Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah.
Volume darah manusia ± 7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki-laki dan 4,5 liter
untuk perempuan. Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan memberikan natrium nisrat
atau natrium oksalat, karena garam-garam ini menyingkirkan ion-ion kalsium dari darah
yang berperan yang berperan penting dalam proses pembekuan darah (Subowo, 1992).
Darah mempunyai fungsi antara lain: mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari
makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa sari makanan dari seluruh jaringan tubuh
ke alat-alat eksresi,mengangkut hormone dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu,
mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas tubuh dengan
memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang
tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan membentuk antibody (Abbas, 1997).
Golongan darah manusia terbagi menjadi 4 golongan, yaitu A, B, AB dan O. Dalam hal
ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya
terkandung zat anti yang disebut sebagai antibody dan agglutinin. Golongan darah manusia
bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Sistem penggolongan darah yang umum
dikenal dalam system ABO.
Golongan darah ditentukan dari jenis zat dalam eritrosit dan aglutinin dalam plasma
darah, maka dari itu saya melakukan praktikum Penentuan Golongan Darah ini untuk
mengetahui cara penentuan golongan darah seseorang dan system pewarisan golongan
darah dari tetuanya karena setiap orang berbeda golongan darahnya dan system pewarisan
golongan darah dari tetua juga berbeda.

1
B. Rumusan masalah
1. Penggolongan Darah Menurut Sistem ABO
2. Penggolongan Darah Menurut Sistem Rhsus
3. Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
4. Diskrepansi Golongan Darah ABO

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penggolongan darah menurut sistem ABO
2. Untuk mengetahui penggolongan darah menurut sistem Rhesus
3. Unruk mengetahui prinsip pemeriksaan golongan darah sistem ABO
4. Untuk mengetahui tentang diskrepansi golongan darah ABO

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Golongan Darah A-B-O


Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada
anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia kedalam
empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam
antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah) (Nur, 2012).
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih dari
dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel
berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotip untuk untuk
karakter ini: Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini
menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan
pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah
substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB) atau tidak sama sekali (tipe O) (Nur,
2012).
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh sepasang
gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat dikenal dari zat
kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah merah. Ketika
seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang disumbangkan haruslah
sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan dalam melakukan transfusi akan
dapat menimbulkan komplikasi yang serius (Nur, 2012).
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah
AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis
yang paling jarang dijumpai di dunia (Nur, 2012).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat
waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal
kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran
forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal (Nur, 2012).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut (Lidyana, 2011) :

3
 Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A
di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau
O-negatif.
 Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya
dapatmenerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-
negatif
 Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan
darah kecuali pada sesama AB-positif.
 Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-
negatif.

B. Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO


 Cell Grouping : Memeriksa antigen sel darah merah dengan cara
menambahkan anti-A, anti-B monoklonal.
 Serum Grouping : Memeriksa antibodi dalam serum/plasma dengan cara
mereaksikannya dengan sel golongan A, B, dan O.
 Auto Control : Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara
mereaksikannya dengan sel darah merahnya sendiri.
(Lestari, 2011).

4
C. Golongan Darah Rhesus
Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak
perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya
(Nur, 2012).
Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada
eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai
rh-antigen pada eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan
merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada ABO
sistem dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi
yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi
hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau kehamilan. Sistem
golongan darah Rhesus merupakan antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan
system golongan darah lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali
saja sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan
darah Rhesus negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D)
walaupun golongan darah ABO nya sama (Nur, 2012).
Anti D merupakan antibodi imun tipe IgG dengan berat molekul 160.000, daya
endap (sedimentation coefficient) 7 detik, thermo stabil dan dapat ditemukan selain
dalam serum juga cairan tubuh, seperti air ketuban, air susu dan air liur. Imun antibodi
IgG anti-D dapat melewati plasenta dan masuk kedalam sirkulasi janin, sehingga janin
dapat menderita penyakit hemolisis (Nur, 2012).

D. Diskrepansi golongan darah ABO


Diskrepansi ABO terjadi apabila ada ketidakcocokkan antara hasil cell grouping
dengan serum grouping. Diskrepansi ini dapat terjadi karena masalah teknis dan dapat
diselesaikan dengan cara melakukan pemeriksaan reagen, membaca hasil dengan teliti
serta melaporkan hasil dengan benar (Saiemaldahr, 2010).

Ada beberapa kasus diskrepansi ABO yang dapat terjadi karena masalah teknis
dan dapat menyebabkan reaksi negatif atau positif palsu. Reaksi positif palsu
disebabkan oleh :

 Centrifuge tidak dikalibrasi


 Reagen terkontaminasi
 Tabung yang kotor
5
Reaksi negative palsu dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti :

 Kegagalan menambahkan serum atau reagen


 Penggunaan reagen atau sampel yang salah
 Suspensi sel dengan konsentrasi terlalu tinggi atau rendah
(Saiemaldahr, 2010)

Jenis Diskrepansi ABO

 Diskrepansi Group I
Diskrepansi ini terjadi antara cell grouping dan serum grouping karena reaksi
yang lemah atau antibodi hilang. Tipe diskrepansi ini merupakan yang paling sering
terjadi. Reaksi yang lemah atau hilangnya antibody ini disebabkan karena pasien
memiliki masalah dalam produksi antibodi atau tidak dapat menghasilkan antibodi
ABO. Tipe diskrepansi ini dapat terjadi pada bayi baru lahir, pasien usia lanjut,
pasien dengan limfoma, pasien menggunakan obat imunosupresif, pasien dengan
penyakit imunodefisiensi dan transplantasi BM (Saiemaldahr, 2010).

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini, antara lain
(Saiemaldahr, 2010) :

 Meminimalisir terjadinya kesalahan teknis


 Meningkatkan reaksi dalam serum grouping
 Inkubasi serum pasien dengan sel reagen pada suhu kamar selama 15 menit

 Diskrepansi Group II
Terjadi karena reaksi yang lemah atau antigen hilang. Dapat disebabkan oleh
beberapa sub kelompok A atau subkelompok B atau keduanya . Juga dapat hadir
pada pasien dengan penyakit leukemia dan hodgkin.Untuk mengatasi masalah ini
dapat dilakukan dengan mencuci sel darah pasien dengan saline (Saiemaldahr, 2010).

6
 Diskrepansi Group III
Terjadi karena kelainan pada protein atau plasma. Hal ini dapat disebabkan
oleh peningkatan kadar globulin dari penyakit tertentu seperti multiple myloma ,
limfoma hodgkin. Beberapa disebabkan oleh rouleaux formasi. Rouleaux atau sel
darah merah akibat dari penumpukan eritrosit yang saling berikatan, tampak seperti
aglutinasi. Untuk mengatasi masalah seperti ini , dapat dilakukan dengan mencuci sel
darah merah pasien dengan saline atau menambahkan satu atau dua tetes saline ke
dalam tabung dalam kasus pembentukan rouleaux (Saiemaldahr, 2010).

 Diskrepansi Group IV
Terjadi karena adanya masalah- masalah lain seperti polyagglutination dapat
terjadi karena adanya paparan tersembunyi eritrosit Ag. (T antigen) pada pasien
dengan infeksi bakteri atau virus. Kontaminasi bakteri in vitro atau in vivo
menghasilkan enzim yang mengubah dan ekspose tersembunyi Ag. pada sel darah
merah yang menyebabkan aktivasi T (Saiemaldahr, 2010).

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B,
AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel
darah merah)
Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
 Cell Grouping : Memeriksa antigen sel darah merah dengan cara
menambahkan anti-A, anti-B monoklonal.
 Serum Grouping : Memeriksa antibodi dalam serum/plasma dengan cara
mereaksikannya dengan sel golongan A, B, dan O.
 Auto Control : Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara
mereaksikannya dengan sel darah merahnya sendiri.
Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak
perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun interaksi antigeniknya
Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-antigen pada eritrositnya
sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada
eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen
yang berperan penting dalam transfusi
Diskrepansi ABO terjadi apabila ada ketidakcocokkan antara hasil cell grouping
dengan serum grouping. Diskrepansi ini dapat terjadi karena masalah teknis dan dapat
diselesaikan dengan cara melakukan pemeriksaan reagen, membaca hasil dengan teliti serta
melaporkan hasil dengan benar
Jenis Diskrepansi ABO

 Diskrepansi Group I Diskrepansi ini terjadi antara cell grouping dan serum grouping
karena reaksi yang lemah atau antibodi hilang
 Diskrepansi Group II Terjadi karena reaksi yang lemah atau antigen hilang. Dapat
disebabkan oleh beberapa sub kelompok A atau subkelompok B atau keduanya .
Juga dapat hadir pada pasien dengan penyakit leukemia dan hodgkin

8
 Diskrepansi Group III Terjadi karena kelainan pada protein atau plasma. Hal ini
dapat disebabkan oleh peningkatan kadar globulin dari penyakit tertentu seperti
multiple myloma , limfoma hodgkin
 Diskrepansi Group IV Terjadi karena adanya masalah- masalah lain seperti
polyagglutination dapat terjadi karena adanya paparan tersembunyi eritrosit Ag. (T
antigen) pada pasien dengan infeksi bakteri atau virus

B. Daftar Pustaka

Lestari. 2011. Pemeriksaan Golongan Darah Tipe ABO


http://lestariamaliani.blogspot.com/2011/10/pemeriksaan-golongan-darah-tipe-
abo.html (diakses tanggal 28 September 2013)
Lidyana, Fina. 2011. Golongan Darah. http//
pbr2008unj.files.wordpress.com/2011/golongan-darah.pdf (diakses tanggal 28
September 2013)
Nur. 2012. Laporan Praktikum Immunologi Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus.
http://id.scribd.com/2012/laporan-pemeriksaan-golongan-darah.pdf (diakses tanggal
28 September 2013)
Ryouka. 2011. Karakteristik Golongan Darah. http:// id.scribd.com/2011/karakteristik-
golongan-darah.html (diakses tanggal 28 September 2013)
Saiemaldahr. 2010. Blood Bank. http://kau.edu.sa/files/2010/bloodbank.ppt (diakses tanggal
28Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.
Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.
http://beruangmadusya.blogspot.com/2010/03/pemeriksaan-diagnostik.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-asuhan-keperawatan-pada.html
JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru
Lahir Jakarta. Pusdiknakes. September 2013)

Anda mungkin juga menyukai