Kriteria Mayor
1. Paroksismal nocturnal dyspnea
2. Distensi vena leher
3. Ronki paru
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Gallop S3
7. Peniggian tekanan vena jugularis
8. Refluk hepatojugular
Kriteria Minor :
1. Edema ekstrimitas
2. Batuk malam hari
3. Dispnea d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
7. Takikardia >120x/menit
5. Diagnosis Kerja Congestive Heart Failure NYHA I,II,III atau IV
6. Diagnosis Banding 1. Asma bronkial eksaserbasi akut
2. Pneumonia
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
4. Gagal ginjal kronis
7. Pemeriksaan 1. Elektrokardiografi (EKG)
Penunjang EKG digunakan untuk menilai adanya sinus takikardi/bradikardi,
atrial takikardi/fluter/fibrilasi, aritmia ventrikel, iskemia/infark,
hipertrovi ventrikel, gelombang Q, Blok atrioventrikuler,
mikrovolatase, dan durasi QRS > 0,12 detik dengan morfologi
LBBB (Left Bundle Brunch Block)
2. Rontgen Thoraks
Rontgen untuk menilai adanya kardiomegali, hipertrofi ventrikel,
kongesti vena paru, efusi pleura, area paru hiperlusen, infeksi paru
dan infiltrat
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah hemoglobin,
kadar elektrolit terutama natrium dan kalium, ureum, kreatinin, tes
fungsi hati (SGOT/SGPT), albumin, gula darah sewaktu.
4. Ekokardiografi
Penilaian yang dilakukan adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri, fungsi
ventrikel kiri global dan fokal, diameter en diastolik, diameter end
sistolik, ukuran atrium kiri, ketebalan ventrikel kiri, struktur dan
fungsi katup, vena cava, dan lainnya yang mendukung.
8. Tatalaksana 1. Non Farmakalogi
Edukasi
Terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan
seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang
masih bisa dilakukan.
Tindakan Umum
Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal
jantung ringan dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah
cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal
jantung ringan.
Hentikan rokok
Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari
pada yang lainnya.
Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama
20-30menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit
dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal
jantung ringan dan sedang).
Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan
eksaserbasi akut.
2. Farmakologik
Terapi farmakologik terdiri atas; panghambat ACE, Antagonis
Angiotensin II, diuretik, antagonis aldosteron, β-blocker,
vasodilator lain,digoksin, obat inotropik lain, anti-trombotik, dan
anti-aritmia.
Diuretik.
Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan paling
sedikit diuretik reguler dosis rendah. Permulaan dapat
digunakan loop diuretik atau tiazid. Bila respon tidak cukup
baik, dosis diuretik dapat dinaikkan, berikan diuretik intravena,
atau kombinasi loop diuretik dengan tiazid. Diuretik hemat
kalium, spironolakton, dengan dosis 25-50mg/hari dapat
mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sedang
sampai berat (kelas fungsional IV) yang disebabkan gagal
jantung sistolik.
Penghambat ACE
Bermanfaat untuk menekan aktivitas neurohormonal, dan pada
gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
Pemberian dimulai dengan dosis rendah, dititrasi selama
beberapa minggu sampai dosis yang efektif.
Angiotensin II antagonis reseptor
Dapat digunakan bila ada intoleransi terhadap ACE ihibitor.
Penyekat Beta
Bermanfaat sama seperti penghambat ACE. Pemberian dimulai
dosis kecil, kemudian dititrasi selama beberapa minggu dengan
kontrol ketat sindrom gagal jantung. Biasanya diberikan bila
keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung klas fungsional II dan
III. Penyekat Beta yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau
metaprolol. Biasa digunakan bersama-sama dengan penghambat
ACE dan diuretik.
Digoksin
Diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung
disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang dengan
fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik, ACE inhibitor,
beta blocker.
Antikoagulan dan antiplatelet
Aspirin diindikasikan untuk pencegahan emboli serebral pada
penderita dengan fibrilasi atrial dengan fungsi ventrikel yang
buruk. Antikoagulan perlu diberikan pada fibrilasi atrialkronis
maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan Trancient
Ischemic Attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
Antiaritmia
Tidak direkomendasikan untuk pasien yang asimptomatik atau
aritmia ventrikel yang menetap. Antiaritmia klas I harus
dihindari kecuali pada aritmia yang mengancam nyawa.
Antiaritmia klas III terutama amiodaron dapat digunakan untuk
terapi aritmia atrial dan tidak digunakan untuk terapi aritmia
atrial dan tidak dapat digunakan untuk mencegah kematian
mendadak.
Antagonis kalsium
Umumnya dihindari kecuali CCB dengan efek rate control.
Jangan menggunakan kalsium antagonis untuk mengobati
angina atau hipertensi pada gagal jantung
9. Edukasi 1. Penjelasan tentang apa itu gagal jantung kongestif(Definisi)
(Hospital Health 2. Apa yang dilakukan selama dirumah sakit
Promotion) (Pengawasan/Monitoring, Pemeriksaan Penunjang,
Tatalaksana)
3. Berapa lama perawatan
4. Jelaskan terkait dengan kemungkinan prognosis dan perawatan
nanti saat di rumah
10. Prognosis Pasien dengan gagal jantung sangatlah sulit untuk ditentukan
prognosisnya, selain karena hal ini merupakan multifaktorial, juga
tidak semua prediktor dapat ditentukan dengan pasti.
11. Tingkat Evidens Level 1a, Level 1b, Level IIa, Level IIb, Level IIIa, Level IIIb, dan
Level IV
12. Tingkat
A,B,C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Komite medik Rumah Sakit Bakti Timah Muntok
14. Indikator
15. Kepustakaan 1. Panduan Pelayanan Medik. PAPDI. 2009.
2. Usatine, R.P. The Color Atlas Of Family Medicine. 2009.
(Usatine, et al., 2008)
3. Rakel, R.E. Rakel, D.P.Textbook Of Family Medicine.2011. (RE
& Rakel, 2011)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH MUNTOK
Ilmu Penyakit Dalam
Asma Bronkial Eksaserbasi Akut
1. Pengertian Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronis saluran nafas yang
(Definisi) dihubungkan dengan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat
dan batuk terutama malam atau dini hari.
2. Anamnesis Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa
pengobatan
Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul / memburuk terutama di malam/dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respon terhadap pemberian obat-obat asma bronkodilator
Riwayat alergi dan asma di keluarga
Riwayat alergi dan asma pada pasien
Penyakit lain yang menyertai
Perkembangan penyakit dan pengobatan
Mekanisme kerja
Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus
sehingga menurunkan glukosa darah, menghambat absorbsi
glukosa di usus sesudah asupan makan, tidak memiliki efek
stimulasi pada sel beta pankreas sehingga tidak
mengakibatkan hipoglikemia. Dapat digunakan sebagai
monoterapi ataupun terapi kombinasi dengan obat lainnya.
Paling efektif untuk DM pada orang gemuk karena metformin
berfungsi mengurangi resistensi insulin, mencegah
penambahan berat badan dan memperbaiki profil lipid.
Efek samping dan kontraindikasi
Efek samping ke gastrointestinal tidak jarang. Tidak boleh
diberikan pada gangguan ginjal, gangguan hati, infeksi berat,
pengguna alkohol, dan usia >80 tahun
o Glitazon
Farmakokinetik dan farmakodinamik
Diabsorbsi dengan cepat dan mencapai konsentrasi tertinggi
setelah 1-2 jam. Waktu paruh rosiglitazon 3-4 jam dan
pioglitazon 3-7 jam
Mekanisme kerja
Tidak menstimulasi sel beta pankreas dan memetabolisme
glukosa dan lipid. Rosiglitazon meningkatkan LDL dan HDL
tidak trigliserida. Pioglitazon netral pada LDL, menurunkan
trigliserida dan menaikkan HDL. Dosis rosiglitazon 4-8
mg/hari.
Efek samping dan kontraindikasi
Dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan edema
akibat retensi cairan jika bersama insulin. Infeksi saluran
nafas ats, sakit kepala, anemia dilusional merupakan efek
samping. Tidak boleh diberikan pada pasien jantung dan
gangguan hati
Golongan sekretagok insulin
o Sulfonilurea (SU)
Farmakokinetik dan farmakodinamik
Waktu paruh 4 jam pada masa akut dan 12 jam pada pemakaian
jangka panjang > 12 minggu.
Mekanisme kerja
Merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin
sehingga tidak bisa diberikan pada DM tipe 1. SU terdiri dari
3 generasi yaitu generasi 1 (acetohexamide, tolbutamide,
chlorpropamide), generasi 2 (glibenklamid, glipizide,
glicazide) dan generasi 3 (glimepirid). Dapat dikombinasi
dengan insulin. Efektif diberikan 30 menit sebelum makan.
Efek samping dan kontraindikasi
Dapat meningkatkan berat badan, gangguan pencernaan,
gangguan enzim hati dan flushing. Tidak boleh diberikan pada
gangguan ginjal, hati, hamil dan menyusui.
o Glinid
Cara kerja mirip SU namun waktu paruh pendek dan langsung
dimetabolisme di hati sehingga hanya menurunkan gula darah
prandial. Contohnya adalah repaglinid dan nateglinid.
Penghambat alfa oksidase
o Farmakokinetik dan farmakodinamik
Acarbose dimetabolisme dalam saluran pencernaan. Waktu paruh
2 jam dan sebagian besar diekskresi di feses. Berfungsi
menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia
postprandial. Tidak berpengaruh terhadap kadar insulin.
o Mekanisme kerja
Berfungsi memperlambat pemecahan dan penyerapan karbohidrat
di usus halus, menghambat dan memperpanjang peningkatan gula
darah postprandial.
o Efek samping dan kontraindikasi
Gejala gastrointestinal seperti meteorismus, flatulence, dan diare.
Tidak boleh diberikan pada obstruksi daluran cerna, sirosis hati
dan gangguan ginjal.
2. Non Farmakologi
o Diet Makan
Jenis bahan makanan yakni
Karbohidrat
Sumber energi karbohidrat sebesar 55-65% dari total
kebutuhan energi dan tidak boleh >70%
Protein
Dianjurkan 10-15% dari total kalori per hari. Pembatasan
asupan sampai 40 gram per hari.
Lemak
Pembatasan konsumsi lemak jenuh sampai 10% dari total
kalori per hari
Perhitungan jumlah kalori harus di hitung dulu status gizi pasien
dengan rumus Brocca. Langkah nya yakkni :
Hitung berat badan idaman
Berat Badan Idaman : (TB cm -100)-10%
Pada laki-laki <160 cm dan wanita <150 cm tidak dikurangi
10%.
Penentuan status gizi
Berat Badan kurang : BB <90 % BBI
Berat Badan Normal : BB 90-110% BBI
Berat badan lebih : BB 110-120% BBI
Gemuk : BB > 120% BBI
Penentuan kebutuhan kalori
- Kebutuhan basal:
Laki-laki : BBI (kg) x 30 kal
Wanita : BBI (kg) x 25 kal
- Penyesuaiana :
Umur di atas 40 tahun : -5%
Altivitas ringan (duduk,nonton) : +10%
Aktifitas sedang (kantoran,rumah tangga) : +20%
Aktifitas berat (olahragawan, becak) : +30%
Berat badan gemuk :-20%
Berat badan lebih : -10%
Berat badan kurus : +20%
- Stres metabolik (infeksi,stroke) : +10-30%
- Kehamilan trimester I dan II : +300kal
- Kehamilan trimester III dan menyusui : +500 kal
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
siang (30%), malam (25%) serta 2-3 porsi ringan (10-15%)
o Latihan jasmani
Prinsip latihan jasmani pada DM :
Frekuensi per minggu sebaiknya teratur 3-5 kali
Intensitas ringan dan sedanng
Durasi 30-60 menit
Jenis latihan jasmani endurans seperti jogging, renang dan
sepeda
9. Edukasi 1. Penjelasan tentang apa itu diabetes melitus (Definisi)
(Hospital Health 2. Apa yang dilakukan selama dirumah sakit
Promotion) (Pengawasan/Monitoring, Pemeriksaan Penunjang,
Tatalaksana)
3. Berapa lama perawatan
10. Prognosis o Ad vitam : dubia ad bonam
o Ad sanationam : dubia ad bonam
o Ad fungsionam : dubia ad malam jika sudah ada komplikasi
11. Tingkat Evidens Level 1a, Level 1b, Level IIa, Level IIb, Level IIIa
12. Tingkat
A,B,C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Komite medik Rumah Sakit Bakti Timah Muntok
14. Indikator
15. Kepustakaan 1. Sedoyo, Ara W. Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. 2008.Hal 1875-1899. Semarang
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH MUNTOK
Ilmu Bedah
Appendisitis Akut
1. Pengertian Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada
(Definisi) apendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling
sering ditemui, dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan
perforasi
2. Anamnesis Tidak nafsu makan (anoreksia), mual dan muntah yang timbul
beberapa jam sesudahnya, merupakan kelanjutan dari rasa nyeri
yang timbul saat permulaan.
Nyeri saat buang air kecil juga timbul apabila peradangan
apendiks dekat dengan kantung kemih
Sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami
diare
Demam yang tidak terlalu tinggi yaitu suhu antara 37,50C -
38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi
Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan lokasi
nyeri yang beragam. Sebagai contoh apendiks yang panjang
dengan ujung yang mengalami peradangan di kuadran kiri bawah
akan menyebabkan nyeri di daerah tersebut, apendiks retrosekal
akan menyebabkan nyeri pinggang atau punggung, apendiks
pelvikal akan menyebabkan nyeri pada supra pubik dan apendiks
retroileal bisa menyebabkan nyeri testikuler, mungkin karena
iritasi pada arteri spermatika dan ureter
3. Pemeriksaan Inspeksi
Fisik o Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya
yang sakit
o Kembung bila terjadi perforasi
o Penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler
abses.
Palpasi
o Terdapat nyeri tekan Mc Burney
o Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
o Adanya defans muscular
o Rovsing sign positif
o Psoas sign positif
o Obturator Sign positif
Perkusi
Nyeri ketok (+)
Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena
peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
Colok dubur
Nyeri tekan pada jam 9-12