Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah pada hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi). Diabetes
Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai ‘gula tinggi’, baik oleh pasien maupun
penyedia layanan kesehatan.Pemikiran dari hubungan gula dengan DM adalah
sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung gula ciri dari DM
yang tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peran penting
dalam perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa
darah hanya satu komponen dari proses patologis dan manifestasi klinis yang
berhubungan dengan DM. Proses patologis dan factor resiko lain adalah penting
dan terkadang merupakan factor independen. Diabetes mellitus dapat
berhubungan dengan komplikasi serius, namum orang dengan DM dapat
mengambil cara – cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian
tersebut (Black, 2014, p. 631).
DM mungkin juga akibat dari gangguan – gangguan lain atau
pengobatan. Defek genetic pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM.
Beberapa hormone epinefrin merupakan antagonis atau menghambat insulin.
Jumlah berlebihan dari hormone – hormone ini (seperti akromegali, sindrom
cushing, glukagonoma, dan feokromositoma) menyebabkan DM. selain itu obat
– obatan tertentu (glukokortikoid dan triazid) mungkin menyababkan
DM (Black, 2014, p. 632)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana algoritma asuhan keperawatan gawat darurat diabetes mellitus
berdasarkan woc?
2. Bagaimana pengkajian pada asuhan keperawatan gawat darurat dengan kasus
diabetes mellitus?

1
3. Apa saja diagnosa keperawatan gawat darurat yang dapat diangkat pada kasus
diabetes mellitus?
4. Apa saja intervensi keperawatan gawat darurat yang dapat diberikan pada
kasus diabetes mellitus?
5. Apa terdapat penelitian jurnal dari kasus gawat darurat diabetes mellitus?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam
tentang proses pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada sistem
endokrin dengan kasus diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui cara pengkajian menganalisis data dan merumuskan
diagnose keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus
- Untuk mengetahui cara menyusun rencana asuhan keperawatan pasien
dengan Diabetes Mellitus
- Untuk mengetahui cara melaksanakan tindakan keperawatan pasien
dengan Diabetes Mellitus

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi para
pembaca terutama mengenai asuhan keperawatan pada diabetes milletus
2. Manfaat Praktis
Perawat diharapkan dapat menerapkan asuhan kepeawatan pada Diabetes
Milletus dengan tepat

BAB II

ASKEP DASAR GADAR DIABETES MELLITUS

A. Algoritme keperawatan Pendekatan Web of Caution (WOC)


(terlampir)

2
B. Pengkajian
1. Identitas
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota keluarganya
memiliki riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai terdeteksi pada usia
kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM paling umum yang
biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa
tua dan biasanya disertai obesitas. Diabetes gestasional merupakan yang
menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan
pertama kali selama kehamilan (Black, 2014, pp. 632-63).
2. Pengkajian Primer
Hiperglikemik Hipoglikemik
Airway (jalan napas) Airway (jalan napas)
Kaji kepatenan jalan nafas pasien,
Kaji adanya sumbatan jalan napas.
ada tidaknya sputum atau benda
Terjadi karena adanya penurunan
asing yang menghalangi jalan nafas.
kesadaran/koma sebagai akibat dari
Biasanya terjadi karena penurunan
gangguan transport oksigen ke otak.
kesadaran sebagai akibar dari
hiperosmolaritas
Breathing (pernapasan) Breathing (pernapasan)
Kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada Merasa kekurangan oksigen dan
tidaknya penggunaan otot bantu napas tersengal – sengal , sianosis.
pernafasan. Biasanya terjadi
hiperventilasi

Circulation (sirkulasi) Circulation (sirkulasi)


Kaji nadi, biasanya nadi menurun, Kebas, kesemutan dibagian
tampak pucat disebabkan karena ekstremitas, keringat dingin,
glukosa Intra Sel Menurun sehingga hipotermi, nadi lemah, tekanan
Proses Pembentukan ATP/Energi darah menurun.
Terganggu
Disability (kesadaran) Disability (kesadaran)
Lemah, letih, sulit bergerak, Terjadi penurunan kesadaran,
gangguan istirahat tidur, penurunan karena kekurangan suplai nutrisi ke
kesadaran jika terjadi ketoasidosis otak.
metabolik.

3
Exposure Exposure.
Klien tampak lemah, turgor kulit
Pada exposure kita melakukan
sedang, mukosa bibir kering.
pengkajian secara menyeluruh.
Karena hipoglikemi adalah
komplikasi dari penyakit DM
kemungkinan kita menemukan
adanya luka/infeksi pada bagian
tubuh klien / pasien.

3. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka. (Bararah, 2013, p. 39)
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan diabetes millitus mengalami kehausan yang sangat
berlebihan, badan lemas dan penurunan berat badan sekitar 10% sampai
20%. (Bararah, 2013, p. 39)

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. (Bararah,
2013, p. 39)
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat – obatan yang
biasa digunakan oleh penderita. (Bararah, 2013, p. 40)
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalkan hipertensi,
jantung. (Bararah, 2013, p. 40)
3) Riwayat Pengobatan

4
Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan
terapi injeksi insulin eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah.
Sedangakan pasien dengan diabetes mellitus biasanya menggunakan
OAD (Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea, biguanid,
meglitinid, inkretin, amylonomimetik, dll (Black, 2014, p. 642).
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan
komposmentis dan mengalami hipoglikemi akibat reaksi
penggunaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien mengeluh
gemetaran, gelisah, takikardia (60-100 x per menit), tremor, dan
pucat (Bararah, 2013, p. 40).

b) SAMPLE

S : tanda dan gejala yang dirasakan klien


A: alergi yang dipunyai klien
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : riwayat penyakit yang diderita klien
L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan napsu makan
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan
c) Tanda – tanda vital
Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah, nadi,
suhu, turgor kulit, dan frekuensi pernafasan. (Bararah, 2013, p. 40).
2) Body System
a) Sistem pernapasan
 Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas
 Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya
massa, lesi atau bengkak.
 Auskultasi : mendengarkan suara napas normal dan napas
tambahan (abnormal : weheezing, ronchi, pleural friction
rub) (Bararah, 2013, p. 40).
b) Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak
 Palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi
perifer melemah atau berkurang.

5
 Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara
kasar, kardiomegali.
 Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat
didiskripsikan dengan S1, S2 tunggal (Bararah, 2013, p. 40)
c) Sistem Persyarafan
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflex lambat, kacau mental, disorientasi. (Bararah,
2013, p. 41). Pasien dengan kadar glukosa darah tinggi sering
mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf sering dirasakan seperti mati
rasa, menusuk, kesemutan, atau sensasi terbakar yang membuat
pasien terjaga waktu malam atau berhenti melakukan tugas
harian (Black, 2014, p. 680).
d) Sitem Perkemihan
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat proses miksi (Bararah, 2013, p. 41).
e) Sistem Pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen.
(Bararah, 2013, p. 41). Neuropati aoutonomi sering
mempengaruhi Gl. Pasien mungkin dysphagia, nyeri perut,
mual, muntah, penyerapan terganggu, hipoglikemi setelah
makan, diare, konstipasi dan inkontinensia alvi (Black, 2014, p.
681).
f) Sistem integumen
 Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk,
memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan teksturnya.
 Palpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus),
mobilitas, meraba tekstur rambut (Bararah, 2013, p. 40).
g) Sistem muskuluskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri (Bararah, 2013, p. 41).
h) Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya
mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang
menyebabkan DM tipe 1. Respon sel beta pancreas terpapar
secara kronis terhadap kadar glukosa darah yang tinggi menjadi

6
progresif kurang efisien yang menyababkan DM tipe 2 (Black,
2014, p. 634)
i) Sistem reproduksi
Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,
gangguan kualitas, maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi (Bararah, 2013, p. 38).
j) Sistem penglihatan
Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada
pasien diabetes mellitus (Black, 2014, p. 677).
k) Sistem imun
Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi,
infeksi sangat sulit untuk pengobatan. Area terinfeksi sembuh
secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah tidak
membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody
ke tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan
mempertinggi kemungkinan ketoasidosis (Black, 2014, p. 677)
f. Pemeriksaan penunjang
1) Kadar glukosa darah
Table : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)


Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti
Sewaktu DM
Plasma vena >200 100 – 200
Darah Kapiler >200 80 – 100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti
Puasa DM
Plasma vena >120 110 – 120
Darah kapiler >120 90 – 110

2) Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140/dl (7,8 mmol/L)

7
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradial (pp) > 200
mg/dl)
3) Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
a) Tes saring
Tes – tes saring pada DM adalah :
 GDP (Gula Darah Puasa),GDS(Gula Darah Sewaktu)
 Tes glukosa urin
 Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 190).
b) Tes diagnostic
Tes – tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP(Glukosa
Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 190).
c) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
 Mikroalbuminaria : urin
 Ureum, kreatinin, asam urat
 Kolesterol (total, LDL, HDL dan Trigliserida) : plasma vena
(puasa)(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190)

c) Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI (2017) diagnosa keperawatan Diabetes Mellitus yang muncul
antara lain :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
a. Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Penyebab :
 Spasme jalan napas
 Hipersekresi jalan napas
 Disfungsi neuromuskular
 Benda asing dalam jalan napas
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi yang tertahan
 Hiperplasia diding jalan napas
 Proses infeksi
 Respon alergi
 Efek agen farmakologis

8
c. Gejala dan Tanda

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : Objektif :
(tidak tersedia) 1) Batuk tidak efektif atau tidak mampu
batuk
2) Sputum berlebih/ obstruksi di jalan
napas
3) Mengi. Wheezing dan/atau ronkhi
kering

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif : Objektif :
1) Dispnea 1) Gelisah
2) Sulit bicara 2) Sianosis
3) Ortopnea 3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
d. Kondisi Klinis Terkait
- Gullian barre syndrome
- Sklerosis multipel
- Myasthenia gravis
- Prosedur diagnostik
- Depresi sistem saraf pusat
- Cedera kepala
- Stroke
- Kuadriplegia
- Sindrom aspirasi mekonium
- Infeksi saluran napas
- Asma

2. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)


a. Definisi : inspirasi dan/atau yang tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Penyebab :
̵̵ Depresi pusat pernapasan
̵̵ Hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
̵̵ Deformitas dinding dada
̵̵ Deformitas tulang dada
̵̵ Gangguan neuromuskular
̵̵ Gangguan neurologis
̵̵ Imanuritas neurologis
̵̵ Penurunan energi
̵̵ Obesitas
̵̵ Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

9
̵̵ Sindrom hiperventilasi
̵̵ Kerusakan inervasi diafragma
̵̵ Cedera pada medula spinallis
̵̵ Efek agen farmakologis
̵̵ Kecemasan
c. Gejala dan Tanda Mayor

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : Objektif :
1) Dispnea 1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif : Objektif :
1) Ortopnea 1) Pernapasan purse-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4) Ventilasi semenit semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi daad berubah
4) Kondisi klinis terkait
- Depresi sistem saraf pusat
- Cedera kepala
- Trauma thoraks
- Gullian barre syndrome
- Sklerosis multipel
- Myasthenia gravis
- Stroke
- Kuadriplegia
- Intoksikasi alkohol

3. Penurunan Curah Jantung (D.0008)


a. Definisi : ketidakedekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
b. Penyebab :
- Perubahan irama jantung
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan kontraktilitas
- Perubahan preload
- Perubahan afterload
c. Gejala dan Tanda

10
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1) Perubahan irama jantung
1) Perubahan irama jantung a) bradikardi/takikardi
b) gambaran EKG aritmia/ gangguan
a) Palpitasi
konduksi
2) Perubahan preload 2) perubahan preload
a) Lelah a) edena
b) distensi vena jugularis
2) Perubahan afterload c) CVP meningkat
a) Dispnea 3) Perubahan afterload
a) TD meningkat/ menurun
b) Nadi perifer teraba lemah
c) CRT > 3 detik
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat/sianosis
3) Perubahan kontraktilitas
a) Paroxymal nocturnal 4) Perubahan kontraktilitas
a) Terdengar suara jantung S3/S4
dyspnea (PND) b) Ejection fraction menurun
b) Ortopnea
c) Batuk

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1) Dribbling 1) Perubahan preload
(tidak tersedia) a) Murmur jantung
b) Berat badan bertambah
c) Pulmonary artery wedge pressure
(PAWP) menurun
2) Perubahan afterload 2) Perubahan afterload
(tidak tersedia) a) Pulmonary vascular resistance
(PVR)
b) Systemic vascular resistance

3) Perubahan kontraktilitas (SVR)


c) Hepatomegali
(tidak tersedia)
3) Perubahan kontraktilitas
a) Cardiac index menurun
b) Left ventricular stroke work index

4) Perilaku emosional (LVSWI) menurun


a) Cemas c) Stroke volume index (SVI)
b) Gelisah menurun
4) Perilaku/emosional
(tidak tersedia)
d. Kondisi Klinis Terkait
- Gagal jantung kongestif

11
- Sindrom koroner akut
- Stenosis mitral
- Regurgitasi mitral
- Stenosis aorta
- Regurgitasi aorta
- Stenosis trikuspidalis
- Stenosis pulmonal
- Regurgitasi pulmonal
- Aritmia
- Penyakit jantung bawaan

4. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)


a. Definisi : Beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
b. Faktor Risiko
- Keabnormalan masa protombin dan/ atau masa tromboplastin
parsial
- Penurunan kinerja ventrikel kiri
- Alterosklerosis aorta
- Diseksi aorta
- Fibrilasi atrium
- Tumor otak
- Stenosis karotis
- Miksoma atrium
- Aneurisma serebri
- Koagulopati (mis. Anemia sel sabit)
- Dilatasi kardiomiopati
- Koagulasi intravaskuler diseminata
- Embolisme
- Cedera kepala
- Hiperkolesteronemia
- Hipertensi
- Endokarditis infektif
- Katup prostetik mekanis
- Stenosis mitral
- Neoplasma otak
- Infark miokard akut
- Sindrom sick sinus
- Penyalahgunaan zat
- Terapi tombolitik
- Efek samping tindakan
c. Kondisi Klinis Terkait
- Stroke
- Cedera kepala
- Ateroslerotik aortik
- Infark miokard akut
- Diseksi arteri
- Embolisme
- Endokarditis infektif

12
- Fibrilasi atrium
- Hiperkolesterolemia
- Hipertensi
- Dilatasi kardiomiopati
- Koagulasi intravaskular diseminata
- Miksoma atrium
- Neoplasma otak
- Segmen ventrikel kiri akinetik
- Sindrom sick sinus
- Stenosis karotid
- Stenosis mitral
- Hidrosefalus
- Infeksi orak (mis. Meningitis, ensefalitis, abses serebri)

5. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)


a. Definisi : variasi kadar glukosa darah naik/ turun dari rentang normal.
b. Penyebab
Hiperglikemia
- Disfungsi pankreas
- Resistensi insulin
- Gangguan toleransi glukosa darah
- Gangguan glukosa darah puasa
Hipoglikemia
- Penggunaan insulin atau obat glikemik oral
- Hiperinsulinemia
- Endokrinopati
- Disfungsi hati
- Disfungsi ginjal kronis
- Efek agen farmakologis
- Tindakan pembedahan neoplasma
- Gangguan metabolik bawaan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Objektif :
Hipoglikemia Hipoglikemia
1) Mengantuk 1) Gangguan koordinasi
2) Kadar glukosa dalam darah/ urin
2) Pusing
rendah
Hiperglikemia
Hiperglikemia 1) Kadar glukosa dalam darah/ urin tinggi
1) Lelah atau lesu

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif : Objektif :
Hipoglikemia Hipoglikemia

13
1) Palpitasi 1) Gemetar
2) Mengeluh lapar 2) Kesadaran menurun
3) Perilaku aneh
4) Sulit bicara
5) Berkeringat
Hiperglikemia Hiperglikemia
1) Mulut kering 1) Jumlah urin meningkat
2) Haus meningkat

d. Kondisi klinis terkait


- Diabetes mellitus
- Ketoasidosis metabolik
- Hipoglikemia
- Diabetes gestasional
- Penggunaan kortikosteroid
- Nutrisi parenteral total (TPN)

6. Risiko Syok (D.0039)


a. Definisi : berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan
tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam
jwa
b. Faktor risiko
- Hipoksemia
- Hipoksia
- Hipotensi
- Kekurangan volume cairan
- Sepsis
- Sindrom respons inflamasi sistemik
c. Kondisi klinis terkait
- Perdarahan
- Trauma multipel
- Pneumothoraks
- Infark miokard
- Kardiomiopati
- Cedera medula spinalis
- Anafilaksis
- Koagulasi intravaskuler
- Sindrom respons inflamasi sistemik

d) SIKI & SLKI


1. Bersihan jalan napas tidak efektif
a. Tujuan: Bersihan jalan napas (L.01001)
Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
b. Kriteria hasil

14
- Produksi sputum menurun (1)
- Mengi menurun (5)
- Wheezing menurun (5)
- Dispnea menurun (5)
- Ortopnea menurun (5)
c. Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas (I.01011)
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi pernapasan
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga fraktur servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padar dengan forcep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

2. Pola napas tidak efektif


a. Tujuan: Pola napas (L.01004)
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
b. Kriteria hasil
- Dispnea menurun (5)
- Penggunaan otot bantu napas menurun (5)
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun (5)
- Ortopnea menurun (5)
- Pernapasan pursed-lip menurun (5)
- Pernapasan cuping hidung menurun (5)
c. Intervensi Keperawatan: Pemantauan respirasi (I.01014)
Observasi
- Monitor frekuensi
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen

15
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu

3. Penurunan curah jantung


a. Tujuan: Curah jantung (L.02008)
Keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
b. Kriteria hasil
- Kekuatan nadi perifer meningkat (5)
- Ejection fraction meningkat (5)
- Palpitasi menurun (5)
- Bradikardi menurun (5)
- Takikardi menurun (5)
- Gambaran EKG aritmia menurun (5)
- Pucat/ sianosis menurun (5)
c. Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda vital (I.02060)
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi
- Monitor pernapasan
- Monitor suhu tubuh
- Monitor oksimetri nadi
- Monitor tekanan nadi
- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan

4. Risiko perfusi serebral tidak efektif


a. Tujuan: Perfusi serebral (L.2014)
Keadekuatan aliran darah serebral untuk menunjang fungsi otak
b. Kriteria hasil
- Tingkat kesadaran meningkat (5)
- Tekanan intra kranial menurun (5)
- Sakit kepala menurun (5)
- Gelisah menurun (5)
c. Intervensi keperawatan: Pemantauan neurologis (I.06197)
Observasi
- Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaksi pupil
- Monitor tingkat kesadaran

16
- Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
- Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis

5. Ketidakstabilan kadar glukosa darah


a. Tujuan: Kestabilan kadar glukosa darah (L.05022)
Kadar glukosa darah berada pada rentang normal
b. Kriteria hasil
- Koordinasi meningkat (5)
- Mengantuk menurun (5)
- Pusing menurun (5)
- Lelah/ lesu menurun (5)
- Kadar glukosa dalam darah membaik (5)
c. Intervensi keperawatan
Manajemen hiperglikemia (I.03115)
Observasi
-Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
-Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
-Monitor tanda glukosa darah jika perlu
-Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
-Monitor intake dan output cairan
-Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik, dan frekuensi nadi
Terapeutik
-Berikan asupan cairan oral
-Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
-Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortortatik
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium jika perlu
Manajemen hipoglikemia (I.03115)
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik
- Berikan karbohidrat sederhana jika perlu
- Berikan glukagon jika perlu
- Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pertahankan akses IV
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dekstrose jika perlu
- Kolaborasi pemberian glukagon jika perlu

6. Resiko syok

17
a. Tujuan: Tingkat syok (L.03032)
Ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa
b. Kriteria Hasil
- Kekuatan nadi meningkat (5)
- Tingkat kesadaran meningkat (5)
- Akral dingin menurun (5)
c. Intervensi: Pencegahan syok (I.02068)
Observasi
 Monitor status kardiopulmonal
 Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Terapeutik
- Berikan oksigen untuk mempertahankan status oksigen >94%
- Pasang IV line jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi jika perlu

2.1.5 Penelitian Journal

(terlampir)

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu asuhan keperawatan pada pasien


diabetus mellitus terdiri dari pengkajian, yang terdiri dari identitas, status
kesehatan saat ini, pemfis, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosa keperawatan
yang dapat diambil yakni gangguan perfusi jaringan, gangguan integritas jaringan
b/d badanya gangren pada ekstremitas,resiko infeksi, resiko syok, retensi urine,
pemunihan nutrisi kurang dari keb tubuh

B. Saran
1. Untuk Perawat
Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat yakni harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan serta menambah ilmu
pengetahuan tentang berbagai macam penyakit, dalam khusus nya Diabetes
militus agar perawat dapat melakukan implementasi sesuaidengan kebutuhan
klien
2. Untuk Penulis
Kami memahami segala kekurangan yang ada pada karya tulis kami
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan masukan yang membangun
guna dalam penulisan karya tulis selanjutnya dapat membuat karya tulis
dengan lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada Media

Eduksi.

Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Nugroho, D. T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosisi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim

Prokja SDKI DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Wilkinson, J. M. (2013). Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M. (2017). Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.

Pathway Diabetes Mellitus, available at:

https://www.academia.edu/17776455/Pathway_of_Diabetes_Mellitus

Pathway Hiperglikemia, available at:

https://www.scribd.com/document/366752603/Pathway-Hiperglikemia

Pathway Hipoglikemia, available at:

https://www.scribd.com/doc/201000470/Pathway-Hipoglikemia

20

Anda mungkin juga menyukai