Anda di halaman 1dari 8

- Surah Al-isro ayat 23-24

- Surah Al-luqman ayat 14-15


- Tokoh yang sukses karena
memuliyakan orang tuanya

Nama : Felicia Twedy R.


Kelas : VII.9
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan


Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil"
Seorang laki-laki bernama Kilab bin Umayyah bin Askar. Dia memiliki ayah dan
ibu yang sudah tua. Dia menyiapkan susu untuk keduanya tiap pagi dan petang
hari. Kemudian datanglah dua orang menemui Kilab, mereka membujuknya
untuk pergi berperang. Ternyata Kilab tertarik dengan ajakan tersebut, lalu dia
membeli seorang hamba sahaya untuk menggantikannya mengasuh kedua
orang tuanya. Setelah itu Kilab pun pergi berjihad.

Suatu malam, hamba sahaya tersebut datang dan membawa gelas jatah susu
petang hari kepada ibu dan bapak Kilab, ketika keduanya sedang tidur. Dia
menunggu sesaat dan tidak membangunkannya lalu pergi. Di tengah malam
keduanya terbangun dalam keadaan lapar, bapak Kilab berkata,

“Dua orang telah memohon kepada Kilab dengan kitabullah. Keduanya telah
bersalah dan merugi. Kamu meninggalkan bapakmu yang kedua tangannya
gemetar, dan ibumu tidak bisa minum dengan nikmat. Jika merpati itu
bersuara di lembah Waj karena telur-telurnya, kedunya mengingat Kilab. Dia
didatangi oleh dua orang yang membujuknya. Wahai hamba-hamba Allah,
sungguh keduanya telah durhaka dan merugi. Aku memanggilnya lalu dia
berpaling dengan menolak. Maka dia tidak berbuat yang benar. Sesungguhnya
ketika kamu mencari pahala selain dari berbakti kepadaku, hal itu seperti
pencari air yang memburu fatamorgana. Apakah ada kebaikan setelah menyia-
nyiakan kedua orang tua? Demi bapak Kilab, perbuatannya tidak dibenarkan.”

Jika ada orang luar Madinah yang datang ke kota Madinah, Umar bin
Khatab radhiallahu ‘anhu selalu menanyakan tentang berita-berita dan keadaan
mereka. Umar bertanya kepada salah seorang yang datang, “Dari mana?”
Orang itu menjawab, “Dari Thaif.” Umar bertanya, “Ada berita apa?” Orang itu
menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki berkata (laki-laki ini menyebut
ucapan bapak Kilab di atas).” Umar menangis dan berkata, “Sungguh Kilab
mengambil langkah yang keliru.”

Kemudian bapak Kilab, Umaiyah bin Askar dengan penuntunnya menemui


Umar yang sedang di masjid. Dia mengatakan, “Aku dicela. Kamu telah
mencelaku tiada batas, dan kamu tidak tahu penderitaan yang kurasakan. Jika
kamu mencelaku, maka kembalikanlah Kilab manakala dia berangkat ke Irak.
Pemuda mulia dalam kesulitan dan kemudahan, kokoh dan tangguh pada hari
pertempuran. Tidak, demi bapakmu, cintaku kepadamu tidaklah usang. Begitu
pula harapanku dan kerinduanku kepadamu. Seandainya kerinduan yang
mendalam membelah hati, niscaya hatiku telah terbelah karena kerinduan
kepadanya. Aku akan mengadukan al-Faruq (maksudnya Umar bin Khattab)
kepada Tuhannya yang telah menggiring jamaah haji ke tanah berbatu hitam.
Aku berdoa kepada Allah dengan berharap pahala dari-Nya di lembah
Akhsyabain sampai air hujan mengalirinya. Sesungguhnya al-Faruq tidak
memanggil Kilab untuk pulang kepada dua orang tua yang sedang
kebingungan.”
Umar menangis, lalu beliau menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari agar
memulangkan Kilab ke Madinah. Abu Musa berkata kepada Kilab, “Temuilah
Amirul Mukminin Umarbin Khattab.” Kilab menjawab, “Aku tidak melakukan
kesalahan, tidak pula melindungi orang yang bersalah.” Abu Musa berkata,
“Pergilah!”

Kilab pulang ke Madinah. Ketika Umar bertemu dengannya, beliau


mengatakan, “Sejauh mana kamu berbuat baik kepada orang tuamu?” Kilab
menjawab, “Aku mementingkannya dengan mencukupi kebutuhannya. Jika aku
hendak memerah susu untuknya, maka aku memilih onta betina yang paling
gemuk, paling sehat dan paling banyak susunya. Aku mencuci puting susu onta
itu, dan barulah aku memerah susunya lalu menghidangkannya kepada
mereka.”

Umar mengutus orang untuk menjemput bapaknya. Bapak Kilab datang


dengan tertatih-tatih dan menunduk. Umar bertanya kepadanya, “Apa
kabarmu, wahai Abu Kilab?” Dia menjawab, “Seperti yang Anda lihat wahai
Amirul Mukminin.” Umar bertanya, “Apakah kamu ada kepeluan?” Dia
menjawab, “Aku ingin melihat Kilab. Aku ingin mencium dan memeluknya
sebelum aku mati.” Umar menangis dan berkata, “Keinginanmu akan tercapai
insya Allah.”

Kemudian Umar memerintahkan Kilab agar memerah susu onta untuk


bapaknya seperti yang biasa dia lakukan. Umar menyodorkan gelas susu itu
kepada bapak Kilab sambil berkata, “Minumlah ini, wahai bapak Kilab.” Ketika
bapak Kilab mendekatkan gelas ke mulutnya, dia berkata, “Demi Allah, aku
mencium bau kedua tangan Kilab.” Umar mengatakan, “Ini Kilab, dia ada di
sini. Kami yang menyuruhnya pulang.” Bapak Kilab menangis dan Umar
bersama orang-orang yang hadir juga menangis. Mereka berkata, “Wahai
Kilab, temani kedua orang tuamu.” Maka Kilab tidak pernah lagi meninggalkan
mereka sampai wafat.
Si Anak Singkong Mulai Menapaki Tangga Kesuksesan

Chairul Tanjung adalah sosok yang mau berkawan dengan siapapun, bahkan dengan
petugas pengantar surat pun dianggapnya penting. Kegemarannya dalam
berjejaring dengan berbagai kalangan membuat perkembangan usahanya semakin
lancar.

Ia membangun relasi dengan berbagai perusahaan, baik yang sudah ternama


bahkan dengan perusahaan yang tidak terkenal sekalipun. Ia mengarahkan
bisnisnya ke konglomerasi (perusahaan yang punya beragam bisnis dan
memungkinkan tidak ada kaitan antara satu sama lain) dengan mereposisikan
dirinya kepada tiga bisnis inti, yaitu Keuangan, Properti dan Multimedia.

Chairul Tanjung yang pernah didaulat untuk menjadi Pelaksana Tugas Menteri
Kehutanan Indonesia dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada masa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menamankan perusahaan tersebut dengan
Para Group.

Perusahaan konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding
company, yang membawahi beberapa sub-holding, yaitu Para Global Investindo
(bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti
Propertindo (properti).

Oleh karena perkembangan bisnisnya, Chairul Tanjung, Si Anak Singkong lebih


senang mengakuisisi perusahaan dibandingkan membangun bisnis karena ia tidak
memiliki waktu lagi untuk membangun dari nol sehingga ia memilih untuk
mengakuisisi perusahaan-perusahaan. Sejumlah perusahaan telah ia akuisisi dan
tentu saja sudah menjadi milik Si Anak Singkong ini

Perusahaan Chairul Tanjung, Si Anak Singkong

Keuletannya dalam menapaki tangga kesuksesan melalui proses kristalisasi


keringat dan jatuh bangun semakin membuahkan hasil. Bisnis suami dari Anita
Ratnasari Tanjung ini semakin berkembang dan mengakuisisi berbagai perusahaan.

Saat ini, Mantan Menko perekonomian pada zaman Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ini memiliki sejumlah perusahaan di bidang keuangan, di antaranya
Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega
Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance.

Perusahaannya, CT Corp yang telah diresmikan perubahannya dari Para Group pada
tanggal 1 Desember 2011 juga membawahi beberapa anak perusahaan, seperti Para
Bandung Propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, dan Mega
Indah Propertindo.

Oleh karena peresmian perubahan nama tersebut, otomatis tiga perusahaan sub–
holdingChairul Tanjung yang bernama Para Global Investindo (bisnis keuangan),
Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti)
berubah menjadi Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi
layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan dan sumber daya alam.
CT Corp juga memiliki Bandung Supermall yang diluncurkan sebagai Central
Business District pada tahun 1999 dengan luas 3 hektar dan menghabiskan dana
Rp99 miliar. Dalam usaha mengembangkan sayapnya di dunia penyiaran dan
multimedia, perusahaan Chairul Tanjung memiliki Trans TV, Trans7, Mahagaya
Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle dan Trans Studio.

Selain itu, dalam bidang bisnis dan investasi, perusahaan Chairul Tanjung membeli
sebagian besar saham Carrefour Indonesia sebesar 40% melalui
penandatangananMemorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 12 Maret 2010
di Perancis.

Buah Pemikiran Si Anak Singkong adalah Embrio Kesuksesannya

Perkembangan bisnisnya yang semakin menanjak tidak lepas dari usahanya


berjejaring dengan berbagai kalangan, bahkan seperti yang ia tandaskan, berteman
dengan petugas kantor pos sekalipun ia anggap sebagai suatu usaha berjejaring
yang menjadi bagian dalam perkembangan bisnisnya.

Melalui kepiawaiannya dalam berjejaring dengan berbagai kalangan tersebut


membuatnya berhasil dalam menemukan mitra-mitra kerja yang handal.

Dalam melakukan kerjasama, Chairul Tanjung tidak enggan untuk melakukan


transaksi dengan perusahaan kecil sekalipun. Dalam benak Si Anak Singkong,
perusahaan lokal pun dapat menjadi perusahaan yang mampu bersinergi dengan
berbagai perusahaan multinasional.

Kemauan, tekad dan daya juang yang keras dalam membangun kepercayaan, ia
maknai sejalan dengan pembangunan integritas dirinya.

Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidaklah semudah membalikkan telapak


tangan. Kesabaran dan pantang menyerah dalam dunia usaha adalah satu kunci
utama dalam meraih keberhasilan. Ia berdedikasi untuk menjadi panutan para
generasi muda sehingga ia dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu
Kewirausahaan Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 18 April 2015.

Membagikan Kisah Hidup Melalui Buah Tulisan Si Anak Singkong

Kisah hidupnya yang inspiratif dan memotivasi melalui berbagai terpaan hidup
serta ganasnya ombak persaingan bisnis akhirnya dibukukan melalui buah tulisan
yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas dan disusun oleh wartawan Kompas,
Tjahja Gunawan Adireja. Buku yang berjudul Chairul Tanjung Si Anak Singkong
diluncurkan tepat pada usia Chairul Tanjung setengah abad.

Buku Biografi tentang kisah hidupnya mengalami pahitnya hidup dalam meniti
tangga keberhasilan membuktikan bahwa entrepreneurship dapat dilahirkan dan
bukan diturunkan, tutur Jakoeb Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas
dalam tulisannya di bagian pengantar buku biografi tersebut. Jakoeb Oetama
mengagumi sosok Chairul Tanjung sebagai perintis bisnis yang memperoleh
kesuksesan melalui kerja keras, kerja tuntas, komitmen dan juga ambisi.

Anda mungkin juga menyukai