PENDAHULUAN
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu komoditi yang sangat penting dalam mendorong
perekonomian Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya. Sebagai
penghasil devisa negara kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang
memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi, sehingga telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan ekspor minyak kelapa sawit (Anonim, 2010)
Kelapa sawit yang diproduksi kemudian diolah menjadi CPO (Crude Palm
Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dan PKO ini kemudian dijual baik di
dalam negeri (domestik) maupun di luar negeri (ekspor). Di pasar ekspor, minyak
kelapa sawit merupakan salah satu dari minyak nabati. Volume ekspor minyak
sawit mentah (CPO/Crude Palm Oil) asal Indonesia terus meningkat signifikan
selama enam tahun terakhir (2004-2009), mencapai 94,27%, yakni dari 8,66 juta ton
pada tahun 2004, meningkat drastis menjadi 16,83 juta ton pada tahun 2009. India
dan China adalah pasar ekspor utama Indonesia untuk CPO, rata-rata mencapai
41,90% per tahun dari total volume ekspor produk sawit tersebut selama 2004-2009.
Bahkan, pada tahun 2009, pasar ekspor dua negara itu menyerap 48,38% volume
ekspor CPO. Kinerja ekspor produk CPO semakin meningkat ke negara-negara Uni
Eropa, dengan peningkatan mencapai 113,26% selama enam tahun terakhir, yakni
dari 1,47 juta ton tahun 2004 menjadi 3,14 juta ton tahun 2009 (Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, 2010).
(CPO) adalah produksi minyak sawit, sedangkan Palm Kernel (PK) adalah
produksi inti sawit.
Untuk mendapatkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing di pasar
global, tentunya perlu dilakukan pengujian terhadap bahan baku, bahan dalam
proses dan juga produk CPO dan Kernel yang dihasilkan. Oleh karena itu, penulis
ingin melakukan analisis terhadap kadar Asam Lemak Bebas ( FFA), moist (kadar
air), kadar kotoran (Dirt), Oil Loses serta Total Loses untuk kernel, yang penulis
lakukan di Laboratorium PT PT SINAR SAWIT LESTARI pada tanggal 21
Desember 2011 s.d. 22 Januari 2012.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
SUMBER DAYA MANUSIA DAN STRUKTUR ORGANISASI
3. Asisten Maintenance
4. Asisten proses
Proses produksi.
Power plant.
5. Asisten laboratorium
6. Asisten Sortasi
Memilih dan mengelompokkan TBS yang mutu nya baik dengan yang
tidak baik.
7. Trading FFB
APRIL
Jumlah Orang
Jumlah Orang
Mandor Proses
Sortasi
Laboratorium
Loading Ramp
Sterilizer
Press
Clarification
Boiler
Engine Room
Divisi / Bagian
SHIFT 1
Water treatment
Kernel Plant
Maintenance shop
Op. Loader
Total
38
38
Kantor
Umum
Security
Total
10
10
Grand Total
48
48
2. Shift 2
SHIFT 2
Mandor
Proses
Sortasi
Laboratorium
Loading
Ramp
Sterilizer
11
11
Press
Clarification
Boiler
Engine Room
treatment
Kernel Plant
/ workshop
Op. Loader
Total
31
31
Kantor
Umum
Security
Total
Grand Total
36
36
Total
84
84
Water
Maintenance
Karyawan Kantor yang terdiri dari karyawan KTU (Kepala Tata Usaha),
APK (Asisten Personalia Kebun), Kantor Pengolahan, Timbangan dan
Bengkel, mulai bekerja pukul 07.00 17.00 WIB dengan waktu istirahat
pukul 12.00- 14.00 WIB.
2.
b.
Shift II, mulai bekerja pukul 18.00- 07.00 WIB dengan waktu
istirahat pukul 24.00-01.30 WIB
10
menunjang
kelancaran
tugas
karyawan
perusahan
juga
2.2.1
Pengolahan
Uraian dari Proses produksi minyak pada PT. RAMAJAYA PRAMUKTI,
sesudah dibongkar (tarra). Selisih antara bruto dengan tarra adalah jumlah
TBS yang diterima di PKS (netto). Selain TBS, pada jembatan timbang
11
ke tiap-tiap bays dari loading ramp, kemudian diisikan ke dalam lori-lori yang
berkapasitas 20 ton TBS dengan cara membuka pintu bays yang diatur dengan
sistem pintu hydraulic menggunakan elekromotor yang berfungsi untuk membagi
ke dalam lori (tempat buah).
Fungsi loading ramp antara lain adalah:
1. Tempat menampung TBS dari kebun sebelum diproses.
2. Mempermudah pemasukan TBS ke lori.
3. Mengurangi kadar kotoran
Lori adalah tempat untuk merebus TBS. Sistem transfer lori digunakan
untuk memfasilitasi gerakan lori mulai didaerah loading ramp sampai ke stasiun
rebusan. Peralatan yang digunakan adalah capstand, wesel dan jhondree.
Kemudian lori buah tersebut ditarik menggunakan tali profelin dengan
menggunakan capstand, setelah itu lori didorong masuk ke dalam rebusan
menggunakan jhondera.
2.2.1.3
capstand dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sterilizer, yaitu bejana uap tekan
yang digunakan untuk merebus buah. Rebusan adalah bejana uap bertekanan yang
12
digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). PMKS Damuli memiliki 4
unit rebusan. Lori buah dimasukkan ke dalam stasiun perebusan untuk direbus
dengan tujuan :
13
14
rebusan
dibuka
dan
lori-lori
dikeluarkan
dengan
15
2.2.1.4
janjang buah kelapa sawit setelah dari Sterilizer dengan menggunakan mesin
tresher. Treshing station pada PMKS Damuli terdiri dari :
1. Tippler.
Tippler berfungsi mengeluarkan tandan buah sawit yang telah direbus dari
lorry dengan cara memutar lorry 3600 di dalam tippler gate. Lorry kemudian
diputar dengan menggunakan tippler sehingga buah yang ada didalamnya akan
ditumpahkan ke bunch scraper conveyor. Penuangan TBS pada bunch conveyor
ini harus benar-benar dijaga agar tidak terjadi kelebihan kapasitas dan mengurangi
efektifitas tresher yang membuat losses minyak pada empty bunch menjadi tinggi.
2. Fruit Bunch Scraper Conveyor.
Fruit bunch yang telah ditumpahkan oleh tippler selanjutnya dibawa oleh
fruit bunch scraper conveyor ke tresher 1 dengan bantuan top distributing bunch
conveyor.
3. Tresher.
Setelah melalui top distributing bunch conveyor, TBS masuk kedalam
tresher, maka TBS tersebut akan diputar dibanting berulang-ulang dengan tujuan
untuk melepaskan semua loose fruit dari bunch. Tresher ini dilengkapi dengan
batang-batang besi yang memanjang sepanjang Tresher yang berfungsi untuk
memudahkan TBS terangkat dan jatuh terbanting sehingga loose fruit akan
terlepas dari bunch. Putaran tresher 20 rpm, bila terlalu cepat buah tidak
terbanting secara sempurna. Sedangkan bila putaran terlalu lambat maka akan
menyebabkan buah tertumpuk sehingga tidak akan terjadi pembantingan karena
beban melebihi kapasitas drum tresher.
4. Hard Bunch Recycling Conveyor.
Hard bunch recycling conveyor berfungsi untuk membawa empty bunch
yang keluar dari tresher 1 menuju ke empty bunch crusher.
5. Empty Bunch Crusher.
Empty bunch yang dibawa oleh hard bunch recycling conveyor
dimasukkan ke empty bunch crusher untuk dihancurkan sebelum masuk ke
16
thresher 2 sehingga memudahkan pemisahan lebih lanjut loose fruit yang masih
melekat pada bunches.
6. Fruit Conveyor.
Loose fruit yang berasal dari tresher 1 dan 2 kemudian diangkut oleh fruit
conveyor menuju fruit elevator. Fruit conveyor Begerpang POM terdiri dari
thresher 1 bottom fruit conveyor, tresher 2 bottom fruit conveyor, bottom cross
fruit conveyor, dan main bottom fruit conveyor.
7. Empty Bunch Scraper Conveyor.
Empty bunch dari tresher 2 dibawa oleh empty bunch scraper conveyor 1st
ke mesin empty bunch press. Choping (hasil dari empty bunch press) dibawa oleh
empty bunch scraper conveyor 2nd ke empty bunch hopper.
8. Empty Bunch Hopper.
Empty bunch hopper berfungsi untuk penampungan sementara empty
bunch yang dibawa oleh empty bunch conveyor sebelum dibawa ke enriched
mulch location/composting area.
2.2.1.5
17
18
19
.
h. Storage Tank.
Minyak yang dipompakan dengan transfer pump ditampung didalam
storage tank yang berupa CPO produksi dari pabrik sebelum dikirimkan
kepada customer. Pada tangki ini, CPO dijaga pada suhu 55 C dengan tujuan
agar tidak cepat beku.
i. Vibrating Screen Sludge.
Fungsi dari vibrating screen sludge hampir sama vibrating screen,
tetapi digunakan untuk menyaring sludge yang masih mengandung kotorankotoran padat. Vibrating screen sludge yang digunakan bertipe single deck
(satu kali penyaringan) dengan saringan 30 mesh. Selanjutnya dipompakan ke
sludge tank.
j. Sludge Tank.
Sludge yang telah tersaring dari vibrating screen sludge dan masih
mengandung minyak ditampung dalam sludge tank untuk sementara sebelum
dipompakan ke sand cyclone. Sludge dipanaskan pada suhu 95 C dengan
menggunakan steam coil.
k. Sand Cyclone.
Pada sand cyclone, pasir yang terikut pada sludge dari sludge tank
dipisahkan dengan rutin setiap 15 menit. Pasir yang terpisahkan jatuh ke
20
bawah dan ditampung dengan sand collecting tank. Sludge yang bersih keluar
dari bagian atas dan dialirkan ke Buffer tank untuk didistribusikan ke sludge
centrifuge.
l. Buffer Tank.
Sludge yang keluar dari sand cyclone ditampung sementara kedalam
balance tank sebelum didistribusikan ke 6 unit sludge centrifuge. Balance
tank ditempatkan pada posisi tinggi agar memudahkan pengaliran sludge,
sehingga sludge pada centrifuge selalu dalam keadaan penuh.
m. Sludge Centrifuge.
Sludge centrifuge berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih
terdapat pada sludge. Dengan adanya gaya gerak vertikal sentrifugal maka
minyak akan terkumpul ditengah dan akan mengalir ke reclaimed oil tank
yang kemudian dipompakan ke COT tank untuk didaur ulang, sedangkan
sludge akan keluar melewati nozzle dan keluar dari sludge centrifuge menuju
sludge pit.
n.
Sludge Pit.
Sludge yang keluar dari centrifuge dialirkan ke sludge pit untuk
2.2.1.7
biji (nut) yang ke luar dari screw press diproses untuk menghasilkan :
1) Cangkang (shell) dan fibre sebagai bahan bakar boiler.
2) Inti sawit (kernel) sebagai hasil produksi yang siap di pasarkan.
a.
rangkap. Didalam conveyor, press cake diaduk-aduk sehingga ampas yang lebih
ringan akan mudah dipisahkan dari biji.
21
b. Depericarper
Depericarper berfungsi untuk memisahkan fiber dengan nut dan
membawa fiber untuk bahan baker boiler. Efektivitas kerja dari depericarper
adalah banyaknya fiber yang terikut pada nut. Faktor faktor yang mempengaruhi
efektifitas kerja depericarper adalah :
1. Air lock pada fibre cyclone dan CBC
2. kualitas umpan
3. adjustement dumper pada fan kolom
4.
kondisi ducting
5. Rpm fan
6. Kondisi fan
7. Kebersihan
c.
nut polishing drum sehingga nut bebas dari fibre. Nut polishing drum adalah suatu
drum yang berputar yang mempunyai plat-plat yang dipasang miring pada dinding
bagian dalam dan pada asnya.
Di ujung nut polishing drum memiliki kisi-kisi sebagai tempat keluarnya
nut yang kemudian jatuh ke conveyor dan dihisap ke nut transport. Biji yang telah
dipisahkan dari ampasnya masuk ke dalam nut polishing drum dan karena putaran
drum tersebut, biji-biji akan dipolish untuk melepaskan serat-serat yang masih
tinggal pada biji oleh plat-plat yang ada pada dinding dan asnya. Kecepatan
dinding putaran adalah 26-28 rpm.
Fungsi dari nut polishing drum
1. Memisahkan nut dari sampah
2. Membersihkan biji dari serabut yang masih melekat
3. Memisahkan gradasi nut
4. Membawa nut dari depericarper ke nut transport
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas nut polishing drum adalah :
1. Jumlah lubang penyaring
2. Kondisi plat pengarah
22
23
f.
membawa cangkang untuk bahan bakar boiler. Cangkang akan terhisap oleh
blower ke bagian atas dan selanjutnya diangkut untuk bahan boiler. Inti yang
lebih berat jatuh ke kernel grading drum (dry system), sedangkan inti yang lebih
ringan dan cangkang yang lebih berat jatuh ke hydrocyclone (wet system).
Pemisahan dilakukan dengan pengisapan dengan menggunakan blower.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LTDS adalah :
1. Kualitas dan kuantitas umpan
2. Adjusment dumper coulum
3. Hisapan (dumper, air lock, blower)
Hydrocyclone
Fungsi hydrocyclone untuk memisahkan inti dengan cangkang yang keluar
dari LTDS. Pemisahan inti dan cangkang pada hydrocyclone didasarkan atas gaya
Sentrifugal berat jenis, dimana berat jenis cangkang 1,3 sedangkan berat jenis inti
1,08.
Hydrocyclone terdiri dari :
1. Tabung pemisah (cyclone) yang dilengkapi dengan pompa pengutip
(vortex finder).
24
2. Bak air penampung cracked mixture yang terdiri dari beberapa sekat.
3. Dewatering water drum untuk inti dan cangkang
Prinsip kerja Hydrocyclone:
1. Campuran cangkang dan inti yang keluar dari LTDS dimasukkan ke dalam
bak pertama, lalu oleh pompa hydrocylone dipompa kedalam cyclone,
campuran ini akan diputar dan oleh gaya sentrifugal, inti yang mempunyai
berat jenis yang lebih kecil akan berkumpul di tengah cyclone lalu melalui
vortex finder keluar dari sebelah atas dan kembali ke bak pertama.
2. Inti yang telah bercampur air ini kemudian masuk ke kernel dewatering
screen untuk memisahkan air selanjutnya inti secara teratur banyaknya
(diatur oleh air log)masuk ke kernel transport untuk dimasukkan ke dalam
kernel silo.
3. Cangkang yang memiliki berat jenis yang lebih besar akan berkumpul di
bagian pinggir cyclone lalu keluar dari bawah bersama air masuk ke bak
kedua. Cangkang akan keluar ke sall dewatering screen dan keluar dari
bak II.
Jika persentase inti dalam cangkang terlalu tinggi maka vortex finder
diturunkan sebaliknya apabila persentase cangkang dalam inti tinggi, vortex finder
dinaikkan.
1. Kondisi pompa
2. Kondisi dewatering drum.
3. Kondisi baffle (sekat).
i. Claybath
Claybath berfungsi untuk memisahkan shell dari kernel yang masih tidak
dapat dipisahkan. Shell dipisahkan berdasarkan sensitifitas gaya berat antara Shell
dan kernel. Dengan menggunakan larutan CaCO3 (specific grafity 1,140-1,160)
sebagai media, kernel yang memiliki berat jenis yang lebih kecil dari pada shell
akan mengapung diatas.
j. Kernel silo
Fungsi kernel silo adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung
dalam inti produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembuskan udara
25
panas dari steam heater. Udara dipanaskan dengan steam, oleh blower
dihembuskan kedalam silo. Temperatur dalam kernel silo terbagi dalam 3
tingkatan yaitu bagian atas 600 C, bagian tengah 700 C, dan bagian bawah 800 C.
Pengeringan dilakukan dalam kernel silo selama 5 8 jam. Kadar air inti yang
terlalu rendah dapat menyebabkan kadar inti berubah warna terlalu besar.
Sebaliknya jika inti kurang kering:
1. Kadar minyak yang diperoleh rendah
2. Inti akan berjamur
3. Kadar ALB dalam inti tinggi
k. Kernel storage
Fungsi kernel storage adalah sebagai tempat penyimpanan inti produksi
sebelum di kirim keluar untuk dijual. Kernel storage memliki sebuah fan agar uap
air yang terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi
dalam storage lembab, yang kemudian menyebabkan timbulnya jamur pada inti.
Inti dari kernel silo diangkut ke kernel storage menggunakan screw conveyor dan
pneumatic conveyor serta kernel elevator.
2.2.2
Produksi
PT. RAMAJAYA PRAMUKTI melalukan produksi dengan mengolah
bahan baku (TBS) menjadi produk setengah jadi (CPO dan Kernel).
2.2.3
2.2.3.1
Mesin
Tabel 2.2. Mesin di PT. RAMAJAYA PRAMUKTI
NO.
1.
MESIN
Loading Ramp
2.
Capstand
3.
Stelizer
SPESIFIKASI
Merk; Vickers. Type; 10 bays, days; 4
Kw/300 Volt
Merk; teco induction, type; wire rope,
days; 15 hp, tipe tali; 5/8 ARW c6 x
29
Merk; Reseo, diameter; 2100 mm,
panjang 29,265 mm, kapasitas; 20 ton,
tekanan uap; 0-3.5 kg/cm3, temperature
uap; 1150-1300C
26
4.
Hiosting Crame
5.
Automatic feeder
6.
Thresser
7.
Fruits Elavator
8.
Digaster
9.
10.
Vibro Separator
11.
12.
13.
Sludge Tank
14.
Oil Tank
15.
16.
Vacum Drayer
17.
Depericarper
18.
Nut Cyclone
19.
Nut Silo
27
20.
2.2.3.2
Ripple Mill
Peralatan
MESIN
FUNGSI
1.
Tojok
2.
Talang
3.
Kereta sorong
Memindahkan peralatan
4.
Beko
2.2.4
Pemasaran
Pabrik kelapa sawit Damuli PT. RAMAJAYA PRAMUKTI memiliki
daerah pemasaran saat ini hanya di kawasan Sumatera khususnya pada PT. Sinar
Mas. Untuk selanjutnya CPO dan PKO diolah lagi menjadi minyak goreng, sabun,
deterjen, margarine, dan lain-lain.
28
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Palmaceae
: Elaeis
Spesies
(Sastrosayono, 2003)
Tanaman Kelapa sawit (Elais guineensis Jack) merupakan salah satu
tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah.
Perkebunan kelapa sawit telah berkembang hampir di seluruh Indonesia. Ada
beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu dapat
dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna
kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal
beberapa varietas antara lain :
1. Dura
Tempurung dura cukup tebal antara 2 8 mm dan tidak terdapat lingkaran
sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase
daging buah terhadap buah variasi antara 35 50%. Kernel (daging biji) biasanya
besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam persilangan varietas dura
dipakai sebagai pohon induk betina.
29
2. Pesifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan
daging biji sangat tipis. Jenis pesifera tidak dapat diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina
yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam
persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara
pesifera dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
dura dan pesifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan pada saat
ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,54mm, dan
terdapat lingkaran sabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah
tinggi, antara 6096%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak
dari pada dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil (Marunduri, 2009).
Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah
kelapa sawit atau biasa disebut Tandan Buah Segar (TBS). Setelah diolah TBS
akan menghasilkan minyak, yang mana minyak kelapa sawit tersebut terdiri dari
dua macam, yang pertama minyak yang berasal dari daging buah yang dihasilkan
30
dari perebusan dan pemerasan. Minyak sawit ini dikenal sebagai minyak sawit
kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Dan yang kedua minyak yang berasal dari inti
sawit, dikenal sebagai minyak inti sawit atau Palm kernel Oil (PKO)
dan
minyak
meskipun
struktur
kimianya
sama,
namun
31
32
sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair. Minyak kelapa Sawit adalah
lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Tabel 3.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Inti Kelapa
Sawit
Asam Lemak
Asam kaprilat
3-4
Asam kaproat
3-7
Asam laurat
46 - 52
Asam miristat
1,1 - 2,5
14 - 17
Asam palmitat
40 - 46
6,5 - 9
Asam stearat
3,6 - 4,7
1 - 2,5
Asam oleat
39 - 45
13 - 19
Asam linoleat
7 11
0,5 2
Sumber : Ketaren,1986
33
b. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau
tengik pada minyak, Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida
dan tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak disertai dengan
34
konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas
(Ketaren,1986).
c. Hidrogenasi
Hidrogenasi disebut pengerasan, menyebutkan penjenuhan/ikatan rangkap
dalam rangkaian asam lemak dari trigliserida. Dua akibat yang ditimbulkan yaitu
titik cair lemak atau minyak akan naik,dan lemak atau minyak menjadi lebih stabil
(Andry, 2008).
3.4. Minyak Kelapa Sawit Mentah (CPO)
CPO diperoleh dari daging buah kelapa sawit. CPO mengandung sekitar 500
700 ppm karoten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh
karena itu CPO berwarna merah jingga. Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi.
Minyak kelapa sawit ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ekstraksi
dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah
dan berbentuk setengah padat pada suhu ruang. Dengan adanya air dan serat halus
tersebut menyebabkan CPO tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan
maupun non pangan (Naibaho, 1996).
35
36
keton, aldehida dan resin serta zat lannya yang belum teridentifikasi (Ketaren,
1986).
b) Kadar Asam Lemak Bebas
Bilangan asam/kadar asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas,
serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau dengan kata lain
kadar asam lemak bebas dihitung sebagai persentase berat (b/b) dari asam lemak
bebas yang terkandung dalam minyak sawit mentah (CPO) dimana berat molekul
asam lemak bebas tersebut dianggap sebesar 256 (sebagai asam palmitat).
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 M maupun NaOH
0,1 M yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
1 gram minyak atau lemak. Kadar asam lemak bebas pada minyak atau lemak
hasil ekstraksi dapat ditentukan dengan cara titrasi. Angka asam lemak bebas
dinyatakan dalam % asam lemak yang dianggap dominan pada sampel produk
yang sedang dianalisis. Kadar asam lemak bebas merupakan banyaknya asam
lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis minyak. Banyaknya asam
lemak bebas dalam minyak menunjukkan penurunan kualitas minyak. Penentuan
asam lemak bebas atau biasa disebut dengan FFA yang merupakan singkatan dari
Free Fatty Acid sangat penting kaitannya dengan kualitas lemak. Karena bilangan
asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat
dalam lemak. Semakin besar angka ini berarti kandungan asam lemak bebas
semakin tinggi, sementara asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel
dapat berasal dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang
baik. Karena proses hidrolisis dapat berlangsung dengan penambahan asam dan
dibantu oleh panas. Menurut Sudarmadji (1984) angka asam dapat menunjukan
asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses
pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam maka makin rendah
kualitasnya.
c) Kadar Air
Penentuan kadar air bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang
terkandung dalam sampel. Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung di
dalam minyak sawit atau crude palm oil. Kadar air ini menentukan kualitas CPO
37
karena pada saat pengolahan CPO menjadi produk turunan, kadar air dapat
menghambat proses pengolahan CPO menjadi produk turunan karena perbedaan
massa jenis dari air tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit kadar
air yang terkandung dalam CPO semakin tinggi kualitas CPO yang dihasilkan dan
sebaliknya. Kadar air berperan dalam proses oksidasi maupun hidrolisis minyak
yang akhirnya dapat menyebabkan ketengikan. Semakin tinggi kadar air, minyak
semakin cepat tengik. Kadar air pada minyak menurut hasil praktikum diperoleh
dari metode hot plate yaitu 0,3 %. Hal ini dapat terjadi mungkin karena minyak
belum terpisah secara sempurna dan cara pemisahan minyak dari blondo dan air
yang kurang baik. Tingginya kadar air akan menurunkan kualitas minyak yang
dihasilkan yaitu minyak akan menjadi cepat tengik selama penyimpanan. Kadar
air dalam CPO dapat diketahui dengan cara yang mudah yaitu dengan
mendiamkannya pada suhu rendah. Jika CPO mudah membeku maka
kemurniannya lebih bagus sebab dibawah suhu 250C CPO mulai membeku.
Namun, bila kadar air tinggi proses pembekuan lebih lama. Air membeku pada
suhu 0oC. CPO membeku seperti mentega dan jika dikembalikan ke suhu panas,
mencair seperti semula.
3.5. Minyak Inti Kelapa Sawit Mentah (CPKO)
CPKO dihasilkan dari inti buah kelapa sawit. CPKO memiliki rasa dan bau
yang khas. CPKO mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan minyak yang telah
dimurnikan. Titik lebur dari CPKO adalah berkisar antara 250C - 300C. CPKO
merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak yang terikat
dari trigliserida-trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis
asam lemaknya meliputi C8 (asam kaprilat) sampai C18 tak jenuh
(asam oleat dan asam linoleat) (Winarno, 1991).
38
BAB IV
PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PKL
4.1.
4.2. Persiapan
Alat yang digunakan pada analisis adalah Neraca Analitik, Automatic
Buret, Hot Plate, Oven, Crusible, Erlenmeyer, Cawan Porselen, Labu Destilasi,
Gelas Ukur, Botol Semprot, Botol Plastik, Labu Ukur, Erlenmeyer Bercabang,
Alat Ekstraksi, Pipet Gondok, Beaker Gelas, Mikrofibre Filters, Neraca Digital,
Alat Sentrifuse, Tabung sentrifuse, Thimbel, Vacum Pomp, Moisture Analyzer,
Alat Destilasi.
Bahan
yang
digunakan
adalah
CPO,
Kernel,
Hexana,
NaOH,
4.3.
Prosedur
39
FFA
Keterangan:
(W S ) (W S ) ker ing
x100 %
sampel
40
4.3.3. Uji Pada Proses Pengolahan (Crude sludge Tank /CST dan Crude Oil
Tank /COT) pada Stasiun Klarifikasi
1. Mengambil sampel pada CST dan COT
2. Memasukkan masing-masing sampel dalam tabung sentrifuse, kemudian
memasukkannya kedalam alat sentrifuse dengan kecepatan 100 rpm
selama 30 menit
3. Mengukur banyaknya oil, emulsi, air, dan sludge
41
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Tabel 5.1 Data CPO di storage dan Vacuum drayer untuk Analisis FFA pada
tanggal 19 Maret 2012
Jam
Sampel (gram)
NaOH (N)
Vol Titrasi
(mL)
Storage I
Bagian Atas
5,6620
0,0944
14,7
Bagian Tengah
4,5440
0,0944
11,9
Bagian Bawah
4,6524
0,0944
12,1
Bagian Atas
4,0702
0,0944
7,2
Bagian Tengah
4,0982
0,0944
7,1
Bagian Bawah
4,6935
0,0944
7,9
10.00
4,2158
0,944
6,0
11.00
4,0778
0,0944
5,5
14.00
4,3020
0,0944
5,2
42
15.00
4,6242
0,0944
5,7
16.00
5,2809
0,0944
6,9
17.00
5,7964
0,0944
7,7
19.00
3,3816
0,0944
4,5
20.00
4,3280
0,0944
5,5
21.00
3,6696
0,0944
5,5
22.00
4,3028
0,0944
6,2
23.00
4,1686
0,0944
6,2
24.00
3,2503
0,0944
5,2
01.00
3,5401
0,0944
5,8
02.00
3,5241
0,0944
5,6
03.00
4,1029
0,0944
6,7
04.00
3,7249
0,0944
6,0
05.00
4,3118
0,0944
6,9
Maka perhitungan untuk menentukan kadar Asam Lemak Bebas pada Storage
dan Vacum Drayer sesuai rumus perhitungan dibawah ini, Didapat FFA sebesar;
FFA
43
Jam
Sampel (gram)
NaOH (N)
Vol
FFA (%)
Titrasi(mL)
Storage I
Bagian Atas
5,6620
0,0944
14,7
4,05
Bagian Tengah
4,5440
0,0944
11,9
4,73
Bagian Bawah
4,6524
0,0944
12,1
4,05
Bagian Atas
4,0702
0,0944
7,2
4,27
Bagian Tengah
4,0982
0,0944
7,1
4,18
Bagian Bawah
4,6935
0,0944
7,9
4,07
10.00
4,2158
0,944
6,0
3,44
11.00
4,0778
0,0944
5,5
3,26
14.00
4,3020
0,0944
5,2
2,92
15.00
4,6242
0,0944
5,7
2,98
16.00
5,2809
0,0944
6,9
3,15
44
17.00
5,7964
0,0944
7,7
3,22
19.00
3,3816
0,0944
4,5
3,22
20.00
4,3280
0,0944
5,5
3,07
21.00
3,6696
0,0944
5,5
3,62
22.00
4,3028
0,0944
6,2
3,48
23.00
4,1686
0,0944
6,2
3,59
24.00
3,2503
0,0944
5,2
3,87
01.00
3,5401
0,0944
5,8
3,96
02.00
3,5241
0,0944
5,6
3,84
03.00
4,1029
0,0944
6,7
3,95
04.00
3,7249
0,0944
6,0
3,89
05.00
4,3118
0,0944
6,9
3,87
Tabel 5.3. Data CPO di storage dan vacuum drayer untuk Analisis Kadar
Air (Moist) pada tanggal 19 Maret 2012
Jam
Wadah (W)
Sampel (S)
W + S Kering
Gram
gram
gram
Bagian Atas
62,0811
10,9288
73,7898
Bagian Tengah
61,6939
10,5970
72,2730
Bagian Bawah
(Pada saat jam
63,1064
11,0769
74,1585
Storage I
45
06.00-09.00 wib)
Storage 2
Bagian Atas
58,9263
11,0278
69,9272
Bagian Tengah
Bagian Bawah
62,6070
10,5063
73,4634
10.00
63,7353
10,9339
74,6052
11.00
64,7823
10,4052
75,1315
14.00
61,6036
10,3427
71,8953
15.00
61,6896
10,6325
72,2808
16.00
64,7811
10,1899
74,9508
17.00
62,6077
11,1402
73,6951
19.00
62,8823
10,0867
72,9464
20.00
63,1188
10,5032
73,5654
21.00
58,9230
10,4425
69,3277
22.00
61,6032
10,7080
72,2988
23.00
61,6965
10,0614
71,7050
24.00
64,7808
10,1024
74,8238
01.00
63,7646
10,4224
74,0520
02.00
58,9193
10,1436
69,0211
03.00
62,8859
10,0524
72,9097
04.00
61,6904
10,7356
72,3382
05.00
63,1065
10,8722
73,9374
46
Maka perhitungan untuk menentukan kadar air (moist) pada Storage dan Vacum
Drayer sesuai rumus perhitungan dibawah ini, Didapat Moist sebesar;
KadarAir
(W S ) (W S ) ker ing
x100 %
sampel
Tabel 5.4. Data Pengamatan Analisis Kadar Air tanggal 19 Maret 2012
Moist (%)
Gram
W+S
Kering
(gram)
62,0811
10,9288
72,9870
0,21
Bagian Tengah
61,6939
10,5970
72,2730
0,17
Bagian Bawah
(Pada saat jam
06.00-09.00
wib)
63,1064
11,0769
74,1585
0,22
Bagian Atas
58,9263
11,0278
69,9272
0,24
Bagian Tengah
61,8745
10,4586
72,3305
0,24
Bagian Bawah
62,6070
10,5063
73,4634
0,46
10.00
63,7353
10,9339
74,6452
0,21
11.00
64,7823
10,4052
75,1315
0,33
14.00
61,6036
10,3427
71,8953
0,39
15.00
61,6896
10,6325
72,2808
0,31
Jam
Wadah (W)
Sampel (S)
Gram
Bagian Atas
Storage I
Storage 2
47
16.00
64,7811
10,1899
74,9508
0,21
17.00
62,6077
11,1402
73,6951
0,22
19.00
62,8823
10,0867
72,9464
0,22
20.00
63,1188
10,5032
73,5654
0,46
21.00
58,9230
10,4425
69,3277
0,36
22.00
61,6032
10,7080
72,2988
0,12
23.00
61,6965
10,0614
72,3850
0,18
24.00
64,7808
10,1024
74,8338
0,38
01.00
63,7646
10,4224
74,1567
0,29
02.00
58,9193
10,1436
69,0211
0,38
03.00
62,8859
10,0524
72,9097
0,28
04.00
61,6904
10,7356
72,4082
0,65
05.00
63,1065
10,8722
73,9374
0,38
Tabel 5.5. Data CPO di Storage dan Vacum Drayer untuk Analisis Kadar
Kotoran (Dirt) pada tanggal 19 Maret 2012
Jam
Sampel (S)
Crucible (gram)
Crucible Dirt
(gram)
gram
Storage I
Bagian Atas
10,9288
39,9198
39,9294
Bagian Tengah
10,5970
36,8973
36,8990
Bagian Bawah
(Pada saat jam
06.00-09.00 wib)
11,0769
35,1249
35,1284
Bagian Atas
11,0278
38,6113
38,6135
Bagian Tengah
11,0568
35, 7892
35, 7909
Storage 2
48
Bagian Bawah
10,5063
37,5838
37,5868
10.00
10,9339
38, 4562
38, 4574
11.00
10,4052
35, 7892
35, 7907
14.00
10,3427
37,5715
37,5737
15.00
10,6325
37,6496
37,6533
16.00
10,1899
36,2416
36,2457
17.00
11,1402
37, 7265
37,7310
19.00
10,0867
37,8009
37,8034
20.00
10,5032
36,7098
36,7124
21.00
10,4425
38,4572
38,4627
22.00
10,7080
36,8712
36,8721
23.00
10,0614
35,9825
35,9862
24.00
10,1024
38,7865
38,7902
01.00
10,4224
37,6542
37,6998
02.00
10,1436
36.0973
36,1328
03.00
10,7356
38,7829
38,7865
04.00
10,0524
38,7489
38,7501
05.00
10,8722
35,8921
35,8950
Maka perhitungan untuk menentukan kadar kotoran (dist) pada Storage dan
Vacum Drayer sesuai rumus perhitungan dibawah ini, Didapat Kadar kotoran
sebesar;
49
Sampel (S)
Crucible (gram)
Crucible Dirt
(gram)
Dirt (%)
gram
Storage I
Bagian Atas
10,9288
39,9198
39,9294
0,042
Bagian
Tengah
10,5970
36,8973
36,8990
0.016
11,0769
35,1249
35,1284
0,031
Bagian Atas
11,0278
38,6113
38,6135
0,019
Bagian
Tengah
11,0568
35, 7892
35, 7909
0.015
10,5063
37,5838
37,5868
0,028
10.00
10,9339
38, 4562
38, 4574
0,010
11.00
10,4052
35, 7892
35, 7907
0,014
14.00
10,3427
37,5715
37,5737
0,017
15.00
10,6325
37,6496
37,6533
0,0037
16.00
10,1899
36,2416
36,2457
0,040
17.00
11,1402
37, 7265
37,7310
0,040
19.00
10,0867
37,8009
37,8034
0,024
Bagian
Bawah (Pada
saat jam
06.00-09.00
wib)
Storage 2
Bagian
Bawah
(Pada saat
jam 06.0009.00 wib)
50
20.00
10,5032
36,7098
36,7124
0,024
21.00
10,0524
38,7489
38,7501
0,011
22.00
10,7080
36,8712
36,8721
0,0084
23.00
10,0614
35,9825
35,9862
0,036
24.00
10,1024
38,7865
38,7902
0,036
01.00
10,4224
37,6542
37,6998
0,042
02.00
10,1436
36.0973
36,1328
0,034
03.00
10,7356
38,7829
38,7865
0,033
04.00
10,4425
38,4572
38,4627
0,052
05.00
10,8722
35,8921
35,8950
0,002
51
No.
Parameter
1.
< 4,5%
2.
Air
< 0,4%
3.
Kadar Pengotor
< 0,05%
Perusahaan
Uji Kuantitatif
Standar SNI
1.
< 5%
2.
Air
< 0,5%
3.
Kadar Pengotor
< 0,5%
Sample
Whole
Broken
Whole
Broken
Shell
(gr)
nut (gr)
nut (gr)
kernel
kernel
(gr)
(gr)
(gr)
Press cake I
564,8
109,2
50,0
2,8
13,3
25,3
Press cake II
474,3
140,9
40,6
4,5
15,1
20,9
Fiber
345,6
9,5
LTDS I
489,6
5,8
LTDS II
530,6
6,0
Cyclone
52
Shell
785,2
13,4
Claybath
Kernel
700,3
308,0
800,9
66,5
38,2
Claybath
Riplle Mill
Kernel
531,7
278,6
32,5
Produksi
Maka perhitungan untuk menentukan kadar whole nut, broken nut, whole kernel,
broken kernel dan shell sesuai rumus perhitungan dibawah ini,
%X
BeratX
x100 %
sample
Dimana X adalah whole nut, broken nut, whole kernel, broken kernel dan shell.
Dan untuk mencari Efesiensi dari kerja Ripple Mill adalah , digunakan rumus
Selain itu, untuk mencari Total Loses pada Statsiun Fiber Cyclone, LTDS
I dan II, di hitung besarnya % Broken kernel sedangkan pada Shell Claybath di
lihat persen Whole Nut.
Sample
Whole
Broken
Whole
Broken
Shell
Total
(gr)
nut
nut
kernel
kernel
(%)
Loses
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Press cake I
564,8
19,33
8,85
0,49
2,35
14,40
Press cake II
474,3
29,70
8,56
0,95
3,18
4,40
Fiber
345,6
2,75
2,75
489,6
1,18
1,18
Cyclone
LTDS I
53
LTDS II
530,6
Shell
785,2
1,13
1,13
1,71
1,71
Claybath
Kernel
700,3
43,98
Riplle Mill
800,9
8,30
Kernel
531,7
52,40
5,45
Claybath
98,43
Produksi
54
Tabel 5.11. Data pada Stasiun Kernel untuk analisis Oil Loses pada tanggal
19 Maret 2012
Description
Fibre
Fibre
Press I
Press II
Wadah
75,9250
80,7249
Sampel
10,2970
W+S
Nut
Empty
Heavy
Solid
Final
Condesat
Bunch
phase
82,1676
78,7233
76,2510
87,2326
88,1730
10,3821
10,4297
10,4720
10,7207
10,1464
11,5331
82,6461
87,3552
91,2968
79,3463
79,0724
87,5490
88,6844
34,72
34,21
12,52
94,05
73,68
96,88
95,56
Decanter Empluent
kering
Moist (%)
Botol
109,2844 107,3949
111,0787
110,8126
Oil +botol
131,1708 146,0966
136,5461
142,8746
55
Tabel 5.12. Data pengamatan Oil Loses pada tanggal 19 Maret 2012
Description
Fibre
Fibre
Press I
Press II
Wadah
75,9250
80,7249
Sampel
10,2970
W+S
Nut
Empty
Heavy
Solid
Final
Condesat
Bunch
phase
82,1676
78,7233
76,2510
87,2326
88,1730
10,3821
10,4297
10,4720
10,7207
10,1464
11,5331
82,6461
87,3552
91,2968
79,3463
79,0724
87,5490
88,6844
34,72
34,21
12,52
94,05
73,68
96,88
95,56
Decanter Empluent
kering
Moist (%)
Botol
109,2844 107,3949
111,0787
110,8126
Oil +botol
131,1708 146,0966
136,5461
142,8746
OWM (%)
5,18
5,36
1,14
2,09
3,61
2,51
2,78
ODM (%)
7,93
8,15
1,30
35,12
13,71
80,45
62,61
NOS (%)
60,01
60,43
86,34
3,86
22,71
0,61
1,66
dihasilkan pada 9 januari 2012 sebesar 62,61 sehingga ukuran keberhasilan dari
operasi Rebusan belum maksimal. Di samping itu ODM di Oil Loses pada Press
Cake sebesar 8% dan sesuai data pengamatan yang diperoleh rata-rata 8,04
sehingga disimpulkan operasi dari Press cake dalam kondisi yang masih baik.
Selain itu kadar air (moist) pada nut perlu dijaga dengan standar <17%
sehingga operasi pada Riplle Mill dalam Kondisi yang baik .
56
5.3. Analisis pada pengolahan Crude sludge Tank /CST dan Crude Oil
Tank /COT) pada Stasiun Klarifikasi
Tabel 5.13. Data pada uji proses Pengolahan pada Stasiun Klarifikasi (CST
dan COT) pada tanggal 19 Maret 2012
Jam
COT
Oil
Emulsi
Air
Sludge
Oil
Emulsi
Air
Sludge
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
10.00
41
12
43
30
62
11.00
40
22
35
41
50
14.00
43
57
35
57
15.00
40
10
48
33
59
16.00
25
20
51
35
55
17.00
45
10
41
30
61
19.00
35
15
45
32
58
20.00
35
14
46
25
64
21.00
35
24
36
30
62
22.00
28
22
45
20
68
23.00
33
15
47
25
66
24.00
30
20
47
27
63
01.00
25
30
40
30
59
02.00
28
25
44
32
59
03.00
25
37
34
24
66
04.00
30
28
40
25
66
05.00
25
20
50
30
62
Kadar Oil, Emulsi, Air dan Sludge diperoleh dengan cara melihat takaran
yang terdapat pada tabung sentrifuge, dan standart mutu untuk Oil di COT adalah
min 35 % sedangkan Oil di CST sebesar 5 % dan sesuai tabel data pengamatan
di atas, oil yang diproses distasiun klarifikasi semuanya dalam keadaan yang
layak di olah untuk proses selanjutnya dan alat-alat operasi masih dalam keadaan
yang baik.
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a. Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya melalui 4 proses utama
yaitu pemisahan brondol dengan janjang, pencacahan dan pelumatan daging,
pengepresan, dan pemurnian minyak. Sedangkan pengolahan kelapa sawit
menjadi kernel (inti sawit) melalui proses pemisahan brondol dengan janjang,
pencacahan dan pelumatan daging, pengepresan, pemisahan serabut dengan
inti dan pemisahan cangkang dengan inti.
b. Setiap stasiun pada proses pengolahan CPO maupun Kernel selalu diawasi dan
di ambil sampelnya setiap jam untuk mengetahui kondisi mesin pada stasiun
tersebut.
c. Mutu CPO pada SNI ialah FFA (<5%), Kadar Air (<0,5%), Kadar Pengotor
(<0,5%). Pada analisis yang dilakukan tidak ada yang melebihi batas, apabila
melebihi batas SNI maka minyak yang melebihi batas SNI akan dicampurkan
dengan minyak dengan kadar yang sangat rendah, sehingga pencampuran
tersebut dapat menghasilkan mutu minyak yang tidak melebihi SNI.
6.2. Saran
a. Seharusnya ada pengujian terhadap kernel, dengan melihat minyak yang ada
pada kernel bukan hanya melihat berapa total losses.
b. Sebaiknya dilakukan pengujian bilangan iodin karena bilangan iodin dapat
menentukan derajat ketidakjenuhan minyak/ lemak, semakin tinggi nilai
ketidakjenuhan maka semakin baik kualitas minyak tersebut
58
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., (2004), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Andry. 2008, Teknologi Lemak Dan Minyak. http://www.pdf-search-engine.com.
Diakses tanggal 28 Oktober 2011
Anonim.
2010.
Komoditi
Kelapa
Sawit.
Sregionalinvestment.com/newsipid/.../2/oilpalm_kajianpeluanginvestasi.p
df. Diakses
Belitz, H.D, Grosch, W., 1999, Food Chemistry. Second Ed, Springer, Berlin
Buckle, K. A., 1987, Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono,
Universitas Indonesia, Jakarta
Dinas Perindustrian dan Pedagangan, 2010, Kinerja Ekspor CPO dan Produk
Turunannya
Asal
Indonesia
Menurut
Negara
Tujuan
Ekspor,
Disperindag, Medan.
Fessenden, R . J dan Fessenden, J. S , 1986, Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2,
Erlangga, Jakarta
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Universitas Indonesia. Jakarta
Mangoensoekarjo, S., 2003. Manajemen agrobisnis Kelapa Sawit cetakan
Pertaman. Gajah Mada University Press. Jakarta
Marunduri, F. J., 2009. Pengaruh Waktu Inap CPO pada Storage Tank Terhadap
Kadar Asam Lemak Bebas, Kadar Air, dan Kadar Kotoran di PTPN III
Tebing Tinggi PKS Kebun Rambutan, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Naibaho, M. P., 1996, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
59
SNI01-2901-2006,
2006,
Standar
Mutu
Minyak
http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI
Kelapa
Sawit,
01-2901-2006.pdf
60