Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 1 No.

2, ISSN 2338-6480
PENENTUAN KADAR SIANIDA DAUN SINGKONG DENGAN VARIASI
UMUR DAUN DAN WAKTU PEMETIKAN

Nova Kurnia1 dan Fatmi Marwatoen2


1Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram
2
Guru Biologi SMAN 8 Mataram

ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar sianida yang terkandung dalam
daun singkong. Daun singkong yang dijadikan sampel yaitu daun muda dan daun tua yang masing-
masing dipetik pada pagi hari maupun sore hari. Penentuan kadar sianida dilakukan dengan
metode titrasi pembentukan kompleks sianida. Hasil penelitian menunjukkan kadar sianida pada
daun singkong muda dan tua yang dipetik pada pagi hari yaitu 3,46% dan 3,67%. Sementara kadar
sianida pada daun singkong tua yang dipetik sore hari yaitu 2,81% dan 2,91%.

Kata Kunci: Kadar Sianida Daun Singkong, Variasi Umur Daun, dan Waktu Pemetikan.

PENDAHULUAN Adapun taksonomi dari singkong yaitu


Tanaman singkong merupakan salah :
satu jenis tanaman pertanian utama di Kingdom : Plantae
Indonesia. Tanaman ini termasuk famili Super Divisi : Spermatophyta
Euphorbiacea yang mudah tumbuh sekalipun Divisi : Magnoliophyta
pada tanah kering dan miskin serta tahan Kelas : Magnoliopsida
terhadap serangan penyakit maupun tumbuhan Sub Kelas : Rosidae
pengganggu (gulma). Ordo : Euphorbiales
Singkong merupakan salah satu bahan Famili : Euphorbiaceae
pangan sumber karbohidrat yang disukai Genus : Manihot
masyarakat dengan berbagai macam olahannya. Spesies : Manihot utilissima Pohl.
Bagian ubi kayu yang umum digunakan Namun tumbuhan yang termasuk
sebagai bahan makanan adalah ubinya dan kelas Dicotyledoane ini baik di dalam daunnya
daun-daun muda (pucuk). Daun ubi kayu maupun umbinya mengandung zat
mempunyai susunan berurat menjari dengan glikosiacyanogenik, dimana zat ini dapat
jumlah 5-9 helai. Daun muda (pucuk) ubi kayu menghasilkan asam sianida (HCN) atau
enak dibuat menjadi berbagai bahan olahan senyawa asam biru yang sangat bersifat racun.
karena kandungan gizi pucuk ubi ternyata Jenis racun yang selalu ada dalam daun semua
sangat tinggi. Dalam tiap 100 gram pucuk ubi jenis ketela adalah linamarin. Linamarin
mengandung 73 kal kalori, 6,8 gram protein, merupakan salah satu jenis glikosida
1,2 gr lemak, 13 gr karbohidrat, 165 mg sianogenik. Glikosida sianogenik adalah
kalsium, 54 mg fosfor, 2 mg zat besi, 11 SI senyawa hidrokarbon yang terikat dengan
vitamin A, 0,12 mg vitamin B1, 275 mg gugus CN dan gula. Beberapa tanaman tingkat
vitamin C, 77,2 gr air, dari bagian yang dapat tinggi dapat melakukan sianogenesis, yakni
dimakan. membentuk glikosida sianogenik sebagai hasil
Secara umum, dalam berat yang sama sampingan reaksi biokimia dalam tanaman.
dengan berat telur, berat protein (nabati) yang Glikosida sianogenetik merupakan
dikandung oleh daun singkong lebih kurang senyawa yang terdapat dalam bahan makanan
sama dengan yang dikandung oleh telur. Hasil nabati dan secara potensial sangat beracun
penelitian terhadap 150 jenis singkong yang karena dapat terurai dan mengeluarkan
diteliti jenis-jenis singkong yang kandungan hidrogen sianida. Asam sianida dikeluarkan
protein dalam daunnya tergolong paling rendah dari glikosida sianogenetik pada saat komoditi
pun masih mengandung lebih dari 60% macam dihaluskan, mengalami pengirisan atau
asam amino esensial. Mengingat banyaknya mengalami kerusakan.
kandungan gizi yang terdapat di dalam daun Senyawa glikosida sianogenetik
singkong tersebut, maka sangat baik untuk terdapat pada berbagai jenis tanaman dengan
dikonsumsi. nama senyawa berbeda-beda, seperti amigladin
117
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-6480
pada biji almond, apricot, dan apel, dhurin pada sianohidrin dan linamarin glikosida aseton
biji shorgun dan linimarin pada kara dan sianohidrin (Winarno, 2002).
singkong. Nama kimia amigladin adalah Berikut rumus bangun beberapa jenis
glukosida benzaldehida sianohidrin, dhurin glikosida sianogenik :
adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida

Gambar 1. Beberapa jenis glikosida sianogenik

Asam sianida ini bila dikonsumsi pada 250 ml dan tambahkan 10 ml larutan asam
jumlah besar akan mengakibatkan kepala tartrat 5%.
pusing, mual, perut terasa perih, badan 2. Kertas saring ukuran 1 x 7 cm dicelupkan
gemetar, bahkan bisa mengakibatkan pingsan. dalam larutan asam pikrat jenuh, kemudian
Bila kadar racun yang dikonsumsi cukup dikeringkan di udara. Setelah kering
banyak, selain gejala tersebut, gejala lain yang dibasahi dengan larutan Na2CO3 8% dan
dapat timbul antara lain mata melotot, mulut digantungkan pada leher erlenmeyer di atas,
berbusa, kejang dan sesak napas. Masyarakat dan ditutup sedemikian rupa sehingga
umumnya memetik daun singkong yang muda kertas tidak kontak dengan cairan dalam
sebagai sayur, tetapi daun yang tua juga erlenmeyer.
terkadang ikut dipetik. Selain itu waktu 3. Kemudian dipanaskan di atas penangas air
pemetikan daun singkong ini perlu untuk 50°C selama 15 menit. Apabila warna
diteliti, kapan waktu pemetikan yang banyak oranye dari kertas pikrat berubah menjad
menunjukkan kadar sianida pada daun warna merah berarti dalam bahan terdapat
singkong tersebut. Sehingga perlu rasanya HCN.
dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar b). Uji Kuantitatif
sianida pada daun singkong muda dan tua yang 1. Timbang 10-20 gr sampel yang sudah
dipetik pagi hari maupun sore hari. ditumbuk halus, tambahkan 100 ml
aquadest dalam labu kjeldhal, maserasikan
Alat Dan Bahan (rendam) selama 2 jam.
Alat yang digunaka adalah : Satu set 2. Kemudian tambahkan lagi 100 ml aquadest
alat destilasi, Satu set alat titrasi, Labu dan distilasi dengan uap (steam destilation).
Erlenmeyer, Neraca analitik/timbangan. Distilat ditampung dalam erlenmeyer yang
Sedangkan bahan yang digunakanadalah telah diisi dengan 20 ml NaOH 2,5%.
AgNO3 0,02 N, Larutan NaOH 2,5%, Larutan 3. Setelah distilat mencapai 150 ml, distilasi
Na2CO3 8%, Larutan kalium tartrat 5%, dihentikan. Distilat kemudian ditambah 8
Larutan asam pikrat, NH4OH, KI 5%, ml NH4OH, 5 ml KI 5% dan dititrasi
Aquadest, Kertas saring, Aluminium foil, dengan larutan AgNO3 0,02 N sampai
Aquadest. terjadi kekeruhan (kekeruhan ini akan
mudah terlihat apabila di bawah erlenmeyer
METODE PENELITIAN ditaruh kertas karbon hitam). (Soedarmadji
a). Uji Kualitatif dkk., 1997).
1. Maserasikan 50 gram bahan yang telah
ditumbuk dalam 50 ml air pada erlenmeyer HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Kualitatif Sianida

118
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-6480

(a) (b)
Gambar 2. (a) Kertas Pikrat sebelum pengujian kualitatif sianida; (b) Kertas pikrat setelah
pengujian kualitatif sianida
Uji kualitatif menggunakan metode antara ion pikrat (PO-) dengan ion H+ dari
kertas pikrat digunakan sebagai kertas indikator sianida. Reaksi ini akan terjadi jika asam pikrat
untuk menentukan ada atau tidaknya sianida dan HCN mengion. Kondisi optimum untuk
yang dalam maserat tersebut. Kertas pikrat ini terjadinya reaksi tersebut yaitu pada pH 10,8.
sebelumnya dari kertas saring yang telah Sehingga perlu ditambahkan larutan NaHCO3
dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh. agar dapat menjamin ion pikrat stabil dan
Warna awal kertas pikrat yaitu warna kuning mampu menangkap H+ dari sianida. Karena H+
dan akan berwarna merah bata jika kertas setara dengan HCN, maka perubahan warna
pikrat tersebut terkena uap sianida. kertas pikrat merupakan fungsi dari konsentrasi
Perubahan warna kertas pikrat dari HCN.
kuning ke merah bata merupakan hasil reaksi

Gambar 3. Proses reaksi antara asam pikrat dengan HCN (Sitorus, 1989).
Ternyata kertas pikrat yang diletakkan Penentuan Kadar Sianida
di atas maserat yang dipanaskan berubah dari Uji kuantitatif meliputi tahapan
warna kuning menjadi warna merah bata. Ini maserasi (perendaman) sampel, destilasi dan
berarti uap yang muncul dari pemanasan titrasi. Hasil yang diperoleh pada tahapan titrasi
maserat tersebut mengandung sianida yang dengan larutan AgNO3 0,02 N adalah sebagai
dibuktikan oleh warna merah bata pada kertas berikut :
pikrat tersebut.
Tabel 1. Hasil Titrasi Sampel pada Berbagai Variasi Daun dan Waktu.
Pemetikan pagi hari
Jenis daun Volume sampel (ml) Volume AgNO3 (ml)
Daun muda 100 8,4
Daun tua 100 7,6
Pemetikan Sore Hari
Jenis daun Volume sampel (ml) Volume AgNO3 (ml)
119
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-6480
Daun muda 100 10,8
Daun tua 100 7,8
Penentuan kadar sianida melalui memperlambat pengendapan perak iodida (KI)
titrasi pembentukan kompleks ini mengikuti yang terlalu cepat.
modifikasi Deniges, dimana ion iodida (berasal Dasar titrasi ini adalah pembentukan
dari larutan KI) ditambahkan sebagai indiaktor. ion kompleks yang sangat stabil Ag(CN)2-.
Penggunaan ion iodida sebagai indikator 2CN- + Ag+ Ag(CN)2-
karena jumlah perak iodida (AgI) yang Titik akhir titrasi didasarkan atas
diendapkan adalah sangat besar sekali penampilan kekeruhan akibat pengendapan
kemungkinan untuk dilihat dengan mudah dan perak sianida, yang dituliskan :
kelarutannya kurang dari perak sianida Ag+ + Ag(CN)2- 2AgCN
(AgCN). Sehingga pada titik akhir titrasi akan Endapan AgCN sendiri berwarna
mengendap sebagai pengganti perak sianida putih (Vogel, 1990).
(AgCN). Akan tetapi, titik akhir titrasi yang Kadar sianida yang diperoleh pada
terjadi terlalu cepat, sehingga sebelum titrasi masing-masing jenis daun dengan variasi
perlu ditambahkan amonia yang dengan waktu pemetikan seperti yang tertera pada tabel
pembentukan zat terlarut Ag(NH3)2+, akan 2.
Tabel 2. Kadar Sianida Beberapa Sampel
No Variasi Daun - Waktu Petik Kadar Sianida (%)
1 Daun Muda – Pagi Hari 3,46
2 Daun Tua – Pagi Hari 2,81
3 Daun Muda – Sore Hari 3,67
4 Daun Tua – Sore Hari 2,97

% Sianida
4
3.5
3
2.5
2
1.5 % Sianida
1
0.5
0

Gambar 4. Grafik Persentase Kadar Sianida.

Berdasarkan gambar 4.1. dapat dilihat bagian kulit batang, tangkai daun yang masih
bahwa kandungan sianida pada daun muda baik muda, kulit umbi dan bagian daun muda.
pada pemetikan pagi hari dan sore hari lebih Berdasarkan standar nasional
banyak dari pada daun tua. Ini dikarenakan Indonesia (SNI) Tahun 2006 tentang bahan
aktivitas enzim linamerase paling tinggi pada tambahan pangan, bahwa jumlah sianida yang
daun yang sangat muda. Aktivitas enzim diperbolehkan pada makanan yaitu 1 mg/kg.
endogenous ini menurun sesuai bertambahnya Artinya bahwa tiap kilogram berat badan orang
umur tanaman. Hal ini juga relevan dengan hanya boleh mengkonsumsi 1 mg sianida. Jika
penelitian Sitorus (1989) yang menyatakan berat badan rata-rata orang 50 kg, maka jumlah
bahwa bagian tanaman yang paling banyak sianida yang boleh dikonsumsi sebesar 50 mg.
mengandung glikosida sianogenik adalah Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa
jumlah sianida (tiap 20 gr sampel) pada daun

120
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-6480
muda pemetikan pagi hari, daun tua pemetikan atau direbus terlebih dahulu untk
pagi hari, daun muda pemetikan sore hari dan mengurangi kadar sianidanya.
daun tua pemetikan sore hari berturut-turut2. Pemetikan daun singkong sebaiknya dilakukan
sebesar 6,9 mg, 5,61 mg, 7,34 mg dan 5,94 mg. pagi hari.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil penelitian, Sitorus. 1989. Pemanfaatan Biomas Ketela
diperoleh data bahwa kandungan sianida pada Pohon Sebagai Ransum Ruminansia.
daun muda singkong waktu petik pagi hari Disertasi. IPB Bogor.
3,46% (6,9 mg/20 gr sampel), daun tua Soedarmadji, S., Haryono, B. Dan Suhardi.
singkong waktu petik sore hari 2,81% (5,61 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
mg/20 gr sampel), daun muda singkong waktu Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
petik sore hari 3,67% (7,34 mg/20 gr sampel), Liberty.
dan daun tua singkong waktu petik sore hari Vogel. 1990. Textbook of Macro and
2,97% (5,94 mg/20 gr sampel). Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis [Alih bahasa Setiono dan
SARAN Pudjaatmaka]. Longman Group
1. Perlakuan yang aman untuk konsumsi daun Limited: London.
singkong sebaiknya dengan mencuci bersih Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
terlebih dahulu, dan direndam baru dimasak Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

121

Anda mungkin juga menyukai