Anda di halaman 1dari 11

CARA SETAN MEMBUAT IMAJINASI, FANTASI, KHAYALAN DAN HALUSINASI

======================================
Seri Psikoterapi Ruqyah.......

Disusun oleh :

Perdana Akhmad,S.Psi

Pengertian dari imajinasi, fantasi, khayalan dan halusinasi adalah :

1.Imajinasi ( imagination)
Imajinasi itu sendiri kan kata serapan dari Imagination, berasal dari kata dasar Image dan kata
kerja Imagine. Image sendiri artinya gambar, Imagine artinya membayangkan gambar. Imajinasi
: daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dsb) kejadian
berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.

Batas imajinasi adalah DAYA imajinasi itu sendiri, saat seseorang berimajinasi BEBAS LEPAS,
yang membatasinya hanyalah daya dari imajinasi orang tersebut, dalam arti SEJAUH apa ia
mampu "TERBANG" dengan imajinasinya yang bebas merdeka tersebut.

2. Fantasi
Fantasi merupakan sebuah mimpi yang berkembang di luar jangkauan manusia sehingga tidak
memiliki parameter yang real dalam mewujudkannya. Lain halnya dengan imajinasi, fantasi
lebih bersifat TERLALU mengada-ada. Pasalnya, antara impian dan kenyataan benar-benar tidak
dapat dikoneksikan. Yah misalnya saja kita ingin kembali ke kehidupan kita di masa yang lalu
atau merubah dirinya menjadi seekor cacing.

3. Khayalan

Khayalan atau ilusi merupakan wujud dari kepalsuan. ilusi merupakan persepsi yang salah dan
palsu. Secara terminologis, ilusi berarti ide, keyakinan, atau kesan tentang sesuatu yang jelas-
jelas keliru. Pada dasarnya berkhayal bukan hal yang baik karena dapat membuat orang menjadi
bingung dan memiliki tekanan batin atau bahkan dapat menyebabkan orang menjadi kehilangan
jati dirinya dan cenderung gila2an. Contohnya seorang yang buntung pada kakinya berkhayal dia
memiliki kaki yang tidak pernah buntung, maka hakikatnya dia sedang membohongi disi sendiri
dan tidak menerima kenyataan lalu hidup dalam kepalsuan.

4. Halusinasi
Halusinasi adalah suatu keadaan seseorang melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya tidak nyata. Dengan kata lain, pengertian halusinasi adalah persepsi salah yang
diterima oleh panca indera dan berasal dari stimulus eksternal yang biasanya tidak
diinterpretasikan ke dalam pengalaman. Halusinasi dapat terjadi pada indra apa pun
(pendengaran, penciuman, peraba, dll) yang tidak dapat dikontrolnya.

PEMBAHASAN
Imajinasi, fantasi, khayalan dan halusinasi adalah kondisi jiwa yang akan berpengaruh ke
pancaindra seseorang. Contohnya seseorang itu berkhayal sedang mencumbui seorang wanita
yang hakikatnya mencumbui bantal guling maka akan timbul gejolak nafsu dalam jiwanya dan
tubuh fisiknya akan merespon dengan tegangnya kemaluan sampai mengeluarkan madzi.

Atau seeorang itu berhalusinasi melihat kuntilanak maka akan timbul ketakutan dalam jiwanya
lalu tubuhnya akan merespon dengan keluarnya keringat dingin dan tubuhnya akan bergetar
ketakutan.

Namun walau imajinasi, fantasi, khayalan dan halusinasi memiliki persamaan berpengaruh pada
kondisi jiwa yang akan mempengaruhi ke pancaindra seseorang. imajinasi, fantasi, khayalan
adalah proses yang diniatkan oleh seseorang yang masih dapat dikontrol oleh fikirannya, kapan
akan memulai imajinasi, fantasi, khayalan atau berhenti sedangkan halusinasi ketika datang
tidaklah diinginkannya, tidak dapat dikontrol bahkan tidak dapat dikendalikan oleh fikirannya.

Contoh Jenis-jenis halusinasi yang tidak diinginkan dan dikendalikan seseorang adalah.
Misalnya:

•Halusinasi penglihatan: Kasus pasien ruqyah tidak bisa tidur karena setiap memejamkan mata
selalu di datangi seseorang yang ingin menyelimuti badannya dengan kain hitam., orang tersebut
tidak meniatkan, dan tidak dapat pula mengendalikan bayangan sosok tersebut.

•Halusinasi penciuman: Selalu merasakan mencium bau kemenyan, padahal orang


disekelilingnya tidak mencium dan penderitanya tidaklah menginginkan selalu mencium mau
kemenyan.

•Halusinasi peraba: Halusinasi peraba meliputi perasaan yang disentuh seperti ditusuk kawat
yang menyakitkan ke dalam tubuh padahal hakikatnya tidak ada benda yang menusuk tubuhnya
namun dia merasakan rasa sakitnya yang perasaan ini sangat tidak diinginkan namun tetap
dirasakannya.

•Halusinasi pengecapan: Halusinasi pengecapan termasuk misalnya merasakan pahit yang


seolah-olah terasa setiap orang itu makan apapun yang sama sekali tidak dapat dihilangkannya.

GANGGUAN JIN DALAM IMAJINASI, FANTASI, KHAYALAN DAN HALUSINASI

Iblis telah bersumpah :


Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-
halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi(merayu) mereka
dari muka dan dan belakang, dan kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat) (QS Al-A'raf [7]: 16-17).

Dari sumpah iblis ini dapat diambil kesimpulan bahwa Iblis dan bala tentaranya akan berusaha
membuat manusia tidak dapat bersyukur dengan semua pemberian, nikmat dan rezeki dari Allah
dengan merayu manusia untuk berkhayal dan berfantasi untuk membangkitkan angan-angan
kosong yang hakikatnya hanya tipuan/ilusi belaka.
Sebagaimana Firman Allah :”Setan selalu memberi janji-janji kepada mereka, dan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan tidak menjanjikan kepada
mereka selain tipuan belaka” (QS Al-Nisa' [4]: 120).

Untuk mensukseskan misinya maka setan masuk kedalam hatinya lalu mulai membisikkan
keburukan sebagaimana dalam surat An-Naas 5-6 : yang membisikkan (keburukan) ke dalam
dada manusia, dari jin dan manusia.”.

Untuk membuat beragam berkhayal dan berfantasi untuk membangkitkan angan-angan kosong
yang hakikatnya hanya tipuan/ilusi belaka itu mereka bercokol dari hati manusia. Sebagaimana
hadits Ibnu Abbas-- yang berkata bahwa Nabi. bersabda,Sesungguhnya setan itu bercokol di hati
putra Adam. Apabila berzikir, setan itu mundur menjauh, dan bila ia lengah, setan berbisik
(HR.Bukhari).

CARA SETAN MEMBUAT IMAJINASI, FANTASI, KHAYALAN DAN HALUSINASI

Ada 3 cara setan untuk membangkitkan angan-angan kosong (imajinasi, fantasi, khayalan dan
halusinasi) yaitu :

pertama, dengan membisikkan berbagai perkara pada hati seseorang yang akan memancing
seseorang itu berfkir dan secara otomatis lalu otak akan merespon dengan membuat citra
bayangan berdasarkan bisikan setan. Ketahuilah bahwa secara alamiyah manusia jika
memikirkan sesuatu hal akan tercipta sosok bentuknya difikirannya, Contohnya jika anda merasa
rindu dengan seseorang lalu mulai menyebut namanya maka dalam benak anda akan akan
melihat gambaran orang yang anda cintai, maka setan memiliki keahlian memancing perasaan
manusia yang dirasukinya pada kasus sihir mahabbah setan akan membisikkan agar orang
tersebut selalu teringat dengan orang yang semula tidak dicintainya menjadi timbul rasa cinta
karena jika manusia itu merespon bisikan setan maka secara otomasis akan muncul wajah
seseorang semula tidak dicintainya terus menerus hingga tanpa sadar membuatnya merasa cinta.

Kedua, dengan melakuan gangguan pada keseimbangan neurokimia di otak yang mengganggu
fungsinya secara keseluruhan yang mengakibatkan terjadinya halusinasi. Ketidak keseimbangan
neurokimia di otak berdasarkan penelitian ilmiyah diakibatkan daribeberapa kondisi :

1. Demam tinggi
2. Keracunan atau penggunaan marijuana (ganja), LSD, kokain Amphetamine dan turunannya,
heroin, dan alkohol
3. Demensia atau delirium
4. Kerusakan panca indera seperti kebutaan dan tuli
5. Beberapa kondisi medis seperti kegagalan hati, kanker otak
6. Kondisi psikiatrik seperti schizophrenia, depresi dengan psikotik, dan PTSD (post-traumatic
stress disorder)

Kelainan sistem neurotransmitter pada otak bisa saja disebabkan oleh perubahan senyawa
kimiawi secara biologis dan satanis. Setan bisa berjalan di aliran darah dan syaraf manusia.
Penelitian imiyah itu tidak dapat meneliti gangguan jin yang menyebabkan halusinasi
dikarenakan memang jin makhluk ghoib. Namun kita sebagai umat muslim memiliki data-data
ilmiyah dari Al-Qur’an dan Sunnah yang memberikan petunjuk bahwa jin juga dapat
menyebabkan gangguan halusinasi.

Ketiga, dengan menginstal teknologi alam jin. Karena otak kita dapat memunculkan beragam
citra gambar dan bentuk maka jin dapat memberikan beragam citra gambar dan film kepada otak
kita yang akan ditampilkan dalam benak seseorang. Analoginya mesin Proyektor LCD itu adalah
otak kita lalu layarnya adalah kornea mata maka jin memiliki seperangkat komputer yang di
instal dalam Protektor LCD otak kita hingga dapat memberikan beragam citra gambar dan film.
Jika jin ingin membantu dalam ilmu trawangan jin tinggal menghidupkan komputernya yang
menyimpan beragam informasi yang diinginkan manusia . Jika jin ingin membuat manusia
tenggelam dalam khayalan dan ilusi (halusinasi) hingga membuat manusia menjadi gila karena
jiwanya terganggu karena serangan bayangan yang tidak diinginkannya maka jin tinggal
menghidupkan seperangkat komputernya lalu mulai lah otak manusia sebagai seperangkat
proyektor LCD menerima beragam gambar dan film menyeramkan yang tidak dapat ditolaknya
hingga akibatnya jiwanya terganggu.

Dalam bukunya (Al-Majmu’ al-Fatawa:11/309) Ibu Taimiyah menyebutkan bahwa ada ahli
metafisika yang mempunyai hubungan dengan Jin memberitahu Ibnu Taimiyah mengenai
tehnologi alam jin.

Ahli metafisika itu berkata kepadanya :”Sesungguhnya jin memperlihatkan kepadaku sesuatu
yang mengkilap seperti air dan kaca (Jin orang tersebut mungkin menggunakan teknologi
semacam televisi atau radio dari alam mereka).Mereka menayangkan gambar-gambar atau
berita-berita yang kami minta didalamnya.”

Wallahu a'lam...............

Sampai manakah batasan kemampuan dan kekuasaan setan dan jin, serta sejauh mana mereka
dapat mengganggu dan menggoda manusia?
Pertanyaan
Sampai manakah batasan kemampuan dan kekuasaan setan dan jin, serta sejauh mana mereka
dapat mengganggu dan menggoda manusia?
Jawaban Global

Redaksi setan dan jin dalam beberapa kesempatan disebutkan dalam al-Qur’an, bahkan terdapat
surah dengan nama Jin. Setan adalah nama umum yang dinisbahkan kepada siapa saja yang telah
tergelincir dari jalan yang benar, baik itu manusia atau selain dari kalalangan manusia. Iblis juga
adalah nama khusus yang merupakan nama setan yang menggoda Nabi Adam As. Bahkan saat
ini juga mereka dan dengan bala tentaranya berusaha menggoda manusia.

Jin secara leksikal bermakna tersembunyi dan ditujukan kepada eksisten yang penciptaannya dari
api. Jin bahannya dari materi, memiliki ruh dan badan. Jin memiliki taklif dan karena itu mereka
bisa saja mukmin atau kafir dsb.
Ada sebagian orang yang mempercayai keberadaan jin dari cerita-cerita yang diambil dari
khayalan orang-orang semata. Sebagiannya lagi ada yang beranggapan bahwa jin sama sekali
tidak memiliki wujud luar dan jin hanyalah mitos semata.

Dari beberapa ayat dan riwayat bisa disimpulkan bahwa bangsa jin adalah makhluk yang kuat.
Sebagai contoh dalam surah an-Naml, ayat 30 dimana dalam surah tersebut Nabi Sulaiman As
tidak mengingkari pernyataan jin Ifrit. Tapi harus diperhatikan bahwa hal ini tidak dapat
disimpulkan bahwa jin dapat melakukan segala hal, apalagi hal-hal yang dapat membuat
seseorang menjadi syirik. Sebab sebagaimana kita ketahui bahwa tidak ada satupun makhluk
yang bisa melakukan sesuatu kecuali mendapatkan izin dari Allah Swt. Oleh karena itu kekuatan
setan dalam menyesatkan atau menggelincirkan hanya dapat terlaksana bagi orang-orang yang
keluar dari wilayah penghambaan dan tauhid, dan mereka lebih memilih akan bisikan-bisikan
setan. Sebagaimana setan sendiri yang menyatakan bahwa saya tidak memiliki kekuasaan
terhadap hamba-hamba yang mukhlas.[i] Lagi pula wilayah setan terhadap manusia hanya dalam
batasan was-was atau bisikan semata, dan tidak sampai menghilangkan ikhtiar yang ada pada
manusia. Dikarenakan setan adalah wujud mitsâli dan khiyâli yang tidak akan pernah sampai
kepada makam mukhlas yaitu makam akli atau makam manusia sempurna. Ketaatan manusia
kepada nafsu ammarah akan memberikan jalan kepada setan untuk mendominasi manusia,
kemudian secara perlahan-lahan manusia akan jatuh kedalam perangkap setan. Akhirnya
manusia akan terjerembab pada jalan kesesatan. Satu satunya jalan agar bisa terhindar dari
bisikan dan was-was setan adalah perhatian penuh kepada Tuhan dan mengerdilkan diri dalam
berhadapan dengan Singgasana Tuhan. Allah Swt berfirman, "Bahwa sesungguhnya engkau
tidak akan menguasai hamba-hamba-Ku. Kecuali orang-orang sesat yang mengikutimu." (Qs.
Al-Hijr [15]:42)

[i]. "Kecuali hamba-hamba-Mu yang disucikan (dari dosa) di antara mereka." (Qs. Shad [38]: 83)

Jawaban Detil

Pertama-tama kita akan meneliti redaksi setan dan jin serta hubungan di antaranya termasuk
batasan dominasi setan.

Makna kata setan dan jin, setan bermakna menjauhi dan memfitnah. Redaksi setan ini diucapkan
sebanyak 71 kali secara tunggal dan 17 kali secara jamak dalam al-Qur’an.

Makna leksikal

Menurut Thabarsi, Raghib serta Ibn Atsir dan lainnya huruf “nun“ yang ada dalam redaksi kata
“syaitan adalah susunan asli dan termasuk dalam suku katanya, maksudnya bahwa kata “syaitan“
berasal dari “syatana yasytunu“ yang bermakna menjauhi (syatana 'anhu artinya ba'uda). Karena
itu setan bermakna menjauhi dari kebaikan.[1] Dari beberapa ayat dan riwayat dapat dipahami
bahwa setan berasal dari bangsa jin.[2]

Harus dipahami bahwa setan adalah kata umum sedangkan iblis kata khusus. Dalam kata lain
setan dinisbahkan kepada setiap makhluk yang menyesatkan, thagut dan memfitnah, baik itu dari
golongan manusia ataupun selainnya. Sedangkan iblis adalah nama dari golongan setan yang
menggoda Nabi Adam As dan saat ini pun mereka dengan bala tentaranya senantiasa menggoda
manusia.[3]

Kata jin

Kata ini disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 22 kali. Jin secara leksikal bermakna tersembunyi.
Jin ini diciptakan dari api[4] atau dicampur dengan api.[5] Jin dalam bahasa al-Qur’an
diperuntukkan pada sebuah makhluk yang memiliki kesadaran dan iradah, namun dikarenakan
tabiat yang ia miliki maka jin tidak bisa diindrai oleh manusia. Dalam artian lain bahwa dalam
kondisi biasa jin tidak dapat dipersepsi dengan persepsi indrawi. Akan tetapi di sisi lain jin
seperti manusia karena jin juga diberikan taklif dan juga akan dibangkitkan kelak di akhirat.
Oleh karen itu jin bisa saja taat dan bisa juga bermaksiat, bisa mukmin dan bisa juga musyrik.[6]

Dalam pandangan Mulla Sadra, “jin adalah sebuah wujud yang hidup di alam materi dan di alam
ghaib atau mitsal, akan tetapi wujudnya di alam ini tidak memiliki materi seperti yang dimiliki
manusia, namun jin juga diberikan ruh dan jiwa. Berkenaan dengan sebab kemunculannya
di waktu tertentu hal itu dikarenakan bahwa jin memiliki materi yang sangat halus dan lembut.
Oleh karena itulah jin bisa memisahkan dan mengumpulkan badannya, dan di saat jin
mengumpulkan badannya ia bisa tegak dan dapat disaksikan oleh manusia. Namun tatkala ia
memisahkan badannya menjadi sangat halus, ringan dan akhirnya tersembunyi dari penglihatan
manusia. Persis seperti udara dimana disaat mengalami pengembunan maka bisa disaksikan oleh
manusia karena berbentuk seperti awan namun di saat terpisah maka akan kembali menjadi
sangat halus dan tidak dapat diindrai oleh manusia.[7] Pada hakikatnya jin seperti manusia
memiliki ruh dan badan, memiliki kesadaran, iradah dan gerak. Sebagian dari mereka laki-laki
dan sebagian dari mereka perempuan, mereka berkembang biak, memiliki tugas dan taklif.
Dalam kehidupan mereka ada hidup dan mati dan berlaku juga keimanan dan kekufuran.

Hubungan antara konsep jin dan setan

Setan dalam makna aslinya adalah sebuah konsep penyifatan yang bermakna busuk atau jahat.
Dalam al-Qur’an pun mencirikan setan sedemikian. Akan tetapi terkadang dikhususkan kepada
iblis dan terkadang juga digunakan lebih umum lagi kepada siapa saja yang telah dirasuki sifat
jahat tersebut dalam jiwanya, bahkan al-Qur’an menegaskan bahwa setan itu bisa saja dari jin
dan bisa saja dari manusia.[8]
Di antara golongan setan jin terdapat derajat-derajat dalam kesetanannya, makam setan yang
paling tinggi diduduki oleh Iblis. Dalam Al-qur’an banyak dibahas mengenai iblis, salah satu
pembahasannya adalah bahwa iblis berasal dari bangsa jin.[9]

Batasan dominasi setan

Dalam agama Dualis Iran kuno diyakini bahwa Ahriman adalah pencipta segala keburukan dan
kejelekan termasuk makhluk-makhluk yang bisa membawa bencana seperti ular, kalajengking
dll. Oleh karena itu boleh jadi ada yang menganggap bahwa setan yang disebutkan dalam al-
Qur’an sama dengan Ahriman yang ada dalam agama Persia kuno. Tapi tentunya anggapan ini
adalah anggapan yang salah karena jin dan setan sama sekali tidak berperan dalam penciptaan.
Pencipta segala sesuatu adalah Allah Swt. Tidak ada sesuatu pun kecuali Allah Swt yang mampu
untuk menciptakan dan memelihara. Al-Qur’an dalam menampik anggapan tersebut berkata,
“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah
yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan) bahwasanya Allah
mempunyai anak laki-laki dan perempuan, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah
dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan“. (Qs. Al-An'am [6]:100)

Batasan pengaruh setan adalah memberikan was-was dan mengajak[10] serta menunjukkan
sesuatu yang seolah-olah baik padahal hakikatnya buruk begitupun sebaliknya. Hanya ini saja
batasan pengaruh setan terhadap manusia dan tidak ada satupun makhluk yang dapat memaksa
seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu apa pun yang dikatakan oleh Al-qur’an
berkenaan dengan perbuatan jin maka kembali kepada prinsip di atas.[11]

Tentunya baik malaikat maupun jin masing – masing memiliki kekuatan dan masing – masing
memiliki kemampuan untuk turun kepada manusia. Turunnya malaikat tidak hanya berlaku pada
kondisi ihtidhar ( kesadaran ilahiyyah ), akan tetapi siapa saja yang mengucapkan “Allahu
Akbar“ dalam keadaan berdiri maka malaikat akan turun kepadanya.[12] Demikian pula dengan
jin memiliki kekuatan terbatas tertentu. Salah satu kekuatannya jin mampu mengerjakan dengan
cepat pekerjaan yang diluar kebiasaan. Walaupun dalam berfikir jin tergolong lemah namun
kekuatan geraknya luar biasa. Jin bisa memindahkan batu yang sangat berat dalam waktu yang
sangat singkat. Akan tetapi pencerapan akalnya sangat lemah dan paling maksimal
pencerapannya hanya bisa sampai pada imaginasi dan delusi (wahm). Berkenaan bahwa jin
hidup di alam materi bisa kita dapatkan dari al-Qur’an. Dalam cerita Nabi Sulaiman As ketika jin
Ifrit mengatakan bahwa ia dapat memindahkan Istana Balqis sebelum Nabi Sulaiman As bangkit
dari tempatnya.[13] Nabi Sulaiman As tidak menafikan kekuatan jin tersebut, walaupun tidak
ditegaskan dalam al-Qur’an apakah jin tersebut memindahkannya atau tidak.[14] Jin dan setan-
setan dari golongan jin mungkin juga mendengarkan al-Qur’an ataupun lainnya.

Cara setan menggoda


Setan bisa menyerang manusia dengan berbagai cara, terkadang dari depan, terkadang dari
belakang, dari kanan dan kiri. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an: “Kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka.“ (Qs. Al-A'raf [7]:17)

Pekerjaan yang paling penting yang dikerjakan setan setelah mendekati manusia adalah
mendominasi pikiran dan imajinasi manusia.[15] Pada hakikatnya setan memiliki beberapa
tempat penyerangan dan dalam kesempatan kali ini akan kami angkat beberapa hal tersebut:

1. Setan terkadang menyerang dalam wilayah ketaatan sehingga mengeluarkan manusia dari
wilayah ketaatan. Setan berusaha agar manusia beramal namun tidak berdasarkan wahyu, akan
tetapi dikarenakan keinginannya (hawa nafsu) sendiri. Padahal dalam wilayah ketaatan, manusia
adalah hamba Tuhan dimana seluruh perbuatannya dilakukan berdasarkan wahyu.

2. Terkadang setan menyerang ke wilayah akal. Setan berusaha agar supaya manusia tidak
berfikir dengan menggunakan burhan dalam hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan, agar
manusia cukup meyakininya saja. Dalil yang kurang sempurna setan tunjukkan kepada manusia
seolah-olah dalil tersebut adalah dalil yang sempurna agar manusia jauh dari pemikiran yang
murni.

3. Terkadang setan menyerang pada wilayah penyingkapan (syuhud). Manusia mampu


menyaksikan alam rububiyyah sebagaimana adanya dengan hati dan tanpa perantara lafaz,
pahaman dan dalil-dalil. Setan akan menyerang manusia dalam wilayah syuhud agar manusia
tidak bisa menyaksikan realitas sebagaimana adanya (as it is) atau bahkan mempengaruhi
manusia untuk tidak meyakini apa yang manusia saksikan. Pada hakikatnya usaha pertama setan
adalah mempengaruhi manusia dalam penyaksiaannya kemudian pada pemikirannya baru
kemudian masuk ke wilayah amal perbuatan.[16]

Dari beberapa ayat dan riwayat oleh para maksumin As kita dapat menyimpulkan bahwa setan
dan para bala tentaranya hanya dapat mempengaruhi dan menggoda orang-orang yang telah
keluar dari wilayah ketaatan atau penghambaan kepada Tuhan. Tentunya karena kelalaiannya
pula mereka menyembah diri dan hawa nafsunya, dan pada akhirnya memberikan ruang pada
setan untuk mempengaruhinya. Namun jika seseorang benar-benar hamba yang shaleh dan
mukhlas maka ia aman dan selamat dari godaan setan. Sebagaimana yang di jelaskan dalam al-
Qur’an bahwa setan tidak mampu untuk menggoda orang-orang yang mukhlas, “Iblis menjawab,
“Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu
yang mukhlas (yang benar-benar ikhlas ) di antara mereka."

Oleh karena itu setan hanya bisa sampai pada alam mitsal dan alam barzakhi, namun setan tidak
akan bisa menembus sampai pada alam akal. Hal inilah yang membuat setan tidak dapat
mempengaruhi manusia sempurna (insan kamil) dan hamba yang mukhlas, dikarenakan setan
tidak sampai pada makam akal. Baik itu dalam akal teoritis maupun dalam akal praktis. Akan
tetapi setan dapat menembus alam setelahya yaitu pada alam mitsal dan alam materi. Setan
senantiasa menyerang manusia dan sangat hasud terhadap manusia sempurna.
Orang-orang awam acapkali membuat cerita-cerita fiktif yang berkenaan dengan jin yang sama
sekali tidak sesuai dengan akal dan logika. Misalnya jika ada orang yang membuang air panas
maka akan membuat rumah-rumah jin terbakar, akibatnya jin akan marah dan akan mengganggu
orang tersebut. Hal ini sungguh jauh dari logika. Namun jika kita bisa menjauhkan cerita-cerita
fiktif tersebut maka kita akan mengetahui hakikat jin yang sebenarnya. Berkenaan dengan
mereka yang mengingkari jin kita bisa mengatakan kepada mereka bahwa tidak ada dalil sama
sekali untuk membuktikan sebuah asumsi yang menganggap bahwa keberadaan ini hanya
meliputi kepada sesuatu yang di indrai semata, bahkan keberadaan yang tidak dapat diindrai
derajatnya lebih banyak. Salah satu riwayat dari Rasulullah Saw, "Allah Swt menciptakan jin
dengan lima golongan. Satu golongan seperti angin di udara (non-kasat mata), satu golongan
seperti ular, satu golongan seperti kalajengking, satu golongan seperti serangga, dan satu
golongan laksana Bani Adam Adam yang terdapat perhitungan dan balasan pada mereka."[17]

Sebagaimana yang dinukil oleh sejarah bagaimana orang-orang menceritakan tentang jin, mulai
sejak dahulu hingga sekarang. Kita akan melihat bahwa cerita-cerita tersebut dipenuhi dengan
cerita-cerita takhayul. Akhirnya terdapat sebagian orang yang mengingkari keberadaan jin.
Mereka menganggap bahwa jin hanyalah takhayul semata yang sengaja dibuat oleh orang-orang
tertentu. Di sisi lain ada juga orang yang menceritakan jin dengan melampaui batas. Keduanya
kelompok tersebut jatuh pada dua titik ekstrim. Agama Islam menjelaskan dan membuktikan
hakikat keberadaannya serta membersihkan pemahaman manusia tentang jin yang banyak
dicampur dengan cerita-cerita takhayul. Oleh karena itu dalam al-Qur’an terdapat surah khusus
yang berkenaan dengan jin.[18]

Perlu kami ingatkan bahwa dalam sistem alam semesta, baik itu malaikat, jin dan manusia dan
seluruh eksisten yang kasat mata dan non-kasat mata semuanya berasal dari Tuhan. Semua
makhluk akan memberikan pengaruh hanya jika mendapatkan izin dari Allah Swt, tentunya
dengan batasan yang dimiliki oleh makhluk itu sendiri.

Dalam al-Qur’an Tuhan senantiasa mengingatkan kita bahwa sebab-sebab materi dan sebab-
sebab non-materi tidak ada yang independen dan mandiri. Kehidupan, kematian, untung dan rugi
semuanya berada dalam kuasa Ilahi. Oleh karena itu kita harus senantiasa mengingat-Nya dalam
seluruh kondisi dan bertawakkal kepada-Nya serta memohon perlindungan kepada-Nya. Jika kita
mampu melakukannya maka tidak satupun makhluk yang akan mampu menghancurkan kita,
sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an, “Sedang pembicaraan itu tidaklah memberi
mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah." (Qs. Al-Mujadilah [58]:10)

Allah Swt senantiasa memperingatkan manusia untuk menjauhi setan dari kalangan jin maupun
dari golongan manusia. Allah Swt berfirman, "Jangan sekali-kali kalian mendekati mereka,
setan adalah musuh Allah dan musuh kalian yang sangat jelas." Setan pun telah berjanji bahwa
mereka akan menggelincirkan manusia. akan tetapi kekuatan setan terbatas hanya dalam
membisikkan atau mewas-wasi manusia dan setan sama sekali tidak mampu untuk
menghilangkan ikhtiyar manusia. Pusat pemikiran setan pada nafsu ammarah, oleh karena itu
nafsu ammarah sebagai faktor utama sehingga setan dapat mempengaruhi manusia. sebagaimana
yang dijelaskan dalam Al-qur’an, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
nadinya.“ (Qs. Al-Qaf [50]:16) Dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman, “Bahwa
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menguasai hamba-hamba-Ku, kecuali orang-orang sesat
yang mengikutmu." (Qs. Al-Hijr [15]:42)

Literatur untuk telaah lebih jauh:

1. Gharâib wa 'Ajâib al-Jin, Badaruddin bin Abdullah as-Syabli, diterjemahkan dan dikomentari
oleh Ibrahim Muhammad Al-jamal.

2. Jin wa Syaita, Ali Ridha Rijali, Nasyr-e Nubugh.

3. Al-Jin fi al-Kitâb wa al-Sunnah, I’dad Zaribn Syahzuddin, Beirut, 1996.

4. Al-Jin fi al-Qur’ân wa al-Sunnah, Abdul Amir ‘ala muhanna, beirut, 1992.

5. Al-Jin bain al-Isyârat al-Qarâniyah wa ‘ilm al-Fiziya, Abdurrahman Muhammad al-Rifa’i.


1997.

6. Indeks: Setan, dari golongan malaikat atau jin?

[1]. Sayyid Ali Akbar Qarasyi, Qâmus al-Qur’ân, klausul sya-t-n

[2].
"Aku sekali-kali tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan
penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku
mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong." (Qs. Al-Kahfi [18]: 51)

[3]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jil. 29, hal. 192.

[4]. "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (Qs. Hijr [15]: 27)

[5]. "Dan Dia menciptakan jin dari nyala api." (Qs. Al-Rahman [55]:15)

[6]. Qamus al-Qur’an, klausul j-i-n

[7]. Ibrahim Ababsi, Dustan-e Syegift Angiz-e darbare Din, hal. 25.

[8].
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu setan-setan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin; sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah menawan untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya (dan Dia pasti mencegah mereka). Maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. " (Qs.Al-An’am [6]:112)

[9]. "Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada
Adam.” Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, lalu mendurhakai
perintah Tuhannya." (Qs. Al-Kahfi [18]:50)

[10]. "Dansetan berkata tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku
menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku
menyerumu, lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu janganlah kamu mencercaku, akan
tetapi cercalah dirimu sendiri." (Qs. Ibrahim [14], 22

[11]. Kamus al-Qur’an, klausul syai-t-an

orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka


[12]. "Sesungguhnya
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan)
, “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (Qs. Fusshilat [41]:30)

[13]. Lihat Qs. an-Naml (27):30-40.

[14]. Abdullah Jawadi Amuli, Tafsir-e Mau'dhui, jil. 1, hal. 119.

[15]. Abdullah Jawadi Amuli, Tasnim, jil. 3, hal. 393

[16]. Abdullah Jawadi Amuli, Tafsir Maudhui', jil. 12, hal. 400.

[17]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jil. 29 hal. 157. Bihâr al-Anwâr, jil. 60, hal. 268

[18]. Sayyid Quthub, Tafsir fi Zhilâlil Qur’ân, jil. 6 , hal. 27 - 28

Anda mungkin juga menyukai