Anda di halaman 1dari 12

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591

(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X


Vol.15 No. 01 Juli 2018

OPTIMASI TITANIUM DIOKSIDA DAN ASAM GLIKOLAT DALAM KRIM TABIR SURYA
KOMBINASI BENZOFENON-3 DAN OKTIL METOKSISINAMAT

OPTIMIZATION OF TITANIUM DIOXIDE AND GLYCOLIC ACID IN COMBINATION OF


BENZOPHENONE-3 AND OCTYL METHOXYCINNAMATE SUNSCREEN CREAM

Viddy Agustian Rosyidi, Wirawan Deni, Lidya Ameliana

Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Jember


Jl. Kalimantan 37, Jember 68121
Email: viddy.farmasi@unej.ac.id (Viddy Agustian Rosyidi)

ABSTRAK

Sinar ultraviolet (UV) memiliki dampak buruk, yaitu sinar UV-A mampu menyebabkan
pigmentasi dan sinar UV-B mampu menginduksi eritema, melanogenesis, kerusakan
DNA, dan karsinoma sel skuamosa. Dampak buruk sinar UV terhadap kulit dapat diatasi
dengan penggunaan tabir surya. Pada penelitian ini dilakukan penentuan formula
optimum dari kombinasi titanium dioksida dan asam glikolat pada krim tabir surya
terhadap beberapa respon, yaitu pH, viskositas, SPF, % transmisi eritema, dan %
transmisi pigmentasi dengan rancangan formula desain faktorial. Empat formula krim
tabir surya telah dibuat dengan perbedaan pada proporsi titanium dioksida dan asam
glikolat. Formula optimum yang terpilih adalah kombinasi titanium dioksida dan asam
glikolat dengan proporsi 1% : 0,5% yang memberikan prediksi respon paling baik.

Kata kunci: titanium dioksida, asam glikolat, tabir surya, krim, benzofenon-3, oktil
metoksisinamat.

ABSTRACT

Ultraviolet (UV) ray has bad effects on the skin, i.e.UV-A induced pigmentation and UV-B
induced erythema, melanogenesis, DNA damage, and squamous cell carcinoma. These
bad effects can be prevented by using sunscreen. The aims of this study were to optimize
titanium dioxide and glycolic acid on sunscreen cream formulas according to their
observed pH, viscosity, SPF, % of erythema transmission, and % of pigmentation
transmission using factorial design. Four sunscreen cream formulas with a different ratio
of titanium dioxide and glycolic acid were observed. The optimum formula was a
combination of titanium dioxide and glycolic acid at ratio of 1% : 0,5%; whose the best
predicted responses.

Key words: titanium dioxide, glycolic acid, sunscreen, cream, benzophenone-3, octyl
methoxycinnamate.

60
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

Pendahuluan senyawa tabir surya antiUV-A yaitu


Sinar ultraviolet (UV) memiliki benzofenon-3 dan avobenzon,
dampak buruk, yaitu sinar UV-A mampu sedangkan untuk senyawa tabir surya
menyebabkan pigmentasi pada kulit antiUV-B yaitu oktil metoksisinamat dan
tanpa menimbulkan kemerahan terlebih oktil salisilat.
dahulu (Rosita dan Purwanti, 2010) dan Kombinasi pemblok fisik dengan
sinar UV-B dapat menginduksi eritema, penyerap kimia mampu meningkatkan
melanogenesis, kerusakan DNA, dan nilai SPF serta memperluas
karsinoma sel skuamosa (Caswell, perlindungan terhadap sinar matahari,
2001). Dengan dampak negatif yang serta meminimalkan degradasi dalam
ditimbulkan oleh sinar matahari stabilitas sediaan tabir surya karena
tersebut, maka diperlukan adanya suatu paparan sinar UV. Efektivitas tabir surya
perlindungan tabir surya. dapat dipengaruhi oleh derajat
Sediaan tabir surya adalah keasaman (pH). Semakin besar pH
sediaan kosmetika yang biasanya sediaan, maka nilai SPF in vitro akan
diaplikasikan pada permukaan kulit semakin menurun (Suhaidah, 2013).
dengan menyerap atau menyebarkan Senyawa asam yang dapat
sinar matahari, dan melindungi meningkatkan efektivitas sediaan tabir
kesehatan kulit manusia dari pengaruh surya adalah golongan Alpha Hidroxy
negatif sinar UV akibat sinar matahari Acid (AHA). AHA digunakan sebagai
(Zulkarnain dkk., 2013). Tabir surya agen pengasam dan antioksidan
dibagi menjadi dua, yaitu pemblok fisik (Draelos dan Thaman, 2006). Alpha
dan penyerap kimia. Tabir surya Hydroxy Acid (AHA) adalah asam alfa
pemblok fisik bekerja memantulkan hidroksi karboksilat termasuk garam dan
sinar UV, sedangkan tabir surya esternya, terdiri dari: asam glikolat,
penyerap kimia bekerja menyerap sinar asam laktat, asam malat, asam tartrat,
UV (Fields, 2008). Contoh tabir surya asam mandelat, dan asam sitrat (BPOM
pemblok fisik, seperti titanium dioksida RI, 2006).
(TiO2), zink oksida (ZnO), kaolin, talk, Penelitian ini mengoptimasi

dan magnesium oksida (MgO). Tabir TiO2 dan asam glikolat pada krim tabir

surya penyerap kimia terbagi menjadi 2, surya kombinasi benzofenon-3 dan oktil

yaitu antiUV-A dan antiUV-B. Contoh metoksisinamat dalam basis vanishing

61
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

cream dengan menggunakan desain Masing-masing dari fase minyak


faktorial. Respon yang teramati adalah (benzofenon-3, oktil
efektivitas tabir surya secara in vitro metoksisinamat, asam stearat, setil
(SPF, % transmisi eritema, dan % alkohol, dan simetikon) dan fase air
transmisi pigmentasi), pH, dan (trietanolamin, tween 80, sorbitol,
viskositas. dan akuades) dilarutkan dalam
cawan dan dipanaskan di atas
o
Metode Penelitian hotplate dengan suhu 70 C,
Alat dan Bahan dikarenakan merupakan titik lebur
Peralatan yang digunakan dari asam stearat atau yang tertinggi
dalam penelitian ini adalah dari keseluruhan bahan. Kemudian,
spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10S), fase minyak dan fase air dicampur
neraca analitik (Adventure Ohaus), hot bersamaan pada mortir panas dan
plate, pH meter digital (ElmetronCP- diaduk secara konstan hingga
502), alat penguji viskositas (Viscotester terbentuk masa krim, lalu
VT 04), alat uji daya sebar ditambahkan TiO2 dan asam glikolat,
ekstensometer, alat-alat gelas, mortir, diaduk hingga homogen. Rancangan
stamper, dan program Design Expert formula dapat dilihat pada Tabel 1.
Trial 10.0.1 sebagai pengolahan data. 2. Evaluasi sediaan krim tabir surya
Bahan yang digunakan dalam Evaluasi sediaan krim tabir
penelitian ini adalah benzofenon-3 surya meliputi pengujian sifat
(Thornhill, Amerika Serikat), oktil fisikokimia dan efektivitas in vitro.
metoksisinamat (Chemspec Chemical Pengujian sifat fisikokimia terdiri dari
Pvt. Ltd, India), titanium dioksida pengujian organoleptis, pH,
(Huntsman, Italia), asam glikolat (CABB viskositas, dan daya sebar. Pengujian
GmbH Pvt. Ltd, India), akuades (PT. efektivitas in vitro terdiri dari
Aneka Kimia, Indonesia), asam stearat, penentuan nilai SPF, persen
setil alkohol, simetikon, sorbitol, transmisi eritema (%TE), dan persen
trietanolamin, tween 80, dan methylene transmisi pigmentasi (%TP).
blue dari Brataco Chemical. Pengujian organoleptis sediaan
Jalannya Penelitian krim tabir surya dilakukan dengan
1. Pembuatan sediaan krim tabir surya pengamatan visual yaitu warna,

62
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

bentuk, tekstur, dan bau. Pengujian dilakukan dengan mengukur pH


tipe krim dilakukan dengan masing-masing formula sediaan krim
memberikan reagen methylene blue tabir surya menggunakan alat pH
(Alakh dkk., 2011), lalu diamati di meter digital.
bawah mikroskop. Pengujian pH

Tabel 1. Susunan formula krim tabir surya


Bahan F(1) (%) F(a) (%) F(b) (%) F(ab) (%)
Benzofenon-3 2
Oktil metoksi-sinamat 7
Titanium dioksida 0,5 2 0,5 2
Asam glikolat 0,5 0,5 1 1
Setil alkohol 2
Asam stearat 14
Trietanolamin 1
Sorbitol 3
Tween 80 2
Simetikon 0,1
Akuades 67,9 66,4 67,4 65,9
Total 100 100 100 100

Pengujian homogenitas Pengujian SPF secara in vitro


dilakukan menggunakan gelas objek. dilakukan menggunakan sediaan
Sejumlah tertentu krim dioleskan krim tabir surya dengan konsentrasi
pada gelas objek dan kemudian 20 ppm. Larutan dalam kuvet tebal 1
diamati secara visual (Dhase dkk., cm diamati dengan
2014). Pengujian viskositas dilakukan spektrofotometer UV-Vis pada
menggunakan alat viscotester VT 04. panjang gelombang 290-400 nm
Pengujian daya sebar dilakukan dengan rentang pengamatan sebesar
menggunakan alat ekstensometer. 1 nm.
Hasil penyebaran yang didapat Pengujian % transmisi eritema
kemudian dicatat melalui 4 sisi. dilakukan menggunakan sediaan
Diameter krim yang diharapkan yaitu krim tabir surya dengan konsentrasi
5-7 cm (Garg dkk., 2002). 20 ppm dalam pelarut isopropanol.

63
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

Larutan dalam kuvet tebal 1 cm dan Bon, 1997). Overlay plot dan
diamati dengan spektrofotometer nilai desirability digunakan untuk
UV-Vis pada panjang gelombang mengetahui formula optimum yang
292,5-337,5 nm dengan rentang diusulkan.
pengamatan sebesar 5 nm (Petro,
1981). Hasil dan Pembahasan
Pengujian % transmisi Pengujian Organoleptis
pigmentasi dilakukan menggunakan Pengujian organoleptis
sediaan krim tabir surya dengan menunjukkan bahwa keempat formula
konsentrasi 20 ppm dalam pelarut memiliki karakteristik organoleptis
isopropanol. Larutan dalam kuvet bertekstur lembut, beraroma tidak
tebal 1 cm diamati dengan menyengat, dan warna putih. Krim tabir
spektrofotometer UV-Vis pada surya yang dihasilkan memiliki aroma
panjang gelombang 332,5-372,5 nm khas bahan aktif yang digunakan, yaitu
dengan rentang pengamatan sebesar oktil metoksisinamat. Hasil pembuatan
5 nm (Petro, 1981). krim tabir surya dilihat pada Gambar 1
Data hasil pengujian yang dan pengujian organoleptis krim tabir
diperoleh, digunakan untuk masing- surya dapat dilihat pada Tabel 2.
masing respon sehingga dapat
melengkapi persamaan umum Y = b0
+ b1XA + b2XB + b12XAXB (Bolton

Tabel 2. Karakteristik formula krim tabir surya (n=3)


Daya Viskositas
Formula Tekstur Aroma Warna Tipe krim pH
Sebar (cm) (dPa.s)
F(1) Lembut Tidak Putih minyak dalam 7,633 + 6,887 + 64,667 +
menyengat air (o/w) 0,503 0,00577 0,577
F(a) Lembut Tidak Putih minyak dalam 6,333 + 5,743 + 86,333 +
menyengat air (o/w) 0,451 0,00577 1,528
F(b) Lembut Tidak Putih minyak dalam 6,533 + 6,493 + 95,667 +
menyengat air (o/w) 0,252 0,00577 1,155
F(ab) Lembut Tidak Putih minyak dalam 6,667 + 5,663 + 69,667 +
menyengat air (o/w) 0,529 0,00577 1,155

64
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

F(0) F(a)

F(b) F(ab)

Gambar 1. Hasil pembuatan krim tabir surya.

Pengujian Tipe Krim bintik bahan penyusun formula krim


F(1), F(a), F(b), dan F(ab) tabir surya. Sediaan krim yang homogen
memiliki tipe krim sama, yaitu tipe mengindikasikan bahwa ketercampuran
minyak dalam air (o/w) sesuai dengan secara merata dari bahan-bahan krim
tipe emulsi yang diharapkan dari serta bahan aktif, sehingga tidak
sediaan krim tabir surya ini. Hasil didapati gumpalan ataupun butiran
pengujian tipe krim dapat dilihat pada kasar pada sediaan. Suatu sediaan krim
Tabel 2. harus homogen agar tidak
Pengujian Homogenitas menimbulkan iritasi dan terdistribusi
Pengujian homogenitas merata ketika digunakan. Hasil
menunjukkan keempat formula krim pengujian homogenitas dapat dilihat
tabir surya memberikan susunan yang pada Gambar 2.
homogen dan tidak terdapat bintik-

65
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

F(0) F(a)

F(b) F(ab)
Gambar 2. Hasil pengujian homogenitas.

Pengujian Daya Sebar UV. Hasil pengujian daya sebar dapat


Hasil pengujian daya sebar dilihat pada Tabel 2.
menunjukkan bahwa hanya F(a), F(b), Pengujian pH
dan F(ab) yang memiliki daya sebar Krim yang memiliki pH terlalu
yang memenuhi spesifikasi, yaitu antara basa dapat menyebabkan kulit kering
5-7 cm. Daya sebar suatu sediaan juga dan bersisik, sedangkan jika terlalu
berhubungan dengan kemudahan asam dapat menimbulkan iritasi
pengaplikasian pada kulit. Krim yang (Tranggano dan Latifah, 2007).
mudah tersebar merata pada kulit, Berdasarkan pengujian pH, didapatkan
maka dapat menutupi kulit secara bahwa urutan pH dari yang terbesar
menyeluruh, sehingga lebih efektif menuju terkecil adalah
dalam perlindungan kulit terhadap sinar F(1)>F(b)>F(a)>F(ab). Asam glikolat dan
titanium dioksida memberikan efek

66
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

menurunkan pH dengan nilai efek Asam glikolat mampu menurunkan


masing-masing sebesar 0,987 dan viskositas, karena asam glikolat dapat
0,237. Efek interaksi asam glikolat dan larut dalam air, sehingga dengan mudah
titanium dioksida dapat meningkatkan larut dalam sediaan yang dibuat.
pH dengan nilai efek sebesar 0,157. Interaksi keduanya juga menyebabkan
Asam glikolat memiliki nilai pH penurunan viskositas krim tabir surya,
berkisar 0,08-2,75 (tanpa dapar), karena diduga adanya interaksi antara
sehingga penambahan asam glikolat titanium dioksida dan asam glikolat.
menurunkan pH sediaan (Sharad, 2013). Hasil uji viskositas dapat dilihat pada
Semakin banyak penggunaan asam Tabel 2.
glikolat pada krim tabir surya, dapat Penentuan Nilai SPF In Vitro
menurunkan pH. Penurunan pH Berdasarkan penentuan nilai
tersebut dikarenakan semakin besar SPF in vitro, dapat diketahui bahwa F(1),

konsentrasi ion H+ dalam sistem. Hasil F(a), dan F(b) masuk ke dalam kategori

pengujian pH dapat dilihat pada Tabel perlindungan maksimal karena memiliki

2. nilai SPF antara 8-15, sedangkan F(ab)

Pengujian Viskositas termasuk kategori perlindungan ekstra

Berdasarkan pengujian karena memiliki nilai SPF antara 6-7

viskositas, didapatkan urutan viskositas (Harry, 1982). Titanium dioksida, asam

dari tertinggi menuju terendah adalah glikolat, dan interaksi keduanya

F(b)>F(a)>F(ab)>F(1). Titanium dioksida menurunkan SPF dengan nilai efek

meningkatkan viskositas krim tabir surya masing-masing sebesar 0,889; 0,928;

dengan nilai efek sebesar 7,167; asam dan 1,372. Hasil penentuan nilai SPF in

glikolat menurunkan viskositas dengan vitro dapat dilihat pada Tabel 3.

nilai efek sebesar 2,167; dan interaksi Penentuan Nilai % Transmisi Eritema

keduanya menyebabkan penurunan Berdasarkan penentuan nilai %

viskositas krim tabir surya dengan nilai transmisi eritema, dapat diketahui

efek sebesar 23,833. bahwa keempat formula krim tabir

Titanium dioksida mampu surya yang dibuat termasuk dalam

meningkatkan viskositas krim tabir kategori sunblock, karena memiliki nilai

surya, karena titanium dioksida praktis % transmisi eritema < 1% (Cumpelik,

tidak larut dalam sediaan yang dibuat. 1972). Titanium dioksida, asam glikolat,

67
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

dan interaksi keduanya meningkatkan % 0,00155; dan 0,000351. Hasil penentuan


transmisi eritema dengan nilai efek nilai % transmisi eritema dapat dilihat
masing-masing sebesar 0,000679; pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil penentuan aktivitas krim tabir surya in vitro (n=3)


Formula SPF In Vitro % Transmisi Eritema % Transmisi Pigmentasi
F(1) 8,164 + 0,203 0,00151 + 0,000422 12,396 +0,341
F(a) 8,608 + 0,223 0,00270 + 0,000159 11,568 +0,209
F(b) 8,646 + 0,267 0,00184 +0,000927 12,586 +0,655
F(ab) 6,347 + 0,112 0,00373+ 0,0000577 14,411+0,524

Penentuan Nilai % Transmisi Pigmentasi menggabungkan contour plot yang


Berdasarkan penentuan nilai % dihasilkan dari masing-masing respon
transmisi pigmentasi, dapat diketahui pH, viskositas, SPF, %TE, dan %TP
bahwa keempat formula krim tabir menjadi overlay plot. Berdasarkan hasil
surya yang dibuat termasuk dalam overlay plot pada Gambar 3, daerah
kategori sunblock, karena memiliki nilai berwarna kuning merupakan daerah
% transmisi pigmentasi pada rentang 3- penunjuk jumlah titanium dioksida dan
40% (Cumpelik, 1972). Titanium asam glikolat yang dapat memberikan
dioksida, asam glikolat, dan interaksi kriteria respon yang diinginkan.
keduanya meningkatkan % transmisi Didapatkan 11 formula yang
pigmentasi dengan nilai efek masing- diprediksikan dapat menghasilkan
masing sebesar 0,499; 1,517; dan 1,327. sediaan krim tabir surya dengan kriteria
Hasil penentuan nilai % transmisi yang diharapakan. Formula optimum
pigmentasi dapat dilihat pada Tabel 3. dengan nilai desirability tertinggi adalah
Penentuan Daerah Optimum formula dengan konsentrasi titanium
Dalam menentukan formula dioksida dan asam glikolat masing-
optimum dilakukan dengan masing sebesar 0,5% dan 1%.

68
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

B: Titanium dioksida

B: Asam glikolat

Gambar 3. Overlay plot daerah optimal.

Kesimpulan dPa.S; SPF sebesar 8,607; %TE sebesar


Berdasarkan hasil penelitian, 0,003; dan %TP sebesar 11,568.
titanium dioksida, asam glikolat, dan Perlu dilakukan uji stabilitas
interaksi keduanya memiliki pengaruh terhadap krim kombinasi benzofenon-3
terhadap nilai pH, viskositas, SPF, %TE, dan oktil metoksisinamat dengan
dan %TP. Komposisi optimum dari penambahan titanium dioksida dan
kombinasi titanium dioksida dan asam asam glikolat. Uji aktivitas in vivo perlu
glikolat yang dapat digunakan, masing- dilakukan untuk mengetahui nilai SPF in
masing sebesar 0,5% dan 1%, pada vivo, sehingga dapat dibandingkan
sediaan krim tabir surya kombinasi dengan hasil pengujian secara in vitro.
benzofenon-3 dan oktil metoksisinamat.
Formula optimum titanium dioksida dan Daftar Pustaka
asam glikolat menghasilkan respon pH Alakh, S., Jha, S., dan Dubey, S.D. 2011.
Formulation and evaluation of
sebesar 5,74; viskositas sebesar 86,33

69
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

curcuminoid based herbal face Pharmaceutical Technology North


cream. IGJPS, 1(1):77-84. America, 26(9):84-105.

Bolton, S. dan Bon, C. 1997. Harry, R.G. 1982. , ŒŒÇ[• }•u š] }o}PÇ.
Pharmaceutical Statistics: Edisi Ketujuh. London: Leonard
Practical and Clinical Aplication. Hill Book.
Edisi III. New York: Marcel Dekker,
Inc. Petro, A.J. 1981. Correlation of
spectrophotometric data with
BPOM RI. 2006. Keputusan Kepala sunscreen protection factor.
Badan Pengawas Obat dan International Journal of Cosmetic
Makanan Republik Indonesia Science, 3:185t196.
Nomor HK. 00.06.42.0255
Tentang Petunjuk Teknis Rosita, N. dan Purwanti, T. 2010.
Pengawasan Alpha Hydroxy Acid Sediaan tabir surya kombinasi
dalam Kosmetik. Jakarta: BPOM oksibenson dan oktil
RI. metoksisinamat dengan
penambahan asam glikolat.
Caswell, M. 2001. Sunscreen Majalah Ilmu Kefarmasian,
formulation and testing. Allured's 7(2):16t26.
Cosmetics and Toiletries,
116(9):49-60. Shaath, A.N. 1990. Sunscreen
Development, Evaluation, and
Cumpelik, B.M. 1972. Analitycal Regulatory Aspect: The Chemistry
procedures and evaluation of of Sunscreen. New York: Marcel
sunscreen. J. Soc. Cosmet. Chem., Dekker, Inc.
2:333-345.
Sharad, J. 2013. Glycolic acid peel
Dhase, A.S., Khadbadi, S.S., dan Saboo, therapy t a current review.
S.S. 2014. Formulation and Clinical, Cosmetic and
evaluation of vanishing cream of Investigational Dermatology,
crude drugs. American Journal of 6:281t288.
Ethnomedicine, 1(5):313-318.
Suhaidah, I. 2013. Optimasi komposisi
Draelos, Z.D. dan Thaman, L.A. 2006. kombinasi pH dan lama paparan
Cosmetic Formulation of Skin Care sinar UV terhadap efektifitas in
Products. New York: Taylor & vitro oktil metoksisinamat dalam
Francis Group. krim tabir surya. Skripsi.
Universitas Jember.
Fields, S.W. 2008. Sunscreens:
mechanisms of action, use, and Tranggano, R.I.S. dan Latifah, F. 2007.
excipients. IJPC, 6(1):4-5. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Garg, A., Anggarwal, D., Garg, S., Sigla, PT. Gramedia Pustaka Utama.
A.K. 2002. Spreading of semisolid
formulation: an update. Zulkarnain, A.K., Susanti, M., Lathifa,
A.N. 2013. The physical stability

70
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.15 No. 01 Juli 2018

of lotion O/W and W/O from irritation test on rabbit. Trad.


Phaleria macrocarpa fruit extract Med. J., 18(3):141-150.
as sunscreen and primary

71

Anda mungkin juga menyukai