Anda di halaman 1dari 15

ISSN: 2339-2592

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

FORMULASI KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI ETIL p –


METOKSISINAMAT DENGAN KATEKIN

Rini Agustin*, Yulida Oktadefitri, Henny Lucida


Fakultas Farmasi Universitas Andalas

ABSTRAK

Sebuah studi pada formulasi krim tabir surya yang mengandung kombinasi etil p-
metoksisinamat (5%) dan berbagai konsentrasi gambir "katekin" (0; 0,5 dan 1%) telah
dilakukan. Evaluasi krim meliputi pemerian, homogenitas, nilai pH, uji menyebar, uji iritasi
kulit, uji daya tercuci, pemisahan fasa (kestabilan fisik) dan uji efektivitas SPF. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua formula yang stabil tanpa perbedaan signifikan dalam
ukuran selama 6 minggu penyimpanan. Uji efektivitas perlindungan matahari menunjukkan
bahwa golongan katekin pada konsentrasi 0,5 dan 1% secara signifikan mempengaruhi
perlindungan tabir surya etil p-metoksisinamat 5%. Katekin meningkatkan efektivitas
perlindungan matahari senyawa etil p-metoksisinamat terhadap sinar UV-B (p <0,05).

Kata kunci: Etil p-metoksisinamat, katekin, tabir surya.

PENDAHULUAN

Sinar matahari mempunyai efek baik yang sinar matahari yang merugikan dengan cara
menguntungkan bagi kesehatan manusia penebalan stratum korneum dan pigmentasi
maupun yang merugikan, tergantung dari kulit. Namun tidak efektif untuk menahan
frekuensi dan lamanya sinar matahari kontak dengan sinar matahari yang berlebih
mengenai kulit, intensitas matahari serta (Departemen Kesehatan RI, 1985). Untuk
kepekaan seseorang (Balsam and Sagarin, mengatasinya diperlukan perlindungan
1972). Efek merugikan yang dapat tambahan, seperti menggunakan sediaan
ditimbulkan oleh radiasi ultraviolet pada tabir surya. Sediaan tabir surya adalah
kulit adalah terjadinya kerusakan epidermis sediaan kosmetika yang digunakan untuk
yang biasa disebut dengan sengatan surya, maksud menyerap secara efektif sinar
pigmentasi, pengkerutan kulit, penuaan kulit matahari terutama didaerah gelombang
dini, dan pada penyinaran yang lama ultraviolet sehingga dapat mencegah
dibawah terik matahari dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kulit oleh sinar
perubahan pada jaringan pengikat dalam matahari. Tabir surya dapat dibuat dalam
lapisan korneum (Gosfel and Wuest, 1981). berbagai bentuk sediaan seperti : krim,losio
dan salep (Departemen Kesehatan RI, 1985).
Spektrum ultraviolet yang sampai ke bumi
yaitu UV-A dengan panjang gelombang 320- Indonesia, khususnya Sumatera Barat kaya
400 nm menyebabkan pigmentasi dan UV-B akan tanaman obat tradisional dengan
dengan panjang gelombang 290-320 nm kandungan bahan alam, diantaranya adalah
menyebabkan eritema. Sedangkan UV-C gambir yang merupakan ekstrak kering dari
dengan panjang gelombang yang lebih kecil ranting dan daun tanaman Uncaria gambir
dari 290 nm tidak sampai ke bumi karena (Hunter) Roxb. yang termasuk dalam Famili
tersaring oleh ozon (Wilkinson, et al., 1982). Rubiaceae yang merupakan komoditas
ekspor Indonesia. Indonesia merupakan
Kulit manusia sesungguhnya telah memiliki negara pemasok utama gambir dunia (80%).
sistem perlindungan alamiah terhadap efek Ekstrak gambir mengandung senyawa

184
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

katekin merupakan komponen utama serta kandungan utama dari sediaan tabir surya
beberapa komponen lain seperti asam kateku yang telah dikenal aktifitas biologis dan
tanat, kuersetin, kateku merah, gambir farmakologis. Senyawa ini memperlihatkan
flouresin, lemak dan lilin. Dimana katekin aktifitas serapan maksimum 308nm (daerah
merupakan senyawa flavonoid yang UV-B) dan bersifat sebagai UV filter.
termasuk senyawa fenolik alam yang
potensial sebagai antioksidan dan Senyawa turunan sinamat mudah dikenal
mempunyai bioaktifitas sebagai obat. karena kromatograf kertasnya
memperlihatkan bercak berflouresensi biru
sampai hijau dibawah sinar ultraviolet.
Spektrum ultraviolet senyawa ini
memperlihatkan 2 sampai 3 serapan
disekitar 220, 270 dan 330 nm (Fahmi,
1987). Senyawa ini telah beredar dipasaran
dalam bentuk krim dan losio, umumnya
dikombinasikan dengan vitamin E, senyawa
penyerap UV-A, UV-B dan lainnya.Contoh
tabir surya yang mengandung etil p-
Gambar 1. Sturktur kimia katekin (Azad, et metoksisinamat adalah Uvistik dan Parasol
dengan kadar sampai 10% (Ikatan Sarjana
al., 2001)
Farmasi Indonesia, 1997).
Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas
ekstrak gambir telah banyak dilakukan
diantaranya aktivitas antioksidan dan
antibakteri dari turunan metil ekstrak etanol
daun gambir (Kresnawaty dan Zainudin,
2009), sebagai antiseptik mulut (Lucida dan
Bakhtiar, 2007), dan gambir sebagai
imunodilator (Ismail, et al., 2009). Beberapa
aktivitas ekstrak gambir di atas sebagian Gambar 2. Rumus bangun etil p-
besar disebabkan oleh katekin yang metoksisinamat (Chemicalbook, 2010).
terkandung di dalam gambir. Selain uji
aktivitas ekstrak gambir, telah dilakukan
juga beberapa uji aktivitas dari katekin, Senyawa katekin dan etil p-metoksisinamat
diantaranya katekin sebagai antimikroba dapat dikombinasikan sebagai tabir surya,
(Dogra, 1987), sebagai anti spasmodik, dimana etil p-metoksisinamat mempunyai
bronkodilator dan vasodilator (Ghayur, et al., perlindungan yang baik terhadap sinar
2007). Untuk penggunaan sebagai kosmetik, matahari yang dapat memantulkan dan
telah dilakukan uji diantaranya sebagai menghamburkan radiasi sinar UV sedangkan
antiaging (Maurya dan Rizvi, 2009). senyawa katekin berfungsi sebagai
antioksidan alami biasanya lebih diminati
Dari bahan sintetis turunan senyawa sinamat karena tingkat keamanannya yang lebih baik
termasuk kelompok fenolik alam dari dan penting dalam melawan radikal bebas.
golongan fenil propanoid salah satu
diantaranya etil p-metoksisinamat sebagai

185
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan edisi IV tahun 1995 meliputi pengamatan


Timbangan analitik (Denver Instrument), pH organoleptis (bentuk, warna dan bau), dan uji
meter (Accumet®)), lemari pendingin, oven, kelarutan dan pemeriksaan etil p –
ultrasonikasi dan spektrofotometer UV-Vis metoksisinamat berdasarkan Certificate of
(Shimadzu Pharmaspec 1700) serta alat gelas Analysis BASF South East Asia Pte Ltd.
standar lainnya.
Pembuatan Basis Krim
Etil p - metoksisinamat, katekin, etanol 95%, Sebelum formulasi krim tabir surya,
asam stearat, setil alkohol, propilenglikol, terlebih dahulu dilakukan orientasi untuk
gliserin, trietanolamin, metilparaben, cera memilih basis krim yang baik, yaitu basis
alba, parafin cair, tween 80, KH2PO4, yang memiliki penampilan fisik terbaik.
NaOH, aquadest, metilen biru. Meliputi tekstur yang lembut, halus serta
mempunyai pH yang relatif stabil
Pemeriksaan Bahan Baku
Pemeriksaan bahan baku dilakukan
menurut persyaratan Farmakope Indonesia

Tabel I. Formula Orientasi Pemilihan Basis Krim (Yulia, 2009)


Formula basis (%)
Bahan
FA FB FC
Asam stearat 10 3 3
Setil alkohol 3 4 4
Propilen glikol 15 - -
Gliserin 30 2 2
Trietanolamin 1,5 1,2 -
Cera alba - 1 1
Parafin cair - 6 6
Tween 80 - - 3
Metil paraben 0,1 0,1 0,1
Dapar fosfat pH 7,4 hingga - 100 100
Air suling hingga 100 - -

Basis yang digunakan tipe emulsi minyak Evaluasi Basis Krim


dalam air (M/A). Bahan yang terdapat dalam a. Pemeriksaan organoleptis meliputi bau,
formulasi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu warna, homogenitas
fase minyak dan fase air. Pada masing- Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan
masing formula, fase minyak dilebur dalam cara : sediaan ditimbang 0,1 g kemudiaan
cawan penguap diatas waterbath pada dioleskan secara merata dan tipis pada kaca
temperatur ± 75ºC (campuran pertama), dan arloji. Krim harus menunjukkan susunan
fase air dilarutkan dalam dapar fosfat pH 7,4 yang homogen dan tidak terlihat adanya
± 75ºC (campuran kedua). Campuran bintik bintik (Depkes RI, 1985). Pemeriksaan
pertama dan kedua dimasukkan ke dalam dilakukan terhadap krim yang baru dibuat
mortir yang telah dipanaskan terlebih dahulu. dan yang telah disimpan selama hari ke 7,
Campuran diaduk hingga homogen dan 14, 21, dan hari ke-28.
membentuk massa krim. Ditambahkan metil
paraben dan gliserin sedikit demi sedikit
sambil digerus hingga homogen.

186
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

b. Pemeriksaan pH krim Tabel II. Formula Sediaan Krim Tabir Surya


Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter. Alat tersebut Formula (%)
dikalibrasi terlebih dahulu sebelum Bahan
F0 F1 F2 F3
digunakan. Kalibrasi dilakukan dengan Etil p -
menggunakan larutan dapar pH 4 dan pH 10. 0 5 5 5
metoksisinamat
Pemeriksaan pH dilakukan dengan Katekin 0 0 0,5 1
mencelupkan elektroda ke dalam 1 gram Basis krim add 100
sediaan krim yang diencerkan dengan air
suling hingga 10 ml (Depkes RI, 1985).
Katekin ditimbang sejumlah yang
c. Pemeriksaan daya menyebar dibutuhkan mulai dari konsentrasi 0 – 1 %.
Sediaan sebanyak 0,5 gram diletakkan Katekin yang ditimbang ditetesi sedikit
dengan hati-hati diatas kaca transparan yang etanol 96%. Etil p-metoksisinamat
dilapisi kertas grafik, dibiarkan sesaat (15 ditimbang sejumlah yang dibutuhkan mulai
detik) dan dihitung luas daerah yang dengan konsentrasi 5%. Etil p-
diberikan oleh basis, lalu ditutup dengan metoksisinamat dan katekin digerus
plastik transparan. Kemudian diberi beban homogen dalam lumpang, kemudian
tertentu diatasnya (1, 3, 5, dan 7 gram) dan ditambahkan dasar krim lebih kurang sama
dibiarkan selama 60 detik. Lalu hitung banyak dengan zat aktif lalu gerus sampai
pertambahan luas yang diberikan oleh basis homogen. Selanjutnya ditambahkan sisa
(Voigt, 1994). dasar krim, gerus sampai diperoleh krim
yang homogen.
d. Pemeriksaan tipe krim
Pemeriksaan tipe krim dilakukan dengan Evaluasi Sediaan Krim Tabir Surya Meliputi
cara memberikan satu tetes larutan metilen Evaluasi Fisik dan Evaluasi Kimia
biru pada 0,1 gram krim, kemudian diamati
penyebaran warna metilen biru dalam A. Evaluasi fisik terdiri dari :
sediaan dibawah mikroskop. Jika warna 1. Pemeriksaan pemerian
menyebar secara merata pada sediaan krim, Pemeriksaan pemerian sediaan krim tabir
berarti tipe krim adalah minyak dalam air surya terdiri dari pemeriksaan bentuk, wana,
(M/A), tetapi jika warna hanya berupa dan bau (Depkes RI, 1985).
bintik-bintik, berarti tipe krim adalah air
dalam minyak (A/M) (Depkes RI, 1985). 2. Pemeriksaan organoleptis homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan
Pembuatan Krim Tabir Surya cara : sediaan ditimbang 0,1 g kemudiaan
Setelah dilakukan orientasi terhadap basis dioleskan secara merata dan tipis pada kaca
krim yang akan digunakan, kemudian arloji. Krim harus menunjukkan susunan
ditentukan formula krim tabir surya yang yang homogen dan tidak terlihat adanya
mengandung bahan aktif etil p- bintik bintik (Depkes RI, 1985). Pemeriksaan
metoksisinamat dan katekin. Basis krim yang dilakukan terhadap krim yang baru dibuat
dipilih yaitu formula C karena setelah dan yang telah disimpan selama hari ke 7,
penyimpanan selama 28 hari diperoleh pH 14, 21, dan hari ke-28.
yang relatif stabil pada rentang 7,0 - 7,3 dan
penampilan fisik serta daya menyebar yang 3. Pemeriksaan pH
paling baik. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter. Alat tersebut
dikalibrasi terlebih dahulu sebelum
digunakan. Kalibrasi dilakukan dengan
menggunakan larutan dapar pH 4 dan pH 10.

187
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Pemeriksaan pH dilakukan dengan Siklus Freeze and Thaw terdiri dari satu
mencelupkan elektroda ke dalam 1 gram rentang waktu penyimpanan pada suhu 4˚C
krim yang diencerkan dengan air suling dan satu rentang waktu penyimpanan pada
hingga 10 ml (Depkes RI, 1985). suhu 40˚C, dilanjutkan selama sediaan masih
baik secara fisik. Sediaan dikatakan stabil
4. Pengujian Iritasi Kulit bila telah melewati 6 siklus tidak terjadi
Uji iritasi kulit dilakukan terhadap manusia perubahan ukuran globul secara nyata.
dengan cara uji tempel tertutup Diameter 50 globul setelah setiap
(Wasitaatmadja, 1997). Krim ditimbang penyimpanan diukur menggunakan
sebanyak 0,1 gram lalu dioleskan pada mikrometer. Hasil pengukuran diameter
lengan bagian dalam dengan diameter 2 cm, globul diolah secara statistik menggunakan
lalu ditutup dengan kain kassa dan plester. uji t-student berpasangan. Perhitungan T-
Lihat gejala yang timbul setelah 24 jam. student untuk membandingkan ukuran
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap lima diameter globul sediaan krim tabir surya
orang panelis (Wathoni, et al., 2009). dalam pengujian Freeze and Thaw
X1− X 2
5. Pemeriksaan Daya Tercuci Krim T hitung =
Pemeriksaan daya tercuci krim dilakukan ( S 1 / n 2) + ( S 2 2 / n 2)
2

dengan cara krim ditimbang 1 gram, oleskan


pada telapak tangan kemudian dicuci dengan Diketahui:
sejumlah volume air sambil membilas tangan n (jumlah sampel) 50
secara periodik. Air dilewatkan dari buret Tingkat kepercayaan (95%)
makrometer, amati secara visual ada atau Derajat kebebasan (n1+n2)-2
tidak krim ditangan (Jenkins, 1957). X1 = diameter globul rata-rata sediaan krim
suhu pengujian
6. Pemeriksaan stabilitas krim dengan X2 = diameter globul rata-rata kontrol pada
Metoda Uji Pemisahan Fase dengan Metode suhu 25˚C
Freeze and Thaw S1 = Simpangan baku sediaan krim
Pemeriksaan stabilitas krim dengan Metoda S2 = Simpangan baku kontrol
Uji Pemisahan Fase dengan Metode Freeze B. Evaluasi Kimia
and Thaw dengan cara sediaan krim untuk Penentuan efektifitas sediaan krim tabir
masing-masing formula ditimbang sebanyak surya meliputi :
2 g dan dimasukkan ke dalam 8 vial yang 1. Menentukan nilai SPF (Sun Protection
ditutup rapat. Sebanyak 4 vial digunakan Faktor)
sebagai kontrol yang disimpan pada suhu Penentuan Efektivitas Sediaan Tabir Surya
25˚C dan 4 vial akan digunakan untuk siklus dilakukan dengan cara setiap formula
Freeze and Thaw dengan penyimpanan suhu ditimbang sebanyak 250 mg. Dioleskan
4˚C pada 48 jam pertama dan suhu 40˚C merata pada kaca objek kemudian diberi
pada 48 jam berikutnya. Setelah 48 jam perlakuan dengan tidak diberikan
pertama dengan penyimpanan 4˚C, krim penyinaran dan disinari di bawah sinar
dalam masing-masing vial diambil dioleskan ultraviolet. Krim yang diperlakukan tanpa
sedikit pada kaca objek untuk diamati ukuran penyinaran maupun yang diberi penyinaran
globul dari sejumlah 50 globul di bawah dilarutkan dalam etanol 95% hingga 50,0 mL
mikroskop. Sediaan krim dalam vial tersebut dan diultrasonik hingga krim terdispersi
selanjutnya disimpan pada suhu 40˚C selama seluruhnya dalam pelarut kemudian disaring.
48 jam. Setelah 48 jam, krim dalam masing- Dipipet 1,0 mL filtrat dan ditambahkan
masing vial diambil dioleskan sedikit pada etanol 95% hingga 25,0 mL. Selanjutnya
kaca objek untuk diamati ukuran globul dari diukur serapan larutan dari tiap formula
sejumlah 50 globul di bawah mikroskop dengan menggunakan spektrofotometer UV-
(Yulia, 2009). Vis setiap 5 nm pada rentang panjang

188
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

gelombang 290-400 nm untuk penentuan dengan faktor keefektifan pigmentasi (Fp)


SPF. Selanjutnya angka SPF dihitung dengan pada panjang gelombang penyebab
persamaan sebagai berikut (Pissavini dan pigmentasi. Jumlah energi sinar ultraviolet
Ferrero, 2004) : penyebab eritema adalah penjumlahan hasil
perkalian transmisi dengan faktor keefektifan
400 400
eritema pada panjang gelombang 292,5 –
∑ E(λ ) ∈ (λ ) ∑ E(λ) ∈ (λ) / PF(λ) 337,5 nm, sedangkan jumlah energi sinar
SPF = 290 290
ultraviolet penyebab pigmentasi adalah
Dimana E(λ) Є(λ) adalah tetapan hubungan penjumlahan hasil perkalian transmisi
efek eritemogenik dengan intensitas radiasi dengan faktor keefektifan pigmentasi pada
pada λ290-400 nm. panjang gelombang 292,5 – 372,5 nm.
Dimana:
E(λ) = Intensitas cahaya matahari pada c. Perhitungan nilai persentase transmisi
panjang gelombang λ eritema dan nilai persentase transmisi
Є(λ) = Efek eritemogenik dari radiasi pada pigmentasi, dihitung dengan menggunakan
panjang gelombang λ rumus:
PF(λ) = Faktor proteksi pada panjang
gelombang λ (1/T) % Transmisi eritema
T = Transmitan (10-abs) ΣEe Σ(TxFe)
(Te ) = =
ΣFe ΣFe
2. Menentukan % Transmisi eritema (%Te)
dan % Transmisi pigmentasi (%Tp) %Transmisi pigmentasi
Efektivitas sediaan tabir surya dapat ΣEp Σ(TxFp)
dilakukan dengan metode penentuan % (Tp) = =
transmisi eritema (%Te) dan % transmisi ΣFp ΣFp
pigmentasi (%Tp) (Balsam, 1972) dan
(Jellinek, 1970). Keterangan : Ee = Energi eritema
a. Perhitungan transmisi Ep = Energi pigmentasi
Transmisi merupakan persentase sinar yang T = Transmisi
diteruskan oleh sediaan tabir surya. Dari nilai Fe = Faktor keefektifan eritema
serapan (A) yang diperoleh kemudian Fp = Faktor keefektifan pigmentasi
dihitung nilai serapan untuk 1 g/l,
selanjutnya ditentukan nilai transmisi (T) 1
g/l dengan menggunakan rumus A = -log T, d. Penilaian efektifitas sediaan tabir surya
dimana (A =absorban, T = nilai tranmisi) (Balsam, 1972)
b. Perhitungan transmisi eritema dan Sediaan tabir surya dapat dikategorikan
transmisi pigmentasi sebagai Sunblock yaitu sediaan yang dapat
Nilai transmisi eritema yaitu jumlah energi menyerap hampir semua sinar UV-B dan
sinar ultraviolet penyebab eritema pada sinar UV-A apabila memiliki persentase
panjang gelombang 292,5 – 337,5 nm. Nilai transmisi eritema 1% dan persentase
transmisi eritema didapat dari hasil perkalian transmisi pigmentasi 3-40%, jika persentase
masing-masing nilai transmisi (T) dengan transmisi eritema 6-18% dan persentase
faktor keefektifan eritema (Fe) pada panjang transmisi pigmentasi 45-86% dikategorikan
gelombang penyebab eritema. Sedangkan sebagai Suntan atau dapat dikatakan suatu
nilai transmisi pigmentasi merupakan jumlah bahan yang menyerap sebagian besar sinar
energi sinar ultraviolet penyebab pigmentasi UV-B dan menyerap sedikit sinar UV-A
pada panjang gelombang 292,5 – 372,5 nm (Cumpelik, 1972).
yang diteruskan oleh sediaan tabir surya.
Nilai transmisi pigmentasi didapat dari hasil
perkalian masing-masing nilai transmisi (T)

189
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Tabel III. Faktor keefektifan eritema pada panjang gelombang 292,5 – 337,5 nm( Balsam,
1972)

Faktor
Panjang Energi rata
Keefektif keefektifan
gelombang – rata
an relatif eritema
λ (nm) (µW/cm2)
(µW/cm2)
292,5 1,7 0,67000 1,139
297,5 7,0 0,93000 6,51
302,5 20,0 0,50000 10
307,5 36,5 0,09800 3,577
312,5 62,0 0,01570 0,973
317,5 90,0 0,00630 0,567
322,5 130,0 0,00350 0,455
327,5 170,0 0,00170 0,289
332,5 208,5 0,00068 0,129
337,5 228,5 0,00020 0,0456

Dari kolom faktor keefektifan eritema jumlah gelombang 292,5 - 337,5 nm adalah 23,6846
total energi radiasi sinar matahari yang (µW/cm2).
menimbulkan eritema pada rentang panjang

Tabel IV. Faktor keefektifan pigmentasi pada panjang gelombang 292,5 – 372,5 nm ( Balsam,
1972)

Panjang Energi rata – rata Keefektifan relatif Faktor keefektifan


gelombang λ (nm) (µW/cm2) pigmentasi
(µW/cm2)
292,5 1,7 0,6500 1,105
297,5 7,0 0,9600 6,72
302,5 20,0 0,5000 10
307,5 36,5 0,0550 2,0075
312,5 62,0 0,0220 1,364
317,5 90,0 0,0125 1,125
322,5 130,0 0,0083 1,079
327,5 170,0 0,0060 1,02
332,5 208,0 0,0046 0,936
337,5 228,0 0,0035 0,798
342,5 239,0 0,0028 0,669
347,5 248,0 0,0023 0,57
352,5 257,0 0,0019 0,488
357,5 268,0 0,0016 0,456
362,5 274,0 0,0013 0,356
367,5 282,0 0,0011 0,31
372,5 289,0 0,009 0,26

190
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Jika dihitung dari kolom faktor keefektifan rentang panjang gelombang 322,5 – 372,5
pigmentasi pada tabel II.4 jumlah total energi nm, sedangkan sisanyaa efektif
radiasi sinar matahari yang menimbulkan menimbulkan eritema. Sehingga jumlah total
pigmentasi adalah 29,2635 µW/cm2. Tetapi energi radiasi matahari yang dapat
hanya sebagian kecil yang dapat menimbulkan pigmentasi adalah 6,9420
menimbulkan reaksi pigmentasi yaitu pada µW/cm2 .

HASIL DAN DISKUSI

Pemeriksaan Bahan Baku 5 minggu penyimpanan. Pemeriksaan


1. Pemeriksaan bahan baku eksipien telah homogenitas bertujuan untuk melihat
memenuhi persyaratan dalam Farmakope penyebaran zat aktif dalam sediaan
Indonesia IV meliputi pemerian dan (Yoshioka & Stella, 2002).
kelarutan.
2. Pemeriksaan Etil p-Metoksisinamattelah 2. Hasil pemeriksaan pH krim tabir surya
memenuhi persyaratan Certificate of selama 5 minggu penyimpanan menunjukan
Analysis BASF South East Asia Pte Ltd. nilai pH rata-rata sediaan untuk Formula F0
yaitu 6,85±0,054; Formula F1 sebesar
6,86±0,040; Formula F2 sebesar 6,83±0,051
Evaluasi Basis Krim dan Formula F3 sebesar 6,83±0,051. Nilai
1. Pemeriksaan organoleptis basis krim tabir pH yang dapat ditolerir oleh kulit yaitu 4,2
surya yaitu basis berwarna putih dan tidak sampai 6,5 (Wasitaatmadja, 1997), 5 sampai
berbau. Pemerian ini relatif tidak berubah dengan 6,5 (Balsam & Sagarin, 1972).
selama 5 minggu penyimpanan.
2. Hasil pemeriksaan pH basis krim tabir 3. Pemeriksaan daya tercuci krim
surya selama 25 hari penyimpanan menunjukkan hasil yang diperoleh pada
menunjukkan bahwa basis C mempunyai pH sediaan krim dibutuhkan air 15 – 25 ml
yang paling stabil diantara basis A dan B, untuk membersihkan 1 gram sediaan. Hal ini
dengan rata-rata pH 7,1. menandakan bahwa sediaan mudah tercuci
3. Hasil pemeriksaan daya menyebar basis karena memiliki kandungan air yang tinggi.
krim tabir surya menunjukan bahwa basis
yang berbeda memberikan pertambahan luas 4. Pada pemeriksaan uji iritasi kulit,
yang berbeda ketika ditambahkan oleh beban pengujian ini dilakukan dengan cara uji
tertentu. Basis C (menunjukkan daya tempel tertutup pada manusia yang berbadan
penyebaran yang paling luas diantara basis B sehat. Uji iritasi ini dilakukan pada lengan
dan A. bagian dalam dan dilakukan pada 5 orang
4.Hasil pemeriksaan tipe krim basis panelis (Wathoni, et al., 2009). Reaksi kulit
menunjukkan bahwa krim sediaan yang dilihat adalah apakah kulit tampak
merupakan tipe minyak dalam air. kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak
(Jellinek, 1970). Dari hasil pengujian yang
Evaluasi Sediaan Krim Tabir Surya Meliputi dilakukan tidak ada panelis yang mengalami
Evaluasi Fisik dan Evaluasi Kimia kemerahan pada bagian kulit yang diberikan
A. Evaluasi Fisik krim tabir surya. Dengan demikian dapat
1. Pemeriksaan pemerian formulasi krim disimpulkan bahwa krim tabir surya telah
tabir surya dengan menggunakan kombinasi memenuhi persyaratan uji iritasi kulit.
etil p-metoksisinamat dengan katekin pada
berbagai konsentrasi meliputi bentuk, warna, 5. Hasil pengujian freeze and thaw dengan
bau, dan homogenitas yang dilakukan melihat ukuran diameter globul yang telah
terhadap 5 formula setiap minggu. Keempat diolah dengan T-hitung menunjukkan bahwa
formula tidak mengalami perubahan selama tidak terjadi perubahan globul secara nyata

191
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

dari masing-masing formula krim tabir pigmentasi (292,5 – 372,5 nm) sehingga
surya. Bila T-hitung <T-tabel (1,98) maka dasar krim tidak mempengaruhi penentuan
tidak terjadi perubahan globul secara nyata. efek Etil p-Metoksisinamat dan katekin
Berdasarkan tabel T-hitung didapatkan nilai sebagai tabir surya.
T-hitung < T-tabel.
Efek tabir surya krim kombinasi Etil p-
B. Evaluasi Kimia metoksisinamat dan katekin diukur pada
Hasil penentuan nilai SPF krim tabir surya masing-masing formula pada panjang
tanpa penyinaran lampu UV dengan melihat gelombang 292,5 – 372,5 nm. Terlebih
nilai serapan (A) dengan menggunakan alat dahulu krim dilarutkan dalam pelarut etanol
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu sebelum dilakukan pengukuran serapan. Dari
Pharmaspec 1700) dan dihitung nilai serapan yang diperoleh kemudian
menggunakan persamaan perhitungan nilai dihitung persentase transmisi eritema dan
SPF menunjukkan bahwa F3 memiliki nilai persentase pigmentasi untuk masing –
SPF tertinggi yaitu 4,85±0,1 dan diikuti masing konsentrasi kombinasi etil p-
berturut-turut F1, F2, F0 adalah 4,52±0,005; metoksisinamat dan katekin menurut cara
3,68±1,50 dan 0,95±0,001. Dan setelah perhitungan dan ketetapan yang
dilakukan penyinaran terhadap sediaan krim dikemukakan oleh Cumpelik dan Kreps.
tabir surya selama 1 jam penyinaran, 3 jam Sediaan tabir surya dianggap efektif sebagai
penyinaran, dan 5 jam penyinaran pada sawar surya (sunblock) bila nilai persentase
masing-masing formula didapatkan hasil transmisi eritema kecil dari 1% dan
bahwa formula yang mengandung kadar persentase pigmentasi 3 – 40%, sedangkan
katekin 1% dan 0,5% dalam sediaan krim sebagai sumba surya (suntan) bilaa nilai
tabir surya memberikan nilai SPF yang transmisi eritema 6 – 18% dan persentase
relatif besar dibandingkan dengan formula pigmentasi 45 – 86%.
yang hanya mengandung zat aktif etil p-
metoksisinamat. Formula 3 dengan Penentuan persentase transmisi
kandungan etil p-metoksisinamat 5% dan eritema/pigmentasi pada masing-masing
katekin 1% setelah dilakukan penyinaran formula krim tabir surya menunjukkan hasil
lampu UV menunjukkan nilai SPF pada 1 persentase eritema pada Formula 1 adalah
jam penyinaran 12,97±2,13; pada 3 jam 0,089 %, Formula 2 adalah 0,15 % dan
penyinaran 11,58±1,03 dan 5 jam penyinaran Formula 3 adalah 0,077 %, sedangkan hasil
13,17±0,65, sedangkan Formula 2 dengan persentase pigmentasi pada Formula 1 adalah
kadar katekin 0,5% menunjukkan nilai SPF 48 %, Formula 2 adalah 51,41 % dan
pada 1 jam penyinaran 6,97±0,95; pada 3 Formula 3 adalah 49,54%. Berdasarkan data
jam penyinaran 10,07±0,66 dan 5 jam diatas menunjukkan bahwa nilai persentase
penyinaran 10,36±2,18. Pada Formula 1 eritema pada tiap formula memenuhi rentang
tanpa menggunakan katekin menunjukkan nilai persentase eritema yaitu <1 % dan
nilai SPF yang relatif stabil setelah persentse pigmentasi pada masing-masing
penyinaran 1 jam, 3 jam, dan 5 jam yaitu formula berkisar diatas rentang persentase
7,18±2,52 ; 7,24±2,45 dan 7,56±3,03. pigmentasi yaitu 40% yang menunjukkan
bahwa masing-masing formula kirm tabir
Pengujian efek Etil p-Metoksisinamat dan surya efektif sebagai sawar surya (sunblock).
katekin dalam krim tabir surya dilakukan Peningkatan persentase pigmentasi mungkin
dengan mengukur serapan pada panjang disebabkan oleh pengaruh katekin yang
gelombang 292,5 – 372,5 nm, kemudian efektif sebagai tabir surya walaupun peran
dihitung persentase transmisi eritema dan tabir surya tidak dapat digantikan oleh
persentase pigmentasi. Dalam pengukuran katekin.
efek tabir surya, dasar krim tidak menyerap
di daerah panjang gelombang eritema dan

192
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Penelitian ini menggunakan zat aktif etil p - apakah selama penyimpanan terjadi
metoksisinamat untuk diformulasi ke dalam perubahan bentuk, warna dan bau dari
bentuk sediaan krim tabir surya yang aktif sediaan.
sebagai perlindungan yang baik terhadap Kestabilan suatu sediaan merupakan salah
sinar matahari yang dapat memantulkan dan satu faktor yang harus diperhatikan dalam
menghamburkan radiasi sinar UV yang pembuatan sediaan farmasi. Hal ini penting
dikombinasikan dengan katekin yang karena suatu sediaan diproduksi dalam
berfungsi sebagai antioksidan. Kombinasi jumlah yang besar dan memerlukan waktu
katekin sebagai antioksidan diharapkan dapat yang lama untuk penyimpanan. Sediaan yang
melindungi kulit dari radikal bebas yang disimpan dalam waktu yang cukup lama
menyebabkan penuaan dini. dapat mengalami penguraian.Pemeriksaan
stabilitas sediaan dengan pendinginan dan
Sebelum formulasi krim tabir surya, terlebih suhu kamar bertujuan untuk melihat apakah
dahulu dilakukan orientasi untuk memilih sediaan tidak memisah selama proses
basis yang paling baik. Basis yang digunakan penyimpanan baik pada saat pendinginan
yaitu vanishing cream dengan tipe minyak maupun pada suhu panas selama 6 siklus.
dalam air. Pemilihan basis ini disebabkan Penentuan nilai SPF digunakan untuk
karena zat aktif etil p-metoksisinamat menggolongkan efektivitas setiap kombinasi
bersifat lipofilik dan kelarutannya kecil di sediaan. Suatu tabir surya dikatakan dapat
dalam air, yaitu 0,041 mg/L. Orientasi memberikan perlindungan bila memiliki nilai
formulasi basis krim tabir surya dilakukan SPF minimal 2. Konsentrasi kombinasi yang
untuk memilih sediaan yang paling baik, berbeda akan memberikan nilai SPF yang
yaitu sediaan yang memiliki penampilan berbeda. Pada formula 0 (basis) dikatakan
fisik terbaik meliputi tekstur yang lembut, tidak memiliki efek sebagai tabir surya atau
halus, serta memiliki pH yang relatif stabil memiliki kategori efektivitas “tanpa
dan daya menyebar yang lebih baik. Setelah perlindungan” karena nilai SPF-nya kurang
pembuatan basis dilakukan, maka basis di dari 2. F1 dan F3 merupakan tabir surya
evaluasi terlebih dahulu. Evaluasi yang dengan kategori “proteksi sedang” karena
dilakukan meliputi pemeriksaan pemerian, berada pada rentang nilai SPF 4 – 5. Untuk
homogenitas, nilai pH, daya menyebar, dan F2 termasuk kategori “proteksi minimal”
tipe krim. Basis krim yang dipilih yaitu karena berada pada rentang SPF 2-3.
Formula C karena setelah penyimpanan
selama 25 hari diperoleh pH yang relatif Penentuan efektivitas sediaan tabir surya
stabil pada rentang 7,0 - 7,1 serta pH dari meliputi penentuan nilai SPF, % Transmisi
basis harus mendekati pH fisiologis kulit eritemia (%Te) dan % Transmisi pigmentasi
agar tidak menimbulkan iritasi pada kulit. (%Tp). Penentuan nilai SPF dan % Te adalah
Sediaan krim dibuat dengan 4 formula, untuk menunjukkan efektivitas tabir surya
terdiri dari Formula 0 (F0) yang merupakan terhadap sinar UV-B, sedangkan % Tp
basis saja, Formula 1 (F1) yang mengandung ditentukan untuk melihat efektivitas tabir
etil p-metoksisinamat 5%, Formula 2 (F2) surya terhadap sinar UV-A. Suatu tabir surya
mengandung etil p-metoksisinamat 5% dan dikatakan memiliki efektivitas yang baik bila
katekin 0,5%; Formula 3 (F3) mengandung memiliki nilai SPF yang tinggi, serta % Te
etil p-metoksisinamat 5% dan katekin 1%. dan % Tp yang kecil.
Sediaan kemudian dievaluasi secara fisika Berdasarkan hasil penentuan nilai SPF
dan kimia. Parameter fisika kimia yang akan menunjukkan bahwa kombinasi etil p-
dilakukan pada penelitian ini pada umumnya metoksisinamat sebagi zat aktif perlindungan
bertujuan untuk melihat kestabilan sediaan terhadap sinar UV-B dengan katekin gambir
selama 5 minggu penyimpanan. Dalam sebagai antioksidan alami dapat
parameter ini juga termasuk pemeriksaan meningkatkan proteksi maksimal dari
organoleptis yang bertujuan untuk melihat sediaan tabir surya. Hal ini dapat dilihat dari

193
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

peningkatan nilai SPF yang berbeda pada tambahan perlindungan tabir surya yang
masing-masing formula. Semakin tinggi terformulasikan dengan baik. Beberapa
kadar katekin yang dikombinasikan dengan literatur menyebutkan antioksidan yang
etil p-metoksisinamat semakin baik memiliki fungsi melindungi bila digunakan
kemampuan dalam meningkatkan efektifitas bersama tabir surya mencakup selenium,
bahan aktif tabir surya dan efek resveratrol, astaxanthin alami dan sintetis,
photoprotective antioksidan bila dan canosic acid (komponen dari rosemary)
digabungkan dengan tabir surya. Kombinasi (Paula, 2013) dan tidak menutup
dengan katekin pada Formula 3 sebanyak 1% kemungkinan bahwa katekin juga memiliki
memiliki nilai peningkatan SPF yang lebih peran sebagai antioksidan yang memiliki
tinggi dibandingkan dengan Formula 2 yang efek photoprotective sebagai tabir surya.
hanya mengandung kadar katekin sebanyak
0,5% dengan kadar etil p-metoksisinamat Setelah dilakukan pengujian efektifitas
yang sama yaitu 5%. Katekin yang sediaan krim tabir surya pada masing-masing
digunakan pada Formula 2 dan Formula 3 formula menunjukkan bahwa konsentrasi
merupakan katekin murni. Berdasarkan katekin yang dikombinasikan dengan tabir
literatur menyatakan bahwa gambir dapat surya etil p-metoksisinamat berpengaruh
menghambat pembentukan enzim elastase signifikan (p<0,05) jika diolah secara
yang terbentuk karena paparan sinar UV. statistik ANOVA satu arah dengan
Gambir dapat menghambat aktifitas enzim pengaruhnya terhadap peningkatan nilai SPF.
elastase pada konsentrasi 0,001 sampai Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi
10,0%. Kandungan utama gambir yang katekin dengan etil p-metoksisinamat dalam
berpotensi sebagai anti penuaan dini adalah bentuk sediaan krim tabir surya menyatakan
katekin (Agustin, 2012) bahwa katekin yang merupakan senyawa
flavonoid alam dapat meningkatkan aktivitas
Berdasarkan beberapa penelitian sediaan tabir surya dengan kemungkinan
menunjukkan bahwa antioksidan yang terjadinya interaksi kimia antara katekin
dioleskan dapat membantu melindungi kulit dengan etil p-metoksisinamat yang
dari kerusakan akibat sinar matahari, menyebabkan senyawa etil p-metoksisinamat
walaupun antioksidan tidak dapat yang bersifat fotolabil menjadi fotostabil
menggantikan fungsi tabir surya, tetapi bila sebagai perlindungan kulit terhadap sinar
penggunaan keduanya dikombinasikan akan matahari.
menjadi sangat efektif dan merupakan

Tabel V. Hasil Pengujian Freeze and Thaw Diameter Rata-rata Ukuran Globul Sediaan Tabir
Surya

Diameter Rata-rata

Formula Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6


4oC 40oC 4oC 40oC 4oC 40oC 4oC 40oC 4oC 40oC 4oC 40oC

F0 7,33 8,88 7,24 9,92 9,31 9,53 10,38 10,76 10,93 10,32 10,44 10,63

F1 9,86 10,32 10,12 9,10 9,51 10,44 10,87 11,22 10,63 11,63 11,79 11,40

F2 14,05 12,65 14,10 11,96 12,38 10,80 14,20 12,17 13,10 13,63 15,13 14,24

F3 14,15 13,39 14,01 13,54 12,95 12,95 16,00 14,56 16,00 16,12 16,48 16,60

194
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Tabel VI. Hasil Perhitungan T-Student Diameter Rata-rata Ukuran Globul Sediaan Terhadap
Kontrol
Th Siklus-1 Th Siklus-2 Th Siklus-3 Th Siklus-4 Th Siklus-5 Th Siklus-6
Formula o o o o o o o o o o
4C 40 C 4C 40 C 4C 40 C 4C 40 C 4C 40 C 4oC 40oC
F0 0,21 0,03 0,23 0,15 0,08 0,13 0,24 0,35 0,35 0,26 0,26 0,26
F1 0,06 0,06 0,02 0,16 0,08 0,02 0,11 0,07 0,04 0,17 0,21 0,16
F2 1,62 0,15 0,11 0,05 0,00 0,13 0,16 0,16 0,06 0,12 0,28 0,15
F3 0,04 0,05 0,06 0,08 0,14 0,12 0,09 0,11 0,10 0,11 0,14 0,15

Keterangan:
Hasil pengujian menggunakan T-student dengan:
Jumlah sampel (n) = 50
Tingkat kepercayaan = 95%
Derajat kepercayaan = 95%
Derajat kebebasan = (n1+n2) -2
T tabel = 1,98
Bila Thitung < Ttabel = tidak terjadi perubahan ukuran globul secara nyata.

Tabel VII. Hasil penentuan nilai SPF sediaan tabir surya sebelum dan setelah penyinaran

Formula Penentuan SPF Sebelum dan Setelah Penyinaran


0 Jam 1 Jam 3 Jam 5 Jam
F0 0,95±0,001 1,03±0,02 1,03±0,04 1,05±0,06
F1 4,51±0,005 7,18±2,52 7,24±2,45 7,56±3,03
F2 3,68±1,50 6,97±0,95 10,07±0,66 10,36±2,18
F3 4,86±0,01 12,97±2,13 11,58±1,03 13,17±0,65
Keterangan:
<2 = Tanpa perlindungan
2–3 = Proteksi minimal
4–5 = Proteksi sedang
6–7 = Proteksi ekstra
8 – 14 = Proteksi maksimal
> 15 = Proteksi ultra

15

10 F0
SPF

5 F1
F2
0
F3
0 2 4 6
Lama Penyinaran

Gambar 3. Grafik hubungan lama penyinaran terhadap nilai SPF sediaan tabir surya

195
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Tabel VIII. Hasil Perhitungan uji anova satu arah terhadap aktivitas nilai SPF sediaan tabir
surya dengan keempat formula sebelum dan setelah penyinaran

ANOVA
Nilai SPF Krim
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 195.574 3 65.191 9.595 .002
Within Groups 81.527 12 6.794
Total 277.101 15
Keterangan : Bila nilai Sig tabel < 0,05 menunjukkan bahwa data berpengaruh signifikan.

Tabel IX. Hasil penentuan % transmisi eritema (%Te) dan % transmisi pigmentasi (%Tp)
sediaan kirm tabir surya

Formula % Te %Tp
F0 124,24±0,195 525,43±0,68
F1 0,089±0,0001 48,00±0,064
F2 0,15±0,001 51,41±0,17
F3 0,077±0,0001 49,54±0,12

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, metoksisinamat sebagai tabir surya yang
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : telah diolah secara statistik ANOVA
a. Katekin murni gambir dapat satu arah (p< 0,05).
diformulasikan bersamaan dengan tabir c. Sediaan krim efektif sebagai tabir surya
surya etil p-metoksisinamat. yang dikategorikan sebagai sawar surya
b. Konsentrasi katekin 0,5 – 1% sebagai (sunblock).
antioksidan yang dikombinasikan
dengan etil p-metoksisinamat 5% Disarankan pada peneliti selanjutnya
menunjukkan bahwa katekin untuk mengamati interaksi kimia yang terjadi
berpengaruh signifikan dapat dari kombinasi etil p-metoksisinamat dan
meningkatkan efektivitas etil p- katekin dari berbagai konsentrasi.

196
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, S.N. (2012). Enjoy With Sains Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi
Gambie (Uncaria Gambir Roxb). Indonesia.
Diakses 1 April 2013 dari Ismail, S., & Asad, M. (2009).
http://rashekimfar.blogspot.com/ Immunomodulatory Activity Of Acacia
Azad, K.A., Ogiyama., Koichi., Sassa., & Catechu, Indian Journal Physiol
Takeshi. (2001). Isolation of (+)- Pharmacol, 53(1), 25 – 33.
catechin and a new polyphenolic Jellinek, J.S. (1970). Formulation and
compound in Bengal catechu, Journal function of cosmetics. Penerjemah: G.
Wood Sci, 47, 406-409. L. Fenton. New York: Wiley-
Balsam, M. S., & Sagarin, E. (Eds.). (1972). Interscience.
Cosmetics: Science and technology (2nd Jenkins, G.L., et al., 1957, Scoville’s The Art
Ed., Vols. 1-3). New York: Interscience of Compounding, 9th Edition. New
Publishers, Inc. York: Mac Graw Hill Book Co. Inc.
BASF The Chemical Company, Certificate Kresnawaty, I., & Zainuddin, A. (2009).
of Analysis Uvinul MC 80. PT. BASF Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri
Indonesia. dari Derivate Metil Ekstrak Etanol
Chemicalbook. (2010). Ethyl 4- Daun Gambir (Uncaria gambir). Jurnal
methoxycinnamate, Diakses 31 Agustus Littri. 15(4): 145 – 151.
2013 dari http://www.chemicalbook. Lucida, H., Bakhtiar, A., & Putri, A,W.
com/ChemicalProductProperty (2007). Formulasi sediaan Antiseptik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Mulut dari Katekin Gambir. Padang:
(1985). Formularium Kosmetika Universitas Andalas.
Indonesia (Cetakan I). Jakarta: Maurya, PK., & Rizvi, S.I. (2009).
Departemen Kesehatan RI. Protective role of tea catechins on
Cumpelik, B.S. (1972). Analytical erythrocytes subjected to oxidative
Procedures and Evaluation of stress during human aging. Natural
Sunscreens. Journal of The Society of Product Research, 23(12): 1072–1079.
Cosmetics Chemist, 23, 333-345. Paula’schoice. UVA/UVB sun protection and
Dogra, S.C. (1987). Antimikrobial Agents the importance of antioxidants, Diakses
Used In Ancient India, Indian Journal 20 April 2013 dari
of History of Science, 22(2): 164-169. http://www.paulaschoice-indo.com
Fahmi, R. (1987). Sintesis Amida Turunan Pissavini, M., & Ferrero, L. (2004). In Vitro
p-Methoxycinnamat. (Tesis). Bandung: Determination of Sun Protection Faktor,
Fakultas Pasca Sarjana Institut Chemist and Head Sun Product
Teknologi Bandung. Research, International Research &
Ghayur, M.N., Khan H., Gilani, A.H. Development Center, 1-5.
(2007). Antispasmodic, Bronchodilator Voight, R. (1995). Buku Pelajaran
and Vasodilator Activities of (+)- Teknologi Farmasi. (Edisi kelima).
Catechin, a Naturally Occurring Penerjemah: S.N. Soewandhi.
Flavonoid, Archives of Pharmacal Yogyakarta. Gadjah Mada Univ. Press.
Research, 30(8): 970-975. Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu
Gosfel, A.T., & Wuest, J.R. (1981). Kosmetik dan Medik. Jakarta: UI Press.
Sunburn, Sunscreens and Wathoni, N., Rusdiana, T., dan Hutagaol,
Photosensitivity. American Pharmacy, R.Y. (2009). Formulasi Gel Antioksidan
21(5): 46-50. Ekstrak Rimpang Lengkuas (ALpinia
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (1997). galanga L. Willd) dengan Menggunakan
Informasi Spesialite Obat (Vol 29). Basis Aqupec 505 HV. Farmaka, 7(1).

197
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Wilkinson, J.B., Moore, R.J., & Godwin,G. Benzoat dalam Sediaan Krim Tabir
(1982). Harry’s Cosmeticology. New Surya. Bandung: Universitas Jenderal
York, London: Willy Interscience. Achamad Yani.
Yulia. (2009). Penentuan Komposisi Optimal Yoshioka, S., & Stella, V.J. (2002). Stability
Kombinasi Sulisobenzon dan of Drugs and Dosage Form. Moscow:
Dietilamino Hidroksibenzoil Heksil Kluwer Academic.

198

Anda mungkin juga menyukai