Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PRODUK KOSMETIKA

Nama : Hasnia Pratiwi


NIM : 182210101124
Kelas : A
Dosen : Apt. Lidya Ameliana S.Si, M.Farm.

I. Contoh-Contoh Produk Sunscreen, Bahan Aktif, dan Cara Kerjanya


a. Sun Protect & White Instant Aura Serum SPF50+ PA++++

Merupakan sunblock serum dengan tekstur yang ringan dan melembapkan


serta melindungi dari paparan sinar matahari. Komposisi produk antara lain adalah:
Aqua, Homosalate, Polymethylsilsesquioxane, Butyl Methoxydibenzoylmethane,
Ethylhexyl Salicylate, Octocrylene, Dimethicone, Glycerin, Phenylbenzimidazole
Sulfonic Acid, Cyclomethicone, Alcohol Denat., Behenyl Alcohol, Cetearyl
Alcohol, Phenoxyethanol, Dimethicone Crosspolymer, Sodium Hydroxide, CI
77891, Ethylparaben, Methylparaben, Sodium Stearoyl Glutamate, Trisodium
EDTA, Acrylates/C10-30 Alkyl Acrylate Crosspolymer, Tocopheryl Acetate,
Xanthan Gum, Mica, Sodium Chloride, Glycyrrhiza Glabra Root Extract, Glyceryl
Glucoside, CI 16035, CI 10316, CI 75470.
• Bahan aktif dan cara kerjanya
1. Butyl Methoxydibenzoylmethane/ Avobenzone (Chemical sunscreens/Uv
Absorber)
Avobenzone merupakan subtituen dibenzoylmethane yang
diaplikasikan untuk sediaan topikal sebagai tabir surya. Avobenzone
merupakan chemical sunscreen yang bekerja dengan menyerap sinar U.
Dibenzoylmethanes menyerap cahaya dalam rentang UV A (Sweetman, 2009).
Avobenzone memiliki absorbansi maksimum pada panjang gelombang 260 nm
(Jones dan Elizabeth, 2000). Konsentrasi pemakaian yang diijinkan adalah 2-
3%
2. Octocrylene (Chemical sunscreens/Uv Absorber)
Merupakan chemical sunscreen yang bekerja dengan menyerap sinar
UV Octocrylene penyerap UVB yang lemah. Fototoksik dan fotoalergiknya
rendah (Baumann, et al., 2009). Konsentrasi pemakaian yang diijinkan adalah
sampai dengan 5%
3. Phenylbenzimidazole Sulfonic Acid (Chemical sunscreens/Uv Absorber)
Merupakan chemical sunscreen yang bekerja dengan menyerap sinar
UV. Senyawa turunan alkil sinamat dalam tabir surya memiliki kemampuan
dalam menyerap sinar UV dikarenakan adanya ikatan konjugasi pada gugus
fungsi benzen dan gugus fungsi karbonil (Handayani dan Arty, 2009).
4. Ethylhexyl Salicylate (Chemical sunscreens/Uv Absorber)
Ester yang dibentuk oleh kondensasi asam salisilat dengan 2-
etilheksanol. Merupakan chemical sunscreen yang bekerja dengan menyerap
sinar UV. senyawa organik yang digunakan sebagai bahan tabir surya dan
kosmetik untuk menyerap sinar UVB (ultraviolet) dari matahari.
5. Homosalate (Chemical sunscreens/Uv Absorber)
Merupakan chemical sunscreen yang bekerja dengan menyerap sinar
UV penyerap UVB. Bagian asam salisilat dari molekul tersebut menyerap sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang dari 295 nm hingga 315 nm, melindungi
kulit dari kerusakan akibat sinar matahari (Rougier A., dkk.. 1986).
b. BB Lightening Cake Powder

Merupakan bedak padat SPF 15 PA++ mengandung oil-balancing beads


dan UV light filter agents. Komposisinya antara lain adalah: Talc, Titanium
Dioxide, Ethylhexyl Methoxycinnamate, Silica, Isopropyl Myristate, Nylon-12,
Octyldodecanol, Dipentaerythrityl Hexahydroxystearate/Hexastearate/
Hexarosinate, Zinc Oxide, PCA Dimethicone, Phenoxyethanol, Hydrogen
Dimethicone, HDI/Trimethylol Hexyllactone Crosspolymer, Dimethicone,
Polymethyl Methacrylate, Ethylhexylglycerin, Triethoxycaprylylsilane, Aluminum
Hydroxide, Glycyrrhiza Glabra (Licorice) Root Extract, Methicone, Silicon
Dioxide (Silica), Fragrance, Tocopheryl Acetate, Tocopherol. May Contain: CI
77491, CI 77492, CI 77499.
• Bahan aktif dan cara kerjanya
1. Zink Oxide (Physical blockers)
ZnO dapat digunakan sebagai physical blocker dan pelembut pada
sediaan tabir surya. Tabir surya yang mengandung ZnO memiliki nilai SPF
yang tinggi dan efektif memberikan perlindungan pada kulit dari radiasi
sinar UV-A dengan cara memantulkan sinar UV (Wardhani, 2006).
2. Ethylhexyl Methoxycinnamate (Chemical sunscreens/Uv Absorber)
Merupakan chemical sunscreen yang bekerja dengan menyerap sinar
UV. senyawa organik yang digunakan sebagai bahan tabir surya dan
kosmetik untuk menyerap sinar UVB (ultraviolet) dari matahari.
3. Titanium Dioxide (Physical blockers)
Merupakan zat aktif yang sudah dikenal luas berfungsi sebagai tabir
surya dengan mekanisme perlindungan fisik, yakni dengan mengeblok atau
memantulkan sinar ultraviolet (Pathak, 1982).
II. Metode Pengujian SPF In Vivo dan In Vitro dalam Sediaan Tabir
Surya
SPF adalah pengukuran kuantitatif dari efektivitas formulasi tabir surya.
Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung senyawa yang dapat menyerap,
menghamburkan atau memantulkan sinar matahari yang mengenai kulit sehingga
dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan
akibat sinar surya. Nilai SPF menunjukkan berapa kali perlindungan kulit seseorang
dilipat gandakan sehingga aman di bawah matahari tanpa mengalami eritema,
semakin tinggi nilai SPF suatu tabir surya, maka semakin baik pula aktivitas nya
(Anggara, R., 2015).
a. Pengujian SPF dengan Metode In Vivo
Pengujian SPF secara in vivo memerlukan biaya yang lebih mahal dan lebih
memakan waktu lama, tetapi pengujian ini memberikan hasil yang lebih reliable
dan akurat jika dibandingkan dengan metode in vitro. Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh Elcistia, R dan Zulkarnain, A. K pada tahun 2018 Uji aktivitas tabir
surya secara in vivo dilakukan dengan menentukan Sun Protection Factor (SPF)
terhadap sinar UV-B secara in vivo pada kelinci betina. Punggung kelinci dicukur
bulunya dan ditandai seluas 5x5 cm2 kemudian kelinci disensitisasi dengan senyawa
8-MOP yang diberikan secara per oral dengan dosis 10 mg/kgBB. Selanjutnya,
dilakukan penetuan Minimal Erythema Dose (MED) dengan menyinari punggung
kelinci tanpa perlakuan. Dua puluh empat jam setelah penyinaran, diamati eritema
yang timbul pada daerah yang disinari (Kim et al., 2010). Setelah mendapatkan
nilai MED, uji aktivitas tabir surya dilanjutkan dengan mengoleskan krim pada
pada punggung kelinci dengan dosis 2mg/cm2 (Osterwalder & Herzog, 2009). Nilai
SPF diperoleh dari perbandingan nilai MED pada kulit terlindungi tabir surya
dengan nilai MED pada kulit yang tidak terlindungi tabir surya (Sambandan &
Ratner, 2011). Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faurschou dan Wulf
membuktikan bahwa hasil nilai SPF menunjukkan SD yang tinggi ketika dosis 0,5;
1,0; dan 4,0 mg/cm2 diaplikasikan, sedangkan menghasilkan SD yang relative
rendah ketika 2,0 mg/cm2 diaplikasikan (Faurschou & Wulf, 2007).
Hasil pengujian SPF secara in vivo pada jurnal yang ditulis oleh Elcistia, R
dan Zulkarnain, A. K pada tahun 2019 didapatkan 3 data yaitu kelinci tanpa
perlakuan dan control negative yang punggungnya diinduksi 8-MOP sudah
mengalami eritema dengan waktu penyinaran selama 20 menit, sedangkan pada
kelinci yang diberi formulasi optimum sediaan krim o/w kombinasi oksibenzon dan
titanium dioksida dan juga punggungnya diinduksi 8-MOP menalami eritema
setelah 240 menit penyinaran. Dari data tersebut dapat diketahui nilai SPF sediaan
adalah 12.
MED pada kulit terlindungi tabir surya
SPF = MED pada kulit yang tidak terlindungi tabir surya
240 menit
SPF = 20 menit

SPF = 12
b. Pengujian SPF dengan Metode In Vitro
Pengujian aktivitas serapan sinar UV secara in vitro dapat dilakukan dengan
teknik spektroskopi UV yang diukur pada rentang panjang gelombang sinar UV
(200-400 nm). Pada jurnal yang ditulis oleh Yulianti dan kawah-kawan pada tahun
2015 dilakukanuji aktivitas tabir surya secara in vitro pada sediaan ekstrak dan
krim.
• Penentuan Nilai SPF Esktrak Temu Mangga
Ekstrak etanol temu manga diambil sebanyak 0,0125 g, 0,025 g, 0,0375 g
dan 0,05 g. Kemudian diencerkan dengan etanol 70% hingga 10 ml (1250 ppm,
2500 ppm, 3750 ppm, dan 5000 ppm). Spektrofotometer UV-vis dikalibrasi terlebih
dahulu menggunakan etanol 70% dan etanol 70% sebanyak 1 ml dimasukkan
kedalam kuvet. Dibuat kurva serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang
antara 290-320 nm, etanol 70% digunakan sebagai blanko. Kemudian tetapkan
serapan rata-ratanya (Ar) dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi masing-masing
konsentrasi krim dicatat dan kemudian nilai SPFnya dihitung.
• Penentuan Nilai SPF Krim
Krim ditimbang sebanyak 125 mg, 250 mg, 375 mg dan 500 mg. Masing-
masing krim dipindahkan kelabu ukur 100 ml kemudian diencerkan dengan etanol
70%. Selanjutnya, dilakukan ultrasonikasi selama 5 menit. Kemudian dilakukan
sentrifugasi selama 5 menit. Diukur nilai absorbansinya menggunakan alat
spektrofotometer. Spektrum absorbansi sampel dalam bentuk larutan diperoleh
padakisaran 290-320 nm, setiap interval 5 nm
Penentuan Nilai SPF sediaan krim menggunakan metode Mansur:

Keterangan:
EE : Erythemal effect spectrum
I : Solar intensity spectrum
Abs : Absorbance of sunscreen product
CF : Correction factor (= 10)
Cara perhitungan:
1. Nilai serapan yang diperoleh dikalikan dengan nilai EE x I untuk
masing–masing panjang gelombang.
2. Hasil perkalian serapan dan EE x I dijumlahkan.
3. Hasil penjumlahan kemudian dikalikan dengan faktor koreksi yang
nilainya 10 untuk mendapatkan nilai SPF sediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, R. 2015. Aktivitas Antioksidan Dan Tabir Surya Fraksi n-Butanol Kulit
Bangkal (Nauclea subdita) Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjar Baru.
Baumann, L. & Sanghari, S. 2009. Cosmetic Dermatology Principles and Practice:
Skin Pigmentation and Pigmentation Disorder-Camouflage Cosmetic.
Second Edition. New York.
Elcistia, R. dan Zulkarnain, A. K. 2018. Optimasi Formula Sediaan Krim o/w
Kombinasi Oksibenzon dan Titanium Dioksida Serta Uji Aktivitas Tabir
Suryanya Secara In Vivo, Majalah Farmaseutik. (14)2: 63-78 ISSN-p:
1410-590x ISSN-e: 2614-0063
Faurschou, A. & Wulf, H. 2007. The Relation Between Sun Protection Factor and
Amount of Sunscreen Applied In Vivo, British Journal of Dermatology.156,
716-719.
Handayani, S. & Arty, I.S. 2009. Shynthesis and activity test of some compounds
1,5-diphenyl-1,4-pentadiene-3-one as potential sunscreen material.
Semarang: Proceeding Book ISSTEC.
Jones & Elizabeth, A. 2000. A Spectroscopic Study of Sunscreen. Durham: Durham
University.
Kim, S. M. et al. 2010. The Relation Between the Amount of Sunscreen Applied
and the Sun Protection Factor in Asian Skin, Journal of the American
Academy Dermatology. 62(2), 218-222.
Osterwalder, U. & Herzog, B. 2009. Sun Protection Factor: World Wide Confusion,
British Journal of Dermatology. 161 (3), 13-24. Rosita, M. R. E.,
Murrukmihadi,
Pathak, M.A., 1982, Sunscreens: Topical and Systemic Approaches for Protection
of Human Skin Against Harmful Effects of Solar Radiation,J Am Acad
Dermatol, 7, 285-312 cit Lee, A., Kaplan, M.D., 1992, Suntan, Sunburn, and
Sun Protection, Journal of Wildernes Medicine. 3, 174-175, 179.
Rougier A, Dupuis D, Lotte C, Roguet R, Wester RC, Maibach HI .1986. Regional
variation in percutaneous absorption in man: measurement by the stripping
method. Arch. Dermatol. Res. 278 (6): 465–469.
Sambandan, D. R. & Ratner, D. 2011. Sunscreens: An Overview and Update,
Journal of the American Academy of Dermatology. 64, 748-758.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth
Edition. New York: Pharmaceutical Press.
Wardhani, L. P. 2006. Pengaruh ZnO Terhadap Efektivitas In Vitro dan
Aseptibilitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan Oktildimetil
PABA (3:3% b/b) dalam Basis Vanishing Cream. Skripsi. Surabaya:
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Yulianti, E., Adelsa, A., dan Putri, A. 2015. Penentuan nilai SPF (Sun Protection
Factor) Ekstrak Etanol 70% Temu Mangga (Curcuma mangga) dan Krim
Ekstrak Etanol 70% Temu Mangga (Curcuma mangga) secara In Vitro
Menggunakan Metode Spektrofotometri, Majalah Kesehatan FKUB.
Volume 2. Nomer 1.
Majalah Farmaseutik Vol. 14 No. 2: 63-78
ISSN-p : 1410-590x
ISSN-e : 2614-0063

Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi


Oksibenzon dan Titanium Dioksida Serta Uji Aktivitas Tabir
Suryanya Secara In Vivo

Formula Optimization of o/w Cream Combination Oxybenzone and Titanium


Dioxide and Its In Vivo Activity Testing

Ribka Elcistia, Abdul Karim Zulkarnain*


Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Corresponding author: Abdul Karim Zulkarnain: Email: akarimzk08@gmail.com

ABSTRAK
Efek buruk dari sinar matahari dapat dikurangi dengan penggunaan tabir surya.
Optimasi emulgator trietanolamin (TEA) stearat dan setil alkohol pada krim tabir surya
kombinasi oksibenzon dan titanium dioksida diharapkan menghasilkan formula optimum
krim dengan stabilitas fisik yang baik. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui proporsi TEA
stearat dan setil alkohol formula optimum dan nilai SPF krim o/w kombinasi oksibenzon
dan titanium dioksida. Penetapan formula optimum dilakukan pada data uji sifat fisik krim
menggunakan metode Simplex Lattice Design design software Design Expert version 9.0.4.
Uji one sample t-test dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai antara formula optimum
yang dihasilkan software Design Expert version 9.0.4 dengan hasil percobaan. Perbandingan
sifat fisik formula optimum krim o/w kombinasi oksibenzon dan titanium oksida selama
penyimpanan 4 minggu dianalisis menggunakan uji ANOVA. Pengujian nilai SPF secara in
vivo dilakukan pada kelinci betina galur New Zealand White terinduksi senyawa 8-
metoksiprosalen. Hasil penelitian menunjukkan proporsi TEA stearat dan setil alkohol yang
menghasilkan formula optimum krim o/w kombinasi oksibenzon dan titanium dioksida
adalah 8.93% dan 2.07%. Sifat fisik viskositas dan daya lekat tidak berbeda signifikan,
sedangkan daya sebar berbeda signifikan selama penyimpanan 4 minggu. Pengujian
aktivitas tabir surya secara in vivo krim o/w kombinasi oksibenzon dan titanium dioksida
menghasilkan nilai SPF 12.

Kata kunci: oksibenzon, titanium dioksida, tabir surya, in vivo

ABSTRACT
The downside effects from sunlight exposure can be reduced by using sunscreen.
Emulsifier optimization of triethanolamine (TEA) stearate and cetyl alcohol in sunscreen
cream containing combination of oxybenzone and titanium dioxide is expected to produce
the desired cream optimum formula with good physical stability. This study aimed to
determine the optimum TEA sterate and cetyl alcohol proportion and figure out the SPF
value of o/w cream containing combination of oxybenzone and titanium dioxide. The
optimum formula was obtained based on cream physical characteristics testing with
Simplex Lattice Design method using software Design Expert version 9.0.4. One sample t-
test was used to determine the difference of optimum formula value between research and
software Design Expert version 9.0.4 analysis. The comparison between optimum formula
o/w cream combination oxybenzone and titanium dioxide during 4 weeks storage was
analyzed using ANOVA test. The SPF value testing through in vivo was conducted against
female rabbits strain New Zealand White induced by 8-methoxyprosalen. The result

MF Vol 14 No 2, 2018 63
Abdul Karim Zulkarnain

showed that proportion TEA stearate and cetyl alcohol which produced the optimum
formula of o/w cream combination oxybenzone and titanium dioxide were 8.93% and
2.07%. The viscosity and adhesiveness were not siginifically different, while cream
spreadability was significally different during 4 weeks storage. Testing activity in vivo
sunscreen cream o / w combination of oxybenzone and titanium dioxide produced SPF 12.

Keyword: oxybenzone, titanium dioxide, sunscreen, in vivo

PENDAHULUAN diizinkan oleh undang-undang yang mampu


Sinar matahari terdiri dari panjang memberikan perlindungan yang memadai
gelombang mulai dari sinar ultraviolet (UV) terhadap UV (Diaz-Cruz et al., 2008).
hingga sinar tampak (Hansol et al., 2006). Salah satu senyawa yang banyak
Jumlah sinar UV yang terkandung dalam digunakan dalam sediaan tabir surya di
total radiasi matahari adalah sekitar 10%. pasaran adalah oksibenzon (Correa et al.,
Sinar UV dibagi menjadi tiga kategori 2012). Oksibenzon merupakan agen tabir
berdasarkan panjang gelombangnya, yaitu surya kimia yang memiliki kemampuan
U V-C (270-290 nm), UV-B (290-320 nm), absorbsi terhadap UV-A dan UV-B,
dan UV-A (320-400 nm). UV-C diserap oleh walaupun absorbsi pada UV-A nya cukup
lapisan ozon, sedangkan UV-B dan UV-A lemah (Baughman et al., 2009). Pada
dapat mencapai permukaan bumi penelitian ini akan dikombinasikan agen
(Amnuaikit & Boonme, 2015). tabir surya kimia yaitu oksibenzon 6% dan
Dampak positif dari sinar UV antara agen tabir surya fisik yaitu titanium
lain kehangatan, cahaya, dan sintesis dioksida 5% dengan harapan menghasilkan
vitamin D pada kulit (Holick et al., 1980). nilai SPF yang lebih tinggi daripada
Dampak negatif sinar UV antara lain penggunaan oksibenzon secara tunggal.
menyebabkan sunburn yang ditandai Berdasarkan Kim dan Choi (2014),
dengan gejala iritasi ringan hingga inflamasi oksibenzon memiliki sifat lipofilik.
akut. Radiasi sinar UV yang berlebihan akan Pembuatan formula krim oksibenzon dan
menghancurkan vitamin D pada lemak kulit titanium dioksida dengan tipe emulsi oil in
sehingga mengubahnya menjadi toxic water (o/w) dalam penelitian ini akan
steroid dan mengakibatkan degenerasi dibuat oksibenzon berada dalam fase dalam
jaringan ikat kulit dan munculnya kerutan yaitu minyak, sehingga stabilitas senyawa
(Jellinek, 1970); faktor risiko penyakit mata terlindungi oleh fase luar. Selain itu,
(Sliney, 2001); serta menurunkan kelebihan krim tipe o/w antara lain tidak
kekebalan tubuh (Norval, 2006). Efek lengket dan mudah dicuci dengan air
jangka panjang paparan radiasi UV yang (Ansel, 2005). Emulgator untuk
berlebihan mampu memicu terjadinya mencampurkan fase minyak dan fase air.
kanker kulit (Hussein, 2005). Emulgator yang digunakan adalah
Salah satu cara untuk melindungi trietanolamin (TEA) stearat. Asam stearat
kulit dari paparan sinar matahari adalah bereaksi dengan TEA secara insitu
dengan menggunakan sediaan tabir surya menghasilkan suatu garam, yaitu TEA
(Benson, 2007). Berdasarkan metode stearat yang berfungsi sebagai emulgator
proteksinya, tabir surya terbagi menjadi untuk tipe emulsi tipe m/a (Aulton, 2002).
tabir surya kimia dan fisik (Draelos & Optimasi digunakan untuk
Thaman, 2006). Tabir surya kimia memperkirakan jawaban dari suatu fungsi
umumnya digunakan dalam kombinasi variabel-variabel respon yang dihasilkan
karena tidak ada agen aktif tunggal sesuai dari rancangan percobaan yang dilakukan
dengan level konsentrasi yang saat ini sehingga menghasilkan formula optimum.

64 MF Vol 14 No 2, 2018
Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi Oksibenzon

Tabel I. Formula Krim o/w Kombinasi Oksibenzon dan Titanium Dioksida dengan Variasi
TEA. Stearat dan Setil Alkohol
Bahan (%) F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Oksibenzon 6 6 6 6 6 6 6 6
Titanium Dioksida 5 5 5 5 5 5 5 5
Dimethicone 4 4 4 4 4 4 4 4
Mineral Oil 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2 2,2
Asam Stearat 6,25 6,88 7,5 5 5 6,25 7,5 5,63
TEA 1,25 1,38 1,5 1 1 1,25 1,5 1,13
Setil Alkohol 3,5 2,75 2 5 5 3,5 2 4,25
Gliserin 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8
Metilparaben 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Akuades 69,8 69,8 69,8 69,8 69,8 69,8 69,8 69,8

Simplex lattice design merupakan suatu (farmasetis), TEA (farmasetis), setil alkohol
metode yang dapat digunakan untuk (farmasetis), gliserin (farmasetis),
menentukan proporsi relatif bahan-bahan metilparaben (farmasetis), dan akuades.
yang digunakan dalam suatu formula Bahan lain yaitu etanol 95%P, 8 –
sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan Metoksiprosalen (Sigma-Aldrich.
formula yang paling baik sesuai dengan Neraca analitik (AdventurerTM,
kriteria yang ditentukan (Kurniawan & Ohaus), stirer, cawan porselen, alat-alat
Sulaiman, 2009). Optimasi formula krim gelas, pipet tetes, waterbath (Memmert®),
o/w kombinasi oksibenzon dan titanium dan pot krim. Alat untuk uji stabilitas krim
dioksida menggunakan metode Simplex adalah stopwatch (ALBA Digital Stopwatch),
Lattice Design menggunakan software alat uji daya sebar (Lab. Teknologi Farmasi,
Design Expert version 9.0.4 pada program Fakultas Farmasi UGM), alat uji daya lekat
mixture design dengan komponen variasi (Lab. Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi
TEA stearat dan setil alkohol sehingga UGM), viskotester VT-04E (RION Co. Ltd,
diharapkan menghasilkan stabilitas fisik Jepang), conical, oven, kulkas, kertas
krim yang baik selama penyimpanan. indikator pH (MERCK®, Jerman), pencukur
Pengujian SPF secara in vivo bulu, lampu UV Mineralight.
walaupun lebih mahal dan memakan waktu,
namun memberikan hasil yang lebih Pembuatan krim
reliable dan akurat dibanding metode in Semua bahan ditimbang terlebih
vitro. Oleh sebab itu, nilai SPF formula dahulu. Pertama-tama, dibuat bagian
optimum krim o/w kombinasi oksibenzon minyak dengan cara melelehkan
dan titanium dioksida pada penelitian ini dimethicone, mineral oil, asam stearat, dan
akan ditentukan dengan metode in vivo setil alkohol, dalam cawan porselen (a)
menggunakan hewan uji kelinci betina yang kemudian dipanaskan di atas
galur New Zealand White terinduksi penangas air sambil diaduk hingga suhu
senyawa 8-metoksiprosalen. kurang lebih 75°C. Pada cawan porselen
yang lain, dibuat bagian air dengan
METODOLOGI mencampurkan TEA, gliserin, dan metil
Bahan dan Alat paraben kemudian ditambah sebagian
Oksibenzon (Merck) dan titanium akuades dan dipanaskan di atas penangas
dioksida. Bahan untuk pembuatan krim air hingga suhu 75°C (b). Selanjutnya
o/w adalah dimethicone (farmasetis), campuran (a) dimasukkan ke dalam gelas
mineral oil (farmasetis), asam stearat beker lalu ditambahkan oksibenzon.

MF Vol 14 No 2, 2018 65
Abdul Karim Zulkarnain

Setelah tercampur, ditambahkan campuran bertujuan untuk mengetahui apakah


(b) secara perlahan sambil dilakukan prediksi yang dihasilkan oleh software
pengadukan konstan sampai homogen dan Design Expert version 9.0.4 menghasilkan
terbentuk korpus emulsi oleh alat data yang berbeda signifikan atau tidak
pendispersi. Setelah terbentuk korpus terhadap krim hasil percobaan.
emulsi minyak dalam air, titanium dioksida
dimasukkan ke dalam campuran. Campuran Penentuan stabilitas fisik formula
diaduk menggunakan stirer berkecepatan optimum krim o/w kombinasi
250 rpm selama 25 menit hingga homogen. oksibenzon dan titanium dioksida
Pengujian stabilitas fisik formula
Pengujian sifat fisik krim optimum krim o/w kombinasi oksibenzon
Pengujian sifat fisik 8 formula hasil dan titanium dioksida meliputi viskositas,
optimasi software Design Expert version daya sebar, daya lekat, pH, tipe emulsi, dan
9.0.4 krim o/w kombinasi oksibenzon dan cycling test selama 4 minggu penyimpanan.
titanium dioksida meliputi organoleptis,
homogenitas, viskositas, daya sebar, daya Uji viskositas
lekat, pH, dan tipe emulsi. Viskositas krim ditetapkan dengan
viscotester VT-04E (Rion Co, Ltd), rotor no
Penentuan formula optimum krim o/w 1. Pengukuran dilakukan dengan cara
kombinasi oksibenzon dan titanium sediaan dimasukkan dalam wadah,
dioksida kemudian dipasang pada portable
Penentuan formula optimum viscotester. Nilai viskositas diketahui
dilakukan dengan cara mengolah data hasil dengan mengamati gerakan jarum
pengujian sifat fisik krim o/w kombinasi penunjuk hingga stabil dan menunjukkan
oksibenzon dan titanium dioksida hasil angka tertentu (Marchaban et al., 2016).
percobaan dengan menggunakan software
Design Expert version 9.0.4. Parameter fisik Uji daya sebar
yang digunakan yaitu viskositas, daya Setengah gram krim diletakkan di
sebar, dan daya lekat. Target respon dan tengah-tengah kaca bulat. Kemudian
derajat kepentingan disesuaikan untuk ditutup dengan kaca lain yang telah
memperoleh kombinasi TEA-Stearat dan ditimbang terlebih dahulu dan dibiarkan 1
setil alkohol yang optimal. menit. Krim yang menyebar diukur
diameternya dengan mengambil panjang
Verifikasi formula optimum krim o/w rata-rata diameter dari beberapa sisi. Di
kombinasi oksibenzon dan titanium atasnya ditambahkan beban 50 gram,
dioksida dibiarkan 1 menit dan diukur diameter
Formula optimum yang dimunculkan sebarnya. Diteruskan penambahan beban
oleh software Design Expert version 9.0.4 tiap kali sebesar 50 gram hingga 250 gram,
diformulasikan menjadi sediaan krim setelah 1 menit diukur hingga diperoleh
dengan metode yang sama dengan delapan diameter yang cukup untuk melihat
formula sebelumnya. Krim formula pengaruh beban terhadap perubahan
optimum kemudian diuji sifat fisiknya pada diameter sebar krim (Voigt, 1984).
minggu ke-0 dan dibandingkan dengan nilai
prediksi sifat fisik dari software Design Uji daya lekat
Expert version 9.0.4. Parameter sifat fisik Seratus miligram krim diletakkan di
yang digunakan meliputi viskositas, daya antara dua obyek glass yang telah
sebar, dan daya lekat. Analisis statistik ditentukan luasnya (2x2,5 cm). Di atasnya,
untuk verifikasi menggunakan one sample t- ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit.
test dengan taraf kepercayaan 95% yang Kemudian, obyek glass dipasang pada alat

66 MF Vol 14 No 2, 2018
Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi Oksibenzon

tes, beban 21 gram dilepaskan dan dicatat Erythema Dose (MED) dengan menyinari
waktu hingga kedua obyek glass tersebut punggung kelinci tanpa perlakuan. Dua
terlepas (Marchaban et al., 2016). puluh empat jam setelah penyinaran,
diamati eritema yang timbul pada daerah
Uji pH yang disinari (Kim et al., 2010) . Setelah
Pengukuran pH sediaan krim mendapatkan nilai MED, uji aktivitas tabir
dilakukan dengan menggunakan kertas surya dilanjutkan dengan mengoleskan
indikator pH, yaitu dengan cara kertas krim pada pada punggung kelinci dengan
indikator pH dicelupkan ke dalam sediaan dosis 2mg/cm2 (Osterwalder & Herzog,
krim, diamkan sebentar. Selanjutnya kertas 2009). Nilai SPF diperoleh dari
indikator pH yang telah dicelupkan perbandingan nilai MED pada kulit
disesuaikan dengan skala warna pada terlindungi tabir surya dengan nilai MED
indikator dan amati skala yang terbaca. pada kulit yang tidak terlindungi tabir surya
(Sambandan & Ratner, 2011).
Uji tipe emulsi
Metode yang digunakan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengamati tipe emulsi adalah metode Sifat Fisik Krim o/w Kombinasi
pengenceran, yaitu dengan melarutkan Oksibenzon-Titanium Dioksida
krim dalam air dan minyak (Voigt, 1984). Organoleptis
Jika krim dapat larut dalam air, maka krim Membuat formulasi sediaan topikal
tersebut merupakan krim o/w. Sebaliknya, tidak hanya dengan optimasi penghantaran
jika krim larut dalam minyak, maka krim zat aktif tetapi juga harus memenuhi
tersebut merupakan krim w/o. persyaratan stabilitas fisika dan kimia,
tidak toksik, dan estetika (Smith et al.,
Cycling test 2000). Pengujian organoleptis merupakan
Metode cycling test dilakukan dengan pengamatan secara kualitatif meliputi
cara sediaan disimpan pada 2 suhu yang konsistensi, warna, tekstur, dan bau
berbeda dalam 6 siklus. Sediaan krim terhadap sediaan krim o/w kombinasi
dimasukkan ke dalam conical lalu disimpan oksibenzon dan titanium dioksida yang
dalam kulkas pada suhu 4°C ± 2°C selama dihasilkan. Hasil pengamatan organoleptis
24 jam lalu dipindahkan ke dalam oven terhadap 8 formula krim o/w kombinasi
bersuhu 45°C ± 2°C selama 24 jam. Waktu oksibenzon dan titanium dioksida yang
penyimpanan dua suhu tersebut dalam 2 dihasilkan menunjukkan karakteristik yang
hari dianggap 1 siklus. Dilakukan hampir sama yaitu konsistensi kental,
pengamatan secara kualitatif terjadinya warna putih, tekstur lembut, serta bau khas.
pemisahan pada tabung conical. Serbuk oksibenzon berwarna kuning muda,
Pengamatan dilakukan selama 6 siklus. sedangkan serbuk titanium dioksida
(Lachman et al., 1994). berwarna putih. Hasil krim kombinasi
oksibenzon dan titanium dioksida
Uji aktivitas tabir surya secara in vivo berwarna putih disebabkan oleh titanium
Uji aktivitas dilakukan dengan dioksida yang berwarna putih dan bersifat
menentukan Sun Protection Factor (SPF) opak. Titanium dioksida memberikan
terhadap sinar UV-B secara in vivo yang perlindungan UVB yang baik dan memiliki
dilakukan pada kelinci betina. Punggung intensitas warna putih yang pekat.
kelinci dicukur bulunya dan ditandai seluas Viskositas, merupakan salah satu
5x5 cm2 kemudian kelinci disensitisasi respon optimasi yang penting untuk
dengan senyawa 8-MOP yang diberikan karakter emulsi yang berbasis krim.
secara per oral dengan dosis 10 mg/kgBB. Viskositas merupakan parameter yang
Selanjutnya, dilakukan penetuan Minimal menggambarkan tentang besarnya tahanan

MF Vol 14 No 2, 2018 67
Abdul Karim Zulkarnain

suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar Daya sebar, sediaan krim merupakan
tahanannya, maka viskositas juga akan sediaan topikal yang diaplikasikan dengan
semakin besar (Sinko, 2006). Krim dengan cara dioleskan. Daya sebar merupakan
viskositas yang terlalu tinggi maka akan bagian dari psikoreologi yang dapat
sulit dituang ke dalam wadah, sedangkan dijadikan sebagai parameter aseptabilitas
krim dengan viskositas yang terlalu rendah (Martin et al., 1993). Daya sebar yang
menghasilkan krim yang encer dan mudah optimum akan memudahkan krim
menetes saat diaplikasikan sehingga tidak menyebar saat dioleskan pada permukaan
tinggal seluruhnya pada permukaan kulit kulit tanpa perlu tekanan yang besar. Pada
(Ningrum, 2011). Oleh sebab itu, viskositas umumnya daya sebar memiliki kaitan
krim yang optimum diperlukan agar dengan viskositas. Apabila viskositas
diperoleh krim yang nyaman untuk rendah, maka daya sebar krim akan
digunakan. semakin besar karena krim akan semakin
Viskositas krim diukur menggunakan mudah mengalir dan menyebar pada
viskotester VT-04 (Rion Co, Ltd). Rotor permukaan kulit.
bernomor 1 digunakan untuk mengukur Data hasil pengujian daya sebar dari 8
sediaan dengan viskositas antara 3-150 formula yang dihasilkan menunjukkan krim
dPas, sedangkan rotor nomor 2 untuk yang memiliki daya sebar paling besar
mengukur sediaan dengan viskositas 100- adalah F3 yaitu luas daya sebarnya 42,06 ±
4000 dPas. Viskositas krim diukur satu hari 2,90 cm2 , sedangkan krim dengan daya
setelah pembuatan krim untuk menunggu sebar paling kecil adalah F1 yaitu luas daya
stabilnya pembentukan emulsi dan sebarnya 27,11 ± 1,39 cm2. Viskositas
memberi waktu emulgator untuk terendah ditunjukkan oleh F3. F3
bercampur sempurna. Menurut mengandung konsentrasi setil alkhol
(Langenbucher dan Lange 2007), viskositas terendah sehingga menghasilkan sediaan
yang dapat diterima untuk sediaan krim dengan viskositas terendah sehingga
semisolid yang menbutuhkan pemencetan menghasilkan daya sebar terbesar.
dari tube adalah 50-1000 dPas dengan nilai Daya lekat, krim berkaitan dengan
optimumnya 200 dPas. Delapan formula seberapa lama kemampuan krim melekat
krim yang dihasilkan menunjukkan pada kulit. Krim tabir surya harus memiliki
viskositas yang bervariasi dan masuk ke daya lekat yang optimum agar efektif dalam
dalam rentang viskositas yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar
diterima. Viskositas krim yang paling matahari namun tetap mudah dihilangkan
rendah adalah F3 yaitu 120 ± 4,59 dPas, dengan pencucian menggunakan air. Krim
sedangkan viskositas krim yang paling yang terlalu lengket akan tidak nyaman
tinggi adalah F8 yaitu 190 ± 2,11 dPas. F3 digunakan dan mudah mengabsorpsi debu,
mengandung konsentrasi setil alkohol sedangkan krim yang tidak lengket
terendah sehingga viskositasnya paling memiliki daya proteksi yang singkat
kecil. Hal ini disebabkan, setil alkohol dapat sehingga perlu pengulangan pengaplikasian
meningkatkan stabilitas krim o/w dengan krim. Data hasil pengujian daya lekat dari 8
mekanisme meningkatkan konsistensi krim formula menunjukkan krim yang memiliki
dengan adanya emulgator yang larut air daya lekat paling besar adalah F8,
(Rowe, 2005). TEA merupakan emulgator sedangkan krim yang memiliki daya lekat
yang larut air karena memiliki gugus yang paling kecil adalah F7. F7 memiliki daya
polar, sehingga berinteraksi dengan setil lekat paling rendah sebab sama halnya
alkohol untuk meningkatkan seperti F3, setil alkohol yang terkandung
viskositaskrim. paling sedikit. Konsistensi krim F7 dan F3

68 MF Vol 14 No 2, 2018
Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi Oksibenzon

agak encer, ditunjukkan oleh nilai pengenceran, sehingga dapat digunakan


viskositas yang rendah sehingga daya sebagai penanda tipe emulsi (Voigt, 1984).
lekatnya pun paling kecil. Emulgator yang digunakan yaitu TEA
Pengujian pH bertujuan untuk Stearat merupakan emulgator yang larut
mengevaluasi keamanan krim yang dalam air. Banchroft rule menyatakan fase
dihasilkan sehingga tidak mengiritasi kulit. dimana emulgator larut adalah fase
Sediaan krim yang dihasilkan sebaiknya eksternal (Myers, 2006). Oleh sebab itu,
memiliki pH yang mendekati pH normal terbukti bahwa krim yang dihasilkan
kulit, yaitu 4,5-6,5 (Draelos & Thaman, memiliki tipe emulsi oil in water (o/w) atau
2006). pH krim yang terlalu asam dapat minyak dalam air (m/a).
menyebabkan iritasi pada kulit, sedangkan
pH krim yang terlalu basa dapat Penentuan Formula Optimum Krim o/w
menyebabkan kulit bersisik. Penggunaan Oksibenzon -Titanium Dioksida
emolien silikon, dalam formula ini yaitu Berdasarkan hasil analistik statistik
dimethicone, dapat mengurangi efek kulit SLD, ketiga respon sifat fisik krim o/w
kering akibat titanium dioksida atau zink oksibenzon dan titanium dioksida yaitu
oksida (Draelos & Thaman, 2006). viskositas, daya sebar, dan daya lekat
Kedelapan formula yang dihasilkan masuk memiliki model yang siginifikan dan lack of
ke dalam rentang pH fisiologis kulit fit yang tidak signifikan. Oleh sebab itu,
sehingga aman untuk digunakan. Rata-rata ketiga respon dapat digunakan sebagai
sediaan krim o/w kombinasi oksibenzon parameter penentu formula optimum.
dan titanium dioksida menghasilkan pH 6, Penetapan goal dilakukan berdasarkan nilai
kecuali F3 dan F7 yang menghasilkan pH 7. respon yang diharapkan. Goal untuk respon
Asam stearat dan TEA membentuk garam viskositas yaitu in range, daya sebar yaitu
TEA Stearat dengan reaksi netralisasi. maximize, sedangkan daya lekat yaitu
Jumlah TEA yang ditambahkan minimize. Derajat kepentingan yang
mempengaruhi pH produk yang dihasilkan digunakan adalah default (+++). Nilai
(Swarbick & Boylan, 1996). Konsentrasi desirability yang dipilih adalah nilai
TEA yang digunakan pada F3 dan F7 paling tertinggi yaitu 0,975 dengan proporsi
tinggi dibanding formula lain yaitu TEA.Stearat dan setil alkohol 8.93% dan
mencapai 1,5%. TEA merupakan basa kuat, 2.07%. Software Design Expert version 9.0.4
sehingga dengan adanya konsentrasi TEA memprediksikan nilai respon viskositas
yang tinggi akan menyebabkan proses formula optimum sebesar 123,91 dPas;
netralisasi semakin cepat terjadi daya sebar sebesar 40,21 cm2; dan daya
menghasilkan pH yang semakin mendekati lekat sebesar 0,58 detik.
basa, dibuktikan dengan hasil uji pH
sediaan yang mencapai pH 7. Verifikasi Formula Optimum Krim o/w
Uji tipe emulsi, menurut Goskonda Oksibenzon dan Titanium Dioksida
(2009), TEA dicampur dengan asam stearat Verifikasi formula optimum krim o/w
akan membentuk sabun anionik dengan pH kombinasi oksibenzon dan titanium
sekitar 8 dan membentuk tipe emulsi tipe dioksida hasil prediksi dilakukan untuk
m/a yang stabil dan halus. Hasil pengujian mengetahui apakah nilai prediksi yang
tipe emulsi terhadap 8 formula krim o/w diberikan oleh software sesuai dengan nilai
kombinasi oksibenzon dan titanium hasil percobaan yang sebenarnya. Prediksi
dioksida menunjukkan bahwa krim lebih respon sifat fisik formula optimum yang
terlarut saat diencerkan dalam air diperoleh dari analisis menggunakan
dibandingkan dalam minyak. Hanya fase software Design Expert version 9.0.4
luar emulsi yang dapat dilakukan selanjutnya dibandingkan dengan respon

MF Vol 14 No 2, 2018 69
Abdul Karim Zulkarnain

Design-Expert® Software
Component Coding: Actual Two Component Mix Design-Expert® Software
Viskositas (dPas)
Design Points
200
Component Coding: Actual Two Component Mix
95% CI Bands Daya Sebar (cm2)
Design Points
45
X1 = A: TEA.Stearat 95% CI Bands
X2 = B: Setil Alkohol
X1 = A: TEA.Stearat
180 2 X2 = B: Setil Alkohol
2
40
Viskositas (dPas)

Daya Sebar (cm2)


160

35
140

30
120

100
25

A: TEA.Stearat (%) 6 6.75 7.5 8.25 9 A: TEA.Stearat (%) 6 6.75 7.5 8.25 9
B: Setil Alkohol (%) 5 4.25 3.5 2.75 2 B: Setil Alkohol (%) 5 4.25 3.5 2.75 2

(a) (b)

Design-Expert® Software
Component Coding: Actual Two Component Mix
Daya Lekat (sec)
Design Points
2
95% CI Bands

X1 = A: TEA.Stearat
X2 = B: Setil Alkohol

1.5
Daya Lekat (sec)

0.5

A: TEA.Stearat (%) 6 6.75 7.5 8.25 9


B: Setil Alkohol (%) 5 4.25 3.5 2.75 2

(c)

Gambar 1. Profil respon (a) viskositas; (b) daya sebar; (c) daya lekat

Sifat Fisik : Persamaan Simplex Lattice Design


Viskositas : Y = 122,38A + 179,88B + 92,55AB – 86,67AB(A-B)
Daya Sebar : Y = 41,06A + 32,95B – 29,79AB
Daya Lekat : Y = 0,58A + 1,26B + 1,46AB – 2,40AB(A-B)
Keterangan : A = Fraksi komponen TEA. Stearat; B = Fraksi komponen setil alkohol

sifat fisik formula optimum yang diperoleh memprediksi viskositas, daya sebar, dan
pada percobaan minggu ke-0 daya lekat krim o/w kombinasi oksibenzon
menggunakan software IBM® SPSS® dan titanium dioksida dengan kombinasi
Statistic 16. Metode analisis statistik yang variasi komponen TEA stearat dan setil
digunakan yaitu one sample t-test karena alkohol.
semua data terdistribusi normal.
Nilai respon viskositas, daya sebar, Penentuan Stabilitas Formula Optimum
dan daya lekat formula optimum hasil Krim o/w Oksibenzon-Titanium
percobaan menunjukkan hasil yang tidak Dioksida
berbeda signifikan dengan nilai prediksi Formula optimum yang diperoleh
software Design Expert version 9.0.4 kemudian diuji stabilitas fisiknya dengan
ditunjukkan dengan nilai signifikansi ketiga cara melakukan uji sifat fisik krim setiap
respon viskositas, daya sebar, dan daya minggu selama penyimpanan 4 minggu. Uji
lekat >0,05. Dengan demikian, ketiga hasil stabilitas fisik meliputi uji viskositas, daya
respon uji sifat fisik memberikan data yang sebar, daya lekat, pH, tipe emulsi, dan
tidak berbeda signifikan sehingga cycling test.
persamaan dari software Design Expert Viskositas, oksibenzon berbentuk
version 9.0.4 pada metode Simplex Lattice serbuk sehingga pada penambahan ke
Design dapat digunakan untuk dalam basis vanishing cream dengan

70 MF Vol 14 No 2, 2018
Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi Oksibenzon

Design-Expert® Software
Component Coding: Actual Two Component Mix
Desirability
Design Points
1.000
2
X1 = A: TEA.Stearat
X2 = B: Setil Alkohol
Prediction 0,975
0.800

Desirability
0.600

0.400

0.200

0.000 2 2

A: TEA.Stearat (%) 6 6.75 7.5 8.25 9


B: Setil Alkohol (%) 5 4.25 3.5 2.75 2

Gambar 2. Profil respon formula optimum

Tabel II. Hasil Uji One Sample T-Test Respon Prediksi Dibandingkan Respon Percobaan
Formula Optimum Krim o/w Kombinasi Oksibenzon dan Titanium Dioksida
Sifat Fisik Krim Prediksi Percobaan Sig. (2 tailed) Interpretasi
Viskositas (dPas) 123,91 130 0,402 Tidak berbeda signifikan
Daya Sebar (cm2) 40,2 37,87 0,311 Tidak berbeda signifikan
Daya Lekat (detik) 0,58 0,57 0,075 Tidak berbeda signifikan

Tabel III. Viskositas Selama 4 Minggu Penyimpanan


minggu ke- Viskositas (dPAs)
0 130 ± 10
1 123,33 ± 20,82
2 123,33 ± 11,55
3 133,33 ± 20,82
4 133,33 ± 20,82

konsentrasi tinggi menyebabkan kenaikan o/w kombinasi oksibenzon dan titanium


viskositas (Rosita et al., 2014). Nilai dioksida.
viskositas akan mempengaruhi daya sebar Stabilitas fisik krim berdasarkan
dan daya lekat dari sediaan (Ameliana et al., perubahan viskositas pada minggu ke-0
2012). sampai minggu ke-4 dianalisis dengan IBM®
Terjadi penurunan dan peningkatan SPSS® Statistic 16. Pertama, dilakukan uji
viskositas yang fluktuatif. Peningkatan normalitas untuk mengetahui pola
viskositas yang terjadi selama distribusi data viskositas selama
penyimpanan dapat diakibatkan oleh penyimpanan. Pengujian normalitas data
berflokulasinya globul dalam emulsi, viskositas menggunakan uji Shapiro Wilk
sedangkan penurunan viskositas terjadi karena jumlah data yang dianalisis kurang
berkaitan dengan timbulnya pemisahan dari 50. Nilai signifikansi yang diperoleh
fase (Agoes, 2012). Panjang bagian dari uji Shapiro Wilk yaitu 0,187 ( > 0,05)
hidrofobik memiliki efek yang sangat kuat yang artinya data viskositas terdistribusi
dalam membentuk viskositas (Barmar et al., secara normal. Apabila data terdistribusi
2005). Rantai CH2 setil alkohol yang cukup secara normal, maka uji statistik dapat
panjang berkontribusi dalam peningkatan dilanjutkan dengan uji ANOVA. Uji ANOVA
viskositas sediaan formula optimum krim dilakukan untuk mengetahui apakah

MF Vol 14 No 2, 2018 71
Abdul Karim Zulkarnain

Tabel IV. Daya Sebar Selama 4 Minggu Penyimpanan


minggu ke- Daya Sebar (cm2)
0 37,87 ± 3,01
1 35,96 ± 1,62
2 36,67 ± 1,96
3 30,48 ± 3,27
4 32,92 ± 0,92

Tabel V. Daya Lekat Selama 4 Minggu Penyimpanan


minggu ke- Daya Lekat (detik)
0 0,57 ± 0,00
1 0,58 ± 0,05
2 0,57 ± 0,06
3 0,62 ± 0,09
4 0,64 ± 0,09

terdapat perubahan sifat fisik dari dioksida selama penyimpanan. Kecepatan


penyimpanan minggu ke-0 hingga minggu penyebaran bergantung pada viskositas
ke-4. Dari hasil analisis Homogenity formulasi, kecepatan penguapan pelarut,
of Variance menunjukkan nilai signifikansi kecepatan peningkatan viskositas sebagai
0,414 (>0,05) yang artinya data viskositas hasil dari penguapan, serta shearing stress
memiliki varian yang sama. Oleh yang dikenakan (Garg et al., 2002).
karena data viskositas identik, maka Viskositas formula optimum krim o/w
dilanjutkan analisis dengan One Way kombinasi oksibenzon dan titanium
ANOVA. Hasil menunjukkan nilai dioksida cenderung mengalami
signifikansi sebesar 0,903 (>0,05) sehingga peningkatan selama penyimpanan
dapat dikatakan bahwa viskositas krim mengakibatkan daya sebar krim yang
minggu ke-0 hingga minggu ke-4 tidak semakin menurun. Sifat fisik daya sebar
berbeda signifikan. formula optimum krim o/w kombinasi
oksibenzon dan titanium dioksida
Daya Sebar mengalami fluktuasi pada minggu ke-3,
Nilai signifikansi yang diperoleh dari fluktuasi yang terjadi mungkin disebabkan
uji Shapiro Wilk yaitu 0,817 ( > 0,05) yang oleh sifat daya sebar krim o/w kombinasi
artinya data daya sebar terdistribusi secara oksibenzon dan titanium dioksida yang
normal. Dari hasil analisis Homogenity of dipengaruhi oleh komposisi komponen TEA
Variance menunjukkan nilai signifikansi stearat, serta alat daya uji yang kurang
0,296 (>0,05) yang artinya data daya sebar presisi.
memiliki varian yang sama. Oleh karena Metode ekstonsiometer pelat sejajar
data daya sebar identik, maka dilanjutkan adalah metode yang paling banyak
analisis dengan One Way ANOVA. Hasil digunakan untuk menentukan dan
menunjukkan nilai signifikansi sebesar mengukur daya sebar sediaan semi padat.
0,017 (<0,05) sehingga dapat dikatakan Keuntungan dari metode ini yaitu
bahwa daya sebar krim minggu ke-0 hingga sederhana dan relatif murah. Namun di sisi
minggu ke-4 berbeda signifikan. lain, metode ini tidak teliti dan sensitif, dan
Terjadi perbedaan sifat fisik daya data yang dihasilkannya harus secara
sebar formula optimum krim o/w manual ditafsirkan dan disajikan
kombinasi oksibenzon dan titanium (Jelvehgari et al., 2007).

72 MF Vol 14 No 2, 2018
Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi Oksibenzon

Daya Lekat industri, formulasi tersebut harus memiliki


Nilai signifikansi yang diperoleh dari pH yang dekat dengan kisaran pH normal
uji Shapiro Wilk yaitu 0,072 ( > 0,05) yang kulit manusia (Matousek et al., 2003). Hasil
artinya data daya lekat terdistribusi secara pengujian formula optimum krim o/w
normal. Dari hasil analisis Homogenity of kombinasi oksibenzon dan titanium
Variance menunjukkan nilai signifikansi dioksida menunjukkan pH yang stabil pada
0,104 (>0,05) yang artinya data daya sebar penyimpanan minggu ke-0, 1,2, 3, 4.
memiliki varian yang sama. Oleh karena Cycling test, uji stabilitas dipercepat
data daya sebar identik, maka dilanjutkan cycling test dilakukan dengan
analisis dengan One Way ANOVA. Hasil mengondisikan sediaan krim pada siklus
menunjukkan nilai signifikansi sebesar panas (45°C) dan dingin (4°C) yang ekstrim
0,686 (>0,05) sehingga dapat dikatakan secara bergantian (Amnuaikit & Boonme,
bahwa daya lekat krim minggu ke-0 hingga 2015). Dengan cara ini diperoleh gambaran
minggu ke-4 tidak berbeda signifikan. Sifat stabilitas sediaan krim pada kondisi
fisik daya lekat krim o/w kombinasi penyimpanan jangka panjang dalam waktu
oksibenzon dan titanium dioksida serupa uji yang dipercepat. Hasil cycling test
dengan sifat fisik viskositas. Viskositas formula optimum krim o/w kombinasi
formula optimum krim o/w kombinasi oksibenzon dan titanium dioksida tidak
oksibenzon dan titanium dioksida mengalami pemisahan fase setelah
cenderung mengalami peningkatan selama melewati 6 siklus cycling test. Emulgator
penyimpanan. Hal serupa juga terjadi pada TEA stearat mampu menghasilkan lapisan
daya lekat formula optimum krim o/w antarmuka yang kompleks dan rapat yang
kombinasi oksibenzon dan titanium tidak dipengaruhi siklus suhu pada kondisi
dioksida. dipercepat menghasilkan krim yang stabil
pada cycling test.
Tipe Emulsi Uji aktivitas tabir surya secara In Vivo,
Inversi adalah peristiwa berubahnya uji aktivitas formula optimum krim o/w
tipe emulsi dari tipe M/A menjadi A/M atau kombinasi oksibenzon dan titanium
sebaliknya (Anief, 1999). Emulsi krim yang dioksida secara in vivo dilakukan dengan
stabil harus mampu mempertahankan tipe mengukur aktivitas daya perlindungan
emulsinya selama penyimpanan. Pengujian krim tabir surya terhadap kelinci betina
tipe emulsi selama 4 minggu penyimpanan galur New Zealand White. Kelinci
menunjukkan bahwa formula optimum diinduksikan dengan senyawa 8-
tidak mengalami perubahan tipe emulsi. metoksiprosalen sebelum penyinaran
Formula optimum setelah penyimpanan untuk meningkatkan sensitivitas hewan uji
tetap terencerkan saat dilarutkan dalam terhadap paparan lampu UV B. Hewan uji
media air menandakan bahwa krim formula yang dipilih berjenis kelamin wanita
optimum stabil dalam penyimpanan. Hal ini dengan asumsi bahwa krim o/w kombinasi
mungkin disebabkan oleh kecepatan oksibenzon dan titanium dioksida akan
homogenisasi yang tepat selama formulasi banyak digunakan oleh konsumen wanita.
emulsi sehingga mencegah kerusakan dari Punggung kelinci dicukur ditandai dengan
formulasi selama pengujian (Abdurahman luas 5x5 cm2. Meskipun radiasi dari emisi
& Rosli, 2006). lampu cahaya buatan lebih rendah
pH, bagian terpenting dalam dibandingkan dengan matahari, namun
stabilitas kimia sediaan adalah performa karena penyinaran dilakukan terus
saat pengujian dipercepat dan profil menerus, kulit tidak dapat memperbaiki
kinetika pH (Issa et al., 2000). Agar suatu diri seperti yang seharusnya (Tian et al.,
formulasi memperoleh pengakuan dalam 2014). Oleh sebab itu, penggunaan radiasi

MF Vol 14 No 2, 2018 73
Abdul Karim Zulkarnain

Tabel I. Hasil Pengamatan MED pada Punggung Kelinci Terinduksi 8-MOP


Waktu Penyinaran (menit)
Perlakuan Nilai SPF
20 30 60 120 180 240
Tanpa + 0 0 0 0 0 0
Kontrol Negatif + 0 0 0 0 0 1
F. Optimum - - - - - + 12
Keterangan: (-) : belum timbul eritema; (+) : sudah timbul eritema; 0 : tidak dilakukan
penyinaran lagi

dari lampu UV B dapat menggambarkan kelinci setelah 20 menit penyinaran dan


kondisi eritema kulit seperti saat terpapar diamati setelah 24 jam. Ketiga kelinci
sinar matahari. menunjukkan hasil yang sama sehingga
Senyawa 8-metoksiprosalen susah dapat dikatakan bahwa nilai MED pada
larut dalam akuades. Oleh sebab itu, 8- punggung kelinci yang tidak terlindung
metoksiprosalen disuspensikan dalam PGA krim tabir surya adalah 20 menit.
2%. PGA 2% akan membantu kelarutan Pengujian nilai SPF kemudian
senyawa 8-metoksiprosalen. Larutan ini dilanjutkan dengan pengolesan kontrol
kemudian diinduksikan dengan cara per negatif berisi basis krim tanpa kandungan
oral karena bentuk larutan suspensi tidak zat aktif tabir surya sebagai pembanding
boleh diinjeksikan karena mengandung serta formula optimum krim o/w kombinasi
partikel tidak terlarut yang dapat oksibenzon dan titanium dioksida. Awal
menyumbat pembuluh darah. Senyawa 8- penyinaran dimulai pada waktu MED
metoksiprosalen mencapai bioavailibilitas kelinci tanpa perlakuan yaitu 20 menit.
maksimumnya 1,5-3 jam setelah pemberian Punggung kelinci yang diolesi dengan
secara oral dan bertahan sampai 8 jam kontrol negatif yaitu basis krim
(Sekardani, 2011). Dosis pemberian 8- menunjukkan hasil bahwa pada 20 menit
metoksiprosalen adalah 10 mg/kgBB. penyinaran menyebabkan munculnya
Nilai SPF dihitung dengan cara eritema pada punggung kelinci. Hal ini
membandingkan Minimal Erythema Dose berarti bahwa kontrol negatif yaitu basis
(MED) pada kulit yang terlindung tabir krim tanpa kandungan zat aktif tabir surya
surya dibandingkan MED yang sama pada tidak mampu memberikan perlindungan
kulit yang tidak terlindungi. Banyaknya terhadap paparan sinar UV, sama halnya
krim yang dioleskan yaitu 2mg/cm2 (Kim et dengan timbulnya eritema pada punggung
al., 2010). Penelitian terdahulu yang kelinci tanpa perlakuan. Penelitian
dilakukan oleh Faurschou dan Wulf dilanjutkan dengan penyinaran pada
membuktikan bahwa hasil nilai SPF punggung kelinci yang diolesi fomula
menunjukkan SD yang tinggi ketika dosis optimum krim o/w kombinasi oksibenzon
0,5; 1,0; dan 4,0 mg / cm2 diaplikasikan, dan titanium dioksida. Awal penyinaran
sedangkan menghasilkan SD yang relatif dimulai pada waktu MED kelinci tanpa
rendah ketika 2,0 mg / cm2 diaplikasikan perlakuan yaitu 20 menit, kemudian
(Faurschou & Wulf, 2007). dilakukan penambahan waktu penyinaran
Nilai MED pada kulit yang tidak secara bertahap setiap 1 jam. Hasil
terlindung formula optimum krim o/w pengujian nilai SPF (Tabel VI) memberikan
kombinasi oksibenzon dan titanium hasil bahwa formula optimum krim o/w
dioksida didapatkan berdasarkan hasil kombinasi oksibenzon dan titanium
orientasi. Hasil orientasi menunjukkan dioksida mampu memberikan
bahwa eritema muncul pada punggung perlindungan terhadap punggung kelinci

74 MF Vol 14 No 2, 2018
Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi Oksibenzon

yang dipapari sinar UVB sampai dengan 4 menambahkan jenis tabir surya kimia
jam. lainnya sehingga dapat dihasilkan sediaan
Banyak faktor yang mempengaruhi tabir surya dengan nilai SPF 15 atau lebih.
efek tabir surya, seperti kemampuan
penyerapan kulit, frekuensi aplikasi, KESIMPULAN
kepadatan, basis tabir surya, serta terutama Proporsi TEA stearat dan setil alkohol
jumlah tabir surya yang diaplikasikan (Kim yang menghasilkan formula optimum krim
et al., 2010). Berdasarkan hasil percobaan o/w kombinasi oksibenzon dan titanium
diketahui bahwa nilai SPF formula optimum dioksida adalah 8.93% dan 2.07%. Formula
krim o/w kombinasi oksibenzon dan optimum krim o/w kombinasi oksibenzon
titanium dioksida yaitu 12. dan titanium dioksida selama penyimpanan
Tipe aktivitas tabir surya terkait 4 minggu menghasilkan sediaan krim yang
dengan panjang gelombang serapan stabil pada respon sifat fisik viskositas dan
maksimum dan hal ini akan tergantung daya lekat, namun tidak pada respon sifat
pada khromofor pada setiap senyawa fisik daya sebar. Nilai SPF formula optimum
tersebut (Sastrohamidjojo, 1991). krim o/w kombinasi oksibenzon dan
Oksibenzon memiliki gugus kromofor yaitu titanium dioksida hasil uji aktivitas tabir
pada gugus cincin karbonil yang mampu surya secara in vivo adalah 12.
menangkap sinar UV sehingga mampu
memberi daya perlindungan terhadap DAFTAR PUSTAKA
paparan sinar UV. Serapan UV A dan UV B Abdurahman, H. N. & Rosli, M. Y., 2006,
dipengaruhi oleh gugus metoksi dan Stability Investigation of Water-in-
substituen cincin oksibenzon (Correa et al., Crude Oil Emulsion, Journal of Applied
2012). Titanium dioksida menangkal sinar Science, 6, 2895-2900.
UV dengan cara memantulkan sinar UV Agoes, G., 2012, Sediaan Farmasi Likuida-
yang datang. Semisolida (SFI-7), Penerbit ITB,
Kombinasi antara oksibenzon dan Bandung.
titanium dioksida menghasilkan nilai SPF Ameliana, L., Oktora, L. & Maharani, Z.,
yang lebih tinggi dari penggunaan 2012, Optimasi Komposisi Asam
oksibenzon secara tunggal. Namun, Laktat dan Zink Oksida dalam Krim
kombinasi oksibenzon 6% dengan titanium Tabir Surya Kombinasi
dioksida 5% belum menghasilkan nilai SPF Benzophenone-3 dan Octyl
15 yaitu nilai SPF minimal yang diijinkan methoxycinnamate, Skripsi, Fakultas
pada produk sediaan tabir surya yang Farmasi Universitas Jember, Jember.
beredar di pasaran. Amnuaikit, T. & Boonme, P., 2015,
Penelitian yang dilakukan (El-Boury Formulation and Characterization of
et al., 2007) tentang perhitungan nilai SPF Sunscreen Creams with Synergistic
secara in vitro kombinasi berbagai senyawa Efficacy on SPF by Combination of UV
tabir surya kimia dan tabir surya fisik pada Filters, Journal of Applied
konsentrasi tertinggi masing-masing Pharmaceutical Science, 3(8), 001-
senyawa tabir surya yang diperbolehkan 005.
oleh regulasi, salah satunya kombinasi Anief, M., 1999, Sistem Dispersi, Formulasi
oksibenzon dengan konsentrasi 10% dan Suspensi dan Emulsi, Gadjah Mada
titanium dioksida 25% menghasilkan nilai University Press, Yogyakarta.
SPF sebesar 39,07 ± 4,11. Upaya Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan
peningkatan nilai SPF sediaan tabir surya Farmasi, Edisi IV, Penerbit UI, Jakarta.
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan Aulton, M. E., 2002, Pharmaceutics : The
konsentrasi tabir surya fisik ataupun Science Dosage Form Design, 2nd Ed.,

MF Vol 14 No 2, 2018 75
Abdul Karim Zulkarnain

Ed. Harcourt Publisher, New York . Formulation : An Update,


Barmar, M., Barikani, M. & Kaffashi, B., 2005, Pharmaceutical Technology, 84-102.
Steady Shear Viscosity Study of Goskonda, S. R., 2009, Dalam: R. C. Rowe, P.
Various HEUR Models with J. Sheskey & M. E. Quinn, Handbook of
Hydrophilic and Hydrophobic Sizes, Pharmaceutical Excipients, 754-755,
Colloids and Surfaces A : Pharmaceutical Press and American
Physicochemical and Engineering Pharmacists Association, USA.
Aspects, 253, 77-82. Sunscreen Protection, Journal of
Baughman, B. M. et al., 2009, Structural and Dermatology, 20, 112-119.
Spectroscopic Studies of the Hanson, K. M., Gratton, E. & Bardeen, C. J.,
Photophysical Properties of 2006, Sunscreen Enhancment of UV-
Benzophenone Derivatives, The induceed Reactive Oxygen Species in
Journal of Physical Chemistry A , the Skin, Free Radical Biology &
113(28), 8011-8019. Medicine Journal, 41, 1205.
Benson, H., 2007, Sunscreen : Efficacy, Skin Holick, M., MacLaughlin, J., Clark, M. &
Penetration, and Toxicological Holick, S., 1980, Photosynthesis of
Aspects. Dalam: K. Walters & M. Previtamin D3 in Human Skin and the
Roberts, Dermatologic, Cosmeceutic, Physiologic Consequences, Science
and Cosmetic Development, 419-435, 210, 203-205.
Informa Healthcare, USA. Hussein, M. R., 2005, Ultraviolet Radiation
Correa, B. A. M. et al., 2012, Molecular and Skin Cancer: Molecular
Modeling Studies of the Structural, Mechanisms, Journal of Cutaneous
Electronic, and UV Absorption Pathology , 3, 191-205.
Properties of Benzophenone Issa, T. S. et al., 2000. Improved Kinetic
Derivatives, The Journal of Physical Parameter Estimation in pH-Profile
Chemistry A, 116, 10927-10933. Data, International Journal of
Diaz-Cruz, M. S., Llorca, M. & Barcelo, D., Pharmaceutics, 198, 39-49.
2008, Organic UV Filters and Their Jellinek, J. S., 1970, Formulation and
Photodegradates, Metabolites, and Function of Cosmetics, Wiley-
Disinfection By-Products in the Interscience, New York.
Aquatic Environment. Trends in Jelvehgari, M., Rashidi, M. R. & Mohammadi,
Analytical Chemistry, 27. S. H. M., 2007, Adhesive and
Draelos, Z. D. & Thaman, L. A., 2006, Spreading Properties of
Cosmetic Formulation of Skin Care Pharmaceutical Gel Composed of
Products, Informa Healthcare USA, Cellulose Polymer, Jundishapur
Inc., New York. Journal of Natural Pharmaceutical
El-Boury, S. et al., 2007, Effect of The Products , 2(1), 45-58.
Combination of Organic and Inorganic Kim, S. & Choi, K., 2014, Occurrences,
Filters on the Sun Protection Factor Toxicities, and Ecological Risks of
(SPF) Determined by In Vitro Method, Benzophenone-3, A Common
International Journal of Component of Organic Sunscreen
Pharmaceutics, 1-5. Products: A Mini-Review,
Faurschou, A. & Wulf, H., 2007, The Relation Environment International, 70, 143–
Between Sun Protection Factor and 157.
Amount of Sunscreen Applied In Vivo, Kim, S. M. et al., 2010, The Relation Between
British Journal of Dermatology, 156, the Amount of Sunscreen Applied and
716-719. the Sun Protection Factor in Asian
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S. & Singla, A., Skin, Journal of the American Academy
2002, Speading of Semisolid Dermatology, 62(2), 218-222.

76 MF Vol 14 No 2, 2018
Optimasi Formula Sediaan Krim o/w Kombinasi Oksibenzon

Kurniawan, D. W. & Sulaiman, S., 2009, Rowe, R., Sheskey, P. J. & Owen, S. C., 2005,
Teknologi Sediaan Farmasi, Edisi IV, Handbook of Pharmaceutical
Graha Ilmu, Yogyakarta. Excipients, 5th Ed., Pharmaceutical
Lachman, L., Lieberman, H. A. & Kanig, J. L., Press, London.
1994, Teori dan Praktek Farmasi Sambandan, D. R. & Ratner, D., 2011,
Industri II, Edisi III, Universitas Sunscreens : An Overview and
Indonesia Press, Jakarta. Update, Journal of the American
Langenbucher & Lange, 2007, Teori dan Academy of Dermatology, 64, 748-
Praktek Farmasi Industri II . Edisi III, 758.
Universitas Indonesia Press, Jakarta. Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi,
Martin, A., Swarbick, J. & Cammarata, A., Liberty, Yogyakarta.
1993, Farmasi Fisik 2, Edisi II, Sekardani, N. I., 2011, Stabilitas Fisik
Universitas Indonesia Press, Jakarta. Sediaan Krim Pati Bengkuang
Marchaban, Fudholi, A., Sulaiman, T.N.S., (Pachyrhizus erosus (L.) Urban) dan
Mufrod, Martin, R., Bestari, A.N., Aktivitasnya Sebagai Tabir Surya
2015, Seri Buku Petunjuk Praktikum pada Mencit, Skripsi, Fakultas Farmasi
Teknologi Farmasi: Teknologi Univeristas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Formulasi Sediaan Cair Semi Padat, Sheu, M. T. et al., 2003, Correlation of In vivo
Laboratorium Teknologi Farmasi and In vitro Measurements, Journal of
Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Food and Drug Analysis, 11(2), 128-
Matousek, J. L. et al., 2003, Evaluation of the 132.
Effect of pH on In Vivo Growth of Sinko, P. J., 2006, Physical Pharmacy and
Malassezia Pachydermatis, Canadian Pharmaceutical Sciences, 5th Ed.,
Journal of Veterinary Research, 67, 56- Lippincott William & Wilkins,
59. Philadelphia.
Myers, D., 2006, Surfactant Science and Sliney, D. H., 2001, Photoprotection of the
Technology, 3rd Ed., John Willey and Eye UV Radiation and sunglasses,
Sons Inc., New Jersey. Journal Photochemical &
Ningrum, A. A., 2011, Optimasi Proses Photobiology B, 64, 166-175.
Pencampuran Hand Lotion dengan Smith, E. W., Maibach, H. I. & Surber, C.,
Kajian Kecepatan Putar Mixer, Suhu, 2000, Use of Emulsions as Topical
dan Waktu Pencampuran Drug Delivery Systems, In: F. Nielloud
Menggunakan Metode Desain & G. Marti-Mestres, (Ed.),
Faktorial, Skripsi, Universitas Sanata Pharmaceutical Emulsions and
Dharma, Yogyakarta. Suspensions , 259-270, Marcel Dekker,
Osterwalder, U. & Herzog, B., 2009, Sun New York.
Protection Factor : World Wide Swarbick, J. & Boylan, J. C., 1996,
Confusion, British Journal of Encyclopedia of Pharmaceutical
Dermatology, 161 (3), 13-24. Technology, 14th Ed., Marcel Dekker
Rosita, M. R. E., Murrukmihadi, M. & Inc., New York.
Suwarmi, 2014, Pengaruh Kombinasi Swarbrick, J. & Boylan, J., 1995,
Oxybenzone dan Octyl Percutaneous Absorption, Dalam:
Methoxycinnamate (OMC) pada Encyclopedia of Pharmaceutical
Karakteristik Fisik dan SPF dalam Technology, 413-445, Marcel Dekker
Sediaan Krim Tabir Surya, Majalah Inc., New York.
Farmaseutik , 10(1), 182-186. Tian, Y. et al., 2014, The Injury and

MF Vol 14 No 2, 2018 77
Abdul Karim Zulkarnain

Cumulative Effects on Human Skin by 1433-1438.


UV Exposure from Artificial Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi
Fluorescence Emission, Farmasi, Edisi V, Gadjah Mada
Photochemistry and Photobiology, 90, University Press, Yogyakarta.

78 MF Vol 14 No 2, 2018
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015

Penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor) Ekstrak Etanol 70 % Temu Mangga (Curcuma
mangga) dan Krim Ekstrak Etanol 70 % Temu Mangga (Curcuma mangga) secara In Vitro
Menggunakan Metode Spektrofotometri

Erlina Yulianti*, Adeltrudis Adelsa**, Alifia Putri**

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan paparan sinar matahari yang tinggi dan sebagian besar
penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga memerlukan suatu perlindungan kulit. Selain itu, Indonesia
juga merupakan negara yang memiliki bahan alam yang melimpah. Bahan alam sebagai alternatif tabir surya
adalah tanaman temu mangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai SPF ekstrak etanol 70 %
temu mangga dalam bentuk ekstrak dan sediaan krim dengan konsentrasi preparasi ekstrak dan krim yaitu
1250 ppm, 2500 ppm , 3750 ppm dan 5000 ppm. Ekstrak kental temu mangga dan krim temu mangga
kemudian ditentukan nilai SPFnya menggunakan metode spektrofotometri dengan pengenceran
menggunakan etanol 70 %. Kalkulasi nilai SPF menggunakan metode Mansur. Hasil penelitian menunjukan
bahwa Nilai SPF yang dihasilkan ekstrak etanol 70 % temu mangga dengan konsentrasi 1250 ppm, 2500
ppm, 3750 ppm, dan 5000 ppm berturut- turut adalah 9,19; 19,81; 25,23; dan 35,12. Nilai SPF yang
dihasilkan sediaan krim ekstrak etanol 70 % temu mangga dengan konsentrasi yang sama dengan ekstrak
berturut- turut adalah 2,16; 3,54; 5,48; dan 6,81. Penurunan nilai SPF esktrak etanol 70 % temu mangga
pada konsentrasi 1250 ppm, 2500 ppm, 3750 ppm dan 5000 ppm dengan nilai SPF krim ekstrak etanol 70 %
temu mangga adalah 76,4 %, 82 %, 78 %, dan 80 %.

Kata kunci: Ekstrak, Krim, SPF, Temu mangga, Tabir surya.

The Determination of SPF (Sun Protection Factor) Value of 70 % Ethanol Extract Curcuma
Mangga and 70 % Ethanol Extract Curcuma Mangga Cream In Vitro using
Spektrofotometry Method

ABSTRACT

Indonesia is a tropical country with high sun exposure. Most of Indonesian people works outside so they
need skin protection. Indonesia also has a lot of natural resources. Natural resources as the alternative sun-
screen that is from curcuma mangga. The purpose of this research was to measure SPF (sun protection
factor) value Ethanol Extract 70 % Curcuma mangga and cream with 1250 ppm, 2500 ppm, 3750 ppm and
5000 ppm preparation concentration. The SPF value of Curcuma mangga extract and Curcuma mangga
cream obtained from spektrofotometer UV-Vis and then calculated the SPF value with Mansur method. The
result of this research indicate that SPF value of ethanol extract 70 % Curcuma mangga with 1250 ppm,
2500 ppm, 3750 ppm, and 5000 ppm concentration are 9,19 ; 19,81 ; 25,23 ; and 35,12 respectively. The
SPF value of ethanol extract 70 % Curcuma mangga cream are 2,16 ; 3,54 ; 5,48 and 6,81 respectively.
Decreasing of SPF value of ethanol extract 70 % Curcuma mangga with SPF value of cream ethanol extract
70% Curcuma mangga are 76 %,4 %, 82 %, 78 %, and 80 %.

Keywords: Curcuma mangga, Extract, Cream, Sunscreen, SPF.

* Program Studi Farmasi, FKUB


** Lab Farmasi, FKUB

41
Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 1, Maret 2015

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan rimpang temu mangga dan nilai SPF krim
paparan sinar matahari yang tinggi dan se- tabir surya ekstrak etanol 70 % rimpang
bagian besar penduduk Indonesia bekerja temu mangga. Variabel bebas terdiri dari
diluar ruangan sehingga memerlukan suatu berbagai konsentrasi ekstrak etanol 70 %
perlindungan kulit. Spektrum sinar matahari rimpang temu mangga yaitu 1250 ppm, 2500
yang mempunyai dampak buruk pada kulit ppm, 3750 ppm dan 5000 ppm.
adalah sinar ultraviolet yang disebut UVB
dan UVA. Kedua sinar ultraviolet ini bekerja Ekstraksi Temu Mangga
secara sinergis sehingga dibutuhkan suatu Ekstraksi serbuk rimpang temu mangga
pencegahan atau perlindungan untuk men- dilakukan dengan metode maserasi dengan
gurangi dampak buruk pada kulit akibat radi- pelarut etanol 70 %. Sebanyak 100 gram
asi sinar UVB dan UVA.1 serbuk rimpang temu mangga ditambah 800
Di samping itu, Indonesia adalah negara ml bagian etanol 70 % dengan perbandingan
yang memiliki bahan alam yang melimpah, 1:8. Kemudian dicampur di dalam maserator.
sehingga penulis ingin memanfaatkan bahan Diaduk menggunakan overhead stirer sela-
alam sebagai alternatif tabir surya yaitu dari ma 1 jam satu kali sehari agar dicapai
tanaman temu mangga. Tabir surya adalah keadaan yang homogen. Kemudian didi-
sediaan yang dapat melindungi kulit dari amkan selama 2 hari. Setelah itu disaring
pengaruh sinar ultraviolet yang dipancarkan dengan kain untuk mendapatkan filtrat.
oleh matahari.2 Kemudian remaserasi dilakukan sampai 3
Temu mangga (Curcuma mangga) kali. Filtrat yang dihasilkan dikumpulkan
mengandung flavonoid dan kurkumin yang menjadi satu. Kemudian dikentalkan
mampu mengabsorbsi UVA dan UVB.3 Kur- menggunakan rotary evaporator. Setelah itu
kumin dapat mengabsorpsi sinar UV yang didihilangkan kadar air menggunakan oven
memiliki panjang gelombang antara 200- dengan suhu 40 ºC selama 60 menit.
400 nm sehingga mampu digunakan sebagai
pelindung terhadap UVA dan UVB.4 Penen- Pembuatan Krim
tuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan Fase minyak yaitu asam stearat,
menentukan nilai SPF secara in vitro dengan paraffin liquidum dan vaselin album
spektrofotometri UV-vis. dipanaskan di atas penangas, ditunggu
Penelitian ini bertujuan untuk menge- sampai melebur. Lalu diukur suhunya pada
tahui nilai SPF ekstrak etanol 70 % temu suhu 70 ºC kemudian ditambahkan span 80
mangga dalam bentuk ekstrak dan sediaan dan propil paraben. Diaduk sampai homogen
krim dengan konsentrasi ekstrak 1250 ppm, menggunakan overhead stirer. Ekstrak
2500 ppm , 3750 ppm dan 5000 ppm kental temu mangga dicampurkan dengan
air. Kemudian propilen glikol digunakan
BAHAN dan METODE untuk melarutkan metil paraben. Kemudian
campuran propilenglikol dan metil paraben
Variabel penelitian ditambahkan pada fase air yang berisi
Variabel terikat terdiri dari nilai SPF ekstrak kental temu mangga dan dipanaskan
yang dihasilkan esktrak etanol 70 % rimpang pada suhu 70 ºC. Kemudian fase air
temu mangga dan krim tabir surya ekstrak dicampurkan pada fase minyak pada suhu
etanol 70 % rimpang temu mangga serta yang sama sedikit demi sedikit sambil
penurunan nilai SPF ekstrak etanol 70 % dihomogenkan menggunakan overhead

42
Majalah Kesehatan FKUB Volume 1, Nomer 1, Maret 2015

stirer. Ditunggu sampai terbentuk krim. Saat 5 menit. Kemudian dilakukan sentrifugasi
menjelang dingin krim ditambahkan dengan selama 5 menit. Diukur nilai absorbansinya
pewangi. menggunakan alat spektrofotometer.
Spektrum absorbansi sampel dalam bentuk
Penentuan Nilai SPF Esktrak Temu larutan diperoleh pada kisaran 290-320 nm,
Mangga setiap interval 5 nm.
Ekstrak etanol temu mangga diambil
sebanyak 0,0125 g, 0,025 g, 0,0375 g dan Evaluasi Krim
0,05 g. Kemudian diencerkan dengan etanol Evaluasi akhir sediaan yang dilakukan
70 % hingga 10 ml (1250 ppm, 2500 ppm, yaitu uji organoleptis, uji homogenitas fisik,
3750 ppm, dan 5000 ppm). Spektrofotometer uji pH, uji daya sebar, uji rasio pemisahan
UV-vis dikalibrasi terlebih dahulu dengan krim, dan uji determinasi tipe krim.
menggunakan etanol 70 % dan etanol 70 %
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam kuvet. Analisis Data
Dibuat kurva serapan uji dalam kuvet Nilai SPF sediaan krim dianalisis
dengan panjang gelombang antara 290-320 menggunakan metode Mansur5 :
nm, etanol 70 % digunakan sebagai blanko.
Kemudian tetapkan serapan rata- ratanya
(Ar) dengan interval 5 nm. Hasil absorbansi
masing-masing konsentrasi krim dicatat dan
kemudian nilai SPFnya dihitung. Keterangan :
EE : Erythemal effect spectrum
I : Solar intensity spectrum
Penentuan Nilai SPF Krim
Abs : Absorbance of sunscreen product
Krim ditimbang sebanyak 125 mg, 250 CF : Correction factor (= 10)
mg, 375 mg dan 500 mg. Masing - masing
krim dipindahkan ke labu ukur 100 ml Nilai EE X I adalah konstan dan ditunjukkan
kemudian diencerkan dengan etanol 70 %. pada Tabel 1 berikut6 :
Selanjutnya, dilakukan ultrasonikasi selama

Tabel 1. Normalized product function digunakan pada kalkulasi SPF

No. Panjang Gelombang (λ nm) EE X I


1. 290 0.0150
2. 295 0.0817
3. 300 0.2874
4. 305 0.3278
5. 310 0.1864
6. 315 0.0839
7. 320 0.0180
Total 1

Cara perhitungan : 2. Hasil perkalian serapan dan EE x I


1. Nilai serapan yang diperoleh dikalikan dijumlahkan.
dengan nilai EE x I untuk masing–masing 3. Hasil penjumlahan kemudian dikalikan
panjang gelombang yang terdapat pada dengan faktor koreksi yang nilainya 10 untuk
tabel diatas. mendapatkan nilai SPF sediaan.

44
Majalah Kesehatan FKUB Volume 1, Nomer 1, Maret 2015

Analisis data menggunakan one way Tabel 2. Nilai SPF ekstrak temu mangga
ANOVA untuk mengetahui perbedaan rata-
Ekstrak (ppm) Nilai SPF % KV
rata nilai SPF krim yang didapatkan
1250 9,19 ± 0,4842 0,053
terhadap konsentrasi ekstrak yang
2500 19,77 ± 0,0814 0,004
digunakan. Apabila didapatkan hasil bahwa
3750 25,23 ± 1,6852 0,066
H0 diterima maka dilanjutkan dengan analisis
5000 35,12 ± 1,0050 0,029
menggunakan uji honestly signifficant
difference (HSD). Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui nilai sun protecting factor mana Analisis statistik data konsentrasi ekstrak
yang berbeda signifikan. terhadap nilai SPF ekstrak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan (p =
HASIL 0,000). Uji Tukey menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan di antara 4 kon-
Nilai SPF Esktrak Temu Mangga sentrasi tersebut (p = 0,000).
Hasil nilai SPF yang dihasilkan ekstrak Data perbandingan dari keempat kon-
temu mangga ditampilkan pada Tabel 2 sentrasi ekstrak dapat dilihat pada Gambar 1
dibawah ini: berikut.

Gambar 1. Perbandingan 4 konsentrasi ekstrak temu mangga yang berbeda


Keterangan: Data ditampilkan dalam rata- rata standar deviasi. Pada gambar didapatkan hasil bahwa per-
bandingan keempat konsentrasi adalah berbanding lurus yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka nilai
SPF semakin tinggi.

Penentuan Nilai SPF Krim Temu Mangga Tabel 3. Nilai SPF krim temu mangga
Hasil nilai SPF yang dihasilkan krim
temu mangga ditampilkan pada Tabel 3 Krim Nilai SPF % KV
berikut ini: A 2,16 ± 0,0361 0,017
B 3,54 ± 0,0961 0,027
C 5,48 ± 0,3717 0,068
D 6,81 ± 0,0321 0,004

45
Majalah Kesehatan FKUB Volume 1, Nomer 1, Maret 2015

Analisis statistik data krim A,B,C,D terhadap Data perbandingan dari keempaat krim
nilai SPF menunjukkan ada perbedaan yang temu mangga dapat dilhat pada Gambar 2
signifkan (p = 0,016). Uji Mann Whitney berikut.
menunjukkan adanya perbedaan yang 46ig-
nifykan di antara keempat krim terssebut.

Gambar 2. Perbandingan 4 krim temu mangga


Keterangan: Data ditampilkan dalam rata-rata standar deviasi. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa se-
makin tinggi konsentrasi ekstrak pada setiap krim maka semakin tinggi nilai SPF.

Perhitungan penurunan nilai SPF ekstrak seberapa besar penurunan nilai SPF ekstrak
temu mangga dengan nilai SPF krim temu yang dibuat krim.
mangga dilakukan untuk mengetahui

Tabel 4. Penurunan nilai SPF ekstrak dengan krim temu mangga


Ekstrak Nilai SPF Krim Nilai SPF Penurunan %
(ppm)
1250 ppm 9,19 ± 0,4842 A 2,16 ± 0,0361 7,03 - 76,4
2500 ppm 19,81 ± 0,0814 B 3,54 ± 0,0961 16,27 - 82
3750 ppm 25,23 ± 1,6852 C 5,48 ± 0,3717 19,75 - 78%
5000 ppm 35,12 ± 1,0050 D 6,81 ± 0,0321 28,31 - 80 %

Pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa kental. Pada warna krim, semakin banyak
prosentase penurunan nilai SPF ekstrak jumlah esktrak yang ditambahkan semakin
menjadi krim temu mangga yaitu sebesar kuning warna krim.
76 % - 82 %.
Uji Homogenitas fisik
Evaluasi Krim Pada uji homogenitas fisik, krim tampak
Uji Organoleptis homogen secara fisik karena distribusi
Pada uji organoleptis didapatkan krim partikel merata di kaca objek.
yang wangi, berbentuk semi padat,
bertekstur lembut dan memiliki konsistensi

46
Majalah Kesehatan FKUB Volume 1, Nomer 1, Maret 2015

Uji pH dapat mempengaruhi hasil absorban krim


Krim memiliki pH yang stabil yaitu sehingga penyerapan sinar uv lebih besar.
dengan nilai pH 4,65 – 4,88. Nilai pH krim Pada pengukuran absorbansi basis krim
yang dihasilkan sesuai pada rentang kulit yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil
wajah yaitu 4,5- 6,5. bahwa basis krim menghasilkan nilai ab-
sorbansi sekitar 1 pada panjang gelombang
Uji Daya Sebar 290- 320. Hal ini membuktikan bahwa
Pada uji daya sebar didapatkan hasil eksipien krim dan bahan aktif lainnya juga
pada keempat krim bahwa semakin berat dapat menghasilkan pita absorbsi UV se-
beban yang diberikan, diameternya semakin hingga mempengaruhi nilai SPF tabir surya.
besar. 7

Faktor yang mempengaruhi penentuan


Uji Rasio Pemisahan Krim nilai SPF yaitu penggunaan pelarut yang
Krim memiliki stabilitas yang baik dibuk- berbeda, kombinasi dan konsentrasi dari
tikan dengan tidak adanya pemisahan krim. tabir surya, tipe emulsi, efek dan interaksi
Pada seminggu berikutnya krim juga tidak dari komponen pembawa misalnya ester,
memisah artinya krim memiliki stabilitas emollient, dan emulsifier yang digunakan
yang baik dalam penyimpanan. pada formulasi, interaksi pembawa dengan
kulit, penambahan bahan aktif, dan sistem
Uji Determinasi Tipe Krim pH. Faktor ini dapat menambah atau mengu-
Pada keempat krim menunjukkan tipe rangi penyerapan UV pada setiap tabir
krim air dalam minyak karena tidak terdistri- surya. 8
busi merata pada air dan terdistribusi merata Metode untuk penentuan nilai SPF krim
pada minyak. ada dua macam, yaitu dengan cara menen-
tukan karakteristik tabir surya menggunakan
PEMBAHASAN analisis spektrofotometri dan mengukur se-
rapan atau transmisi UV melalui lapisan
Ekstrak temu mangga yang digunakan produk tabir surya pada plat kuarsa atau
di dalam penelitian ini merupakan zat aktif biomembran.9 Metode spektrofotometri
utama yang memiliki aktivitas antioksidan menggunakan pengenceran dengan kalku-
dengan cara mengabsorbsi sinar UV yang lasi nilai SPF menggunakan metode Mansur.
memiliki panjang gelombang antara 200- Kuvet pada metode spektrofotometri
400 nm yaitu dari senyawa kurkumin dan menggunakan kuvet quartz yang transparan
flavonoid. Pada spektra UV-vis menunjukkan pada panjang gelombang ultraviolet. Metode
bahwa pada senyawa kurkumin terdapat ini cocok untuk tabir surya yang tidak kental
gugus kromofor dan C-H alifatik yang dapat tetapi apabila digunakan bahan dengan
mengabsorbsi sinar UV yang memiliki pan- kekentalan tinggi yang tidak bisa diencerkan
jang gelombang antara 200- 400 nm.7 membuat metode ini tidak cocok. Metode ini
Pada penelitian ini menggunakan terbukti akurat dan mudah untuk dilakukan.
metode spektrofotometri dengan pengenc- 11

eran untuk penentuan nilai SPF. Metode ini Metode spektrofotometri UV merupakan
valid digunakan tetapi tidak dapat menya- metode yang simpel, cepat, dan membutuh-
takan nilai SPF yang akurat. Hal ini dikare- kan biaya sedikit serta dapat digunakan un-
nakan pada pengenceran didapatkan bahan- tuk penentuan nilai SPF secara in vitro pada
bahan lain selain krim, misalnya pelarut yang beberapa formulasi kosmetik. Hal ini dapat

47
Majalah Kesehatan FKUB Volume 1, Nomer 1, Maret 2015

ditunjukkan pada proses produksi dan pada Metode substrat untuk penentuan nilai
produk terakhir. 8 SPF secara in vitro harus transparan pada
Metode tradisional untuk analisis tabir ultraviolet dan menstimulasi penyerapan dan
surya didasarkan pada analisis kuantitatif tekstur kulit manusia secara in vivo. Metode
larutan sampel. Standar diperoleh melalui substrat terdiri dari 3 macam yaitu 3 M
perbedaan konsentrasi dari bahan aktif yang transpore tape, vitro skin dan polyvinyl chlo-
diukur dan metode kuantitatif dikembangkan ride film.13
berdasarkan hukum Beer dengan rumus12 : Transpore tape sangat mudah dibaca
dan tidak mahal. Sisi adesifnya membuat
A = abc mudah untuk mengaplikasikan sampel.
Quartz slidenya dapat dicuci dan digunakan
Keterangan : kembali. Penggunaan substrat ini pertama
A = nilai absorbansi analit band dievaluasi oleh Diffey and Robson. Metode
a = koefisien absorptivity analit band (a konstan) Diffey ini digunakan untuk kalkulasi standar
b = tebal kuvet (umumnya konstan) deviasi. Keuntungan utama penggunaan
c = konsentrasi analit.
transpore tape adalah biaya yang rendah,
mudah dibaca dan digunakan. Kerugian
Dari rumus di atas dapat dijelaskan bahwa
penggunaan transpore tape salah satunya
bila sinar radiasi monokromatis melewati
adalah tidak dapat mengabsorbsi formulasi
suatu medium yang mengandung senyawa
yang menggunakan alkohol atau minyak
penyerap radiasi elektromagnetik maka se-
sebagai pembawa. Vitro skin merupakan
bagian cahaya akan diserap dan oleh larutan
kulit sintetik yang mempunyai tekstur sangat
dan sebagian lagi akan diteruskan oleh laru-
mirip dengan epidermis manusia. Keun-
tan. Faktor yang mempengaruhi kekuatan
tungan utama vitro skin yaitu selain teksturn-
radiasi cahaya yang ditransmisikan ke medi-
ya mirip dengan epidermis manusia, vitro
um penyerap radiasi elektromagnetik adalah
skin mempunyai kemampuan untuk memec-
ketebalan kuvet (b) dan konsentrasi larutan
ahkan emulsi. Kerugiannya yaitu harganya
(c). 12
relatif mahal dan kemampuan transmisi UV
Pada awalnya, konsentrasi ekstrak yang
rendah. PVC film merupakan bahan trans-
digunakan yaitu 2500 ppm, 5000 ppm, 7500
misi UV yang baik walaupun tidak memiliki
ppm dan 10.000 ppm dalam rentang panjang
tekstur seperti kulit manusia.13
gelombang 290- 320 nm dengan interval 5.
Pengukuran nilai SPF suatu sediaan ta-
Pada konsentrasi ini didapatkan nilai ab-
bir surya dapat dilakukan secara in vitro dan
sorban yang tidak stabil pada konsentrasi
in vivo. Untuk uji SPF secara in vitro sangat
7500 ppm dan 10.000 ppm. Hal ini dikare-
tepat dan konsisten, hanya membutuhkan
nakan alat spektrofotometer UV-vis yang
periode yang pendek. Sangat mungkin ter-
digunakan hanya dapat mengukur absorban
dapat penyimpangan dari absorbsi kulit
dengan nilai maksimal 4. Jadi semakin men-
sebenarnya dibanding in vitro sehingga men-
dekati nilai absorban 4, semakin tidak stabil
imbulkan ketidakpastian diantara nilai yang
sehingga tidak valid untuk dilanjutkan pada
diklaim dan nilai SPF yang diukur. Sementa-
tahap analisis. Oleh karena itu, dilakukan
ra metode in vivo menghasilkan variasi yang
penurunan rentang konsentrasi. Hal ini
besar pada pengukuran nilai SPF produk
membuktikan bahwa konsentrasi
tabir surya pada subjek manusia. Walaupun
mempengaruhi kekuatan radiasi cahaya
metode ini membutuhkan waktu yang cukup
yang ditransmisikan ke medium penyerap
lama tetapi hasilnya lebih nyata dan dekat
radiasi elektromagnetik.
untuk mengklaim nilai SPF. Oleh karena itu,

48
Majalah Kesehatan FKUB Volume 1, Nomer 1, Maret 2015

metode in vitro harus ditingkatkan agar lebih Ekstrak Etanol Curcuma mangga.
dekat seperti kondisi nyata, metode in vivo Yogyakarta: Fakultas Farmasi,
pada subjek manusia tidak tergantikan untuk Universitas Sanata Dharma. 2010.
mengukur nilai SPF.14 5. Mansur JS, et al. Determination of Sun
Protection Factor for
KESIMPULAN Spectrophotometry. An Bras Deramtol.
1986; 61:121-124.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu 6. Sayre RM, et al. Comparison of in vivo
dihasilkan nilai SPF ekstrak sebesar 9,19; and in vitro Testing of Sunscreening
19,81; 25,23; dan 35,12. Nilai SPF yang Formulas. Photochem Photobiol. 1979;
dihasilkan sediaan krim adalah 2,16; 3,54; 29:559-566.
5,48; dan 6,81. Penurunan nilai SPF esktrak 7. Kusmiyati, Aznam N, Sri H. Isolasi dan
dengan nilai SPF krim adalah 76,4 %, 82 %, Identifikasi Zat Aktif Ekstrak Metanol
78 %, dan 80 %. Rimpang Kunyit Putih (Curcuma
mangga Val.) Fraksi Etil Asetat.
SARAN Yogyakarta: Fakultas Farmasi,
Universitas Ahmad Dahlan. 2011.
Disarankan untuk menggunakan 8. More BH, Sakharwade SN,Thembrune
metode pengukuran serapan atau transmisi SV, Sakarkar DM. Evaluation of
UV melalui lapisan produk tabir surya pada Sunscreen Activity of Cream Containing
plat kuarsa atau biomembran dan penelitian Leaves Extract of Butea monosperma
lebih baik dilanjutkan secara in vivo yang for Topical Application. India:
lebih nyata dan dekat untuk mengklaim nilai Sudhakarrao Naik Institute og
SPF walaupun membutuhkan waktu yang Pharmacy. 2013.
cukup lama. 9. Bambal V, Wyawarahe N, Turaskar A.
Study of Sunscreen Activity of Herbal
DAFTAR PUSTAKA Cream Containing Flower Extract of
Nyctanthes Arbortristis L.and Tagetes
1. Balakhrisnan KP and Narayanaswamyi Erecta L. India: Manoharbai Patel
N. Botanicals as sunscreens: Their Role Institute of Pharmacy. 2011.
in the Prevention of Photoaging and 10. Pissavini M, et al. Determination of the
Skin Cancer. International Journal of in vitro SPF. Cosmet Toiletries. 2003;
Research in Cosmetic Science 118:63-72.
Universal Research Publications. 2011; 11. Spruce SR and Hewitt JP. In-vitro SPF:
1(1):1-12. Methodology and Correlation with in-
2. Oroh E dan Harun ES. Tabir Surya vivo Data. Euro Cosmetics. 1995; 14-20.
(Sunscreen). Berkala Ilmu Penyakit Kulit 12. Von Talsk G. Derivative
& Kelamin. 2001; 13(1):1. Spectrophotometry Low and Higher
3. Badmaev, Vladimir MD, Prakash L, Order. Weinheim: VCH
Majeed M. Topical and Nutraceutical Verlagsgesellschaft. 1994.
Skin Care Natural. 2005. (online). 13. Diffey BL and Robson J. A New
www.personalcaremagazine.com. Substrate to Measure Sun Screen
Diakses 30 September 2013. Protection Factors Throughout The
4. Yuliani SH. Optimasi Kombinasi Ultraviolet Spectrum. J Soc Cosmet
Campuran Sorbitol, Gliserol, dan Chem. 1989; 40:127-133.
Propilenglikol dalam Gel Sunscreen

49
Majalah Kesehatan FKUB Volume 1, Nomer 1, Maret 2015

14. Sheu MT, Ling CW, Huang CM.


Correlation of in vivo an in vitro
Measurement of Sun Protection Factor.
Taiwan: Graduate Institute of
Pharmaceutical Sciences, Taipei
Medical University. 2003.

50

Anda mungkin juga menyukai