Anda di halaman 1dari 19

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

SEMESTER GENAP TA. 2022/2023


DIREKTORAT PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

MATA KULIAH : EKONOMI LAYANAN KESEHATAN


KELAS : 37 F
DOSEN :
1. Dr Susy Himawati MARS
2. DR Dra Eka Yoshida Apt, MM, MARS
3. Nurhayati SE MARS

HARI / TANGGAL : 08 Agustus 2023, Selasa


WAKTU : Jam 17.00 – 19.00 (2 jam)

NAMA MAHASISWA : RIZKI WAHYUDI

NIM : 226080461

SOAL NOMOR 1 :

1. Kebutuhan pemeriksaan Radiologi di Rumah Sakit “Bahagia” akhir-akhir ini


meningkat dan Tarif pelayanan CT Scan sebesar Rp 150.000. Dengan melihat
kondisi yang ada, Direksi Rumah Sakit “ Bahagia” memutuskan akan melakukan
KSO dengan pihak ke 3 dengan jangka waktu 5 tahun. Setelah dilakukan
pemberitahuan rencana KSO tersebut ke media massa, maka telah ada 2 vendor
yang berminat dengan penawaran sebagai berikut:

No Keterangan Vendor A Vendor B

1. Mesin Radiologi 16.500.000.000 15.500.000.000

2. Biaya Pemeliharaan 2.000.000/bulan 1.500.000/bulan

3. Biaya habis pakai (Film dan 50.000.000/bulan 45.000.000/bulan


amplop)

4. Biaya pelatihan 5.000.000 per tahun 5..000.000 per tahun

5. Renovasi ruangan 300.000.000 300.000.000

6. Kapasitas pemeriksaan per 3.200 3.000


bulan
Pertanyaan :

a) Metode pengambilan keputusan apa yang anda akan gunakan ? Sebutkan


alasannya.
JAWABAN
Dalam memilih vendor untuk KSO mesin CT Scan, kita dapat menggunakan metode
Total Cost of Ownership (TCO) atau Total Biaya Kepemilikan. Metode ini
mempertimbangkan tidak hanya biaya awal perolehan mesin CT Scan, tetapi juga
biaya-biaya terkait lainnya selama masa kontrak KSO, seperti biaya pemeliharaan,
biaya habis pakai, biaya pelatihan, dan biaya renovasi ruangan.

Alasan menggunakan metode TCO adalah karena dengan mempertimbangkan


seluruh biaya yang terlibat selama masa kontrak, Anda dapat memiliki gambaran
yang lebih lengkap dan akurat tentang biaya keseluruhan yang akan dikeluarkan.
Dengan demikian, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat untuk
meminimalkan biaya dan memastikan efisiensi dalam pengelolaan CT Scan di
Rumah Sakit "Bahagia".

b) Sebagai Direktur Rumah Sakit “ Bahagia”, Vendor mana yang akan anda
pilih? Beri penjelasan .
JAWABAN
Untuk memilih vendor yang tepat, kita perlu menghitung total biaya kepemilikan
selama 5 tahun untuk masing-masing vendor dengan menggabungkan biaya-biaya
yang telah disediakan oleh setiap vendor.

a. Vendor A:
- Mesin Radiologi : Rp 16.500.000.000
- Biaya pemeliharaan (5 tahun x Rp 1.500.000/bulan): Rp 90.000.000
- Biaya habis pakai (5 tahun x Rp 45.000.000/bulan): Rp 2.700.000.000
- Biaya pelatihan: ( 5 tahun x Rp 5.000.000) : Rp 25.000.000
- Biaya renovasi ruangan: Rp 300.000.000

Total Biaya Kepemilikan Vendor A: Rp 19.945.000.000

a. Vendor B:
- Mesin Radiologi : Rp 15.000.000.000
- Biaya pemeliharaan (5 tahun x Rp 2.000.000/bulan): Rp 120.000.000
- Biaya habis pakai (5 tahun x Rp 50.000.000/bulan): Rp 3.000.000.000
- Biaya pelatihan: ( 5 tahun x Rp 5.000.000) : Rp 25.000.000
- Biaya renovasi ruangan: Rp 300.000.000

Total Biaya Kepemilikan Vendor A: Rp 18.445.000.000


Berdasarkan perhitungan TCO di atas, terlihat bahwa Total Biaya Kepemilikan
Vendor B lebih rendah dibandingkan vendor B . Oleh karena itu, sebagai Direktur
Rumah Sakit "Bahagia", saya akan memilih Vendor B karena mereka menawarkan
keseluruhan biaya yang lebih rendah untuk pelayanan CT Scan selama 5 tahun ke
depan, yang akan membantu Rumah Sakit "Bahagia" dalam menghemat biaya tanpa
mengorbankan kualitas pelayanan.

SOAL NOMOR 2 :

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan profitabilitas rumah saki,


maka salah satu cara adalah dengan menerapkan cost of quality (biaya
mutu)dalam pelayanan kesehatan.

(1) Mengapa cost of quality penting diterapkan di RS


Jawaban
Dengan menerapkan cost of quality, RS dapat mengidentifikasi dan mengelola
biaya yang terkait dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Pentingnya penerapan cost of quality di RS dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Identifikasi masalah: Cost of quality membantu RS untuk mengidentifikasi
masalah atau ketidaksesuaian yang mungkin terjadi dalam pelayanan.
Misalnya, apakah ada banyak pasien yang harus diobati kembali karena
kesalahan diagnostik, atau apakah terdapat masalah dalam administrasi
dan manajemen yang menyebabkan keterlambatan pelayanan.
 Pengendalian biaya: Dengan memahami biaya yang terkait dengan
masalah kualitas, RS dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengurangi biaya tersebut. Ini membantu menghindari pemborosan
sumber daya yang dapat menyebabkan penurunan profitabilitas.
 Daya saing: Dalam persaingan bisnis di industri pelayanan kesehatan, mutu
pelayanan menjadi faktor kunci yang membedakan RS satu dengan yang
lain. RS yang mampu memberikan pelayanan berkualitas tinggi akan lebih
diminati oleh pasien dan memiliki keunggulan dalam pasar.

 Peningkatan kualitas: Dengan mengetahui dimana masalah biaya mutu


muncul, RS dapat fokus pada perbaikan kualitas di area-area yang
mempengaruhi kualitas pelayanan. Dengan begitu, kualitas pelayanan
dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.
 Kepuasan pasien: Peningkatan kualitas pelayanan dan pengurangan
masalah yang mungkin terjadi akan berdampak positif pada kepuasan
pasien. Kepuasan pasien yang lebih baik dapat meningkatkan reputasi RS
dan mendorong pasien untuk kembali menggunakan layanan RS tersebut.

(2) Jelaskan pula pengertian serta elemen-elemen biaya mutu beserta


contohnya.
Jawab:
Biaya mutu merupakan konsep yang menggambarkan semua biaya yang terkait
dengan kualitas pelayanan atau produk. Biaya mutu dapat dibagi menjadi dua
kategori utama:
a. Biaya Mutu Pencegahan (Prevention Cost): Biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk mencegah terjadinya masalah kualitas sebelum produk atau pelayanan
disampaikan kepada pelanggan.

Contoh biaya mutu pencegahan di rumah sakit:


- Pelatihan dan pengembangan staf medis untuk meningkatkan
kompetensi dan pengetahuan mereka.
- Pengembangan prosedur operasional standar (SOP) untuk mengurangi
risiko kesalahan dan infeksi.
- Pengadaan peralatan medis berkualitas tinggi untuk menghindari
kerusakan atau kegagalan peralatan yang bisa menyebabkan
ketidakakuratan diagnosa.

b. Biaya Mutu Penilaian (Appraisal Cost): Biaya-biaya yang terjadi untuk menilai
kualitas produk atau pelayanan sebelum atau setelah disampaikan kepada
pelanggan.

Contoh biaya mutu penilaian di rumah sakit:


- Biaya pemeriksaan laboratorium untuk memastikan hasil tes pasien tepat
dan akurat.
- Biaya audit keamanan dan kepatuhan untuk menilai kualitas dan
keamanan pelayanan.
- Biaya survei kepuasan pasien untuk mengukur tingkat kepuasan dan
mengidentifikasi area perbaikan.

c. Biaya Mutu Kegagalan (Failure Cost): Biaya-biaya yang timbul akibat


terjadinya masalah kualitas yang mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan
atau kinerja yang buruk.

Contoh biaya mutu kegagalan di rumah sakit:


- Biaya perawatan tambahan atau tindakan medis korektif akibat
kesalahan diagnosa atau pengobatan.
- Biaya pemulihan akibat infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah
sakit).
- Biaya klaim hukum dan ganti rugi akibat malpraktik atau kesalahan
medis.

(3) Jelaskan pemahaman anda tentang cost of quality berdasarkan pada


gambar (a)
Gambar (a)

Jawaban:

Dalam menentukan total cost of quality dengan tujuan quality improvement, kita harus
memperhitungkan berbagai biaya termasuk di dalamnya biaya yang sifatnya abstrak dan
tidak dapata dihitungkan secara kuantitatif yaitu biaya kegagalan. Biaya penilaian dan
pencegahan tetap, namun biaya kegagalan eksternal dan internal harus ditekan dengan
menghasilkan proses produksi yang baik dan benar sesuai standar.

Gambar (b)

Jawab:

Gambar tersebut menunjukkan tujuan dari dilakukannya metode cost of quality yaitu agar
dalam upaya waktu 3 tahun (sesuai grafik) perbaikan dapat dilakukan penurunan biaya
kegagalan dengan cara perbaikan kualitas seiring bertambahnya waktu.
(4) Anda sebagai seorang Dr Sp Bedah , mendapat SK pengangkatan
sebagai Ka. Instalasi Bedah sentral RS XYZ. IBS memiliki 10 OK. Anda
medapat tugas untuk menyusun RBA Instalasi Bedah Sentral. Identifikasi
program kerja dan alokasi anggaran yang berkaitan dengan penerapan
biaya mutu ( cost of Quality) dalam RBA yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta
meningkatkan efisiensi dan profitabilitas RS

Jawab:

Menyusun RBA (Rencana Bisnis dan Anggaran) untuk Instalasi ICU sangatlah penting.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien,
serta meningkatkan efisiensi dan profitabilitas rumah sakit. Dalam RBA tersebut, kita akan
mengidentifikasi program kerja dan alokasi anggaran yang berkaitan dengan penerapan
biaya mutu (Cost of Quality) dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

1. Identifikasi Program Kerja:

 Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Medis: Mengalokasikan dana untuk pelatihan


dan pengembangan tim medis di Instalasi ICU, seperti dokter, perawat, dan petugas
lainnya. Pelatihan ini akan meningkatkan kompetensi dan pengetahuan mereka
dalam memberikan perawatan berkualitas tinggi kepada pasien.
 Peningkatan Infrastruktur dan Peralatan: Alokasikan anggaran untuk memperbarui
dan meningkatkan fasilitas dan peralatan ICU. Peralatan medis modern dapat
membantu meningkatkan efisiensi dalam diagnosis dan perawatan, sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan.
 Sistem Manajemen Mutu: Implementasikan program manajemen mutu untuk
memastikan proses perawatan berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Ini melibatkan penerapan protokol dan pengawasan ketat dalam
seluruh proses perawatan.
 Penggunaan Teknologi Informasi: Investasikan dalam sistem rekam medis elektronik
dan teknologi informasi lainnya untuk mengoptimalkan pengelolaan data pasien dan
memastikan akses cepat dan tepat terhadap informasi yang dibutuhkan oleh tenaga
medis.
 Pengukuran dan Evaluasi Kinerja: Tetapkan program untuk mengukur kinerja
Instalasi ICU secara berkala, termasuk indikator mutu pelayanan dan keselamatan
pasien. Hal ini akan membantu identifikasi area yang perlu ditingkatkan dan
mendorong perbaikan terus-menerus.

2. Alokasi Anggaran terkait Biaya Mutu (Cost of Quality):

 Biaya Pencegahan (Prevention Cost): Alokasikan dana untuk aktivitas pencegahan,


seperti pelatihan, sertifikasi, dan inspeksi berkala. Ini akan membantu mengurangi
kesalahan dan masalah yang mungkin terjadi, sehingga mengurangi biaya perbaikan
di masa depan.
 Biaya Penilaian (Appraisal Cost): Anggarkan dana untuk pengujian, audit, dan
evaluasi eksternal. Biaya ini penting untuk memastikan bahwa proses perawatan
berjalan sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.
 Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost): Alokasikan anggaran untuk
mengatasi masalah atau cacat yang terdeteksi dalam proses perawatan sebelum
pasien menerima pelayanan. Contohnya, biaya re-tes atau perbaikan peralatan yang
rusak.
 Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost): Alokasikan dana untuk
mengatasi masalah atau cacat yang terdeteksi setelah pasien menerima pelayanan.
Ini mencakup biaya perawatan tambahan, kompensasi hukum, atau kerugian lain
yang diakibatkan oleh kegagalan dalam pelayanan.
 Penerapan biaya mutu (Cost of Quality) ini akan membantu meningkatkan kesadaran
akan pentingnya penerapan mutu pelayanan di seluruh Instalasi ICU. Dengan
menyusun RBA yang berfokus pada aspek ini, diharapkan akan terjadi peningkatan
dalam mutu pelayanan dan keselamatan pasien, serta efisiensi dan profitabilitas
rumah sakit secara keseluruhan. RBA berdasar konsep biaya mutu unit perawatan
intensif:
o Biaya pencegahan: biaya maintenance peralatan mesin ventilator, monitor,
cough-assist, oksigen, pelatihan SDM, konsultan
o Biaya penilaian: pemilihan supplier, pemilihan bahan baku, delivery time,
pemeliharaan mesin, pengawasan tata udara ruangan.
o Biaya kegagalan internal: kerusakan selang
o Biaya kegagalan eksternal: standar kualitas film tidak terpenuhi

SOAL NOMOR 3 :

1. Analisis Biaya
a) Sebutkan dan jelaskan kegunaan analisis biaya.
Jawab:
 Untuk dapat mengetahui kondisi perusahaan
 Untuk melakukan penentuan harga pokok
 Untuk perencanaan dan pengendalian biaya

b) Sebutkan dan jelaskan prinsip dasar analisis biaya rumah sakit.


 Menentukan tujuan dan ruang lingkup
 Menggolongkan biaya
 Menghitung biaya

c) Sebutkan dan jelaskan secara terperinci langkah-langkah analisis biaya.


 Identifikasi unsur biaya berdasarkan klasifikasi yang sesuai
 Hitung besaran biaya
 Hitung total cost produksi 1 tahun
 Hitung unit cost actual dan normatifnya
 Hitung BEP berdasarkan tarif yang berlaku
 Hitung CRR
d) Sebutkan dan jelaskan klasifikasi struktur biaya
 Berdasarkan skala produksi
o Biaya tetap  relative tidak dipengaruhi perubahan jumlah
produksi
o Biaya variabel  dipengaruhi oleh jumlah produksi barang/jasa
 Berdasarkan fungsi dan aktivitas sumber biaya
o Biaya langsung  proses produksi barang/jasa secara langsung
o Biaya tidak langsung  penunjang keberhasilan proses
 Berdasarkan fungsi
o Biaya investasi
o Biaya operasional
o Biaya pemeliharaan

2. Analisis Biaya RS. Sehat Sejahtera :

Diketahui :

TABEL 1. BIAYA TETAP (FIXED COST) Unit Rawat Inap

Jenis Biaya Jumlah Biaya

Gedung 275,500,000

Alat Non Medis 26,770,500

Alat Medis 18,600,250

Sumber : Data Sekunder RS. Sehat Sejahtera

TABEL 2. BIAYA OPERASIONAL TETAP (SEMI VARIABLE COST) Unit Rawat Inap

Jenis Biaya Jumlah Biaya

Gaji Pegawai 925,300,000


Biaya Pemeliharaan Gedung
236,688,000
Biaya Pemeliharaan Alat Non-Medis
91,000,000

Biaya Pemeliharaan Alat Medis 86,500,000

TABEL 3. BIAYA OPERASIONAL VARIABEL (VARIABLE COST) Unit Rawat Inap

Jenis Biaya Jumlah Biaya


BHP Medis 677,465,000

BHP Non Medis 102,700,000

Listrik 110,800,545

Air 26,225,000

Sumber : Data Sekunder RS. Sehat Sejahtera

Ditanyakan :

1) Buatlah prosentase masing-masing item dari jenis biaya Fixed Cost, Semi
Variable Cost dan Variable Cost, buatlah analisis dan kesimpulan dari
hasil prosentase tersebut !
Jawab:
 Prosentase masing-masing item dari jenis biaya:

a) Fixed Cost:
Total Biaya Tetap (Fixed Cost) = Gedung + Alat Non Medis + Alat Medis
= 275,500,000 + 26,770,500 + 18,600,250
= 320,870,750

Prosentase Gedung:
Prosentase Gedung = (Biaya Gedung / Total Biaya Tetap) * 100
= (275,500,000 / 320,870,750) * 100
≈ 85.85%

Prosentase Alat Non Medis:


Prosentase Alat Non Medis = (Biaya Alat Non Medis / Total Biaya Tetap) * 100
= (26,770,500 / 320,870,750) * 100
≈ 8.34%

Prosentase Alat Medis:


Prosentase Alat Medis = (Biaya Alat Medis / Total Biaya Tetap) * 100
= (18,600,250 / 320,870,750) * 100
≈ 5.81%

b) Semi Variable Cost:


Total Biaya Operasional Tetap (Semi Variable Cost) = Gaji Pegawai + Biaya
Pemeliharaan Gedung + Biaya Pemeliharaan Alat Non-Medis + Biaya
Pemeliharaan Alat Medis
= 925,300,000 + 236,688,000 + 91,000,000 +
86,500,000
= 1,339,488,000

Prosentase Gaji Pegawai:


Prosentase Gaji Pegawai = (Gaji Pegawai / Total Biaya Operasional Tetap) * 100
= (925,300,000 / 1,339,488,000) * 100
≈ 69.07%

Prosentase Biaya Pemeliharaan Gedung:


Prosentase Biaya Pemeliharaan Gedung = (Biaya Pemeliharaan Gedung / Total
Biaya Operasional Tetap) * 100
= (236,688,000 / 1,339,488,000) * 100
≈ 17.68%

Prosentase Biaya Pemeliharaan Alat Non-Medis:


Prosentase Biaya Pemeliharaan Alat Non-Medis = (Biaya Pemeliharaan Alat
Non-Medis / Total Biaya Operasional Tetap) * 100
= (91,000,000 / 1,339,488,000) * 100
≈ 6.79%

Prosentase Biaya Pemeliharaan Alat Medis:


Prosentase Biaya Pemeliharaan Alat Medis = (Biaya Pemeliharaan Alat Medis /
Total Biaya Operasional Tetap) * 100
= (86,500,000 / 1,339,488,000) * 100
≈ 6.46%

c) Variable Cost:
Total Biaya Operasional Variabel (Variable Cost) = BHP Medis + BHP Non Medis
+ Listrik + Air
= 677,465,000 + 102,700,000 + 110,800,545 +
26,225,000
= 917,190,545

Prosentase BHP Medis:


Prosentase BHP Medis = (BHP Medis / Total Biaya Operasional Variabel) * 100
= (677,465,000 / 917,190,545) * 100
≈ 73.84%

Prosentase BHP Non Medis:


Prosentase BHP Non Medis = (BHP Non Medis / Total Biaya Operasional
Variabel) * 100
= (102,700,000 / 917,190,545) * 100
≈ 11.19%

Prosentase Listrik:
Prosentase Listrik = (Listrik / Total Biaya Operasional Variabel) * 100
= (110,800,545 / 917,190,545) * 100
≈ 12.08%

Prosentase Air:
Prosentase Air = (Air / Total Biaya Operasional Variabel) * 100
= (26,225,000 / 917,190,545) * 100
≈ 2.86%
2) Berdasarkan perhitungan biaya tersebut di atas buatlah Total Cost-nya,
jika margin yang diharapkan sebesar 25% dari Total Cost, berapa benefit
cost rasionya ?

Jawab:
2) Total Cost dan Benefit Cost Ratio:

Total Cost = Total Biaya Tetap + Total Biaya Operasional Tetap + Total Biaya Operasional
Variabel
= 320,870,750 + 1,339,488,000 + 917,190,545
= 2,577,549,295

Margin yang diharapkan = 25% dari Total Cost


= 0.25 * 2,577,549,295
= 644,387,323.75

Benefit Cost Ratio = Margin yang diharapkan / Total Biaya


= 644,387,323.75 / 2,577,549,295
≈ 0.2498

Kesimpulan:
- Biaya Tetap (Fixed Cost) terutama didominasi oleh Gedung dengan persentase sekitar
85.85%, diikuti oleh Alat Non Medis sekitar 8.34%, dan Alat Medis sekitar 5.81%.
- Biaya Operasional Tetap (Semi Variable Cost) terutama didominasi oleh Gaji Pegawai
dengan persentase sekitar 69.07%, diikuti oleh Biaya Pemeliharaan Gedung sekitar
17.68%, Biaya Pemeliharaan Alat Non-Medis sekitar 6.79%, dan Biaya Pemeliharaan Alat
Medis sekitar 6.46%.
- Biaya Operasional Variabel (Variable Cost) terutama didominasi oleh BHP Medis dengan
persentase sekitar 73.84%, diikuti oleh BHP Non Medis sekitar 11.19%, Listrik sekitar
12.08%, dan Air sekitar 2.86%.
- Total Cost dari semua jenis biaya adalah 2,577,549,295.
- Benefit Cost Ratio (BCR) sekitar 0.2498, yang berarti setiap unit biaya menghasilkan
manfaat sebesar 0.2498 unit. BCR di bawah 1 menunjukkan bahwa proyek atau operasi
tersebut tidak menghasilkan keuntungan yang diharapkan (kurang dari 25% margin yang
diharapkan)

SOAL NOMOR 4 :

Dalam pengelolaan alur perbekalan farmasi, alat kesehatan dan alat medis maka
telah diterapkan berbagai perbaikan sistem untuk meningkatkan efisiensi dan
meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu metide yg dilakukan adalah dengan
melakukan penerapan manajemen rantai suplai (supply chain management)

(a) Sebutkan dan jelaskan pengertian supply chain management serta apa
saja konsep dan fungsi supply chain management dalam pelayanan di RS
Jawab:
Pengertian Supply Chain Management (SCM):
Supply Chain Management (SCM) adalah pendekatan sistematis untuk mengelola alur
perbekalan atau rantai suplai dari bahan baku hingga produk jadi yang disampaikan kepada
konsumen akhir. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan
proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Konsep dan Fungsi Supply Chain Management dalam Pelayanan di RS:
1. Integrasi: SCM mengintegrasikan semua tahapan dalam alur perbekalan, termasuk
pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan (pasien). Integrasi ini memungkinkan
informasi dan barang bergerak dengan lancar, meminimalkan keterlambatan dan kerugian.
2. Koordinasi: SCM memastikan semua elemen dalam rantai suplai bekerja bersama
secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama, seperti menjaga ketersediaan obat,
mengurangi kelebihan stok, dan menghindari kekurangan perbekalan yang kritis.
3. Pengelolaan Persediaan: SCM membantu dalam mengelola persediaan dengan tepat,
menghindari overstock (stok berlebih) dan understock (stok kurang), serta mengurangi
pemborosan.
4. Proses Peningkatan: SCM melibatkan analisis dan evaluasi berkelanjutan terhadap
proses dalam rantai suplai untuk mencari cara-cara perbaikan dan peningkatan efisiensi.
5. Responsif terhadap Perubahan: SCM harus mampu merespons perubahan permintaan
pasar, perkembangan teknologi, dan tantangan lain yang mempengaruhi rantai suplai.

(b) Sebutkan dan jelaskan bagaimana penerapan supply chain management


dalam alur perbekalan farmasi yang diawali dengan tahapan proses-
proses mulai dari tahap perencanaan dan seleksi perbekalan farmasi,
tahap persetujuan anggaran untuk pembelian PF, tahap pengadaan PF ,
tahap distribusi perbekalan farmasi dari distributor ke RS dan tahap
penerimaan PF di IF dan distribusi PF ke pasien.
Buat Skema/ diagram rantai suplai pada setiap tahapan tsb diatas.

Jawab:
Penerapan Supply Chain Management dalam Alur Perbekalan Farmasi:
1. Tahap Perencanaan dan Seleksi Perbekalan Farmasi:
Rantai Suplai: Pemasok (produsen obat) -> RS
Proses:
- RS melakukan perencanaan kebutuhan obat berdasarkan data historis dan perkiraan
permintaan.
- RS mengevaluasi dan memilih pemasok yang dapat menyediakan obat dengan
kualitas terbaik dan harga yang kompetitif.
- RS dan pemasok melakukan negosiasi kontrak dan kesepakatan.

2. Tahap Persetujuan Anggaran untuk Pembelian PF:


Rantai Suplai: Keuangan RS -> RS
Proses:
- Bagian keuangan RS menetapkan anggaran untuk pembelian perbekalan farmasi
berdasarkan perencanaan sebelumnya.
- Setelah anggaran disetujui, RS dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.

3. Tahap Pengadaan PF:


Rantai Suplai: Pemasok -> RS
Proses:
- RS mengajukan pesanan pembelian ke pemasok sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran yang telah disetujui.
- Pemasok mengirimkan obat ke RS setelah pesanan diterima dan diverifikasi.

4. Tahap Distribusi Perbekalan Farmasi dari Distributor ke RS:


Rantai Suplai: Distributor -> RS
Proses:
- Jika RS tidak membeli langsung dari pemasok, tetapi melalui distributor, distributor
akan menyuplai obat ke RS sesuai pesanan dari RS.

5. Tahap Penerimaan PF di Instalasi Farmasi (IF) dan Distribusi PF ke Pasien:


Rantai Suplai: RS (IF) -> Pasien
Proses:
- Instalasi Farmasi di RS menerima dan memverifikasi obat yang diterima dari pemasok
atau distributor.
- Setelah verifikasi, obat disimpan dengan tepat di IF RS.
- Ketika dokter meresepkan obat untuk pasien, obat diambil dari persediaan di IF RS
dan didistribusikan kepada pasien.

 Supply Chain Management memastikan bahwa semua tahapan di atas berjalan lancar,
informasi mengalir dengan baik, persediaan terkelola dengan baik, dan pasien menerima
perbekalan farmasi dengan tepat waktu dan berkualitas tinggi.
SOAL NOMOR 5 :

1. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan, profitabilitas, dan cost eficiency


di RS, maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menerapkan
Lean Mangement dalam pelayanan kesehatan.
(1) Jelaskan pemahaman anda tentang Lean Management, prinsip-prinsip,
dan aplikasi Lean Managment di rumah sakit beserta contoh-contohnya
(2) Berilah penjelasan anda tentang gambar dibawah ini (gambar a) dalam
penerapan Lean manajemen di RS

Gambar (a)

(3) Jelaskan pemahaman anda tentang value stream dalam perbaikan proses
pelayanan kesehatan dan manfaat penerapan value stream
(4) Berilah penjelasan tentang penerapan value stream dalam perbaikan
proses-proses pelayanan kesehatan di RS pada gambar (b) dibawah ini

Gambar (b)
SOAL NOMOR 6 :

1. Rumah Sakit “MELAYANI DENGAN HATI” sedang berencana melakukan


pengeluaran Investasi untuk pembelian alat X-Ray, untuk itu diperlukan
analisis biaya apakah dengan tarif yang ditetapkan memungkinkan bagi
Rumah Sakit yang bersangkutan untuk melakukan Investasi. Adapun rencana
biaya dan manfaat adalah sebagai berikut :

Tahu
n Cost Benefit

250,000,00 180,000,00
1 0 0
280,000,00 300,000,00
2 0 0
420,000,00
3 0
420,000,00
4 30,000,000 0

Tahu
n Cost Benefit

10,150,000,0 2,250,000,0
1 00 00
2,500,000,00 3,750,000,0
2 0 00
2,500,000,00 3,750,000,0
3 0 00
2,500,000,00 5,250,000,0
4 0 00
3,000,000,00 5,250,000,0
5 0 00

Keterangan :
Harga X-Ray adalah Rp.500.000.000,00 beserta biaya modal
Rp.60.000.000,00 dengan rincian terdiri dari : pengeluaran biaya Investasi
tahun I sebesar Rp.220.000.000,00 ditambah pengeluaran modal
Rp.30.000.000,00, pengeluaran biaya Investasi tahun ke II adalah
Rp.280.000.000,00 dan pada tahun ke IV ada pengeluaran biaya modal
adalah sebesar Rp.30.000.000,00. Tarif jasa yang diberlakukan adalah Rp.
200.000,00 per sekali X-Ray dengan estimasi jumlah pasien dari tahun I
sampai dengan tahun ke IV adalah : 900, 1.500, 2.100, 2.100 dan rata-rata
discount factor yang digunakan adalah sebesar 12% sudah termasuk risiko
inflasi dan nilai tukar. Hitunglah dengan menggunakan analisis benefit cost
ratio ! Apakah biaya untuk Investasi yang dikeluarkan bisa tertutup dengan
estimasi tarif dan jumlah pasien selama empat tahun, apabila biaya Investasi
tidak tertutupi atau tidak layak, maka apa yang harus dilakukan oleh
manajemen Rumah Sakit ? (Dalam mengerjakan soal fokus pada tabel dan
discount factor).

Jawab:

Untuk menghitung analisis benefit cost ratio, kita perlu menentukan total biaya
investasi dan total manfaat selama lima tahun. Total biaya investasi adalah jumlah
dari pengeluaran biaya investasi pada setiap tahun ditambah biaya modal,
sedangkan total manfaat adalah jumlah dari manfaat pada setiap tahun. Kemudian,
kita akan menggunakan discount factor untuk menghitung nilai sekarang (present
value) dari biaya investasi dan manfaat, serta menghitung benefit cost ratio (BCR).

Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitungnya:

1. Hitung total biaya investasi:


Total Biaya Investasi = Biaya Investasi Tahun I + Biaya Investasi Tahun II-IV
Total Biaya Investasi = Rp 250,000,000 + Rp 280,000,000 + Rp 30,000,000
Total Biaya Investasi = Rp 560,000,000

2. Hitung total manfaat:


Total Manfaat = Manfaat Tahun I-IV
Total Manfaat = Rp 180,000,000 + Rp 300,000,000 + Rp 420,000,000 + Rp
420,000,000
Total Manfaat = Rp 1,320,000,000

3. Hitung nilai sekarang (present value) dari total biaya investasi dan total manfaat
menggunakan discount factor 12%. Kita dapat menggunakan rumus:

Present Value = Future Value / (1 + Discount Factor)^Year

a. Present Value dari Total Biaya Investasi:

PV Total Biaya Investasi = Rp 560,000,000/ (1 + 0.12)^1 +


(Rp 560,000,000/ (1 + 0.12)^2 +
(Rp 560,000,000/ (1 + 0.12)^3 +
((Rp 560,000,000/ (1 + 0.12)^4 +

PV Total Biaya Investasi = Rp 500,000,000

b. Present Value dari Total Manfaat:

PV Total Manfaat = Rp 1,320,000,000/ (1 + 0.12)^1 +


(Rp 1,320,000,000/ (1 + 0.12)^2 +
(Rp 1,320,000,000/ (1 + 0.12)^3 +
(Rp 1,320,000,000/ (1 + 0.12)^4 +

PV Total Manfaat = Rp 1.178.571.428,57

4. Hitung Benefit Cost Ratio (BCR):

BCR = PV Total Manfaat / PV Total Biaya Investasi


BCR = Rp 1.178.571.428,57/ Rp 500,000,000
BCR ≈ 2.357
Hasil BCR adalah sekitar 2.357. Jika BCR lebih besar dari 1, maka investasi
dianggap layak.
Dengan demikian direktur rumah sakit bisa melanjutkan program tersebut

2. Jelaskan prinsip dasar dan ciri pokok pada Cost Effectiveness Analysis untuk
membedakan dengan Cost Benefit Analysis !

Jawaban

Prinsip Dasar dan Ciri Pokok Cost Effectiveness Analysis (CEA) untuk Membedakan
dengan Cost Benefit Analysis (CBA):

Prinsip Dasar CEA:


CEA adalah pendekatan untuk mengukur efisiensi dari berbagai alternatif dalam
mencapai tujuan tertentu, terutama dalam konteks ketersediaan sumber daya yang
terbatas. Prinsip dasar CEA adalah membandingkan biaya relatif dari berbagai
intervensi atau tindakan dan menentukan alternatif mana yang memberikan hasil
terbaik dalam hubungannya dengan biaya yang dikeluarkan.

Ciri Pokok CEA:


- Menggunakan Satuan Efek: CEA menggunakan satuan efek atau outcome
yang relevan untuk mengukur hasil dari setiap alternatif, seperti angka
kesembuhan, kualitas hidup yang diperbaiki, atau angka kematian yang
dicegah.
- Fokus pada Efektivitas Relatif: CEA membandingkan efektivitas relatif dari
berbagai alternatif untuk mencapai tujuan tertentu, bukan nilai moneter dari
manfaat yang dihasilkan.
- Tidak Membandingkan dengan Satuan Moneter: CEA tidak mengkonversi
semua hasil ke dalam satuan moneter seperti yang dilakukan dalam Cost
Benefit Analysis (CBA).
- Penggunaan dalam Lingkungan Sumber Daya Terbatas: CEA cocok digunakan
dalam lingkungan di mana sumber daya terbatas dan keputusan harus diambil
untuk memaksimalkan manfaat kesehatan dengan biaya yang ada.

Perbedaan dengan Cost Benefit Analysis (CBA):


Perbedaan utama antara CEA dan CBA adalah cara pengukuran hasil atau manfaat.
CEA menggunakan satuan efek atau outcome klinis, sementara CBA mengukur hasil
dalam satuan moneter. CEA lebih cocok digunakan dalam konteks kesehatan dan
lingkungan di mana efek dari tindakan sulit diukur dalam nilai moneter atau di mana
tujuan utamanya adalah untuk mencapai hasil klinis yang optimal dengan sumber
daya yang terbatas. Sementara itu, CBA lebih luas dalam cakupannya dan cocok
untuk situasi di mana manfaat dapat diukur dan dikuantifikasi dalam satuan moneter.

SELAMAT BEKERJA

Anda mungkin juga menyukai