Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam setiap perusahaan pasti memerlukan beberapa sistem untuk membantu
berjalannya suatu proses yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu proses
yang terdapat dalam perusahaan adalah proses pengambilan keputusan. Proses
pengambilan keputusan ini sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena
pengambilan keputusan harus dilakukan secara benar agar tidak terjadi kesalahan
pada masa yang akan datang, karena setiap keputusan yang diambil akan sangat
mempengaruhi proses kedepannya.

Di zaman yang serba teknologi seperti sekarang, hampir semua hal dapat kita
lakukan dengan menggunakan teknologi. Seperti juga dalam hal pengambilan
keputusan di suatu perusahaan. Saat ini sudah banyak perusahaan yang
menggunakan teknologi sistem informasi manajemen berupa DSS (Decision
Support System) untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan dalam lingkungan Rumah sakit umumnya dilakukan di
dua area, area pertama (lower level) melibatkan manajemen pasien, diagnosa dan
perawatan, pencatatan record, keuangan dan
manajemen inventori. Area kedua melibatkan keputusan level tinggi memberikan
sebuah keunggulan kompetitif.

DSS mencangkup semua fungsi dari manajemen pasien sampai manajemen


inventori yang disusun oleh UK General Practice dan sekarang dinamakan
PRODIGY (Prescribing Rationally with Decision support in General Practice
Study), yang menyediakan akses pada clinical knowledgebase pada bukti bukti
terbaik yang ada tentang kondisi dan gejala yang dikelola utamanya oleh
profesional kesehatan. Data ini berupa panduan full text, referensi panduan cepat,
leaflet informasi pasien, informasi pada obat dan self help contacts.
Dilingkungan kompetitif seringkali sulit untuk dapat membuat keputusan
yang paling baik, hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya informasi, atau
penerimaan suatu informasi yang terlambat, atau bahkan terlalu banyaknya
informasi yang diperoleh. Kondisi tersebut bisa bertambah buruk jika waktu yang
ada terlalu sempit untuk dapat melakukan analisa informasi ataupun untuk
mengevaluasi alternative-alternatif solusi, sehingga hal ini dapat mengakibatkan
para pengambil keputusan sulit melakukan suatu keputusan secara
berkesinambungan dan juga sulit untuk melakukan pengambilan keputusan yang
optimal. Luasnya lingkup tanggung jawab keperawatan dan kehadiran perawat
secara berkesinambungan mendampingi pasien, menempatkan keperawatan pada
posisi sentral bagi layanan kesehatan dan pusat informasi pasien. Keadaan ini
membangkitkan perkembangan informatika keperawatan yang dapat
menginformasikan perkembangan aplikasi multidisiplin yang terintegrasi pada
berbagai tatanan manajemen keperawatan bagi pelayanan pasien (Barton, 2008).

Keperawatan merupakan serangkaian aktivitas melingkupi pelayanan secara


otonom dan kolaboratif bagi individu dari segala usia, keluarga, kelompok dan
komunitas, sakit maupun sehat dalam segala latar. Pelayanan keperawatan
merupakan pemasok utama layanan kesehatan bagi pasien, pengembangan
informatika keperawatan dalam lingkup manajemen keperawatan berpengaruh
penting terhadap rancangan dan implementasi system pengembangan
pengetahuan dan ketrampilan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah dan Pengertian DSS
2. Penerapan sistem DSS dalam lingkungan rumah sakit
3. Manfaat dan tujuan Sistem Dss dalam lingkungan Rumah sakit.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami sejarah dan pengertian DSS
2. Memahami system DSS dalam lingkungan rumah sakit
3. Memahami Manfaat dan tujuan DSS dalam lingkungan rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah dan Definisi DSS


Pengembangan DSS berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya
pengguna computer secara time-sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada
mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan computer tanpa harus
melalui spesialis informasi. Time sharing membuka peluang baru dalam
penggunaan computer. Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS, G
Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT,
bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for
Management Information System” mereka merasakan perlunya ada kerangka
untuk menyalurkan aplikasi computer terhadap pembuatan keputusan
manajemen.
Sejarah munculnya DSS, berikut ini adalah kajian singkatnya :
Tahun 1950, Teori Pengambilan Keputusan Organisasi dikembangkan di
Carnegie Institute of Technology.Tahun 1960 Implementasi DSS dalam bentuk
sistem komputer interaktif dilakukan di Massachusetts Institute of
Technology,Tahun 1970. Konsep DSS menjadi area riset. dan pada Tahun 1980
dikembangkan executive information systems (EIS), group decision support
systems (GDSS), dan organizational decision support systems (ODSS) untuk
single user berbasis model.Tahun 1990. Dikembangkan data warehousing dan
on-line analytical processing (OLAP).Tahun 2000. Dikembangkan aplikasi
analitik berbasis web
Beberapa Definisi DSS Menurut para Ahli :
• Definisi Awal DSS (Efraim): Suatu sistem yang diperuntukan untuk membantu
pembuat keputusan dalam kondisi keputusan yang “kurang terstruktur/semi
terstruktur”.
• (Gorry & Scott-Morton's) : Sekumpulan model dari prosedur untuk pemrosesan
data dan penentuan (justifikasi) dalam membantu manager untuk mengambil
keputusan. Pencetus istilah DSS, yang keduanya adalah profesor MIT.
• (Sprague & Carlson) : Sistem yang berbasis komputer yang dapat dipergunakan
untuk membantu para pengambil keputusan untuk memecahkan masalah-
masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan kalkulasi manual melalui cara
simulasi yang interaktif, dimana data dan model analisis sebagai komponen
utama.
DSS (Decision Support System) merupakan salah satu produk perangkat
lunak yang dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam
proses pengambilan keputusan. DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-
teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti
operation research dan management science. Hanya bedanya adalah jika dahulu
untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan
iterasi secara manual, maka saat ini computer PC telah menawarkan
kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relative
singkat. DSS dapat juga dikatakan sebagai sistem computer yang mengolah data
menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur
yang spesifik. DSS menurut Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai
sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan
keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan
digunakan pada saat-saat yang tidak biasa. Sistem Pendukung Keputusan (DSS)
dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan seorang manajer dalam
membuat keputusan yang spesifik dalam memecahkan permasalah yang spesifik
pula. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau decision support system (DSS)
merupakan salah satu jenis sistem informasi yang bertujuan untuk menyediakan
informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada
pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih
baik dan berbasis evidence. DSS yang baik harus mampu menggali informasi
dari database, melakukan analisis serta memberikan interpretasi dalam bentuk
yang mudah dipahami dengan format yang mudah untuk digunakan (user
friendly). DSS mendayagunakan resources individu-individu secara intelek
dengan kemampuan computer untuk meningkatkan kualitas keputusan. Jadi, ini
merupakan sistem pendukung berbasis computer yang dapat membantu dalam
mengambil suatu keputusan dari masalah-masalah yang semi terstriktur maupun
tak terstruktur.

B. Penerapan system DSS di lingkungan Rumah sakit


Aplikasi DSS dalam Pelayanan KesehatanPemanfaatan DSS dalam
pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi keuangan yang mulai
berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi komputer untuk pelayanan
kesehatan berkembang. Pada akhir era 60-an Sistem informasi rumah sakit sudah
memasukkan data tentang diagnosa sertainformasi lain dalam rencana perawatan
pasien. Tekhnologi yang digunakan dapatmengurangi kerja dengan kertas
(paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu perawat.
Salah satu awal program komputer yang bagus untuk perawatan pasien adalah
Problem Oriented Medical Record Information System (PROMIS) yang dibuat
oleh DR Lawrence Weed dari University Medical Center Burlington tahun 1968.
Sistemini menyediakan integrasi berbagai aspek pelayanan kesehatan termasuk
tindakan pada pasien. Sistem ini menggunakan kerangka kerja POMR ( problem
orientedmedical record).Pada dasarnya pemanfaatan sistem informasi dalam unit
pelayanan kesehatan dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien.
Informatika juga dapatmencegah error dengan melaksanakan fungsi
pengambilan keputusan dan mencegah fungsi yang tidak tepat Di Indonesia, telah
diterapkan sistem informasi keperawatan terkomputerisasiterkait intervensi yang
dilakukan di beberapa RS yang secara spesifik mulai dari Nursing Out Come
(NOC) yang baku klasifikasi dan jelas kriterianya, Nursing Intervention
Clasification (NIC) disusun secara baku pada setiap klasifikasinya dan
disesuaikan juga dengan klasifikasi tujuan (NOC). Perawat tinggal memilih label
NIC yang tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang sesuai
dengantujuan penanganan masalah pasien. Implementasi keperawatan dalam
sisteminformasi keperawatan menggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC.
Perawattinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang telah
dilakukan,menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari
aktifitas tersebut.Implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumen
asuhan keperawatan langsung diintegrasikan dengan Billing System Rumah
Sakit, sehingga tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing masing
tindakan perawat telah memiliki harga sendiri-sendiri yang telah disahkan oleh
rumah sakit, dan perawat tinggal mendokumentasikan dalam SI Keperawatan.
Artinya penulisan implementasinya juga dibakukan sehingga perawat yang
bertugas mengetik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Evaluasi kriteria,
skala, dan target. Setelah perawatmenentukan kriteria, skala dan target pada hari
pertama, maka pada hari berikutnya tinggal memilih skala yang sesuai dengan
kondisi pasien, antara 1–5, disesuaikan dengan kondisi pasien.Contoh
pemanfaatan DSS lainnya adalah aplikasi telehealth yang sedang dikembangkan.
Salah satu contoh program telehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan
audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia dirumah dan
telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secaraelektronik dan
menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawatakan
melakukan kunjungan ke pasien.Telenursing adalah bagian dari telehealth
Telenursing menawarkan program kolabortif dan mengurangi biaya pasien.
Sebagai contoh: konsultasi dengan perawatakan mengurangi angka kejadian
masuknnya pasien dengan keadaan emergency ke Rumah Sakit.
Telehealth juga bisa di aplikasikan dalam pendidikan, dengan mengunjungi
satu bagian dengan bagian lain melalui halaman web. Pengalaman dari
praktisiperawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui halaman web.
Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan
segimanfaatnya. Beberapa manfaat dari Telehealth misalnya: meningkatkan
kualitas pelayanan, mengurangi waktu, meningkatkan produkstifitas akses,
meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan Telehealth yaitu :
1. Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan
Telehealth Meskipun dijumpai bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat.
Pemerintah masihkurang dalam mengembangkan telehealth.
2. Aspek legal Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi
dari praktek petugas kesehatan yang tidak baik.
3. Standar keamanan Perhatian dalam aplikasi tekhnologi dalam pelayanan
kesehatan adalahkeamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan
Telehealth harus bisa menjamin keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal
tersebut ANA (American Nursing Association)
menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada tahun
1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol telehealth
pada tahun 2014.
4. Keamanan data Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik
health record),yang rawan akan privasi, kerahasiaan dan keamanan
data.Sehinggapenyelenggaraan telehealth harus bisa menjamin keamanan data.
5. Infrastruktur komunikasi Infrastruktur telekomunikasi merupakan bagian dari
telehealthyangmempunyai biaya dengan prosentase paling besar. Isu yang lain,
adalah alatuntuk hubungan antarmuka (interface) akan sulit menyelenggarakan
Telehealth jika tidak ada saling hubungan (interkoneksi) antar alat

C. Tujuan Dan Manfaat Sistem Informasi Kesehatan


a. Tujuan SIK
Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan
ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil
guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat
waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk :
1. Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian.
2. Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya
penanggulangannya.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri.
4. Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan.

b. Manfaat SIK
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu
para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan
pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan
pusat) dan sistem dalam hal berikut :
1. Mendukung manajemen kesehatan.
2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
3. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas.
4. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan
bukti (evidence-based decision).
5. Mengalokasikan sumber daya secara optimal.
6. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi.
7. Membantu penilaian transparansi.

c. Prinsip Dan Peranan Sistem Informasi Kesehatan


Prinsip SIK Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik
yang berasal dari sektor kesehatan atau pun dari berbagai sektor pembangunan
lain.Mendukung proses pengambilan keputusan diberbagai jenjang administrasi
kesehatan.Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan
kepeutusan.Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu
dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.Pengelolaan
informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan datamelalui cara-cara
rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei dan
lain lain).Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek
kerahasiaan yang berlaku dibidang kesehatan dan kedokteran.Peranan SIK
Adapun penerapan DSS dalam Dunia kesehatan di sebut dengan CDSS
Clinical Decision Support System (CDSS) atau sering kita kenal sebagai sistem
pengambil keputusan klinis, merupakan suatu sistem elektronik yang didesain
untuk membantu klinisi atau tenaga medis dalam mengambil keputusan klinik.
Pada penggunaan CDSS yang berbasis elektronik memiliki beberapa keunggulan
dan kemudahan, jika dibandingkan dengan non-elektronik, apalagi jika sudah
terintegrasi dengan rekam kesehatan elektronik (Services Human & Investigator
2012).
Ada beberapa keunggulan computer based CDSS, diantaranya adalah
kapasitas penyimpanan knowledge based dan kecepatan menganalisa sebuah
kasus, serta dalam memberikan rekomendasi kepada klinisi dalam bentuk alert
atau peringatan (Lee et al. 2014). Pada Umumnya CDSS elektronik
mengkombinasikan karakteristik klinis dan kondisi pasien, dengan basis
pengetahuan elektronik (computerized knowledge base), yang kemudian secara
otomatis menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk bahan pertimbangan
klinisi, baik dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain, yang kemudian
dapat membantu dalam menentukan diagnosis dan pemberian tindakan medis
lainnya (Parshutin & Kirshners 2013).CDSS merupakan media elektronik yang
digunakan untuk menentukan diagnosis, interpretasi klinis, pemberitahuan
(alerting), pengingat (reminder), analisis prediktif dengan sebuah aplikasi, yang
terhubung dengan data (Aynes & Aplan 2001). Definisi lain mengatakan bahwa
CDSS menyediakan informasi bagi tenaga medis, pasien atau individu atau
populasi tertentu, untuk menghasilkan proses kesehatan yang lebih cepat, lebih
efisien, lebih baik baik bagi layanan kesehatan individual maupun bagi kesehatan
suatu populasi (Sheikhtaheri et al. 2012)
d. Komponen Clinical Decision Suporrt System (CDSS)
1. Data base (Basis Pengetahuan dan Akuisisi Pengetahuan Medis)
Kumpulan data yang tersusun secara terstruktur dan dalam format
elektronik yang mudah diolah oleh program komputer (Aynes & Aplan
2001). Database ini menghimpun berbagai jenis data baik yang berasal dari
pasien, obat (jenis, dosis, indikasi, kontraindikasi dll), dokter/perawat dll.
2. Knowledge base (Memori kerja )
Kumpulan pengetahuan kedokteran yang merupakan sintesis dari berbagai
literatur, protokol klinik (clinical guidelines), pendapat pakar maupun hasil
penelitian lainnya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa yang dapat dipahami
oleh komputer (Sié et al. 2014).
3. Instrument
Alat yang dapat mengumpulkan data klinis seperti: alat pemeriksaan
laboratorium, EKG, radiologis dan lain-lain (Bradburn & Fox 2004).
4. Mesin inferensial (inference engine)
Merupakan program utama dalam suatu CDSS yang mengendalikan keseluruhan
sistem, mulai dari menangkap informasi yang berasal dari pasien,
mengkonsultasikannya dengan knowledge base dan memberikan hasil
interpretasinya kepada pengguna (Wit et al. 2015).
5. Antar muka (user interface)
Tampilan program komputer yang memungkinkan pengguna berkonsultasi untuk
memasukkan data, memilih menu hingga mendapatkan hasil baik berupa teks,
grafis, sinyal, simbol dan bentuk interaktivitas lainnya. Interaktivitas dapat
bersifat aktif-otomatis maupun pasif (Main et al. 2010).

e. Fungsi Aplikasi CDSS :


1. Alerting
Alert otomatis akan muncul dan memberikan data serta informasi kepada
dokter secara cepat pada situasi kritis yang kadang membahayakan. Pada kondisi
tersebut, informasi yang lengkap sangat penting dalam pengambilan keputusan,
misalnya: nilai laboratorium abnormal, kecenderungan vital sign, kontraindikasi
pengobatan maupun kegagalan prosedur tertentu. Sistem alert telah digunakan
secara rutin dalam program HELP (Health Evaluation through Logical
Processing) mampu menurunkan laju infeksi pasca operatif dari 13% ke 5.5%
per hari dan menurunkan prosentase pemberian antibiotik berlebihan dari 35%
ke 18%.
2. Critiquing
Jenis aplikasi ini akan memberikan kritik kepada pengguna untuk
memverifikasi keputusan klinis yang telah dipilih. Berbagai contoh aplikasi
SPKK jenis ini dapat bermanfaat untuk mencegah permintaan pemeriksaan klinis
yang tidak tepat (seperti pada gambar 6), pemberian obat yang tidak sesuai
dengan indikasi maupun penerapan protokol klinik.
3. Interpreting
Interpretasi merupakan asimilasi dari data klinis untuk memahami data
pasien. Contoh sederhana adalah mesin penginterpretasi EKG, analisis gas datah
maupun pemeriksaan radiologis. Predicting
4. Diagnosing
Merupakan contoh aplikasi SPKK yang paling populer dan banyak
dipublikasikan sejak tahun 1970-an. Tujuan aplikasi ini adalah memberikan
daftar probabilitas berbagai differential diagnosis berdasarkan data pasien yang
diinputkan ke dalam komputer.
5. Assisting
Adalah contoh SPKK yang bertujuan untuk mempermudah atau
mempercepat aktivitas klinis. SPKK yang bersifat hibrid (campuran manual dan
elektronik) akan memberikan hasil print out sintesis data pasien yang
mengarahkan kepada tindakan manajemen selanjutnya. Pada sistem yang online,
SPKK akan menampilkan seluruh data dalam tampilan grafis yang mudah dilihat
dan komprehensif

f. Tantangan Dalam Implementasi CDSS


Dunia medis merupakan bidang yang dinamis. Perubahan yang terjadi bisa
sangat cepat sehingga berdampak pada penggunaan standar pelayanan medis
yang menjadi tulang punggung dari pengembangan CDSS (Jao & Hier 2010).
Alur kerja bidang kesehatan juga sangat kompleks dan subjektif berdasarkan
kasus-per-kasus. Hal ini menyebabkan pengembangan CDSS terbatas pada
kasus-kasus tertentu yang memiliki prosedur medis yang relatif lebih konstan,
seperti CDSS pada sistem peresepan dan CDSS pada interpretasi hasil
echocardiograph (Sanchez et al. 2013). Untuk itu perlu dikembangkan lebih
lanjut terhadap kasus-kasus lain atau guideline lain yang signifikan mampu
mengurangi medical error.
Secara teknis, menggabungkan informasi kesehatan berikut temuan-temuan baru
yang selalu berubah menjadikan CDSS harus terus dilakukan agar sistem tetap
terupdate. Diperlukan kerjasama yang baik antara pengguna dan pengembang
sistem (Jensen et al. 2015).

g. Dampak penggunaan CDSS


Sebuah penelitian mengungkapkan adanya penghematan 30% biaya
pengobatan dari penggunaan CDSS untuk peresepan obat [6]. Namun demikian,
membangun sebuah CDSS mampu menyedot biaya yang cukup signifikan dan
membebani pengguna, seperti membeli lisensi perangkat lunak. Pertimbangan
implementasi CDSS perlu menghitung unit biaya (unit cost) dari penggunaan
CDSS tersebut.
Banyak hasil penelitian terkait CDSS menunjukkan manfaat yang positif
bagi pasien. Selain meningkatkan keselamatan (patient-safety), seperti
penurunan sampai 50% medication error yang terjadi di rumah sakit. Secara tidak
langsung penggunaan CDSS memperbaiki mutu dan standar pelayanan
kesehatan oleh tenaga medis yang bersangkutan [1, 4, 5]. Namun demikian, sisi
lain CDSS membuat tenaga medis, terutama dokter kehilangan kontrol akan
praktek klinis yang dia sendiri dilakukan. Dokter akan merasa terkontrol dan
mungkin terintimidasi, terutama dengan fungsi peringatan (alert) yang berkali-
kali muncul saat klinisi melakukan pelayanan medis

h. Aplikasi Clinical Decision Support System (CDSS)


CDSS telah banyak iaplikasikan untuk berbaagai keperluan dalam pengambilan
keputusan klinis. Perangkat lunak yang telah di bangun untuk keperluan CDSS
adalah MYCIN. MYCIN merupakan sistem pendukung keputusan yang bersifat
kualitatif dengan menggunakan konsep sistem pakar. MYCIN berisi sejumlah
peraturan, yang diturunkan oleh kolaborasi para ahli. Salah satu kelebihan
MYCIN adalah dengan kemampuan untuk mengakomodasi adanya
ketidakpastian. MYCIN menggunakan certainty factors (CF) untuk mengatasi
masalah ketidakpastian.
Beberapa aplikasi CDSS lainya yang juga mulai dikembangkan antara lain :
1. ISABEL, merupakan suatu bentuk CDSS yang terintegrasi dengan internet
yang menyediakan beberapa fitur untuk diagnosis.
2. NEOSIS, merupakan sebuah platform untuk integrasi dan representasi visual
dalam kecerdasan medis.
3. LISA, berupa sistem pendukung keputusan dan informasi klinis untuk
perawatan menyeluruh bagi anak-anak yang mengidap penyakit acute
lympheblastic leukemia(Bury, 2008 )
4. EPIC, merupakan CDSS yang berperan sebagai mitra cerdas bagi staf klinisi
dan memberikan panduan yang terstruktur.
BAB III
KESIMPULAN

Medical error merupakan penyimpangan dari proses perawatan, yang


dapat menyebabkan kerugian bagi pasien. Definisi tersebut menggambarkan
bahwa setiap tindakan yang dilaksanakan, tetapi tidak sesuai dengan rencana atau
prosedur, sudah dianggap sebagai medical error. CDSS memiliki tujuan utama
untuk mendukung bermacam fungsi klinis, seperti misalnya: dokumentasi dan
pengkodean klinis, mengatur kompleksitas klinis, menyimpan dan memelihara
database pasien, melakukan tracking order pasien, monitoring dan tindak lanjut
kesehatan, serta tindakan pencegahan suatu penyakit. Secara umum CDSS,
merupakan teknologi penunjang untuk mencegah terjadinya medical errors dan
mendukung implementasi patient safety di rumah sakit. Penggunaan Clinical
Decision Support System (CDSS) diantarnya ialah adanya penghematan 30%
biaya pengobatan dari penggunaan CDSS untuk peresepan obat, meningkatkan
keselamatan (patient-safety), seperti penurunan sampai 50% medication error
yang terjadi di rumah sakit. Sehingga sistem ini mulai diterapkan karena adanya
dampak positif yang diberikan. Suatu system pendukung keputusan harus mampu
melayani berbagai format input atau output dari pengguna, berbagai gaya dialog,
mendukung komunikasi antar pengguna dan pengembang, mendukung adanya
pengetahuan dari pengguna.

Anda mungkin juga menyukai