Anda di halaman 1dari 19

M A K A LA H

SEDIAAN FARMASI
CREAM & PASTA

ANGGRAINI R.Y
XII / FARMASI
CREAM

PENDAHULUAN
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan
setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai.
Menurut Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat,
berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar.
Secara tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam
minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a).

PENGGOLONGAN KRIM
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu:
1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,
berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral
oil dalam jumlah besar.
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing
cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan
berminyak/film pada kulit.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SEDIAAN KRIM


a. Kelebihan sediaan krim, yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak
cukup beracun.

b. Kekurangan sediaan krim, yaitu:


1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas
2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena
terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan.
BAHAN-BAHAN PENYUSUN KRIM
Formula dasar krim, antara lain:
1. fase minyak, yaitu bahan obat larut dalam minyak, bersifat asam
Contoh: asam stearat, parafin liq, cetaceum, cera, vaselin dan lain-lain.
2. fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa
Contoh: Natr. Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin
dan lain-lain.
Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:
 Zat berkhasiat
 Minyak
 Air
 Pengemulsi
 Bahan Pengemulsi
Bahan pemgemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan
dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil
alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
Bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain:
 Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan
 Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-
0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
 Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan
 Pelembab
 Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh.
METODE PEMBUATAN KRIM
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses
emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti
minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75 °C,
sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam
air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan
berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair
dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk
mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan
didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental.
Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka
beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak
dengan fase cair.
PENGEMASAN
Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau
tube.
STABILITAS SEDIAAN KRIM
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena
penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim
jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim
hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah
diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

RESEP
1. FORMULA I
R/ Parafin liq 12,75
Cetaceum 1,625
Acid stearic 1,6
Cera alba 0,625
TEA 0,2
Natr. Biborat 0,2
Gliserin 0,25
Parfum q.s.
Aqua ad 25
m.f. cold cream
s.u.e.
#
Pro : Diana
2. PENIMBANGAN
Parafin liq = 12,75 g
Cetaceum = 1,6 g
Acid stearic = 1,6 g
Cera alba = 625 mg ∞ 600 mg
TEA = 200 mg
Natr. Biborat = 200 mg
Gliserin = 250 mg
Aqua = 25 – (12,75+ 1,625+ 1,6+ 0,62 + 0,2+ 0,2+
0,85)
= 7,75ml
Parfum = 2 tetes (penimbangan dapat diabaikan)
3. PEMBUATAN
Persyaratan yang harus diingat:
- Komponen yang tidak dapat bercampur dengan air atau dengan kata
lain komponen minyak serta tahan pemanasan dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-750C. Dalam hal ini : parafin liq,
cetaceum, acid stearic dan cera alba
- Komponen yang larut air dan tahan panas dilarutkan dalam air panas
dengan suhu yang sama dengan komponen lemak. Dalam hal ini : TEA

Posedur Kerja
 Tara cawan, timbang parafin liquid di dalamnya
 Kemudian timbang cetaceum, acid stearic dan cera alba di kertas
perkamen
 Lebur parafin liq bersama dengan cetaceum, acid stearic, dan cera
alba di atas water bath (penangas aiar)
 Sambil menunggu leburan, panaskan lumpang (70-75)0C.
 Selanjutnya tara kaca arloji, timbang TEA didalamnya
 Timbang Natrium Biborat di atas perkamen
 Kalibrasi beaker glass sebanyak aqua yang diperlukan dengan
gelas ukur, beri tanda.
 Setelah leburan mencair, gerus searah didalam lumpang panas
 Isi beaker glass dengan air panas sampai batas tanda dan larutkan
TEA ke dalamnya
 Setelah larut, masukkan larutan tersebut sedikit demi sedikit
kedalam lumpang panas yang berisi hasil leburan.
 Tambahkan Natrium Biborat. Gerus kencang searah hingga
terbentuk massa cream yang baik
 Ttambahkan gliserin, homogenkan
 Kemudian masukkan parfum setelah suhu turun (330C) dan
homogenkan.
 Masukkan Cream ke dalam wadah.

4. FORMULA II
R/ Acid Stearinic 4,73
Gliserin 3.33
Natr. Biborat 0.083
TEA 0.33
Aquadest ad 25
m.f. cream
s.u.e.
#
Pro : Juli

5. PENIMBANGAN
Acid Stearinic = 4.73 g ∞ 4,7 g
Natr. Biborat = 83 mg ∞50 mg
Gliserin = 3.33 g ∞ 3.3 g
TEA = 330 mg ∞ 300 mg
Aqua = 25 - (4,7+ 0,005+ 3,3+ 0,3)
= 16,695 ml

6. PEMBUATAN
Prosedur Kerja
 Timbang acid stearinic, kemudian lebur diatas waterbath sampai
mencair
 Panaskan lumpang (70-750C)
 Timbang TEA di kaca arloji yang telah ditara
 Kalibrasi beaker glass sebanyak aqua yang diperlukan dengan
gelas ukur dan beri tanda
 Setelah Acid stearinic mencair, pindahkan kedalam lumpang panas,
gerus
 Isi air panas dalam beaker glass sampai batas tanda, larutkan TEA
di dalamnya
 Tambahkan Larutan tersebut sedikit demi sedikit ke dalam
lumpang, dan gerus searah sampai terebntuk dasar krim
 Masukkan Natr. Biborat kedalam dasar krim. Gerus Homogen
 Tambahkan gliserin, gerus homogen
 Masukkukn krim ke dalam wadah.

7. EVALUASI CREAM

a. Uji Homogenitas
Alat : objek glass
Cara : jika dioleskan pada sekeping objek glass lalu di timpa dengan objek
glass yang lain harus menunjukkan susunan yang homogen.
Pengamatan:
kedua Krim yang dihasilkan homogen.

b. Uji Type Cream


 Cream dilarutkan dalam air
Cara: sebagian krim di larutkan dengan air kedalam beaker glass,
diaduk.
Pengamatan :
Krim I tidak larut dalam air
Krim II larut dalam air

 Cream ditambahkan metil biru


Cara: sebagian krim dilarutkan dengan air dan ditetesi dengan
metil biru, diaduk. Sebagian lgi diletakkan di atas objek glass dan
ditetesi metil biru, homogenkan. Tutup dengan cover glass dan
lihat dibawah mikroskop.
Pengamatan :
Krim I biru tidak homogen dan dilihat dibawah mikroskop terdapat
bulatan-bulatan besar yang tidak merata
Krim II biru homogen dan dilihat dibawah mikroskop terdapat
bulatan-bulatan kecil yang merata

 Cream diletakkan sedikit diatas kertas saring


Cara: teteskan sedikit krim di atas kertas saring, amati.
Pengamatan :
Krim I tetesan krim tidak menyebar
Krim II tetesan krim tampak menyebar dikertas saring
PASTA

1. DEFINISI PASTA
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk.
Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan
maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof.
Drs. Moh. Anief, Apt.)
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa
lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan
vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat
dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau
pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk
pemakaian topical.
Pastes are stiff preparations containing a high proportion of finely
powdered solids such as zinc oxide and starch suspended in an ointment. they are
used for circumscribe lesions such as those with occur in lichen simplex, chronic
eczema, or psoriasis. they are less occlusive than ointments and can be used to
protect inflamed, lichenified, or excoriated skin. (British National Formulary
Bag-2)
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang
menunjukkan aliran dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai
yield tertentu dan tahan untuk mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya
pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan dengan menambahkan sejumlah
serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep
konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi aliran
dilatan.
Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal,
salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga
membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.
Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan
salep untuk penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak
berlemak mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain.
Pasta biasanya sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan
salep dimana bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada
basisnya memiliki bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung
serbuk sampai 50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak
dibandingkan salep. Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi
perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.
- Macam-macam Pasta
 Pasta Berlemak
Pasta berlemak merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk)
 Pasta Kering
Mengandung ± 60% zat padat (serbuk).
 Pasta Pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair dikenal dengan
salep 3 dara.
 Pasta Detifriciae (Pasta Gigi)
Merupakan campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang
digunakan untuk pembersih gigi.

- Karakteristik Pasta
 Daya adsorbs pasta lebih besar
 Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian. Sehingga cocok untuk luka akut.
 Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
 Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal.
 Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
 Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
 Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %

- Kelebihan Pasta
 Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka
akut dengan tendensi mengeluarkan cairan
 Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan
daya kerja local
 Konsentrasi lebih kental dari salep
 Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.

- Kekurangan Pasta
 Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya
tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
 Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
 Dapat menyebabkan iritasi kulit

2. TEORI PEMBENTUKAN

Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi,
bahan untuk menggerus dan menghaluskan digunakan untuk membuat komponen
serbuk menjadi lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak
daripada minyak mineral sebagai cairan untuk melembutkan pasta. Untuk bahan
dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru
kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih
tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :
1. Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan
yang rata tercapai.
2. Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya
secara bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan
sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan
diaduk.

- Bahan dasar pasta : vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak


lemak dan parafin liquidum.
- Pembuatan : bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu,
baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan
homogen.
 Basis atau Pembawanya

Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh
berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:
a. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
- Tidak diabsorbsi oleh kulit
- Inert
- Tidak bercampur dengan air
- Daya adsorbsi air rendah
- Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air
dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
- Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin,
Paraffin substitute, paraffin ointment
Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment
b. Basis Absorbsi
- Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan
larutan cair.
- Terbagi :
Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam
minyak . Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
- Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.

c. Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak
larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar
merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga
dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
d. Air-misibel, misalnya salep beremulsi.

3. TEORI PREPARASI
- Contoh resep
 R/ Zinci Oxide 25%
Starch 25 %
Calamine 5 %
White petrolatum qs ad 100 %
m.f 50 g

o Perhitungan Bahan
Zinc Oxide : 25/100 x 50=12,5 g
Starch : 25/100 x 50=12,5 g
Calamine : 5/100 x 50=2,5 g
White Petrolatum : 50 – (12,5 + 12,5 + 2,5) = 22,5 g

o Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan
2. Ayak Zinc Oxide dengan ayakan No.100 sebelum ditimbang
3. Campur Zinc Oxide, Starch, dan Calamine, aduk ad homogen
4. Lebur sebagian Vaselin Putih , tambahkan dalam campuran serbuk,
aduk ad homogen
5. Tambahkan sisa Vaselin Putih yang tidak di lebur, aduk ad homogen
6. Masukkan ke dalam wadah.
(Anonim, 2011)

o Pembahasan
Berdasarkan hasil yang di praktekkan banyak yang dijadikan
perubahan. Umumnya Starch terdiri dari 5 golongan , yaitu : Amylum
Manihot (Pati Singkong), Amylum Maydis (Pati Jagung), Amylum
Oryzae (Pati Beras), Amylum Solani (Pati Kentang), Amylum Tritici
(Pati Gandum) (Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal
483).
Tetapi dari kelima Starch tersebut yang digunakan sebagai
formulasi untuk sediaan Pasta adalah Pati Jagung (Corn Starch). Dan
cara kerja pada pasta pun harus sangat teliti agar pasta homogeny yaitu
dengan cara menyisihkan sebagian sediaan Starch, Zinc Oxyde, dan
Calamine yang telah dicampur ad homogeny dan tambahkan White
Petrolatum sedikit demi sedikit lalu gerus perlahan-lahan sampai
sediaan menyatu dan terbentuk homogeny (Anonim, 2011).

o Hasil Kerja
Bobot pot kosong : 13,6 g
Bobot pot + isi : 62,55 g
Bobot isi : 62,55 – 13,6 = 48,95 g
Bobot penyusutan : 50 – 48,95 = 1,05 g
Persentase bobot penyusutan : 1,05/50 x 100 % = 2,1 %

o Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dipraktekkan bahwa terjadinya penyusutan
drastis yang disebabkan oleh efek peleburan yang terlalu lama
sehingga terjadi penguapan yang banyak dan melekatnya bahan pada
cawan atau beaker glass serta penimbangan bahan yang tidak sesuai
dengan yang diperintahkan. Dan homogenitas yang kurang akibat dari
cara pengadukan yang tidak sesuai pada saat pengerjaan (Anonim,
2011).

 Contoh resep sediaan pasta berlemak :

- Acidi salicylici Zinc Oxydy Pas (F.N 1978)


R/ Acidi Salicylici 2
Zinci Oxydi 25
Amyli Tritici 25
- Pasta Zinci Oxydi
R/ Zyncy Oxydi 25
Amily Tratici 25
Vaselin Flavi 50
(Nugraha, 2010)
o Cara Kerja
Pada Zinc Oxyda dibuat dengan cara menggerus kemudian
mencampurkan 25% dari masing-masing Zinc Oxyda dan Amylum
dengan Vaselin putih. Hasil produksi ini berupa salep yang padat,
kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh serta mampu mengabsorbsi upa
air jenuh lebih besar dan biasa digunakan sebagai astringen dan
pelindung. Pasta juga sering digunakan menjadi pembawa untuk
bahan obat lainnya (Nuhgraha, 2010).
 Salah satu contoh resep yang didapat di buku panduan praktikum
Farmasetika adalah sbb :

R/ Pasta Zinci Ph.Ned V 30


S.t.d.d.u.e.d.i.d

Pro : Andreas
o Cara pembuatan :
1. Zinci oxyda yang sudah diayak B40, ditimbang, langsung
dimasukkan dalam mortir dan digerus.
2. Vaselin ditimbang, dimasukkan dalam cawan porselen, lalu
dilelehkan dalam waterbath.
3. Vaselin yang sudah meleleh dimasukkan kedalam mortir sedikit
demi sedikit dan aduk hingga homogen.
4. Masukkan dalam pot dan beri etiket.

4. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN AGAR SEDIAAN


BERHASIL

Bila meracik sediaan semisolid, peracik menyiapkan jumlah berlebih dari


jumlah total sediaan. Dalam meracik sediaan ini diperhatikan :
1. Tidak memakai bahan-bahan yang pedas, mengiritasi,alergenik terhadap kulit
atau tapak pemakaian lain kecuali kalau perlu untuk pengobatan.
2. Pilih dasar atau pembawa yang membolehkan bahan aktif memberikan efek
terapetik lokal atau sistemik.
3. Kurangi ukuran partikel menjadi terkecil yang layak.
4. Gabungkan bahan aktif dengan bahan-bahan yang ditambahkan untuk
mendapatkan cairan yang uniform atau dispersi padat dalam sediaan.
5. Amati keseragaman (uniformityI dispersi dengan menyebarkan lapisan tipis
sediaan akhir pada permukaan datar transparan.

- Proses meracik (compounding process)


Peracik mengingat langkah-langkah berkut untuk meminimalkan kesalahan dan
memaksimalkan tujuan papenulis resep.
1. Pertimbangkan kecocokan resep yang akan diracik dengan syarat-syarat
keamanan dan tujuan pemakaian.
2. Kerjakan perhitungan yang yang penting untuk mendapatkan jumlah bahan-
bahan yang diperlukan.
3. Identifikasi alat-alat yang diperlukan
4. Pakai pakaian yang tepat dan cuci tangan
5. Bersihkan daerah peracikan dan alat yang diperlukan
6. Hanya satu resep yang harus diracik pada satu waktu dalam suatu peracikan
yang ditentukan.
7. Kumpulkan semua bahan-bahan untuk meracik resep
8. Racik sediaan dengan mengikuti catatan formulasi (formulation record)
9. Nilai variasi berat, kecukupan pencampuran, kejernihan, bau, warna,
konsistensi, dan pH setepatnya.
10. Bubuhi keterangan catatan racikan dan jelaskan rupa sediaan.
11. Beri label wadah resep dengan memasukkan item berikut: a) nama sedaan, b)
nomor identifikasi internal, c) initial compounder, d) penyimpanan yang
diperlukan, dan pernyataan yang diperlukan berdasarkan undang-undang.
12. Tandatangani dan beri tanggal resep yang menegaskan bahwa semua prosedur
telah dikerjakan untuk menjamin keseragaman, identitas, kekuatan,kuantitas,
dan kemurnian.
13. Bersihkan semua peralatan dan simpan dengan tepat (Bangun, 2004)

5. CARA PENYIMPANAN
Obat membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan tergantung dari
karakteristiknya sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan efek
farmakologisnya. Berikut ini hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
obat yang benar yang dapat dilakukan di rumah, yaitu :
1. Simpan dalam wadah aslinya beserta label dan petunjuknya
Jika anda ingin menyimpan obat dalam wadah lain, simpan wadah aslinya
beserta label dan petunjuknya jika sewaktu-waktu diperlukan dikemudian hari.
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada
suhu kamar yang jauh dari sumber panas.
2. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label kemasan obat
3. Biasanya pada label kemasan obat akan tertulis petunjuk, antara lain simpan
obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar, jauh dari panas, kelembaban, dan
cahaya langsung, serta jauhkan dari pembekuan.
4. Hindari meninggalkan obat di kamar mandi, mobil, atau di tempat yang
lembab dan terlalu panas.
5. Gunakan tempat khusus untuk menyimpan obat, lebih baik jika dalam lemari
obat.
6. Simpanlah obat terpisah dari bahan makanan dan jangan sampai memindahkan
tempat obat ke bekas tempat makanan.
7. Berikanlah catatan pada masing-masing obat, terutama jika dalam keluarga
mempunyai beberapa anak sehingga obat tidak tertukar.
8. Pastikan semua obat yang disimpan aman dari jangkauan anak
Menyimpan obat jauh dari jangkauan anak-anak sangat penting karena dapat
menghindarkan kesalahan penggunaan obat tertentu oleh anak, sehingga tidak
menimbulkann akibat yang fatal.
9. Obat yang harus di buang (dimusnahkan) yaitu jika :
• Sudah melebihi tanggal kedaluwarsa dari yang tertera pada label obat.
• Terjadi perubahan fisik obat yaitu terjadi perubahan warna, bau dan bentuk
walaupun belum lewat tanggal kedaluwarsa.
Tidak diketahui identitas obat yang bisa menjelaskan tentang nama,
kegunaan, cara penggunaan dan efek samping. Jangan menebak-nebak
identitas obat yang tidak jelas. Jika membutuhkan informasi sebaiknya
hubungi dokter atau apoteker.
10. Jangka waktu penyimpanan salep / pasta (tube) adalah selama 3 tahun. Pada
obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi
pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka
zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara
keseluruhan, apalagi palagi bila wadah sering dibuka-tutup. bat hendaknya
diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu
ditutup kembali dengan baik. Angka ini hanya merupakan pedoman saja, dan
hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan
pakai
11. .Cara memusnahkan obat yang sudah tidak terpakai
Obat yang sudah tidak terpakai sebaiknya tidak dibuang begitu saja ke tempat
sampah, hal ini untuk menghindari ada yang mengambil kembali obat
tersebut. Sebelum dibuang sebaiknya obat dibuka dari kemasannya kemudian
isinya dihancurkan (jika berbentuk padat) atau dikosongkan dari wadahnya
jika bentuknya cair atau setengah padat (salep, krim dll)
Karena obat bisa berbahaya jika tidak tepat cara memperlakukannya maka
upaya untuk menyimpan obat dengan cara yang benar dapat menghindari
terjadinya kecelakaan. Jangan sampai kecerobohan dan keteledoran membawa
musibah dan bencana.

6. CARA PEMAKAIAN

a. Cuci tangan
b. Sediakan peralatan yang dibutuhkan, seperti obatnya dan tissue
c. Posisikan diri dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang
akan diberi obat.
d. Periksa kondisi kulit.
e. Cuci area yang sakit, bersihkan semua kotoran pada kulit.
f. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
g. Oleskan obat (pasta) pada area kulit yang sakit
h. Pastikan tangan yang digunakan untuk mengoleskan sudah bersih
i. Jika sudah dioleskan, cuci tangan kembali.

Anda mungkin juga menyukai