Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KONSEP DAN LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang relevan sebelumnya

Sebelum penulis melakukan penelitian, tarian ini sudah pernah diteliti

seorang mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo yang bernama Nurniar, dengan

dengan judul skripsi: Syair Tari Kompania sebagai sastra lisan. Penulisan skripsi

tersebut dilakukan di Provinsi Gorontalo. Proses penelitian tersebut dilakukan

pada tahun 2010.

Penelitian yang dilakukan tersebut di atas berkisar pada sastra lisan Tari

Kompania dalam bentuk pantun. Sastra lisan Tari Kompania terdiri dari lima bait.

Setiap bait-bait pantun mengungkapkan tentang nasehat kepada manusia agar

bersikap sopan, selalu ingat pada kampung halaman, ingat pada keluarga dan

mengingat daerah Kulisusu sebagai daerah yang berkah. Pada penelitian tersebut

terdapat sebuah kesimpulan bahwa teks puisi lisan Tari Kompania merupakan

sebuah teks puisi yang berisikan kebiasaan masyarakat Kulisusu dalam menjalani

kehidupan yang penuh kesejateraan, kedamaian dan jauh dari masalah yang

merusak tatanan kehidupan.

Sebelum melakukan penelitin lebih lanjut, Nurniar melihat Tari Kompania

dari beberapa sisi. Terkait dengan hal itu, Nurniar melihat keserasian antara objek

yang akan diteliti dengan disisplin ilmu yang peneliti geluti, sehingga Nurniar

mengformulasikan judul tentang Syair Tari Kompania Sebagai Sastra Lisan.


Penelitian juga lebih mengarah pada aspek syair Tari Kompania. Penelitian

tentang syair lagu Tari Kompania penulis berusaha mengungkapkan tentang isi

dan makna lagu tersebut, bahasa apa yang digunakan, pesan moral yang

disampaikan serta mengapa Tari Kompania menggunakan syair dalam

pertunjukanya.

Berbeda dengan fokus tulisan Nurniar diatas, penelitian ini lebih mengarah

pada fungsi Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu

Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara, serta bentuk pertunjukan Tari

Kompania pada perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu kabupaten Buton

Utara Sulawesi Tenggara. Kedua aspek tersebut merupakan dua hal yang terdapat

dalam Tari Kompania itu sendiri, antara syair lagu Tari Kompania dengan fungsi

dan bentuk pertunjukan Tari Kompania. Syair yang dimaksudkan hanya berkisar

pada lagu sebagai pantun yang di ucapakan pada saat pertunjukan Tari Kompania,

sedangkan fungsi dan bentuk pertunjukan lebih mengkaji tentang kegunaan,

gerakan, alat-alat tarian, kostum, penari, pemusik dan struktur gerak. Adapun

keterkaitan antara keduanya meneliti pada satu objek yang sama yaitu Tari

Kompania.

B. Konsep

Konsep secara umum merupakan pendapat, atau asumsi seseorang secara

pribadi tentang sesuatu secara ideal menurut apa yang kita lihat secara visual

namun tidak terlepas dari objek aslinya. Seperti yang dikatakan seorang ahli seni

EDKZD NRQVHS DGDODK µ6XDWX SHQJHUWLDQ DEVWUDN \DQJ GLGDVDUNDQ DWDV VHSHUDQJNDW
konsepsi, atau merupakan penajaman dari sebuah konsepsi yang telah teruji

keabsahan, generalisasi, dan operasionallisasinya dalam suatu pengkajian yang

terus-PHQHUXV¶ (Rohidi, 2011:126).

1. Fungsi Tari

Berbicara fungsi berarti berbicara tentang berguna atau tidak bergunanya

sesuatu, sedangkan tari merupakan gerak beraturan yang dipertontonkan.

Seperti yang dikatakan sorang ahli bahwa tari merupakan µ6XDWX SHUZXMXGDQ GDUL

HNVSUHVL LGLYLGX DWDX NHORPSRN¶ (Dibia dan Dkk, 2006:17). Sedangkan

fungsi adalah µ0HWRGRORJL XQWXN PHQJHNVSORUDVL VDOLQJ NHWHUJDQWXQJDQ¶

(Kingsley dalam Kaplan dan Manners, 2002:77).

Tari Kompania adalah merupakan tarian tradisi yang melambangkan

kemenangan dalam sebuah peperangan melawan tentara Kompeni. Pada

hakikatnya fungsi tari tergantung pada kedudukan tarian tersebut dalam ruang

lingkup sistem sosial. Keberadaan Tari Kompania bagi masyarakat Kulisusu

memliki beberapa fungsi bagi masyarakat Kulisusu. Seperti yang dikatakan oleh

sorang ahli tari, bahwa Ada tiga fungsi utama tari dalam kehidupan manusia yaitu

µ6HEDJDL VDUDQD ULWXDO VHEDJDL KLEXUDQ GDQ VHEDJDL SUHVHQWDVL HVWHWLV¶

(Soedarsono, 2002:123).

2. Bentuk Pertunjukan Tari

Bentuk pada hakikatnya adalah sesuatu yang memiliki wujud. Bentuk

pertunjukan seni dalam masyarakat, tentunya akan berhubungan tentang sesuatu


yang dapat lihat, seperti dilihat dari segi gerakan, penari, kostum, musik dan

sebagainya. Apalagi jika berbicara dalam tatanan bentuk pertunjukan tari, maka

kita akan menyentuh segalah sesuatu yang ada dalam tarian tersebut. Bentuk

pertunjukan tari mengungkapkan tentang sesuatu yang dapat kita lihat dalam

tarian tersebut. Bentuk pertunjukan tari, dalam hal ini Tari Kompania sebagian

besar dapat kita pada gerakan, ruang, waktu, kostum bahkan pada musik

pengiringnya. Seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli tari bahwa bentuk

PHUXSDNDQ µ:XMXG \DQJ GDSDW GLDUWLNDQ VHEDJDL KDVLO GDUL EHUEDJDL HOHPHQ WDUL

\DLWX JHUDN UXDQJ GDQ ZDNWX¶ (Hadi, 2007:24).

3. Perayaan Idul Fitri.

Perayaan pada dasarnya adalah salah satu kegiatan yang lahir dalam

aktivitas manusia. Perayaan biasanya terjadi jika ada momen-momen tertentu

dalam kehidupan manusia, misalnya perayaan dalam tahun baru ataupun perayaan

ulang tahun tertentu. Apalagi jika masuk dalam tatanan perayaan Idul Fitri maka

kita akan masuk dalam konsep perayaan dalam kehidupan umat yang beragama

Islam. Perayaan Idul Fitri dilaksanakan dalam akhir bulan Ramadahan sebagai

puncak ataupun penutupan ibadah puasa bagi yang beragama Islam.

Idul Fitri dilaksanakan oleh agama Islam sebagai bentuk tradisi agama

Islam yaitu melaksanakan hari kemenangan agama Islam pada bulan suci

Ramadhan. Kemenangan tersebut dianggap sebagai salah satu kemenangan dalam

melawan hawa nafsu ataupun hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Seperti

\DQJ GLNDWDNDQ DKOL DJDPD ,GXO ILWUL WHUGLUL GDUL GXD NDWD \DLWX µ,G EHUDVDO GDUL
kata ada yang artinya kembali dan fitra kodrat alam, jadi Idul Fitri merupakan

shalat yang dilakukan untuk memperingati kemenangan umat Islam

\DQJ GLODNXNDQ VHWHODK EXODQ 5DPDGKDQ XQWXN PHPHQXKL NRGUDW DODP¶

(Ali, 1996:511).

C. Kajian Teori

1. Pengertian Tari dalam Seni Pertunjukan

Berbicara mengenai sebuah definisi tari dalam seni pertunjukan tentunya

terdapat berbagai macam pendapat dalam pengungkapanya. Definisi tersebut

dapat berubah-ubah sesuai dengan eksistensi dan jenis tari tersebut. Namun pada

dasarnya tari tidak bisa terlepas dari gerak, baik gerak yang teratur maupun yang

tidak beraturan, gerak yang memiliki makna maupun yang tidak memiliki makna.

Pada seni pertunjukan, banyak para ahli maupun para pencinta seni yang

mendefinisikan tari. Salah satu ahli tari yang mendefinisikan tentang tari adalah

Prof. Sumandiyo Hadi seorang guru besar Institut Seni Indonesia Yogyakarta

mengatakan bahwa tDUL DGDODK µKonsep ekspresi manusia yang bersifat estetis

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam

PDV\DUDNDW \DQJ SHQXK PDNQD¶ (Hadi, 2007:13). Pendapat yang dikemukakan

oleh ahli tersebut bahwa tari tercipta karena imajinasi pemikiran manusia yang

saling ketergantungan dengan masyarakat sebagai sistem sosial.

Berdasarkan pendapat tari yang diungkapkan oleh ahli tari tersebut diatas

serta berdasarkan pengalaman yang penelti dapatkan, maka timbul pemahaman

bahwa tari merupakan hasil pemikiran manusia yang diterjemahkan dalam bentuk
tari yang indah dan dipentaskan diatas panggung disaksikan oleh penoton. Bentuk

tarian tersebut, didalamnya terdapat gerak, ruang waktu, tenaga, musik, kostum

dan property yang digunakan dalam sebuah pertunjukan tari.

2. Fungsi Tari dalam Kehidupan Masyarakat.

Berbicara masalah fungsi, berati kita harus mengetahui jenis serta

kedudukan kesenian tersebut. Tari Kompania merupakan jenis tari tradisi yang

lahir dan berkembang dilingkungan masyarakat Kulisusu yang mencerminkan

tentang kemenagan masyarakat tersebut seperti yang dikatakan oleh seorang ahli

EDKZD WUDGLVL DGDODK µ+DO \DQJ WHUVHGLD GL PDV\DUDNDW EHUDVDO GDUL PDV\DUDNDW

sebelumnya, dan telah mengalami penerusan turunan-WXUXQDQ DQWDUJHQHUDVL¶

(Caturwati, 2008:1).

Keberadaan seni pertunjukan secara umum dalam kehidupan masyarakat

tentunya memiliki tingkat kedudukan serta fungsi yang berbeda pula, maka dari

itu untuk mempertahankan eksistesinya tersebut fungsi yang dimiliki setiap

kesenian mampuh berperan secara kolektif dan aktif dalam peraturan kehidupan

dalam setiap kelompok masyarakat tersebut. Fungsi yang dimaksudkan tersebut

harus betul-betul berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat. Artinya jika

kesenian tersebut tidak diberlakukan atau sudah tidak dipertunjukan maka

kehidupan masyarakat tidak berjalan secara normal, dalam artian akan

menimbulkan suatu kekurangan dengan tidak adanya kesenian yang dimaksudkan

tersebut.
Melihat berbagai macam kesenian yang ada disetiap daerah, maka

tentunya kesenian tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam setiap

sistem sosial masyarakat. Adanya hal tersebut, seni dikatakan betul-betul

memiliki fungsi maka tentu memiliki persyaratan fungsi. Seperti yang dikatakan

seorang ahli fungsional bahwa salah satu peryaratan sesuatu yang memilki fungsi

yaitu µMDPLQDQ DGDQ\D KXEXQJDQ \DQJ PHPDGDL GHQJDQ OLQJNXQJDQ¶

(Arble dalam Kapplan dan Manners, 2002:87)

Munculnya seni tradisi memiliki kegunaan dalam kehidupan masyarakat.

Adanya fungsi tersebut yang menunjang sebuah karya seni tetap eksis

dilaksanakan atau dipertontonkan, karena seni yang tidak memiliki fungsi akan

hilang dengan sendirinya dalam kehidupan masyarakat. Fungsi seni tersebut

biasanya terdapat pada sistem sosial yang ada seperti pada sebuah kelompok

masyarakat tertentu. Seperti yang dikatakan seorang ahli tari, bahwa fungsi seni

GDODP NHKLGXSDQ PDQXVLD DGD WLJD \DLWX µ6HEDJDL VDUDQD ULWXDO VHbagai ungkapan

pribadi yang pada umunya sebagai hiburan pribadi dan sebagai presentasi estetis¶

(Soedarsono 2002:123). Namun dalam hal ini penulis lebih menggunakan dua

fungsi yang ada yaitu sebagai hiburan dan sebagai ritual.

a. Fungsi Ritual

Pertunjukan tari tradisi pada masyarakat pada umunya memiliki fungsi,

baik itu fungsi ritual maupun fungsi hiburan. Seperti yang di kemukakan seorang

ahli EDKZD µ)XQJVL WDUL VHEDJDL VDUDQD ULWXDO PHUXSDNDQ IXQJVL WHUWXD GDODP
sejarah kehidupan manusia, yaitu fungsi tari sebagai sarana peribadatan yang

XPXPQ\D GLVHEXW GHQJDQ WDUL ULWXDO¶ (Hidajad, 2008:12).

Fungsi seni sebagai sarana ritual akan lebih nampak jika kita melihat dan

mampuh mengetahui bentuk kesenian tersebut secara utuh. Ritual yang

dimaksudkan tersebut adalah ketika sebuah kelompok masyarakat melakukan

sebuah pertunjukan yang sifatnya memohon kepada hal-hal yang bersifat gaib.

Sebuah kesenian dikatakan memiliki unsur ritual memiliki ciri tersendiri dalam

pelaksanaanya.

Fungsi ritual dalam sebuah karya seni mengutamakan tantang pemenuhan

kebutuhan umum msayarakat tertentu, dimana dapat kita temukan pada seni seni

tradisi. Ritual menganjurkan hubungan dengan objek-objek tertentu yang

dipercayai bisa mendatangkan keberuntungan didaerah tertentu, dengan

menggunakan media seni sebagai alat penghubung antar keduanya.

b. Fungsi Hiburan

Selain fungsi ritual seni pada umumnya memiliki fungsi lain, yaitu fungsi

hiburan. Seni-seni tardisi yang berhubungan denga hiburan biasanya identik

melibatkan banyak orang dalam pertunjukannya. Tari Kompania dalam hal ini

juga menyandang fungsi sebagai sarana hiburan karena menurut masyarakat

setempat merasa terhibur dengan hadirnya pertunjukan tarian ini pada perayaan

Idul Fitri.
Fungsi tari yang mengandung unsur hiburan biasanya pertunjukanya

melibatkan banyak orang, karena biasanya tari jenis ini dipertontonkan pada

lapangan yang terbuka atau biasa dikenal dengan panggung terbuka. Hiburan pada

dasarnya ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat secara umum, artinya

fungsi hiburan bisa dirasakan perindividu maupun secara bersama atau

EHUNHORPSRN 6HSHUWL \DQJ GLNDWDNDQ VHRUDQJ DKOL EDKZD IXQJVL WDUL µ6HEDJDL

VDUDQD KLEXUDQ \DNQL VHEDJDL µVDUDQD XQWXN PHQJXQJNDSNDQ UDVD VXND ULD UDVD

JHPELUD GDQ XQWXN SHUJDXODQ¶ (Supartha dan Supardjan, 1982:136).

Sebuah karya seni, baik seni drama, seni musik dan seni tari yang menjadi

kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat ataupun kelompok-

kelompok msayarakat tertentu, tentunya akan dapat bertahan apabila ada pengaruh

dan fungsi bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Karya seni bisa dikatakan

berfungsi apabila memiliki pengaruh, artinya jika tidak dikerjakan atau tidak

dilaksanakan dalam kurun waktu yang ditentukan, apalagi seni yang bersifat

permohonan untuk mengarapkan sesuatu, maka didalamnya bisa terjadi sesuatu

pada masyarakat itu sendiri.

3. Bentuk Pertunjukan Tari

Sebuah seni pertunjukan pada dasarnya tidak terlepas dari bentuk

pertunjukan. Apalagi berbicara dalam tatanan pertunjukan seni tari, dalam hal ini

seni Tari Kompania. Bentuk pertunjukan Tari Kompania harus berbicara

mengenai gerak, penari, kostum, tata rias, waktu, penonton dan tempat

pelaksanaam, property, serta ekspresi penarinya itu sendiri.


Bentuk seni pertunjukan secara umum bukan hanya dilihat dari satu sisi

tetapi harus keseluruhan sisi yang terkait didalam seni yang dipertontonkan

tersebut. Bentuk pertunjukan tari tradisi biasanya dilakukan secara beramai-ramai

maupun secara perseorangan, hal itu dapat dilihat dari jumlah penari dalam

sebuah pertunjukan tari. Tari Kompania, bentuk pertunjukanya dilakukan secara

beramai-ramai oleh masyarakat Kulisusu sebagai bentuk perayaan kemenangan.

Secara umum, sebuah seni tari tentunya memiliki bentuk. Bentuk

SHUXWXQMXNDQ ELVD EHUXSD µ%HQWXN SHUWXQMXNDQ \DQJ GLODNVDQDNDQ secara individu

GDQ EHQWXN SHUWXQMXNDQ VHFDUD NRPXQDO DWDX NHORPSRN¶ (Sumaryono, 2007:4).

Tari komunal pada hakikatnya akan berhubungan dengan masyarakat pendukung

sebagai fasilitator dalam pertunjukanya. Seperti yang dikemukakan seorang ahli

bahwa tari NRPXQDO PHUXSDNDQ µ6XDWX SHULVWLZD SHUWXQMXNDQ WDUL \DQJ PHOLEDWNDQ

PDV\DUDNDW EHVDU \DQJ SDGD XPXPQ\D PHUXSDNDQ ZDULVDQ EXGD\D PDVD ODPSDX¶

(Dibia dkk, 2006:1). Hal tersebut dibuktikan dengan ciri tari komunal yaitu

µSHQDULQ\D OHELK GDUL VDWX RUDQJ DWDX Gitarikan oleh orang banyak, dilaksanakan

VHFDUD VSRQWDQ DWDX WHUHQFDQD GDQ PHQDPSLONDQ UDVD VROLGDULWDV GDQ NHDNUDEDQ¶

(Dibia dkk, 2006:57-63). Bentuk pertunjukan maupun ciri tarian yang

dikemukakan tersebut, terdapat dalam Tari Kompania dimana pertunjukan Tari

Kompania melibatkan banyak mayarakat mulai penari maupun penonton yang

meyaksikan.

Berdasarkan beberapa pendapat oleh ahli diatas serta berdasarkan

pengalaman peneliti, maka timbul sebuah pemahaman bahwa bentuk merupakan

keseluruhan dari sebuah elemen-elemen yang terdapat atau tergabung dalam


sebuah karya seni tari. Elemen-elemen tersebut yang dibentuk menjadi suatu

kesatuan yang utuh dalam sebuah karya tari kemudian dipertunjukan, entah itu

dipertunjukan secara individu maupun secara berkelompok atau secara komunal,

dengan demikian sebuah bentuk pertunjukan tari harus dipahami atau dikaji secara

kolektif ata secara keseluruhan dari elemen-elemen tari tersebut.

4. Struktur penyajian seni

Pada hakikatnya, berbicara masalah struktur penyajian tari berarti akan

berbicara tentang susunan penyajian dalam sebuah tarian. Pada sebuah tarian,

susunan penyajian merupakan hal yang diperhatikan, agar pementasan sebuah tari

terlihat jelas dan teratur. Selain itu, struktur penyajian tari akan memudahkan

penonton menilai serta memudahkan untuk membedakan jenis gerakan-gerakan

dalam sebuah tarian.

Struktur penyajian dalam tari menjelaskan dan mengidentifikasi sebuah

pementasan tari, mulai dari awal, tengah hingga pada akhir pertunjukan. Seperti

yang dikatakan seorang ahli tari bahwa struktur dalam sebuah tarian yaitu

µNHMDGLDQ GDUL SHUPXODDQ SHUNHPEDQJDQ GDQ SHQ\HOHVDLDQ \DQJ VHWLDS EDJLDQ

struktur tari tersebut terdapat awal, tengah dan akhir yang diperlukan dalam

kebutuhan isi tari itu sendiri¶ (Hadi, 2003:82)

5. Hari raya Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu

Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu hari besar bagi umat yang

beragama Islam yang dilaksanakan satu tahun sekali. Selain itu Idul Fitri dalam
agama islam dianggap sebagai hari kemenangan karena telah melakukan

perlawanan terhadap hawa nafsu selama satu bulan dalam bentuk puasa dalam

bulan Ramadhan. Perayaan Idul Fitri bagi agama Islam dilakukan dengan sikap

saling bermaaf-maafan antara satu dengan yang lainya yang Idul Fitri hanya

dilaksanakan satu tahun sekali.

Pelaksanaan perayaan Idul Fitri merupakan puncak dari ibadah umat Islam

yang dilkukan pada bulan Ramadhan, dimana selama satu bulan penuh umat Islam

melakukan pengsucian diri dengan cara melaksanakan puasa. Puasa yang

dimaksudkan merupakan salah satu anjuran bagi yang beragama Islam. Proses

puasa dilakukan dengan menahan lapar dan haus serta sifat-sifat yang dapat

membatalkan puasa mulai terbit sampai terbenamnya matahari.

Idul Fitri merupakan salah satu bentuk tradisi dalam agama Islam, dimana

Idul Fitri dilaksanakan secara turun-temurun oleh manusia yang beragama Islam

tepatnya pada tanggal satu Syawal sebagai bentuk perayaan hari kemenagan

agama Islam. Idul Fitri merupakan hari dimana manusia kembali seperti bayi yang

baru lahir, karena tealah mengsucikan diri pada bulan Ramadhan. Menurut ahli

DJDPD ,GXO ILWUL WHUGLUL GDUL GXD NDWD \DLWX µ,G EHUDVDO GDUL NDWD DGD \DQJ DUWLQ\D

kembali dan fitra kodrat alam, jadi Idul Fitri merupakan shalat yang dilakukan

untuk memperingati kemenangan umat Islam yang dilakukan setelah bulan

5DPDGKDQ XQWXN PHPHQXKL NRGUDW DODP¶ (Ali, 1996:511). Penjelasan tentang idul

tersebut mengungkapkan tentang kembalinya manusia pada awal hidup dialam

semesta karena telah menagalami pengsucian diri.


Fenomena pelaksanaan Idul Fitri pada masyarakat Kulisusu berlangsung

sebagaimana proses pelaksanaan yang diterapkan dalam agama Islam diseluruh

dunia. Momen perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu, disambut dengan

saling mengunjungi kerumah-rumah, mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada

didaerah Kulisusu dan bahkan ada dating untuk menyaksikan pertunjukan Tari

Kompania.

6. Tari dalam Ritual Agama

Terkait dengan pelaksanaa Tari Kompania yang hanya ditarikan

dilingkungan keraton Kulisusu, dan tari ini memliki unsur ritual yang terdapat

pada bentuk serta tujuan pertunjukannya. Kedudukan sebuah tarian jika berkaitan

dengan kepercayaan selain adanya Tuhan, maka akan lebih berguna sebagai

sarana ritual. Sejalan dengan pendapat ahli bahwa tari ritual adalah µ7DULDQ \DQJ

berhubungan dengan upacara adat, upacara inisiasi dan sebagainya yang

PHQJKDUDSNDQ NHVHODPDWDQ GDQ NHKLGXSDQ¶ (Supartha dan Supardjan,1982:134).

Ritual dalam sebuah seni sudah sering ditemukan, apalagi dalam kesenian-

kesenian tradisi masyarakat. Pada dasarnya seni ritual dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup terkait dengan kepercayaan yang tumbuh dalam

kehidupan masyarakat. Seperti pendapat seorang guru besar Institut Seni

Indonesia sekaligus ahli tari serta sorang penulis buku mengatakan bahwa ritual

merupakan µSuatu bentuk kepercayaan atau agama dengan ditandai sifat khusus

yang menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam arti merupakan suatu

pengalaman yang sXFL DWDX VDNUDO¶ (Hadi, 2007:98).


Penjelasan yang dikemukakan para ahli diatas bahwa sosiologi budaya

memiliki tiga komponen budaya. Dari ketiga aspek tersebut menjelaskan bahwa

kebudayaan memiliki wadah yang menghasilkan sesuatu yang bisa dilihat oleh

pemilik budaya tersebut, dalam hal ini masyarakat sebagai rahim budaya.

Kebudayaan biaanya tidak terlepas dari tradisi yang ada dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai