Suatu malam, hamba sahaya tersebut datang dan membawa gelas jatah susu
petang hari kepada ibu dan bapak Kilab, ketika keduanya sedang tidur. Dia
menunggu sesaat dan tidak membangunkannya lalu pergi. Di tengah malam
keduanya terbangun dalam keadaan lapar, bapak Kilab berkata,
“Dua orang telah memohon kepada Kilab dengan kitabullah. Keduanya telah
bersalah dan merugi. Kamu meninggalkan bapakmu yang kedua tangannya
gemetar, dan ibumu tidak bisa minum dengan nikmat. Jika merpati itu
bersuara di lembah Waj karena telur-telurnya, kedunya mengingat Kilab. Dia
didatangi oleh dua orang yang membujuknya. Wahai hamba-hamba Allah,
sungguh keduanya telah durhaka dan merugi. Aku memanggilnya lalu dia
berpaling dengan menolak. Maka dia tidak berbuat yang benar. Sesungguhnya
ketika kamu mencari pahala selain dari berbakti kepadaku, hal itu seperti
pencari air yang memburu fatamorgana. Apakah ada kebaikan setelah menyia-
nyiakan kedua orang tua? Demi bapak Kilab, perbuatannya tidak dibenarkan.”
Jika ada orang luar Madinah yang datang ke kota Madinah, Umar bin
Khatab radhiallahu ‘anhu selalu menanyakan tentang berita-berita dan keadaan
mereka. Umar bertanya kepada salah seorang yang datang, “Dari mana?”
Orang itu menjawab, “Dari Thaif.” Umar bertanya, “Ada berita apa?” Orang itu
menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki berkata (laki-laki ini menyebut
ucapan bapak Kilab di atas).” Umar menangis dan berkata, “Sungguh Kilab
mengambil langkah yang keliru.”
Chairul Tanjung adalah sosok yang mau berkawan dengan siapapun, bahkan dengan
petugas pengantar surat pun dianggapnya penting. Kegemarannya dalam
berjejaring dengan berbagai kalangan membuat perkembangan usahanya semakin
lancar.
Chairul Tanjung yang pernah didaulat untuk menjadi Pelaksana Tugas Menteri
Kehutanan Indonesia dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada masa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menamankan perusahaan tersebut dengan
Para Group.
Perusahaan konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding
company, yang membawahi beberapa sub-holding, yaitu Para Global Investindo
(bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti
Propertindo (properti).
Saat ini, Mantan Menko perekonomian pada zaman Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ini memiliki sejumlah perusahaan di bidang keuangan, di antaranya
Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega
Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance.
Perusahaannya, CT Corp yang telah diresmikan perubahannya dari Para Group pada
tanggal 1 Desember 2011 juga membawahi beberapa anak perusahaan, seperti Para
Bandung Propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, dan Mega
Indah Propertindo.
Oleh karena peresmian perubahan nama tersebut, otomatis tiga perusahaan sub–
holdingChairul Tanjung yang bernama Para Global Investindo (bisnis keuangan),
Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti)
berubah menjadi Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi
layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan dan sumber daya alam.
CT Corp juga memiliki Bandung Supermall yang diluncurkan sebagai Central
Business District pada tahun 1999 dengan luas 3 hektar dan menghabiskan dana
Rp99 miliar. Dalam usaha mengembangkan sayapnya di dunia penyiaran dan
multimedia, perusahaan Chairul Tanjung memiliki Trans TV, Trans7, Mahagaya
Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle dan Trans Studio.
Selain itu, dalam bidang bisnis dan investasi, perusahaan Chairul Tanjung membeli
sebagian besar saham Carrefour Indonesia sebesar 40% melalui
penandatangananMemorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 12 Maret 2010
di Perancis.
Kemauan, tekad dan daya juang yang keras dalam membangun kepercayaan, ia
maknai sejalan dengan pembangunan integritas dirinya.
Kisah hidupnya yang inspiratif dan memotivasi melalui berbagai terpaan hidup
serta ganasnya ombak persaingan bisnis akhirnya dibukukan melalui buah tulisan
yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas dan disusun oleh wartawan Kompas,
Tjahja Gunawan Adireja. Buku yang berjudul Chairul Tanjung Si Anak Singkong
diluncurkan tepat pada usia Chairul Tanjung setengah abad.
Buku Biografi tentang kisah hidupnya mengalami pahitnya hidup dalam meniti
tangga keberhasilan membuktikan bahwa entrepreneurship dapat dilahirkan dan
bukan diturunkan, tutur Jakoeb Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas
dalam tulisannya di bagian pengantar buku biografi tersebut. Jakoeb Oetama
mengagumi sosok Chairul Tanjung sebagai perintis bisnis yang memperoleh
kesuksesan melalui kerja keras, kerja tuntas, komitmen dan juga ambisi.