Anda di halaman 1dari 11

Bakteri Streptomyces Griseus

Klasifikasi Ilmiah

Domain : Bakteri

Phylum : Actinobacteria

Orde : Actinomycetales

Famili : Streptomycetaseae

Genus : Streptomyces

Spesies : S.Griseus

A.Genus Streptomyces griseus

Streptomyces merupakan genus terbesar dari Actinobacteria dan merupakan genus dari
keluarga streptopmycetaceae. Bakteri ini termasuk kedalam gram positif dengan tinggi GC
konten.

B.Fisiologi dan Morfologi

S.griseus merupakan jenis alkaliphilic, organisme ini dapat tumbuh diberbagai pH( 5-
11), tetapi pertumbuhan optimal dari bakteri ini ada pada temperature 25-35 C dan pada pH 9.
S.griseus mempunyai peptinogen yang tebal, lipid, Spura rantai yang Reflexible,Memiliki spora
pada subtract mycelium,Sebagai pemanfaatan garam sitrat, Dan dapat memproduksi obat anti
kanker Streptocin.

C. Taksonomi

Spesies ini pertamakali ditemukan oleh waksman dan Henrici pada tahun 1984.
S.griseus memiliki GC konten yang tinggi di genomnya dengan rata-rata tinggi 72,2 %.
Taksonomi dari S. griseus bermula dari rumitnya sistematika mikroba yang ada pada S.griseus.
S.griseus memiliki rRNA 16S, rRNA 16 ini yang digunakan untuk mengenali jenis bakteri
tersebut.

C. Peranan Bagi Lingkungan

Pada tahun 1944 Waksman mengisolasi antibiotik baru dari Streptomyces griseus.
Streptomyces griseus merupakan bakteri yang dapat menghasilkan streptomisin dan S.fradiae
menghasilkan antibiotic neomisin. obat ini mempunyai efek anti tuberkulosis pada binatang
percobaan dan kemudian digunakan sebagai Obat Anti Tuberkulosis yang pertama pada manusia.
Selain menghasilkan streptomisin dan S.fradiae bakteri ini juga menghasilkan enzim proteoliti
yang dimana enzim ini dapat digunakan untuk penyamak kulit, penyamakan merupakan proses
untuk mengubah kulit hewan(sapi, kambing) menjadi kulit yang lembut sehingga dapat di
gunakan untuk membuat sepatu dan tas.

Streptomycetes merupakan peranan penting dalam proses penguraian dari bahan organik
terutama dalam hal pengomposan. Beberapa spesies dari streptomyces terlibat dalam sebuah
hubungan simbiotik dengan genus attini ants. Attini ants merupakan bakteri yang berfungsi
sebagai perkembangbiakan jamur dengan bakteri ini maka akan mempermudah untuk
mengembiakan jamur. Sedangkan fungsi dari streptomyces adalah untuk memproduksi toxin
yang digunkan untuk memlihara agar jamur tesebut tidak ditumbuhi rumput
“MEMANFAATKAN Streptococcus griceus UNTUK PENGHASIL ANTIBIOTIK
SKALA INDUSTRI”

Posted December 26, 2011 by aguskrisno in Uncategorized. Leave a Comment

PENDAHULUAN

Sintesa senyawa kemoterapi dan bioaktif menggunakan mikroorganisme


merupakan cabang bioteknologi mikroba dan bisnis fermentasi yang sangat penting. Ini terlihat
dengan banyaknya berbagai aktivitas penelitian dan pengembangan industri fermentasi dengan
bantuan mikroba untuk memproduksi antibiotik, antitumor, vitamin, vaksin, asam amino dan
senyawa bioaktif lainnya. Antibiotik merupakan salah satu senyawa penting dibuat oleh sintesis
mikroba dengan cara fermentasi. Saat ini kira-kira telah dipasarkan 150 senyawa antibiotik yang
diproduksi dengan proses fermentasi dan penggunaannya tersebar luas di berbagai bidang seperti
medis, veteriner, industri makanan dan pertanian. Antibiotik digunakan karena aktivitas yang
dimilikinya antara lain sebagai antibakteri, antifungi, antikoksidial, antiprotozoa, anthelmintik,
pestisida, antivirus, antitumor, atau insektisida. Antibiotik secara langsung atau tidak langsung
meningkatkan taraf hidup manusia dan menambah harapan hidup rata-rata manusia. Indonesia
sebagai negara berkembang dimana penyakit infeksi masih relatif tinggi, kebutuhan antibiotik
tidak dapat dihindarkan.
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000 , dan beberapa ratus antibiotika
ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai
antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok
mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus.
Sejauh ini kebutuhan antibiotik masih diimpor dan belum ada yang memulai bisnis fermentasi
untuk memproduksi antibiotik. Padahal negara kita dengan kekayaan alamnya sangat berpotensi
untuk mengembangkan fermentasi antibiotik. Dalam industri fermentasi, isolasi produk yang
dikehendaki kadang-kadang menimbulkan masalah dan sering memerlukan banyak alat, tenaga
dan waktu.
Streptococcus griceus

Streptococcus griceus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan spora yang dapat
ditemukan di tanah. Bakteri ini nonmotil dan berfilamen. Selain ditemukan pada tanah, bakteri
ini juga dapat ditemukan pada tumbuhan yang membusuk. Streptococcus griceus dikenal juga
karena memproduksi senyawa volatil yaitu Geosmin yang memiliki bau khas pada tanah.
Streptococcus griceus termasuk ke dalam golongan Actinomyces yaitu bakteri yang memiliki
struktur hifa bercabang menyerupai fungi dan dapat menghasilkan spora.
Karateristik Streptococcus griceus yang lain adalah koloni mereka yang keras, berbulu dan
tidak/jarang berpigmen. Streptococcus griceus adalah organisme kemoheteroorganotrof yaitu
organisme yang mampu menggunakan materi organik yang kompleks sebagai sumber karbon
dan energi. Materi yang mereka dapatkan berasal dari degradasi molekul ini di dalam tanah.
Karena sifat ini bakteri ini penting untuk menjaga tekstur dan kesuburan tanah. Bakteri ini
memiliki suhu optimal untuk pertumbuhan pada 25oC dan pH 8-9.

Manfaat Streptococcus griceus


Diketahui pula bahwa Streptococcus griceus adalah sumber utama senyawa antibiotik saat ini.
Streptococcus griceus memproduksi lebih dari dua pertiga antibiotik alami yang berguna secara
klinis. Streptomycin adalah salah satu contoh antibiotik terkenal yang berasal dari Streptococcus
griceus. Antibiotik primer tersebut dapat diaplikasikan pada manusia (sebagai obat antikanker,
immunoregulator) atau digunakan sebagai herbisida, agen anti-parasit, dan penghasil beberapa
enzim penting untuk industri makanan dan industri lainnya. Streptococcus griceus dikenal karena
kemampuannya untuk mensintesis senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain, antara lain Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa, Vibrio cholerae, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Shigella dysenteriae.
Antibiotik yang dihasilkan oleh Streptococcus griceus sangat banyak, antara lain neomisin dan
kloramfenikol. Selain itu antibiotik streptomisin juga dinamakan berdasarkan bakteri
penghasilnya, yaitu Streptococcus griceus. Antibiotik yang dihasilkan oleh Streptococcus griceus
ini antara lain nystatin dari S. noursei, amphotericin B dari S. nodosus, natamycin dari S.
natalensis, erythromycin dari S. erythreus, neomycin dari S. fradiae, streptomycin dari S. griseus,
tetrasiklin dari S. rimosus, vancomycin dari S. orientalis, rifamycin dari S. mediterranei,
chloramphenicol dari S. venezuelae, puromycin dari S. alboniger dan lincomycin dari S.
lincolnensis.

Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan organisme hidup yang dalam konsentrasi rendah dapat
menghambat atau membunuh organisme lainnya. Antibiotik berasal dari kata “anti” dan “bios”
(hidup, kehidupan). Jadi, antibiotik merupakan zat yang biasa membunuh atau melemahkan
suatu mahkluk hidup, yaitu mikroorganisme (jasad renik) seperti bakteri, parasit, atau jamur.

Untuk penyakit yang di sebabkan bakteri, antibiotik cukup dapat di andalkan. Contoh penyakit
akibat infeksi bakteri adalah sebagian infeksi telinga, infeksi sinus berat, radang tenggorokan
akibat infesi kuman streptokokus, infeksi saliran kemih, tifus, tuber kulosis, dan diare akibat
amoeba hystolytica . Namun , antibiotic tidak dapat membunuh virus. Oleh karna itu, Antibiotik
tidak dapat menyembuhkan penyakit yang di sebabkan virus.

Berdasarkan cara kerja antibiotik yang secara efektif meracuni sel bakteri,antibiotik
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mengganggu sintesis danding sel (seperti penisilin , sofalosforin, imifenem, van komisin,
basitrasin).
2. Mengganggu sintesis protein bakteri (separti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol ,
makrolida, tetrasklin, gentamisin ).
3. Menghambat sintesis folat (separti sulfonamide dan trimerofrim ).
4. Mengganggu sintesis DNA , (separti metronidasol, kinolon, novobiosin).
5. Mengganggu sintesis RNA (rifampisin).
6. Mengganggu fungsi membran sel (seperti polimiskin B gramisidin).

Resistensi Antibiotik
Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi antibiotik.
Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri yang awalnya
sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten.
Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua proses
genetik dalam bakteri:
1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)
Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom bakteri
memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan tertentu antibiotika yang
tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika yang termutasi (mutan) menjadi resisten
yang kemudian tumbuh dan berkembang biak.
2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)
Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain. Contohnya,
streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik yang dihasilkannya
sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E. coli atau Shigella sp.

Manfaat Antibiotik yang Diproduksi oleh Mikroorganisme


Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Praduk antikoagulan, antidepresan, vasodilator, insektisida, hormon tanaman, enzim, dan
inhibitor enzim telah diisolasi dari mikroorganisme.

Produk Antibiotik Mikroorganisme


Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda
dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Ditemukan Penisilin dihasilkan oleh
jamur Penicillium notatum. Penisilin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan oleh
Alexander Fleming tahun 1928, dan kemudian dikembangkan oleh Harold Florey pada tahun
1938. Penisilin telah diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1944.
Antibiotik Streptomisin dihasilkan oleh jamur Streptococcus griceus yang dapat membunuh
bakteri patogen yang tahan terhadap penisilin atau sepalosporin. Streptomisin telah digunakan
untuk mengobati penyakit tuberkulosis. Produksi antibiotik melalui pemanfaatan
mikroorganisme dilakukan melalui fermentasi. Adapun sistem fermentasi yang telah
berkembang.
Sistem fermentasi:
1. Sistem Continue
Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar dan hasilnya dipanen secara berkala.
Sistem ini cocok digunakan pada produksi besar (dalam skala industri) agar lebih efisien. Sistem
ini tidak cocok digunakan untuk produksi kecil (skala laboratorium).
Seperti pada produksi etanol dengan teknik immobilisasi sel Fermentasi kontinyu dijalankan
dengan menggunakan reaktor sistem packed-bed dengandiameter bead K-Karaginan 2 m.
Sebelum digunakan, bioreaktor disterilisasi menggunakan etil alkohol dan kemudian diisi dengan
beadK-karaginan. Molases substrat diumpankan dari bagian bawah fermentor secara kontinyu
denganpompa peristaltik (Masterflex – Cole Palmer) melalui tubing silikon. Larutan Effluent
overflow darititik keluaran di bagian atas fermentor. Untuk mencegah agar bead tidak terikut
keluar, bead di tahandengan penahan berbentuk penyaring. Dillution rate sebesar 1,2 jam-1
selama proses fermentasi dansampel diambil untuk dianalisa setelah steady-state tercapai.

2. Sistem Batch
Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan hasil pada akhir periode fermentasi,
sehingga hanya dapat bertahan selama beberapa jam atau hari. Sistem ini cocok untuk produksi
skala kecil (skala laboratorium). Perbedaan penggunaan kedua metode tersebut akan
menyebabkan perbedaan recovery, kemurnian, kualitas, dan sterilisasi pengemasan produk akhir.
Menurut Rachman 1989 sistem fed-batch adalah suatu sistem yang rnenambahkan media barn
secara teratur pada kultur tertutup, tanpa mengetuarkan cairan kultur yang ada di dalam
fermentor sehingga volume kultur makin lama makin bertambah. Keuntungan sistem fed-batch
ini ialah konsentrasi sisa substrat terbatas dan dapat dipertahankan pada tingkat yang sangat
rendah sehingga dapat mencegah fenomena represi katabolit atau inhibisi substrat. Stanbury dan
Whitaker 1984 juga menyebutkan istilah kultur fed-batch untuk menggambarkan kultur batch
yang pemasokan substratnya dilakukan secara kontinu atau bertahap tanpa pengeluaran cairan
kultur. Volume kultur bertambah sesuai dengan perubahan waktu. Proses ini juga dapat
menghindarkan efek toksik dan komponen media. Proses fed-bate ini telah diterapkan secara luas
dalam berbagai industri fermentasi dan relatif lebih mudah digunakan untuk perbaikan proses
batch dibandingkan dengan proses kontinu. Apabila pada fermentasi kontinu dihasilkan keluaran
secara terus-menerus maka pada fed-batch diperoleh keluaran tunggal pada akhir inkubasi
sehingga dapat ditangani dengan cara yang sama seperti pada proses batch Sinclair & Kristiansen
1987. Dengan melihat berbagai keuntungan penggunaan dekstranase maka pengembangan teknik
fermentasi enzim Penulis untuk korespondensi mutlak diperlukan. Dengan teknik fermentasi
yang baik dan tepat akan membantu produksi mikroba secara optimum.
Antibiotik tidak secara langsung dikode oleh gen, tetapi dibuat di dalam sel dengan reaksi katalis
enzim. Enzim disusun berdasarkan instruksi gen spesifik. Dengan teknologi fusi sel akan terjadi
kombinasi gen dan sintesis enzim-enzim baru, sehingga mikroba dapat menghasilkan antibiotik
baru. Saat ini telah banyak dihasilkan bermacam-macam antibiotik untuk kemoterapi kanker, anti
bakteri, anti amuba, pengawet makanan, dan anti fungi.
Pada proses produksi penisilin, media bernutrisi yang mengandung gula asam fenilasetat
ditambahkan ke secara kontinu. Asam fenilasetat ini digunakan untuk membuat rantai samping
benzil pada penisilin G. Penisilin G diekstraksi dari filtrat dan dikristalisasi. Untuk membuat
penisilin semisintetik, penisilin G dicampur dengan bakteri yang mensekresi enzim asilase.
Enzim ini akan melepas gugus benzil dari penisilin G dan mengubahnya menjadi 6-
aminopebicillanic acid (6-APA). Aminopenicilanic acid adalah molekul yang digunakan untuk
membuat penisilin jenis lain. Bebagai gugus kimia ditambahkan pada aminopenicillanic.
Hal yang serupa juga terjadi pada sefalosporin C yang diperoduksi oleh cephalosporium
acremonium. Molekul sepalosporin C dapat ditranspormasi dengan melepas rantai samping α-
aminodipic acid dan menambahkan gugus baru yang memiliki kisaran antibakteri yang lebih
luas.

Strain streptomyces griseus dan Actinomycetes lainnya menghasilkan streptomisin dan bebagai
antibiotik lainnya. Spora S. Griseus diinokulasi kedalam media untuk mendapatkan kultur
pertumbuhan dengan biomassa miselia yang tinggi sebelum dimasukkan kedalam tangki
inokulum. Media dasar untuk praduksi streptomisin mengandung pati kedelai sebagai sumber
nitrogen, glukosa sebagai sumber karbon, dan NaCl. Temperatur optimum untuk proses
fermentasi ini berkisar pada 28°C, dengan kecepatan pengadukan dan aerasi yang tinggi
diperlukan untuk mendapatkan produksi streptomisin yang maksimal. Proses fermentasi
berlangsung sekitar 10 hari dengan jumlah streptomisinyang dipanen berkisar 1g/L.
Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi berfilamen dan oleh
bakteri kelompok actinomycetes. Daftar sebagian besar antibiotika yang dihasilkan melalui
fermentasi industri berskala-besar. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan
keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan
berdasarkan struktur kimianya. Sebagian besar sebagian diketahui efektif menyerang penyakit
fungi. Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan nilai
penjualan hampir mendekati $ 5 milyar. Beberapa antibiotika yang dihasilkan secara komersial.

Produksi Antibiotik
Proses pertumbuhan mikroorganisme dan tahap-tahapnya yang meliputi tahap: lag, log, dan fase
stationer, sudah diketahui sebelumnya. Berbagai metabolit yang dibentuk pada fase-fase
pertumbuhan tersebut perlu diketahui, untuk memperoleh metabolit yang diharapkan dalam
proses industri. Terdapat dua bentuk dasar metabolit mikroorganisme yang disebut metabolit
primer dan sekunder. Metabolit primer merupakan salah satu yang dibentuk selama fase
pertumbuhan primer mikroorganisme, sedangkan metabolit sekunder merupakan salah satu yang
dibentuk menjelang akhir fase pertumbuhan primer mikroorganisme, seringkali menjelang atau
fase stationer pertumbuhan.

1. Metabolit Primer
Salah satu proses dimana produknya dihasilkan selama fase pertumbuhan primer
mikroorganisme dalah fermentasi alkohol (etanol). Etanol merupakan suatu produk metabolisme
anaerobik dari ragi dan bakteri tertentu, dan dibentuk sebagai bagian dari metabolisme energi.
Karena pertumbuhan hanya terjadi jika terjadi produksi energi, pembentukan etanol terjadi
secara paralel dengan pertumbuhan. Tipe fermentasi alkohol, memperlihatkan pembentukan sel
mikroorganisme, etanol, dan penggunaan gula.

2. Metabolit Sekunder
Suatu yang sangat menarik, sekalipun sangat kompleks, tipe proses industry mikroorganisme,
salah satu produknya yang diharapkan tidak dihasilkan selama fase pertumbuhan primer, tetapi
menjelang atau tepat pada fase stasioner Metabolit yang dihasilkan pada fase tersebut sering
dinamakan metabolit sekunder, dan merupakan sejumlah metabolit yang penting dan menarik
dalam industri. Kinetika tipe proses metabolit sekunder tersebut, pada proses pembentukan
penisilin, dapat dilihat pada gambar b. Metabolisme primer umumnya sama pada semua sel,
sedangkan metabolism sekunder memperlihatkan perbedaan antara satu organisme dengan yang
lainnya. Karakteristik metabolit sekunder yang dikenal, adalah :

1. Setiap metabolit sekunder dihasilkan hanya oleh sebagian kecil organisme/relative sedikit.
2. Metabolit sekunder kelihatannya tidak penting untuk pertumbuhan dan reproduksi sel.
3. Pembentukan metabolit sekunder sangat ekstrim bergantung pada kondisi pertumbuhan,
khususnya komposisi medium. Sering terjadi tekanan pembentukan metabolit sekunder.
4. Metabolit sekunder sering dihasilkan sebagai kelompok struktur yang berhubungan erat.
Sebagai contoh, strain tunggal spesies Streptomyces ditemukan dapat menghasilkan 32
antibiotika antrasiklin yang berbeda tetapi berhubungan.
5. Sering terjadi produksi metabolit sekunder secara berlebihan, sedangkan metabolit primer
terikat pada metabolisme primernya, biasanya tidak mengalami kelebihan produksi seperti hal
tersebut.

3. Trofofase dan Idiofase

Dalam metabolisme sekunder terdapat dua fase yang berbeda, yang disebut trofofase dan
idiofase. Trofofase merupakan fase pertumbuhan, sedangkan idiofase merupakan fase
pembentukan metabolit. Meskipun merupakan suatu kekeliruan untuk menganggap hal tersebut
menjadi dua fase, tapi istilah tersebut merupakan penyederhanaan yang sesuai, karena menolong
kita dalam kajian fermentasi industri.. Jadi, jika kita berurusan dengan metabolit sekunder, harus
menjamin kondisi yang tersedia selama trofofase untuk pertumbuhan yang baik, selanjutnya kita
harus yakin bahwa kondisi tersebut pantas untuk diubah pada waktu yang hampir bersamaan
supaya menjamin pembentukan produk yang baik. Antibiotika adalah metabolit sekunder yang
terkenal dan diteliti secara luas. Pada metabolisme sekunder, terdapat pertanyaan mengapa
produk tidak dihasilkan dari substrat pertumbuhan primer, tapi dari produk yang dengan
sendirinya dibentuk dari substrat pertumbuhan primer. Jadi metabolit sekunder umumnya
dihasilkan dari beberapa produk perantara yang berkumpul dalam medium atau dalam sel,
selama metabolisme primer. Satu karakteristik metabolit sekunder adalah enzim yang terlibat
pada produksi metabolit sekunder diatur secara terpisah dari enzim metabolisme primer. Dalam
banyak kasus, sudah diidentifikasi inducer spesifik metabolit sekunder. Sebagai contoh, inducer
spesifik untuk produksi streptomisin, yaitu suatu senyawa yang disebut A-factor.
4. Hubungan Metabolisme Primer Dengan Metabolisme Sekunder

Sebagian besar metabolit sekunder merupakan molekul organik kompleks yang dibutuhkan
untuk sintesis sejumlah besar reaksi enzimatik spesifik. Sebagai contoh, saat ini diketahui paling
sedikit 72 tahap enzimatik yang dilibatkan dalam sintesis antibiotika tetrasiklin dan lebih dari 25
tahap enzimatik pada sintesis eritromisin, tidak satupun raksi tersebut terjadi selama metabolisme
primer, karena bahan pemula untuk metabolisme datang dari jalur biosintetik utama. .

Pencarian Antibiotika
Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000 , dan beberapa ratus antibiotika
ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai
antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok
mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus. Sekali diketahui urutan struktur
gen mikroorganisme penghasil-antibiotika, dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan
pembuatan antibiotika baru. Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui
‘screening’. Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme
penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya isolat tersebut
diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan yang “diffusible” , yang menghambat
pertumbuhan bakteri uji.
Bakteri yang digunakan untuk pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau
berhubungan dengan bakteri patogen. Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi
antibiotika adalah metode goressilang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan program
pemisahan arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika yang
dihasilkan termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil antibiotika baru,
antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji toksisitas dan aktivitas
terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi. Sebagian besar antibiotika baru gagal
menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah
antibiotika baru ini sering digunakan dalam pengobatan dan dihasilkan secara komersial.
Tabel Klasifikasi antibiotika sesuai dengan struktur kimianya dan
contoh antibiotika (sumber:Brock & Madigan,1991)

Tahap-tahap Menuju Produksi Komersial


Suatu antibiotika yang dihasilkan secara komersial, pada awalnya harus berhasil diproduksi pada
fermentor industri berskala-besar. Salah satu gugus-tugas 392 penting adalah pengembangan
efisiensi metode pemurnian. Metode elaborasi (yang terperinci) sangat penting dalam ekstraksi
dan pemunian antibiotika, karena jumlah antibiotika yang terdapat dalam cairan fermentasi
hanya sedikit.

Jika antibiotika larut dalam pelarut organik yang tidak dapat bercampur dengan air, maka
pemurniannya relatif lebih mudah, karena memungkinkan untuk mengekstraksi antibiotika ke
dalam suatu pelarut bervolume kecil, sehingga lebih mudah mengumpulkan antibiotika tersebut.
Jika antibiotika tidak larut dalam 393 pelarut, selanjutnya harus dipindahkan dari cairan
fermentasi melalui adsorpsi, pertukaran ion, atau presipitasi secara kimia.
Pada semua kasus, tujuannya untuk memperoleh produk kristalin yang sangat murni, meskipun
sejumlah antibiotika tidak mudah terkristalisasi dan sulit dimurnikan. Masalah yang
berhubungan adalah, kultur sering menghasilkan produk akhir lain, termasuk antibiotika lain,
dalam hal ini penting mengakhiri proses dengan suatu produk yang hanya terdiri dari antibiotik
tunggal. Pemurnian secara kimia mungkin dibutuhkan untuk mengembangkan metode dalam
rangka menghilangkan produk sampingan yang tidak diharapkan, tetapi dalam beberapa kasus
hal tersebut penting untuk ahli mikrobiologi untuk menemukan strain yang tidak menghasilkan
senyawa kimia dan tidak diharapkan.

Proses Menggunakan mikroba


Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan
mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan bahwa
Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan
garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang
memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain
dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis
sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik
dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati,
proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain
yang digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme.
Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki fernentasi dengan ukuran besar.
Sebagai contoh Penicillium chrysogenum ditumbuhkan dalam 100.000 liter fermentor selama
kurang lebih 200 jam. Mula-mula suspensi spora P. chrysogenum ditumbuhkan dalam larutan
media bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 24 °C dan selanjutnya
ditransfer ke tangki inokulum. Tangki inokulum digojlok teratur untuk mendapatkan aerasi yang
baik selama satu hingga dua hari.

Kajian Islami
Keberadaan mikroorganisme merupakan bukti empiris (faktual) kebesaran Allah SWT sebagai
Maha Pencipta. Berdasarkan Al-qur’an tentang bukti-bukti kebesaran Allah SWT dalam
kehidupan alam semesta seperti tersirat dalam surat AN NAHL ayat 13 dan surat THAAHAA
ayat 6.

Surat THAAHAA ayat 6.


“Wamaadzaroalakum fil ardhi muhtalifan alwaa nuhu inna fii dzaalika la aayatal
liqoumiyyadzakruuna”

Yang artinya:
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-
lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.

Dari surat THAAHAA ayat 6 kita ketahui bahwa Allah SWT telah menciptakan bermacam-
macam segala sesuatu yang ada pada langit dan bumi. Dan dapat mengambil pelajaran, misalnya
memanfaatkan bakteri untuk menghasilkan antibiotik.

Surat AN NAHL ayat 13


“Lahumaafiisamaawaati wamaa fil ardhi wamaa baynahumaa wamaa tahtassaroo”.
Yang artinya:
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah.

Dari surat AN NAHL ayat 13 kita ketahui bahwa semua yang ada di langit, di bumi, di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah adalah ciptaan dan kepunyaan Allah SWT, sebagai
contoh yaitu mikroorganisme yang termasuk ciptaan Allah SWT.

KESIMPULAN
Antibiotik merupakan salah satu senyawa penting dibuat oleh sintesis mikroba dengan cara
fermentasi. Antibiotik digunakan karena aktivitas yang dimilikinya antara lain sebagai
antibakteri, antifungi, antikoksidial, antiprotozoa, anthelmintik, pestisida, antivirus, antitumor,
atau insektisida. Antibiotik secara langsung atau tidak langsung meningkatkan taraf hidup
manusia dan menambah harapan hidup rata-rata manusia. Indonesia sebagai negara berkembang
dimana penyakit infeksi masih relatif tinggi, kebutuhan antibiotik tidak dapat dihindarkan.
Streptococcus griceus adalah sumber utama senyawa antibiotik saat ini. Streptococcus griceus
memproduksi lebih dari dua pertiga antibiotik alami yang berguna secara klinis. Streptomycin
adalah salah satu contoh antibiotik terkenal yang berasal dari Streptococcus griceus. Antibiotik
yang dihasilkan oleh Streptococcus griceus sangat banyak, antara lain neomisin dan
kloramfenikol.

Anda mungkin juga menyukai