PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah pada hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi). Diabetes
Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai ‘gula tinggi’, baik oleh pasien maupun
penyedia layanan kesehatan.Pemikiran dari hubungan gula dengan DM adalah
sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung gula ciri dari DM
yang tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peran penting
dalam perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa
darah hanya satu komponen dari proses patologis dan manifestasi klinis yang
berhubungan dengan DM. Proses patologis dan factor resiko lain adalah penting
dan terkadang merupakan factor independen. Diabetes mellitus dapat
berhubungan dengan komplikasi serius, namum orang dengan DM dapat
mengambil cara – cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian
tersebut (Black, 2014, p. 631).
DM mungkin juga akibat dari gangguan – gangguan lain atau
pengobatan. Defek genetic pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM.
Beberapa hormone epinefrin merupakan antagonis atau menghambat insulin.
Jumlah berlebihan dari hormone – hormone ini (seperti akromegali, sindrom
cushing, glukagonoma, dan feokromositoma) menyebabkan DM. selain itu obat
– obatan tertentu (glukokortikoid dan triazid) mungkin menyababkan
DM (Black, 2014, p. 632)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana algoritma asuhan keperawatan gawat darurat diabetes mellitus
berdasarkan woc?
2. Bagaimana pengkajian pada asuhan keperawatan gawat darurat dengan kasus
diabetes mellitus?
1
3. Apa saja diagnosa keperawatan gawat darurat yang dapat diangkat pada kasus
diabetes mellitus?
4. Apa saja intervensi keperawatan gawat darurat yang dapat diberikan pada
kasus diabetes mellitus?
5. Apa terdapat penelitian jurnal dari kasus gawat darurat diabetes mellitus?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam
tentang proses pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada sistem
endokrin dengan kasus diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui cara pengkajian menganalisis data dan merumuskan
diagnose keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus
- Untuk mengetahui cara menyusun rencana asuhan keperawatan pasien
dengan Diabetes Mellitus
- Untuk mengetahui cara melaksanakan tindakan keperawatan pasien
dengan Diabetes Mellitus
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi para
pembaca terutama mengenai asuhan keperawatan pada diabetes milletus
2. Manfaat Praktis
Perawat diharapkan dapat menerapkan asuhan kepeawatan pada Diabetes
Milletus dengan tepat
BAB II
2
B. Pengkajian
1. Identitas
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota keluarganya
memiliki riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai terdeteksi pada usia
kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM paling umum yang
biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa
tua dan biasanya disertai obesitas. Diabetes gestasional merupakan yang
menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan
pertama kali selama kehamilan (Black, 2014, pp. 632-63).
2. Pengkajian Primer
Hiperglikemik Hipoglikemik
Airway (jalan napas) Airway (jalan napas)
Kaji kepatenan jalan nafas pasien,
Kaji adanya sumbatan jalan napas.
ada tidaknya sputum atau benda
Terjadi karena adanya penurunan
asing yang menghalangi jalan nafas.
kesadaran/koma sebagai akibat dari
Biasanya terjadi karena penurunan
gangguan transport oksigen ke otak.
kesadaran sebagai akibar dari
hiperosmolaritas
Breathing (pernapasan) Breathing (pernapasan)
Kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada Merasa kekurangan oksigen dan
tidaknya penggunaan otot bantu napas tersengal – sengal , sianosis.
pernafasan. Biasanya terjadi
hiperventilasi
3
Exposure Exposure.
Klien tampak lemah, turgor kulit
Pada exposure kita melakukan
sedang, mukosa bibir kering.
pengkajian secara menyeluruh.
Karena hipoglikemi adalah
komplikasi dari penyakit DM
kemungkinan kita menemukan
adanya luka/infeksi pada bagian
tubuh klien / pasien.
3. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka. (Bararah, 2013, p. 39)
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan diabetes millitus mengalami kehausan yang sangat
berlebihan, badan lemas dan penurunan berat badan sekitar 10% sampai
20%. (Bararah, 2013, p. 39)
4
Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan
terapi injeksi insulin eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah.
Sedangakan pasien dengan diabetes mellitus biasanya menggunakan
OAD (Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea, biguanid,
meglitinid, inkretin, amylonomimetik, dll (Black, 2014, p. 642).
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan
komposmentis dan mengalami hipoglikemi akibat reaksi
penggunaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien mengeluh
gemetaran, gelisah, takikardia (60-100 x per menit), tremor, dan
pucat (Bararah, 2013, p. 40).
b) SAMPLE
5
Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara
kasar, kardiomegali.
Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat
didiskripsikan dengan S1, S2 tunggal (Bararah, 2013, p. 40)
c) Sistem Persyarafan
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflex lambat, kacau mental, disorientasi. (Bararah,
2013, p. 41). Pasien dengan kadar glukosa darah tinggi sering
mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf sering dirasakan seperti mati
rasa, menusuk, kesemutan, atau sensasi terbakar yang membuat
pasien terjaga waktu malam atau berhenti melakukan tugas
harian (Black, 2014, p. 680).
d) Sitem Perkemihan
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat proses miksi (Bararah, 2013, p. 41).
e) Sistem Pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen.
(Bararah, 2013, p. 41). Neuropati aoutonomi sering
mempengaruhi Gl. Pasien mungkin dysphagia, nyeri perut,
mual, muntah, penyerapan terganggu, hipoglikemi setelah
makan, diare, konstipasi dan inkontinensia alvi (Black, 2014, p.
681).
f) Sistem integumen
Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk,
memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan teksturnya.
Palpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus),
mobilitas, meraba tekstur rambut (Bararah, 2013, p. 40).
g) Sistem muskuluskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri (Bararah, 2013, p. 41).
h) Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya
mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang
menyebabkan DM tipe 1. Respon sel beta pancreas terpapar
secara kronis terhadap kadar glukosa darah yang tinggi menjadi
6
progresif kurang efisien yang menyababkan DM tipe 2 (Black,
2014, p. 634)
i) Sistem reproduksi
Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,
gangguan kualitas, maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi (Bararah, 2013, p. 38).
j) Sistem penglihatan
Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada
pasien diabetes mellitus (Black, 2014, p. 677).
k) Sistem imun
Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi,
infeksi sangat sulit untuk pengobatan. Area terinfeksi sembuh
secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah tidak
membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody
ke tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan
mempertinggi kemungkinan ketoasidosis (Black, 2014, p. 677)
f. Pemeriksaan penunjang
1) Kadar glukosa darah
Table : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring
7
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradial (pp) > 200
mg/dl)
3) Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
a) Tes saring
Tes – tes saring pada DM adalah :
GDP (Gula Darah Puasa),GDS(Gula Darah Sewaktu)
Tes glukosa urin
Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 190).
b) Tes diagnostic
Tes – tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP(Glukosa
Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 190).
c) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
Mikroalbuminaria : urin
Ureum, kreatinin, asam urat
Kolesterol (total, LDL, HDL dan Trigliserida) : plasma vena
(puasa)(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190)
c) Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI (2017) diagnosa keperawatan Diabetes Mellitus yang muncul
antara lain :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
a. Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Penyebab :
Spasme jalan napas
Hipersekresi jalan napas
Disfungsi neuromuskular
Benda asing dalam jalan napas
Adanya jalan napas buatan
Sekresi yang tertahan
Hiperplasia diding jalan napas
Proses infeksi
Respon alergi
Efek agen farmakologis
8
c. Gejala dan Tanda
9
̵̵ Sindrom hiperventilasi
̵̵ Kerusakan inervasi diafragma
̵̵ Cedera pada medula spinallis
̵̵ Efek agen farmakologis
̵̵ Kecemasan
c. Gejala dan Tanda Mayor
10
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1) Perubahan irama jantung
1) Perubahan irama jantung a) bradikardi/takikardi
b) gambaran EKG aritmia/ gangguan
a) Palpitasi
konduksi
2) Perubahan preload 2) perubahan preload
a) Lelah a) edena
b) distensi vena jugularis
2) Perubahan afterload c) CVP meningkat
a) Dispnea 3) Perubahan afterload
a) TD meningkat/ menurun
b) Nadi perifer teraba lemah
c) CRT > 3 detik
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat/sianosis
3) Perubahan kontraktilitas
a) Paroxymal nocturnal 4) Perubahan kontraktilitas
a) Terdengar suara jantung S3/S4
dyspnea (PND) b) Ejection fraction menurun
b) Ortopnea
c) Batuk
11
- Sindrom koroner akut
- Stenosis mitral
- Regurgitasi mitral
- Stenosis aorta
- Regurgitasi aorta
- Stenosis trikuspidalis
- Stenosis pulmonal
- Regurgitasi pulmonal
- Aritmia
- Penyakit jantung bawaan
12
- Fibrilasi atrium
- Hiperkolesterolemia
- Hipertensi
- Dilatasi kardiomiopati
- Koagulasi intravaskular diseminata
- Miksoma atrium
- Neoplasma otak
- Segmen ventrikel kiri akinetik
- Sindrom sick sinus
- Stenosis karotid
- Stenosis mitral
- Hidrosefalus
- Infeksi orak (mis. Meningitis, ensefalitis, abses serebri)
13
1) Palpitasi 1) Gemetar
2) Mengeluh lapar 2) Kesadaran menurun
3) Perilaku aneh
4) Sulit bicara
5) Berkeringat
Hiperglikemia Hiperglikemia
1) Mulut kering 1) Jumlah urin meningkat
2) Haus meningkat
14
- Produksi sputum menurun (1)
- Mengi menurun (5)
- Wheezing menurun (5)
- Dispnea menurun (5)
- Ortopnea menurun (5)
c. Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas (I.01011)
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi pernapasan
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga fraktur servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padar dengan forcep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
15
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu
16
- Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
- Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis
6. Resiko syok
17
a. Tujuan: Tingkat syok (L.03032)
Ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa
b. Kriteria Hasil
- Kekuatan nadi meningkat (5)
- Tingkat kesadaran meningkat (5)
- Akral dingin menurun (5)
c. Intervensi: Pencegahan syok (I.02068)
Observasi
Monitor status kardiopulmonal
Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Terapeutik
- Berikan oksigen untuk mempertahankan status oksigen >94%
- Pasang IV line jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi jika perlu
(terlampir)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Untuk Perawat
Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat yakni harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan serta menambah ilmu
pengetahuan tentang berbagai macam penyakit, dalam khusus nya Diabetes
militus agar perawat dapat melakukan implementasi sesuaidengan kebutuhan
klien
2. Untuk Penulis
Kami memahami segala kekurangan yang ada pada karya tulis kami
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan masukan yang membangun
guna dalam penulisan karya tulis selanjutnya dapat membuat karya tulis
dengan lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Eduksi.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
https://www.academia.edu/17776455/Pathway_of_Diabetes_Mellitus
https://www.scribd.com/document/366752603/Pathway-Hiperglikemia
https://www.scribd.com/doc/201000470/Pathway-Hipoglikemia
20