan masalah pada
proses produksi. FMEA dapat memberikan usulan perbaikan pada proses produksi
yang mempunyai tingkat kegagalan tinggi. Keterkaitan antara FMEA dan FTA
terdapat pada analisis yang telah dibuat berdasarkan pohon kesalahan yang
selanjutnya digunakan untuk perhitungan nilai occurance berdasarkan tabel
FMEA, setelah itu melakukan pembobotan nilai dan pengurutan berdasarkan Risk
Priority Number (RPM).
Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Penyebab Kecacatan Produk Gondorukem dan Terpentin dengan
Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) di Pabrik Gondorukem dan Terpentin Trenggalek”.