Anda di halaman 1dari 5

ALTIMUS BRANDS: Pengelolaan Risiko Pengadaan

Pada tanggal 1 Februari 2011, Enzo Natale, Kepala Divisi Keuangan dan Operasi
Altimus Brands di London (UK), menerima laporan bulanan terakhir dan – seperti yang
dia khawatirkan – biaya pembelian naik lagi. Dia paham bahwa di akhir bulan dia harus
memberi usulan kepada Dewan Direksi. Dia akan melakukan rapat dengan Tim
Pembelian untuk menyiapkan usulan tersebut, dengan focus kepada sepatu
RockyMountain, top-selling brand mereka.

ALTIMUS BRANDS

Altimus adalah bisnis keluarga yang sudah hadir dipasar sepatu tingkat global.
Perusahaan memiliki tujuh merek sepatu premium yang di pasarkan di 120an negara
dengan penjualan senilai 1.3 milyar Poundsterling (2010). Altimus mengoperasikan
sekitar 230 outlet retail dan saluran lain. Walaupun nama perusahaan kurang dikenal di
industrinya, merek yang mereka miliki cukup dikenal didunia dan merupakan asset
paling berharga perusahaan. Untuk mempertahankan dan mengembangkan nilai merek
yang mereka miliki, perusahaan tergantung kepada empat kompotensi inti:: innovation,
design, quality dan supply chain management. Selama bertahun-tahun, kegiatan
manufaktur bukan merupakan kegiatan utama dalam perusahaan; kenyataannya
mereka merupakan salah satu perintis dalam pengadaan (sourcing) barang dari Asia
sejak tahun 1960an. Karena alasan inilah Enzo percaya bahwa pemilihan, pengelolaan
dan pengembangan pemasok merupakan faktor keberhasilan utama mereka.

INDUSTRI SEPATU GLOBAL

Dampak Situasi Ekonomi. Pasar sepatu tertimpa resesi dan banyak retailers dan
produsen menutup usahanya, dengan pemain sisanya berebut pangsa pasar.
Walaupum Tim Manajemen Altimus berharap kepercayaan konsumen akan mulai
bertambah baik, pertumbuhan gaji yang melemah dan kemungkinan PHK khususnya di
Eropa akan mengakibatkan konsumen tetap berhati-hati. Pasar global untuk merek
sepatu premium di dominasi oleh Eropa dan Amerika Utara, walaupun pasar lainnya
juga semakin penting. Produksi cenderung terkonsentrasi di negara berkembang
seperti Cina, Brazil, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Bangladesh, dengan produsen-
produsen kecil di negara seperti Italy, Spanyol dan AS.

Trends di Sektor Sepatu. Secara tradisional, ada dua kategori sepatu per tahun
(Spring-Summer and Autumn-Winter) dan ratusan model baru di rancang dan di
produksi setiap musimnya. Namun demikian, terbukti bahwa persaingan bergeser ke
model “Fast Fashion” yang di pimpin oleh perusahaan seperti Zara dan H&M, yang
memperkenalkan lebih banyak koleksi per tahun. Beberapa perusahaan bicara tentang
13 koleksi per tahun, satu setiap 4 minggu. Teknologi juga berubah, secara konstan,
baik di bahan baku maupun proses produksi sepatu. “Perubahan yang terus-menerus
ini menyulitkan dalam rantai pasok” kata Enzo. Corporate Social Responsibility (CSR),
khususnya isu seperti fair trade, child labor, use of sweat shops semakin menjadi
perhatian bagi perusahaan di sektor sepatu dan pakaian. Perusahaan dengan merek

1
kuat seperti Adidas, Burberry, Gap dan Nike sering dibicarakan terkait skandal yang
merupakan hasil dari pelanggaran aspek etika dari berbagai pemasok, baik secara
langsung ataupun tidak-langsung. Belakangan ini, banyak inisiatif global di perkenalkan
seperti Global Compact (dipromosikan oleh PBB), dan Ethical Trading Initiative (ETI)
untuk mempromosikan praktek bisnis yang etis dan bertanggung jawab.

RANTAI PASOK ALTIMUS

Strategi dan Struktur Rantai Pasok Altimus. Seperti banyak perusahaan lain di
sektor ini yang berperan sebagai integrator rantai pasok, Altimus mengelola pemasok
yang memproduksi sepatu: Altimus mengkoordinasikan logistik melalui 3PLs (third party
logistics providers), dan mengendalikan saluran distribusi (lihat Gambar 1). Enzo
percaya bahwa pendekatan ini dapat membuat Altimus memiliki fleksibilitas dalam
kapasitas produksi dan tidak memerlukan investasi dalam asset produksi. Namun
demikian, dia juga mengetahui bahwa terdapat keterbatasan dalam mengendalikan
biaya manufaktur yang berada di luar batas organisasi. Satu-satunya cara bagi Altimus
adalah: melakukan negosiasi harga, spesifikasi produk dan penggantian pemasok
(supplier switching). Altimus harus memfokuskan upaya pengembangan pemasok di
Timur Jauh. Enzo percaya bahwa strategi ini telah berlangsung baik di masa lalu dan
mereka telah mengembangkan hubungan kerja-sama yang dekat dengan banyak
pemasok di wilayah tersebut. Namun demikian, meningkatnya biaya bahan baku yang
terutama disebabkan oleh tingginya inflasi di beberapa negara telah memaksa Enzo
untuk mengkaji-ulang basis pasokan perusahaan, untuk memperoleh kemungkinan
pengurangan biaya lebih lanjut. Juga dengan di terapkannya pajak anti-dumping oleh
Uni Eropa bagi produk sepatu yang berasal dari China dan Vietnam juga berdampak
negative terhadap margin keuntungan produk. Dalam rapat, Enzo dan tim telah
memutuskan untuk fokus kepada sepatu merek RockyMountain. Didasarkan kepada
pengalaman sebelumnya, mereka memperkirakan bahwa demand untuk
RockyMountain akan berada di antara 375-425 ribu pasang sepatu per bulan.. Mereka
berharap demand akan tumbuh, walaupun mereka belum memiliki cara untuk
memperkirakan demand di masa depan.

Evaluasi Pemasok
Evaluasi mereka terpusat kepada empat pemasok, tiga diantaranya sudah menjadi
pemasok Altimus, dan satu pemasok potensial baru.. Yu Ven adalah pabrik yang
berlokasi di Vietnam, dan sudah memasok Altimus selama hampir 9 tahun dan di tahun
2010 memasok sekitar 52% kebutuhan produk RockyMountains Altimus.. Jai Nin di
China, telah memasok mereka selama sepuluh tahun dan di tahun 2010 telah
memproduksi sekitar 32% kebutuhan Altimus. Far Byung di Indonesia, telah memasok
mereka selama tiga tahun terakhir dan di tahun 2010 memasok sekitar 16% kebutuhan
Altimus.. Footnow merupakan pemasok potensial yang berlokasi di Bangladesh, dan
walaupun nampank lebih murah ketimbang pemasok lainnya, tim keberatan untuk
mengambil risiko untuk memilih mereka. Kriteria yang ditetapkan untuk mengevaluasi
pemasok adalah: biaya total, nilai inflasi, bea masuk dan pajak, dan kapasitas produksi.
Namun demikian, tim percaya bahwa banyak faktor risiko tidak dapat di nilai secara

2
kuantitatif dan memutuskan untuk menggunakan skala kualitatif sederhana untuk
menunjukkan risiko tertentu: Rendah, Medium, Tinggi (hasil evaluasinya di dinyatakan
dalam Gambar 2).

Exhibit 1. Rantai Pasokan Rocky Mountain Altimus

Satu risiko yang tidak di nilai oleh Enzo dan Tim adalah standar etika. Pembeli
mempunyai persepsi dan opsi yang berbeda-beda dan tidak dapat mencapai
konsensus terhadap ke empat pemasok tersebut. Mereka percaya kemitraan jangka
panjang bisa memperkecil tingkat risiko, dan mereka pikir dengan bekerja dekat dengan
para pemasok mereka akan dapat memecahkan isu etikal dalam jangka waktu pendek.
Pada akhirnya mereka memutuskan untuk tidak memasukkan isu etika sebagai risiko.

Kepedulian Enzo
Enzo sadar bahwa restrukturisasi terhadap basis pemasok dapat mengakibatkan efek
merugikan bila tidak di kelola dengan benar. Pemasok paling murah bukan merupakan
alternatif terbaik karena banyak faktor lain untuk dipertimbangkan seperti mutu,
kapasitas produksi, kapabilitas untuk pengembangan produk, mutu, dan penghargaan
terhadap standar etika. Tim Enzo telah bekerja bertahun-tahun dengan beberapa
pemasok untuk mengembangkan kapabilitas mereka dan dia khawatir perubahan
terhadap basis pemasok dapat menyia-nyiakan seluruh kerja keras, dan merusak
kepercayaan terhadap pemasok dan memaparkan perusahaan terhadap risiko..

Salah satu kepedulian Enzo adalah isu tentang ethical sourcing. Dia tahu bahwa CEO
Altimus sangat peka terhadap hal ini dan perusahaan memiliki kebijakan etikal yang
jelas, bahwa bisnis harus dilakukan secara jujur, adil dan menghargai hak dan martabat
orang. Altimus juga turut serta dalam program Ethical Trading Initiative (ETI) dan
menyepakati ke sembilan prinsip-prinmsip dasarnya (lihat Gambar 3). Untuk

3
memastikan penghargaan terhadap ke sembilan prinsip itu, perusahaan melakukan
kajian-sendiri terhadap seluruh pemasok mereka dan bekerja bersama mereka untuk
memecahkan berbagai issue yang muncul, supaya tidak menjadi masalah di
pemberitaan media.

Exhibit 2. Alternatif Pengadaan

Gambar 3. Prinsip dasar ETI

Rekomendasi Enzo
Enzo tahu perlu diusulkan suatu rekomendasi bagi rapat Dewan Direksi di akhir bulan.
Mengurangi biaya merupakan pertimbangan utama, tapi dilemma yang dia hadapi
adalah bagaimana mengurangi biaya bahan baku tanpa memaparkan rantai pasok
terhadap gangguan dan risiko. Enzo tetap ragu-ragu untuk memperoleh keseimbangan
yang tepat antara biaya dan risiko.

4
Tugas: Lengkapi form WCA dan jawab pertanyaan berikut:

1) Mengapa perusahaan ini merupakan suatu integrator rantai pasok dan bukan
manufaktur/produsen. Apa keuntungan dan kerugiannya?
2) Evaluasi biaya dan risiko dari ke empat pemasok. Lakukan secara bebas dengan
menggunakan model pembobotan.
3) Pemasok mana (bisa lebih dari satu) yang anda rekomendasikan untuk memenuhi
persyaratan Altimus dan kenapa?
4) Lakukan evaluasi tentang kemungkinan kelompok usaha Bharata Indonesia menjadi
integrator rantai pasok dan jelaskan untuk produk/jasa yang mana serta apa
implikasinya terhadap perusahaan? Gunakan kerangka Q-PICS dalam analisanya
(lihat materi kuliah terdahulu dan referensi yang disediakan dalam folder GC).

Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai