2. NURHAYATI SE MARS
KELAS : 37 C
SOAL NOMOR 1 :
JAWAB
Fokus pada aktivitas: Akuntansi biaya tradisional sering kali hanya memperhitungkan
biaya langsung dan overhead umum, tanpa memperhitungkan aktivitas khusus yang
diperlukan untuk menghasilkan produk atau layanan. sebaliknya ABC berfokus pada
aktivitas yang diperlukan dalam proses produksi, dan biaya dialokasikan
berdasarkan jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk atau layanan.
Informasi yang dihasilkan: ABC memberikan informasi yang lebih rinci dan terperinci
tentang biaya aktivitas yang terlibat dalam produksi. ini dapat memberikan wawasan
yang lebih baik tentang efisiensi dan efektivitas dari masing-masing aktivitas dan
membantu dalam pengambilan keputusan terkait perbaikan proses. di sisi lain,
akuntansi biaya tradisional mungkin memberikan informasi yang lebih umum tentang
biaya produksi, akan tetapi, bisa kadi kurang akurat dalam mengidentifikasi
kontribusi biaya dari setiap aktivitas.
HPP = Rp Rp 24.201.000
Dalam konteks manajemen klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia, istilah
"dispute" dan "pending" merujuk pada dua status yang berbeda terkait penyelesaian klaim.
Berikut adalah penjelasan perbedaan antara dispute dan pending dalam manajemen klaim JKN:
1. Dispute (Sengketa):
Definisi:Dispute dalam manajemen klaim JKN merujuk pada situasi di mana terdapat
perbedaan pendapat atau ketidaksetujuan antara peserta JKN (penerima layanan
kesehatan) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) terkait
dengan klaim yang diajukan.
Penyebab Dispute:
Dispute dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti perbedaan interpretasi terhadap
kebijakan JKN, pertanyaan mengenai ketentuan pembayaran, atau ketidaksetujuan
terhadap jumlah klaim yang diajukan.
Penanganan Dispute:
Untuk menangani dispute, pihak yang bersengketa dapat melakukan proses mediasi atau
mengajukan keberatan (objeksi) terhadap keputusan BPJS Kesehatan. Pada tahap ini,
klaim mungkin akan ditinjau ulang untuk memastikan bahwa penyelesaian sengketa
dilakukan secara adil.
2. Pending (Menunggu):
Definisi: Pending dalam manajemen klaim JKN mengindikasikan bahwa suatu klaim
belum selesai diproses atau belum mendapatkan keputusan final dari BPJS Kesehatan.
Klaim yang berstatus pending sedang dalam tahap peninjauan dan evaluasi oleh BPJS
Kesehatan.
Penyebab Pending:
Klaim dapat menjadi pending karena berbagai alasan, seperti memerlukan klarifikasi
tambahan, validasi dokumen, atau peninjauan lebih lanjut untuk memastikan kepatuhan
terhadap prosedur dan kebijakan JKN.
Penanganan Pending:
Proses penanganan pending melibatkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap klaim yang
bersangkutan. BPJS Kesehatan akan melibatkan penyelidikan lebih lanjut atau meminta
informasi tambahan dari pihak yang terlibat untuk memastikan keabsahan klaim tersebut.
Kesimpulan:
Perbedaan Utama:
- Dispute berkaitan dengan perbedaan pendapat atau ketidaksetujuan antara peserta JKN
dan BPJS Kesehatan terkait klaim.
- Pending menunjukkan bahwa klaim masih dalam tahap peninjauan dan belum selesai
diproses oleh BPJS Kesehatan.
Penanganan:
- Dispute memerlukan proses penyelesaian sengketa melalui mediasi atau objeksi
terhadap keputusan.
- Pending melibatkan peninjauan dan evaluasi tambahan untuk memastikan keabsahan
klaim.
Status Klaim:
- Klaim yang berstatus dispute sedang dalam konflik atau ketidaksetujuan.
- Klaim yang berstatus pending masih dalam proses penyelesaian dan menunggu
keputusan final.
Kedua situasi ini mencerminkan tahapan yang mungkin terjadi dalam manajemen klaim
JKN, dan penyelesaiannya akan bergantung pada kejelasan informasi, pemahaman
kebijakan, dan koordinasi antara peserta JKN, pemberi layanan kesehatan, dan BPJS
Kesehatan.
1. Pendaftaran Peserta:
- Langkah awal dalam manajemen episode pelayanan adalah pendaftaran peserta ke
dalam program JKN. Peserta akan mendaftar dan mendapatkan nomor peserta
JKN.
3. Pengajuan Klaim:
- Setelah pelayanan kesehatan diberikan, penyelenggara pelayanan kesehatan
(rumah sakit, klinik, dll.) mengajukan klaim kepada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Klaim mencakup rincian pelayanan dan biaya
yang timbul.
Manajemen episode pelayanan dalam konteks JKN merupakan bagian integral dari
upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau
bagi peserta. Proses ini mencakup banyak aspek, mulai dari pencatatan pelayanan
hingga penyelesaian klaim dan pembayaran, dengan tujuan akhir untuk
memastikan akses pelayanan kesehatan yang baik dan efisien.
JAWAB :
Episode pelayanan pada pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencakup
berbagai jenis kondisi atau kebutuhan layanan kesehatan yang dapat dialami oleh
peserta. Berikut adalah beberapa jenis episode pada pasien JKN:
- Merujuk pada pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang tidak
memerlukan rawat inap. Ini melibatkan konsultasi dokter, pemeriksaan, dan
perawatan di luar lingkungan rumah sakit.
3. Episode Bersalin:
- Terkait dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil dan proses
persalinan. Melibatkan pemeriksaan kehamilan, persiapan persalinan, dan
perawatan pasca persalinan.
- Merupakan pelayanan kesehatan yang terkait dengan prosedur bedah atau operasi.
Ini bisa mencakup operasi umum, bedah ortopedi, atau prosedur bedah lainnya.
- Merujuk pada pelayanan kesehatan yang terkait dengan kondisi kesehatan mental,
seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan jiwa lainnya.
Setiap jenis episode memiliki ciri khas dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
berbeda. Misalnya, episode rawat jalan mencakup pelayanan seperti konsultasi
dokter, sementara episode rawat inap melibatkan perawatan di rumah sakit.
Pemahaman yang baik terhadap jenis episode ini memungkinkan penyelenggara
pelayanan kesehatan dan BPJS Kesehatan untuk merancang program dan
manajemen klaim yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, setiap
episode mencerminkan jenis pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh peserta JKN
dalam berbagai kondisi kesehatan dan tahap kehidupan.
SOAL NOMOR 3 :
Cash flow, atau arus kas, merupakan konsep keuangan yang sangat krusial dalam
menjaga keberlanjutan operasional rumah sakit (RS). Berikut adalah beberapa
alasan mengapa masalah cash flow RS menjadi sangat penting:
8. Pengelolaan Utang:
Arus kas yang sehat memungkinkan RS untuk mengelola utang dengan baik.
Pembayaran tepat waktu mengurangi risiko tingkat bunga yang tinggi dan
mempertahankan kredibilitas finansial RS di pasar keuangan.
Dengan demikian, masalah cash flow RS menjadi sangat penting karena menjadi
landasan keberlanjutan operasional, pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan
pengembangan strategis rumah sakit. Arus kas yang baik merupakan faktor utama
dalam menjaga stabilitas finansial dan memastikan RS dapat terus berfungsi sebagai
penyedia pelayanan kesehatan yang dapat diandalkan.
SOAL NOMOR 4:
a. Penerimaan Pasien:
- Pasien datang untuk menerima pelayanan kesehatan, dan proses dimulai dengan
pendaftaran dan verifikasi informasi.
c. Perawatan Medis:
- Pasien menerima perawatan sesuai dengan diagnosa, termasuk prosedur medis,
pemberian obat, dan tindakan lain yang diperlukan.
d. Manajemen Fasilitas:
- Bagian administrasi dan manajemen fasilitas memastikan ketersediaan ruang,
peralatan, dan personel yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan.
a. Pendapatan Pasien:
- Pendapatan utama RS berasal dari pasien melalui pembayaran langsung,
asuransi kesehatan, atau program pembiayaan kesehatan.
b. Sumber Pendanaan Lainnya:
- RS dapat menerima dana dari berbagai sumber lain, termasuk dana pemerintah,
donasi, atau investasi.
c. Manajemen Kas:
- Manajemen kas melibatkan penerimaan dan pengeluaran dana untuk
operasional, gaji, pembelian persediaan, dan investasi.
d. Pembiayaan Investasi:
- Dana dari sumber tertentu digunakan untuk investasi dalam fasilitas baru,
teknologi medis, dan pengembangan layanan kesehatan.
b. Manajemen Akuntansi:
- Departemen akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat transaksi dan
memastikan bahwa standar akuntansi terpenuhi.
c. Penyusunan Anggaran:
- Proses penyusunan laporan keuangan dimulai dengan menyusun anggaran, yang
mencakup proyeksi pendapatan, pengeluaran, dan investasi.
d. Pelaporan Keuangan:
- Laporan keuangan, seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas,
disusun secara periodik dan mencerminkan kesehatan keuangan RS.
1. Keberlanjutan Operasional:
- Manajemen keuangan yang baik memastikan keberlanjutan operasional RS
dengan menjaga ketersediaan dana untuk pembayaran gaji, pembelian persediaan,
dan pemeliharaan fasilitas.
4. Manajemen Risiko:
- Manajemen keuangan membantu dalam mengelola risiko keuangan dan
operasional yang dapat mempengaruhi cash flow, aset, profit, dan pertumbuhan RS.
SOAL NOMOR 5 :
JAWAB :
Hubungan proses bisnis internal pelayanan kesehatan di RS dan pembiayaan sampai proses
penyusunan laporan keuangan RS sangat penting untuk menjamin keberlangsungan bisnis
RS. Hal hal yang harus diperhatikan dalam proses tersebut salah satunya yaitu perencananan
penyelenggaraan Rumah Sakit bukan hanya profit oriented tetapi lebih cenderung kearah
sosial, meskipun demikian RS tetap dituntut untuk bisa memberikan pelayanan terbaik,
memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit
dan sumber daya manusia di rumah sakit, dan yang paling penting rumah sakit harus mampu
meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan RS secara paripurna.
Hal ini membuat Rumah Sakit harus mampu berpikir dan menerapkan strategi bisnis yang
bisa menjamin mutu layanannya dan juga bisa menjaga kestabilan cash flow yang masuk
sehingga mampu membiayai operasional Rumah sakit, dari membayar gaji karyawan,
pembayaran Obat, BMHP, membayar outsoursing, KSO dll, selain itu rumah sakit juga harus
mampu menghasilkan profit, bisa menambah asset dan juga progress untuk perkembangan
dan kemajuan Rumah Sakit.
Proses Bisnis Internal pelayanan Kesehatan di rumah sakit mempunyai beberapa pembiayaan,
sumber dana JKN dari Pemerintah yang antara lain PBI, PNS, TNI ( aktif dan PNS beserta
anggota keluarga ), Polri ( aktif dan PNS beserta anggota keluarga ), pensiunan, Veteran.
Selain dari pemerintah ada juga sumber dana JKN JPK Jamsostek ( pekerja dan pemberi kerja
), dan pekerja tidak menerima upah (mandiri) seluruh pembiayaan ini bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan, selain itu rumah sakit juga tetap menerima pasien non BPJS atau pasien
umum sebagai sumber pembiayaan lainnya.
Seluruh proses pelayanan di Rumah Sakit harus mengacu pada Kendali Mutu dan kendali
biaya, dimana pada pelayanan dan operasionalnya Rumah Sakit harus mampu menekan
biaya, namun mutu layanan harus menjadi prioritas utama. Hal ini tentunya harus diimbangi
dengan pengelolaan managemen keuangan yang baik, tertib, transparan dan akuntabel.
Dengan adanya pelaporan keuangan yang akuntabel maka rumah sakit mampu menghitung
profit yang diterima serta mampu Menyusun RBA/ RKAP/ RKA, dan juga tentunya hal ini
akan berpengaruh terhadap corporate value yang akan ditentukan oleh Rumah sakit
kedepannya.
3. Manajemen Aset:
Manajemen aset termasuk perawatan, pembaruan, dan pengelolaan efisien peralatan medis
dan fasilitas. Ini dapat mempengaruhi nilai aset dan operasional rumah sakit.
5. Pertumbuhan Strategis:
Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan teknologi informasi dalam operasional dan
pelayanan kesehatan, serta memastikan bahwa investasi TI mendukung tujuan strategis.
7. Manajemen Risiko:
Mengidentifikasi dan mengelola risiko-risiko yang dapat mempengaruhi cash flow, aset,
profit, dan pertumbuhan. Ini mencakup risiko keuangan, operasional, dan keamanan
informasi.
Melalui pendekatan ini, rumah sakit dapat mengidentifikasi isu-isu penting yang dapat
mempengaruhi cash flow, aset, profit, dan pertumbuhan, serta mengimplementasikan strategi
yang sesuai untuk mengelolanya. Keseluruhan, tata kelola yang baik dalam proses bisnis
pelayanan kesehatan dan manajemen keuangan adalah kunci dalam mencapai nilai
perusahaan yang optimal dan keberlanjutan operasional rumah sakit.
SOAL NOMOR 6 :
JAWABAN :
Konsep tersebut juga membuktikan apakah perencaan anggaran sudah sesuai dan di jalankan
dengan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dapatkah menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan, pencatatan yang reliabel, dan mendapatkan rasio yang baik
untuk menjamin keberlangsungan pelayanan RS.
RS patuh terhadap PERMENKES NO 3 Tahun 2020 yaitu RS harus dapat memenuhi prinsip
pelayanan yang berkualitas, efektifitas biaya, efisiens, pelayanan yang optimal dan kepuasan
pelanggan. Hal tersebut hanya dapat di capai dengan tata kelola yang baik, dalam manajemen
keuangan, manajemen pelayanan, tim medis dan seluruh unit rumah sakit bekerja dengan
prinsip tranparansi, akuntabel, mandiri, bertanggung jawab, setara dan wajar. Apalagi dengan
RS yang mendapat pendanaan dari pemerintah yaitu pajak, maka transparansi dan
akuntabilitas RS sangat penting untuk mencegah temuan korupsi dan kegiatan bertentangan
hukum lainnya. RS yang mendapat dana dari pemerintah wajib melakukan audit keuangan
dan di periksa oleh BPK secara berkala menjadikan transparansi dan akuntaibilitas sangat
penting untuk menghindari temuan yang memberatkan manajemen RS itu sendiri.
Untuk memenuhi standar pelayanan RS, diperlukan sinergi yang seimbang antara kendali
biaya yang dikelola oleh manajemen keuangan dan manajemen akutansi yang transparant
dengan kendali mutu yang bekerja sama untuk mencapai standard pelayanan yang optimal.
Dengan tercapainya standard pelayanan yg baik maka akan tercipta tim multi disiplin yang
bertanggung jawab dan berfokus pada pelayanan sehingga akan terwujud standard
keselamatan pasien yang baik.
Manajemen keuangan dan manajemen akutansi yang baik tentunya menunjukan transparansi
dan efektifitas biaya yang diperlukan untuk memastikan posisi sebenarnya keuangan RS
untuk membantu pemegang keputusan RS melakukan pengembangan bisnis yang tepat. Serta
dapat memastikan mutu kualitas SDM dan fasilitas pelayanan memadai dari waktu kewaktu.
Hubungan dan Koordinasi antara Manajemen Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Rumah Sakit:
Melalui koordinasi yang efektif antara manajemen akuntansi dan manajemen keuangan, rumah sakit
dapat memastikan bahwa keputusan keuangan yang diambil didasarkan pada informasi yang akurat
dan relevan. Ini mendukung tujuan keseluruhan rumah sakit, termasuk pemberian pelayanan
kesehatan berkualitas, keberlanjutan operasional, dan kepatuhan terhadap standar dan regulasi.