PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1
Daun
muda.
majemuk, bentuk buli, berkelamin satu atau dua, daun pelindung
2.2.1
Bunga
2.2.1
pendek, kepala sari kecil, bakal buah duduk, kepala putik dua
2.2.1
2.2.1
:
:
2.2.1
Buah
Biji
Akar
2.2.1
2.2.1
2.2.1
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
a 100
x
x
2 2
100 %
2.2.6
2.2.7
2.2.8
2.2.9
2,6,-dihidroksi4metoksidihidrokalkon(DMC)dan2,6,4,-
trihidroksi-4-metoksidihidrokalkon (asebogenin).
sebagai
agen
kemoprevensi,
(penetasan/penampungan
B. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temparatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali
sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
3.
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan adanya pengadukan
kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan
(kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 C.
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30C)
dan temperatur sampai titik didih air.
2.6.2
Fraksinasi
Fraksinasi adalah pengelompokkan berdasarkan sifat-sifat kimia.
Setelah dipekatkan, ekstrak pekat ditambahkan larutan eter untuk
memisahkan senyawa polar, semi polar dan non polar.
Prinsip dari pemisahan adalah adanya perbedaan sifat fisik dan
kimia dari senyawa yaitu kecenderungan dari molekul untuk melarut
dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk menguap
(keatsiriaan) kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan
serbuk labus (adsorpsi, penyerapan).
Salah satu pemisahan adalah
kromatografi
cair
vakum,
utama
KCV
adalah
untuk
fraksinasi
atau
2.7 Isolasi
2.7.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen dari sutau senyawa, berdasarkan perbedaan
adsorpsi atau partisi fase diam (adsorben) dengan pelarut pengembang
(fase gerak). Pemilihan pelarut pengembang dipengaruhi oleh jenis dan
polaritas komponen-komponen kimia dipisahkan.
Walaupun silika gel banyak digunakan, lapisan dapat pula dibuat
dari aluminum oksida, celite kalsium hidroksida, damar penukar ion,
magnesium fosfat, poliamida, sephadex , polifinil pirolidon, selulosa,
dan campuran dua bahan diatas atau lebih. Kecepatan KLT yang lebih
besar disebabkan oleh sifat penyerap yang lebih padat bila disaputkan
pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa labil.
Kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga bila diperlukan
dapat
Alat Percobaan
Labu takar, erlenmeyer bertutup, shaker, neraca digital, keras
saring, kertas timbang, kaca arloji, bunsen, kaki tiga, kassa, batang
pengaduk, cawan dangkal, beaker glass, oven, tanur, spatel,
3.2
Bahan Percobaan
Simplisia seuseureuhan, aquadest, etanol
BAB IV
METODOLOGI PERCOBAAN
4.2.2
4.2.3
bertututup
dipanaskan pada suhu 100-1050C selama 30 menit dan telah ditara. Jika
zat uji berupa hablur besar, maka dilakakukan penggerusan dengan cepat
hingga ukuran butiran lebih kuran 2 mm dan ditimbang dengan segera.
Zat dalam botol timbang diratakan dengan menggoyangka botol hingga
merupakan lapisan setebal lebih kurang 5-10 mm. Kemudian dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 1050C hingga bobot tetap. Botol harus segara
ditutup jika oven dibuka. Kemudian botol dimasukkan kedalam
desikator, dibiarkan dingin dan ditimbang. Prosedur diulangi sampai di
dapat bobot tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari 105 0C,
pengeringan dilakukan pada suhu antara 5o dan 10o dibawah suhu
leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu 105 0C hingga
bobot tetap.
4.2.4
a 100
x
x 100
2 20
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Percobaaan
(%)
Kadar air
< 10
> 9,7
18.3
> 18
etanol
Kadar sari larut air
Kadar Abu
< 12
< 2,2
1.915
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penetapan kadar sari
Pada percobaan kali ini, dilakukan penetapan kadar sari larut air
dan larut etanol dari simplisia Piper aduncum (Seuseureuhan). Untuk
penetapan kadar sari larut air, menggunakan metode panas yaitu dengan
teknik refluks. Penetapan ini berdasarkan pada jumlah kandungan
senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut, yaitu air dan
etanol. Simplisia Piper aduncum yang digunakan sebanyak 3 gram.
Untuk penetapan kadar sari larut air, simplisia dimasukkan
kedalam 100 mL air, kemudian dikocok dalam labu tertutup selama 30
menit dan direfluks selama 1 jam. Refluks merupakan metode
ekstraksi dengan pelarut pada temparatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Hal ini dilakukan untuk mendapat ekstrak
secara sempurna sehingga kadar yang tersari dalam pelarut semakin
banyak. Dari hasil penyaringan, diambil sebanyak 20 mL filtrat dingin
untuk kemudian
dilakukan
dengan
seksama
karena
dapat
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Gambar tanaman dan kemasan jamu
2. Gambar Bagan Skema Kerja (Diagram Alir)
A. Diagram alir Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
2,0 3,0 g Simplisia
Filtrat
Residu
3,0 g Simplisia
100 ml air
Wadah di timbang
Diaduk
Didiamkan selama 30 menit
Direfluks selama 1 jam
Didinginkan
Air ad bobot awal
Diaduk
Di saring
Filtrat
Residu
Dipanaskan pada suhu 1050C
Ditimbang
Bobot Tetap
Di susun oleh :
KELOMPOK 4 (EMPAT) B
3311101073
3311101066
3311101069
3311101072
3311101077
3311101078
3311101080
3311101084