net/publication/321826425
CITATIONS READS
0 3,731
3 authors, including:
Senadi Budiman
Universitas Jenderal Achmad Yani
14 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Senadi Budiman on 15 December 2017.
ABSTRAK
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Efektifitas dari suatu sediaan krim tabir surya dapat
ditunjukkan salah satunya adalah dengan nilai Sun Protection Factor (SPF), yang didefinisikan sebagai
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang
dilindungi oleh suatu tabir surya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar nilai sun
protection factor (SPF) dari tujuh produk krim pencerah wajah yang mengandung tabir surya yang
beredar dipasaran dan swalayan Di Kota Sukabumi. Absorbansi sampel diukur dengan metode
spektrofotometri UV-Vis, tiap 5 nm dari panjang gelombang 290 nm – 320 nm dan ekstraksi dilakukan
menggunakan tiga pelarut yang berbeda (etanol, etanol : kloroform 1:1, dan etanol : kloroform 1:3),
kemudian dianalisis dengan rumus persamaan Mansur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk
B (6,55), C (1,727), dan F (2,469), produk A memiliki nilai SPF yang hampir mendekati nilai SPF
labelnya, dan produk D, E dan G menghasilkan nilai SPF dibawah nilai SPF dari labelnya.
PENDAHULUAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah secara tradisional digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan sabagai emulsi
air dalam minyak atau minyak dalam air (Anonim, 1995).
Efektifitas dari suatu sediaan krim tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya adalah dengan
nilai sun protection factor (SPF), yang didefinisikan sebagai jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk
mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi
dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan
perlindungan. MED didefinisikan sebagai jangka waktu terendah atau dosis radiasi sinar UV yang
dibutuhkan untuk menyebabkan terja-dinya erythema. (Wood & Murphy, 2000)/ Penyinaran matahari
yang berlebihan menyebabkan jaringan epidermis kulit tidak cukup mampu melawan efek negatif
seperti kelainan kulit mulai dari dermatitis ringan sampai kanker kulit, sehingga diperlukan
perlindungan baik secara fisik dengan menutupi tubuh misalnya menggunakan payung, topi, atau jaket
dan secara kimia dengan menggunakan kosmetika tabir surya. (Wilkinson, 1982). Tabir surya dapat
menyerap sedikitnya 85% sinar matahari pada panjang gelombang 290-320 nm untuk UVB tetapi
dapat meneruskan sinar pada panjang gelombang lebih dari 320 nm untuk UVA (Suryanto, 2012).
9
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016
Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro. Metode
pengukuran nilai SPF secara in vitro secara umum terbagi dalam dua tipe. Tipe pertama adalah dengan
cara mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa
atau biomembran. Tipe yang kedua adalah dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya
menggunakan analisis secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji
(Gordon, 1993; Fourneron et al., 1999; Pissavini et al., 2003; Mansur et al., 1986).
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Pada penelitian analisis nilai kadar SPF dalam kosmetik krim pencerah wajah dilakukan uji
Spektrofotometri UV-Vis.
Populasi
Populasi yang digunakan adalah sampel krim pencerah wajah yang di dapat dari pasar
tradisional dan swalayan di Kota Sukabumi yaitu : Pasar Pelita, Pasar Jubleg, Pasar Gudang, Pasar
Gang peda, Pasar Sukaraja, Giant dan Super Indo
Prosedur Penelitian
Evaluasi Krim
Pengujian Organoleptis
Pengujian Tipe Krim.
Pengujian pH krim.
Pemeriksaan Daya Tercuci Krim
PembuatanLarutanBlanko
Larutan blanko digunakan etanol, etanol-kloroform (1:1) dan etanol-klorofom (1:3).
Prosedur Penelitian
1) Timbang 0,5 gram krim sebanyak 3 kali.
2) Sampel masing-masing dilarutkan dengan etanol, etanol : kloroform (1:1) dan etanol :
kloroform (1:3) sebanyak 50 mL hingga tanda batas.
3) Larutan di saring dengan kertas saring.
4) Larutan induk diambil 1 mL, masukkan ke dalam labu 50 mL.
5) Larutan dilarutkan dengan etanol, cetanol : kloroform (1:1) dan dengan etanol : kloroform
(1:3) hingga tanda batas.
6) Ukur serapannya dengan spektro-fotometer UV-Vis.
7) Pengukuran nilai SPF.
8) Uji aktivitas tabir surya
10
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016
Keterangan :
CF : Faktor koreksi (10)
Abs : Absorbansi sampel
EE : Efektifitas eritema yg disebabkan sinar UV pada nm
I : Intensitas sinar UV pada panjang gelombang nm.
Pada tabel 2 dapat diamati untuk uji organoleptik pada produk sampel A dan B memiliki bau,
tekstur dan warna yang bagus, sedangkan pada produk sampel C, D, E, F dan G memiliki bau yang
agak terlalu menyengat. Tekstur yang terlalu lengket tidak baik digunakan pada kulit.Untuk uji pH
pada produk sampel A dan B masih dalam rata-rata karena nilai pH yang dapat di tolerir oleh kulit
yaitu 4,2 sampai 6,5 (Wasitaatmadja, 1997), 5 sampai dengan 6,5 (Balsam & Sagarin, 1972).
Sedangkan produk sampel C, D, E, F dan G sudah melewati batas, karena jika krim memilikki pH
yang terlalu basa akan menyebabkan kulit bersisik, sedangkan jika pH terlalu asam maka akan
menimbulkan iritasi kulit.
11
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016
Pada produk sampel A dan B dibutuhkan 15 mL air untuk member-sihkan 1 gram krim, hal ini
menun-jukan bahwa sediaan krim mudah tercuci karena memilikki kandungan air yang tinggi.
Sedangkan pada produk sampel C, D, E, F dan G dibutuhkan sekitar 20 mL air untuk membersihkan
1 gram sediaan krim, hal ini menunjukan bahwa sediaan krim tidak terlalu mudah tercuci karena
memiliki kan-dungan air yang sedikit.
Pada tabel 4 sampel hanya menggunakan pelarut etanol, dari tabel dapat diamati hasil nilai SPF pada
sampel A mendekati nilai SPF pada label, kemudian pada sampel D, E dan G menunjukkan nilai SPF
yang tidak sesuai dengan label, dan pada produk sampel B, C dan F menunjukkan nilai SPF yang
belum diketahui yang hanya mencantumkan UV Protection saja pada label. Pada tabel 5 sampel
menggunakan campuran pelarut yaitu dengan etanol : Kloroform (1:1). Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah perbedaan kepolaran pada pelarut bisa mempengaruhi kelarutan zat aktif yang
terkan dung pada krim tabir surya, jika dibandingkan dengan pelarut etanol saja. Dari tabel dapat
diamati hasil nilai SPF pada produk sampel A, D, E dan G menunjukkan bahwa hasil lebih rendah dari
12
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016
nilai SPF yang tertera pada label, dan pada produk sampel B, C dan F hasil menunjukkan adanya nilai
SPF yang tidak tercantum pada label, dan hasil dibawah rata-rata nilai SPF yang seharusnya.
Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Nilai SPF Dengan Etanol : Kloroform (1:1)
Tabel 6. Hasil Penetapan Kadar Nilai SPF Dengan Etanol : Kloroform (1:3)
SPF yang belum diketahui yang hanya mencantumkan UV Protection saja pada label. Pada
tabel 6 sampel menggunakan campuran pelarut etanol : kloroform (1:3), hal ini dilakukan karena
diharapkannya zat aktif tabir surya dapat terlarut karena kepolaran-nya yang berbeda-beda. Hasil dari
tabel dapat diamati hasil nilai SPF pada produk sampel A, D, E dan G menunjukan hasil dibawah dari
nilai SPF yang tercantum pada label, kemudian pada produk tabel B, C dan F menunjukkan hasil nilai
SPF yang hanya mencantumkan UV Protection saja pada label dan hasil menunjukan dibawah rata-
rata nilai SPF yang sesuai dengan persyaratan.
Tujuh produk tabir surya yang ada di pasaran di evaluasi nilai SPFnya dengan spektrofotometri
UV-Vis dengan menerapkan persamaan Mansur (Mansur et al.,1986). Tabir surya yang didapatkan
mempunyai nilai SPF 30 dan hanya UV Protection pada label. Ketidak sesuaian label dengan hasil
analisis bisa saja terjadi karena beberapa faktor yaitu bisa saja karena terjadi kesalahan dalam
pengenceran sehingga terjadi hasil yang tidak akurat.
Bahan aktif tabir surya yang ada pada ketujuh sampel tersebut memiliki gugus kromofor yaitu
ikatan rangkap terkonjugasi yang bertang-gung jawab dalam penyerapan sinar sehingga mampu
mengabsorbsi sinar UV khususnya UV B dan mencegah timbulnya efek merugikan pada kulit.
13
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016,
Hotel Grand Tjokro, Bandung, 3-4 Agustus 2016
Tabel 7. Hasil Analisis Perbandingan dari 7 Sampel Dengan Pelarut Etanol 96%, Kloroform dan Label
KESIMPULAN
Kadar nilai SPF yang didapat dari hasil analisis berkisar 19,59 sampai 1,212. Dari ketujuh
sampel yang diuji sampel A, D, E dan G mencantumkan nilai yang tidak sesuai dengan label,
sedangkan sampel B, C, dan F diketahui nilai SPF dari hasil analisis. Hanya beberapa sampel yang
memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan R.I.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Nomor
HK.03.1.23.08.11.07517 Ta-hun 2011 Tentang Persyaratan Tek-nis Bahan Kosmetika.
Amila Gadri, Sasanti Tarini Darijono, Rachmat Mauludin dan Maria Immaculata Iwo. Formulasi
Sediaan Tabir Surya dengan Bahan Aktif Nanopartikel Cangkang Telur Ayam Broiler. Sekolah
Farmasi Institut Teknologi Bandung, Bandung
Ade Novia Mokodompit, Hosea Jaya Edy, Weny Wiyono. Penentuan Nilai Sun Protective Factor
(SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit Alpukat. Program Studi Farmasi
FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Menado
Wiweka Adi Pratama dan A Karim Zulkarnain. Uji SPF In Vitro Dan Sifat Fisik Beberapa Produk
Tabir Surya Yang Beredar Di Pasaran. Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta
Beny Suryanto dan Sri Hidayati Syarief. Uji Aktivitas Tabir Surya Paduan Oktil P-Metoksi Sinamat
(OPMS) – Nanopartikel Emas Sebagai Bahan Kosmetik. Jurusan Kimia FMIPA, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya.
Lidya Ameliana, Lusia Oktora R.K.S, dan Zulniar Mahanani. Optimasi Kompo-sisi Asam Laktat Dan
Zink Oksida Dalam Krim Tabir Surya Kombinasi Benzophenone-3 Dan Octyl Metho-
xycinnamate Dengan Desain Fakto-rial. Fakultas Farmasi Universitas Jember.
14