Anda di halaman 1dari 72

PT PLN (PERSERO)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

1.1. Pendahuluan.

Di dalam merencanakan Sistem Distribusi Tenaga Listrik sangat diperlukan


adanya pedoman untuk menetapkan suatu kriteria bagi perencanaan saluran
udara tegangan menengah dan tegangan rendah. Desain Kriteria ini akan menjadi
rujukan dalam mendesain sebuah sistem Distribusi Tenaga Listrik, mulai dari
SUTM, Trafo, JTR maupun SR.
Tujuan pembuatan Desain Kriteria ialah untuk memberikan pegangan yang
terarah dalam penyusunan desain sistem dan standar – standar kontruksi
distribusi yang akan dipergunakan serta perencanaan perluasan jaringan untuk
mendapatkan tingkat efisiensi distribusi yang tinggi.
Kriteria yang akan dijadikan patokan adalah :
1) Besaran Drop Tegangan
2) Besaran Susut
3) Cos Phi
4) Loss Load Factor (LLF)

Sistem Distribusi Tenaga Listrik yang akan ditinjau adalah :


1) Sistem Tegangan Menengah 20 kV.
2) Gardu Distribusi .
3) Sistem Tegangan Rendah 230 / 400 Volt .
4) Sambungan Rumah.

Untuk membuat desain kriteria akan berpedoman kepada SPLN yang ada dan
Ketentuan – ketentuan lain yang berlaku.

1.2. Kriteria Desain Jaringan Tegangan Menengah.

Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Menengah yang akan


dikembangkan adalah Sistem Distribusi Tegangan 20 KV menggunakan hantaran

On Becoming The Centre of Excellences 1


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

udara dan atau kabel tegangan menengah 20 KV dengan memperhatikan


kepadatan beban, tingkat mutu dan keandalan serta kebutuhan pelanggan.

Beberapa kriteria yang dipertimbangkan adalah :


1) Kriteria kerapatan beban
2) Pola Konfigurasi
3) Korelasi Drop Tegangan
4) Korelasi Susut terhadap standard jaringan.
5) Pengembangan Jaringan Baru
6) Konsistensi antara pembebanan jaringan terhadap standard pola
pembebanan.

1.1 KRITERIA KERAPATAN BEBAN

Dalam mendesain sebuah Jaringan Listrik, perlu diketahui kerapatan beban


dalam satuan KVA / KM2 , sehingga dapat ditentukan jenis penghantar dan
panjang penghantar yang akan mensuplai beban tersebut.

Kriteria Kerapatan beban meliputi :


1) Beban Ringan
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban ringan bila terdapat beban
kurang dari 0,5 MVA per km2 .

2) Beban Sedang
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban sedang bila terdapat beban
antara 0,5 MVA sampai 1 MVA per KM2 .

3) Beban Padat
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat beban
diatas 1 MVA per KM2 .

1.2.2. POLA KONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)


Pola Konfigurasi Jaringan Tegangan Menengah dapat dipilah dalam 4
kelompok besar, yaitu :
1) Konfigurasi Radial Murni

On Becoming The Centre of Excellences 2


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2) Konfigurasi Open Loop (Open Ring) Non Spindel


3) Konfigurasi Spindel
4) Konfigurasi Spot Network.

Dalam operasionalnya kebanyakan sistem beroperasi Radial, sangat jarang


sebuah sistem distribusi beroperasi dalam kondisi Loop.
Sistem yang ada di PLN Distribusi Jawa Timur menggunakan sistem
pentanahan tinggi ( high resistance ) 500 ohm dengan arus gangguan fasa
ke tanah maksimum 23 Ampere.
Peralatan distribusi yang terpasang di jaringan adalah SSO (saklar seksi
otomatis) deteksi tegangan Otomatis dilengkapi dengan Fault Section
Indicator (FSI), relay OCR dan DGR yang terpasang di sel 20 KV Gardu
Induk / Penyulang.

Ada 2 (dua) jenis SSO deteksi tegangan yang digunakan, yaitu :


1. Tree Type dibagi atas :
a. Tree Branch.
b. One Line Loop.
c. Two Line Loop.

Penggunaan SSO Tree Type di dalam konfigurasi jaringan untuk :


a. Tree Branch digunakan untuk sistem Radial Interkoneksi (otomatis)
dan Sistem Loop Satu Penyulang serta Sistem Open Loop Dua
Penyulang.
b. One Line Loop digunakan hanya pada pertemuan Transline pada
Penyulang Sistem Loop Satu Penyulang.
c. Two Line Loop digunakan hanya pada Sistem Open Loop Dua
Penyulang dan ditempatkan setelah SSO Tree Branch.

Loop Type
Penggunaan SSO Loop Type hanya pada Sistem Open Loop Dua
Penyulang, SSO tipe ini dipasang pada titik pertemuan antara penyulang
transline satu dengan penyulang transline lainnya dalam satu loop.

Setting waktu SSO Tree Type :

On Becoming The Centre of Excellences 3


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

T 1 = waktu menutup ( 10 detik ).


T 2 = waktu mengunci ( 5 detik ).
T 3 = waktu membuka ( 0,5 detik ).

Setting waktu SSO Loop :

T 5 > Tr + ( n +1 ) T1

T 5 = waktu mulai kotak pengatur tidak merasakan tegangan dari salah


satu sisinya sampai dengan SSO Loop masuk secara otomatis,
setting antara : 60 – 80 detik.
T r = waktu menutup balik Reclose-1 (60 detik)
n = banyaknya SSO Tree Type di Penyulang ( diambil yang terbanyak
dari satu sisi penyulang.

PBO (Pemutus Balik Otomatis) yang terpasang disel 20 KV gardu induk


disetting sebagai berikut :

- Reclose - 1 = 60 detik
- Reclose - 2 = 180 detik

1.2.2.1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Konfigurasi


Radial

A. Tanpa Seksionalisasi (Menggunakan LBS)

On Becoming The Centre of Excellences 4


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Catatan :

SSO = Saklar Seksi Otomatis Deteksi Tegangan

PMT = Pemutus Tenaga / CB

LBS = Load Break Switch

B. SUTM Bentuk Radial dengan Seksionalisasi Manual Biasa.

On Becoming The Centre of Excellences 5


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Catatan :

SSO = Saklar Seksi Otomatis Deteksi Tegangan

PMT = Pemutus Tanaga / CB

LBS = Load Break Switch

= SSO Dioperasikan Manual

C. SUTM Radial dengan Seksionalisasi Otomatis Di Jaringan.

C.1. Radial Murni

On Becoming The Centre of Excellences 6


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

C.2. SUTM Radial Interkoneksi

1.2.2.2. SUTM Konfigurasi Open Loop Dengan Seksionalisasi Otomatis

A. Loop dari Satu Penyulang

On Becoming The Centre of Excellences 7


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

B. Open Loop dari Dua Penyulang

Catatan :

SSO = Saklar Seksi Otomatis

PMT = Pemutus Tenaga / CB

= SSO Tree Type Menggunakan Dua Trafo


On Becoming The Centre of Excellences 8
= SSO Loop Type Menggunakan Dua Trafo
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1.2.2.3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) Konfigurasi Gugus


Kabel

1.2.2.4. SKTM konfigurasi Jaringan Spindle

On Becoming The Centre of Excellences 9


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Jaringan Simpul Tegangan Menengah

On Becoming The Centre of Excellences 10


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2 POLA JARINGAN BERDASARKAN KERAPATAN BEBAN

2.1 POLA JARINGAN UNTUK BEBAN RINGAN


Daerah pedesaan atau beban pedesaan umumnya dioperasikan dengan
sistem radial murni. Dalam sistem radial murni jika ada section penyulang
yang terganggu pengalihan beban ke penyulang lain tidak ada.
Penyulang radial mempunyai tingkat keandalan yang rendah .

1.3.2. POLA JARINGAN UNTUK BEBAN SEDANG


Daerah atau lokasi mempunyai kerapatan beban sedang maka daerah
tersebut mempunyai tingkat mutu dan keandalan lebih baik. Untuk
mendapat kualitas mutu dan keandalan yang diinginkan maka sistem
beroperasi dengan sistem open loop (open ring) non spindel.
Untuk mendukung manuver beban apabila di salah satu section jaringan
terganggu perlu dipasang peralatan distribusi seperti : LBS, Recloser,
Sectionalizer.

1.3.3. POLA JARINGAN UNTUK BEBAN PADAT


Daerah yang mempunyai kerapatan beban padat tingkat keandalan dan
mutu pelayanan menjadi tuntutan utama, maka sistem beroperasi dalam
konfigurasi Spindel.
Apabila area pelayanan cukup luas, maka akan terdapat beberapa cluster
Spindel yang saling terkait guna mendukung keandalan sistem.

1.3.4. POLA JARINGAN UNTUK PELANGGAN VVIP


Untuk pelanggan yang tidak boleh padam ( pelanggan VVIP ) , maka
disuplai dengan Pola Jaringan Spot Net Work dengan 2 penyulang
sekaligus plus Automatic Change Over.
Misal :
1) Istana Presiden / Gedung Gubernuran.
2) Gedung MPR / DPR / DPRD.
3) Bandar Udara.
4) Rumah Sakit

On Becoming The Centre of Excellences 11


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1.4. KORELASI DROP TEGANGAN DAN LOSSES TERHADAP STANDAR


JARINGAN
Panjang sebuah Jaringan Tegangan Menengah dapat didesain dengan
mempertimbangkan drop tegangan dan susut teknis jaringan.
Untuk mendapatkan nilai drop tegangan dan susut yang dikehendaki perlu
memasukkan parameter – paramater antara lain :
1) Ukuran ( luas penampang ) Penghantar
2) Beban Nominal Penghantar
3) Panjang Jaringan

Berdasarkan SPLN 72:1987 dapat didesain sebuah jaringan tegangan


menengah (JTM) dengan kriteria drop tegangan sebagai berikut :

1) Drop Tegangan Spindel maksimum 2 %


2) Drop Tegangan Open Loop dan Radial maksimum 5 %

Untuk mendesain jaringan dengan pertimbangan susut jaringan, maka susut


jaringan maksimum yang diijinkan :

1) Susut maksimum Spindel maksimum 1 %


2) Susut maksimum Open Loop dan Radial maksimum 2,3 %

Contoh : Panjang maksimum penyulang 3 x 240 mm 2 A3C dengan beban


nominal / maksimum adalah 7 KMS (beban merata).

On Becoming The Centre of Excellences 12


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1.4.1 UNTUK BEBAN DI UJUNG DAN SEIMBANG.

1) SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT

% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos  + X * Sin ) * 100)/ ( KV) 2

Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos  = 0,85 ( 0,90 ) dan Sin  = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )

2) SISTEM 1 PHASE

% Drop Voltage = (2 P*L*(R Cos  + X Sin )*100)/ ( KV) 2

Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos  = 0,85 ( 0,90 ) , Sin  = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-N (11,6 KV)

On Becoming The Centre of Excellences 13


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2.2 UNTUK BEBAN DITENGAH DAN DI UJUNG (SEIMBANG)

1) SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT

% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos  + X * Sin )* 0,75 *100)/ ( KV) 2

Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos  = 0,85 ( 0,90 ) , dan Sin  = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )

2) SISTEM 1 PHASE

% Drop Voltage = (2 P*L*(R Cos  + X Sin ) *0,75)*100/ (KV) 2

Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos  = 0,85 ( 0,90 ) , Sin  = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )

On Becoming The Centre of Excellences 14


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2.3 UNTUK BEBAN MERATA DAN SEIMBANG

1) SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT

% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos  + X * Sin ) * 0,5*100)/ ( KV) 2

Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos  = 0,85 ( 0,90 ) , Sin  = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )

2) SISTEM 1 PHASE

% Drop Voltage = (2 P*L*(R Cos  + X Sin )* 0,5*100)/ (KV) 2

Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos  = 0,85 ( 0,90 ) , Sin  = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )

On Becoming The Centre of Excellences 15


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1.5. KORELASI LOSSES


A. SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN DIUJUNG
(SEIMBANG)

PSusutTekni s  3.I 2 .R.L.LLF

Dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
 R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km )
 LLF= Loss Load Factor

SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN DITENGAH


DAN DIUJUNG (SEIMBANG)

PSusutTekni s  3.I 2 .R.L.LLF .LDF

Dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
 R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km )
 LLF= Loss Load Factor
 LDF= Load Density Factor (0,625)

C. SISTEM 3 PHASE 3 KAWAT DAN 3 PHASE 4 KAWAT BEBAN MERATA


(SEIMBANG)

PSusutTekni s  3.I 2 .R.L.LLF .LDF

Dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
 R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km )
 LLF= Loss Load Factor
 LDF= Load Density Factor (0,333)

On Becoming The Centre of Excellences 16


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1.5.1. LOSS LOAD FACTOR (LLF)


Loss Load Factor sebagai koefisien yang diperhitungkan dalam
menghitung susut sebagai perbandingan antara rugi – rugi daya rata-rata
terhadap rugi daya beban puncak.

LLF  0,3.LF  0,7.LF 2

Dimana : LF = Load Factor Sistem Region

1.6. KONSISTENSI PEMBEBANAN TERHADAP STANDAR POLA JARINGAN

Dalam pengoperasian Jaringan Listrik Tegangan Menengah Pembebanan


tidak boleh melebihi kemampuan nominal jaringan yang telah direncanakan,
sehingga drop tegangan dan susut teknis tercapai.

PENGHANTAR AAAC

φ (mm2) 35 50 70 95 120 150 185 240


∆ V (%) 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
R (Ω/km) 0,9774 0,6842 0,4887 0,3601 0,2851 0,228 0,1849 0,1432
X (Ω/km) 0,0536 0,0665 0,0754 0,0884 0,0957 0,1028 0,1094 0,1175
Cos φ 0,85

On Becoming The Centre of Excellences 17


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN


UNTUK COS φ = 0,85 & ∆V = 5%

PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER JENIS


BEBAN PENGHANTAR
35 50 70 95 120 150 185 240
MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2
1,0 23,27 32,42 43,92 56,66 68,24 80,54 92,95 109,04
1,5 15,52 21,62 29,28 37,78 45,50 53,70 61,97 72,70
2,0 11,64 16,32 21,96 28,34 34,13 40,28 46,48 54,53
2,5 9,31 12,97 17,57 22,67 27,30 32,22 37,18 43,62
3,0 7,76 10,81 14,64 18,89 22,75 26,85 30,99 36,35
3,5 6,65 9,26 12,55 16,19 19,50 23,02 26,56 31,16
4,0 5,82 8,11 10,98 14,17 17,06 20,14 23,24 27,26
4,5 5,17 7,21 9,76 12,59 15,17 17,90 20,66 24,23
5,0 4,66 6,49 8,78 11,33 13,65 16,11 18,59 21,81
5,5 4,23 5,90 7,99 10,30 12,41 14,65 16,90 19,83
6,0 3,88 5,40 7,32 9,44 11,37 13,43 15,49 18,18
6,5 3,58 4,99 6,76 8,72 10,50 12,39 14,30 16,78
7,0 3,33 4,63 6,27 8,10 9,75 11,51 13,28 15,58
7,5 3,10 4,32 5,86 7,56 9,10 10,74 12,39 14,54
8,0 2,91 4,05 5,49 7,08 8,53 10,07 11,62 13,63
8,5 2,74 3,81 5,17 6,67 8,03 9,48 10,94 12,83
9,0 2,59 3,60 4,88 6,30 7,58 8,95 10,33 12,12
9,5 2,45 3,41 4,62 5,97 7,18 8,48 9,79 11,48
10,0 2,33 3,24 4,39 5,67 6,82 8,06 9,30 10,91

On Becoming The Centre of Excellences 18


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN


UNTUK COS φ = 0,85 & ∆V = 2%

PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER JENIS


BEBAN PENGHANTAR
35 50 70 95 120 150 185 240
MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2
1,0 9,31 12,97 17,57 22,66 27,30 32,22 37,18 43,62
1,5 6,21 8,65 11,71 15,11 18,20 21,48 24,79 29,08
2,0 4,66 6,53 8,78 11,33 13,65 16,11 18,59 21,81
2,5 3,72 5,19 7,03 9,07 10,92 12,89 14,87 17,45
3,0 3,10 4,32 5,86 7,56 9,10 10,74 12,39 14,54
3,5 2,66 3,71 5,02 6,48 7,80 9,21 10,62 12,46
4,0 2,33 3,24 4,39 5,67 6,82 8,06 9,30 10,90
4,5 2,07 2,88 3,90 5,04 6,07 7,16 8,26 9,69
5,0 1,86 2,59 3,51 4,53 5,46 6,44 7,44 8,72
5,5 1,69 2,36 3,19 4,12 4,96 5,86 6,76 7,93
6,0 1,55 2,16 2,93 3,78 4,55 5,37 6,20 7,27
6,5 1,43 2,00 2,70 3,49 4,20 4,96 5,72 6,71
7,0 1,33 1,85 2,51 3,24 3,90 4,60 5,31 6,23
7,5 1,24 1,73 2,34 3,02 3,64 4,30 4,96 5,82
8,0 1,16 1,62 2,20 2,83 3,41 4,03 4,65 5,45
8,5 1,10 1,53 2,07 2,67 3,21 3,79 4,37 5,13
9,0 1,03 1,44 1,95 2,52 3,03 3,58 4,13 4,85
9,5 0,98 1,37 1,85 2,39 2,87 3,39 3,91 4,59
10,0 0,93 1,30 1,76 2,27 2,73 3,22 3,72 4,36

TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN

On Becoming The Centre of Excellences 19


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

UNTUK COS φ = 0,90 & ∆V = 5%

PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER JENIS


BEBAN PENGHANTAR
35 50 70 95 120 150 185 240
MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2
1,0 22,14 31,00 42,28 55,09 66,95 79,85 93,21 111,13
1,5 14,76 20,67 28,19 36,73 44,64 53,24 62,15 74,09
2,0 11,07 15,60 21,14 27,55 33,48 39,93 46,61 55,57
2,5 8,86 12,40 16,91 22,04 26,78 31,94 37,29 44,45
3,0 7,38 10,34 14,09 18,37 22,32 26,62 31,07 37,05
3,5 6,33 8,86 12,08 15,74 19,13 22,82 26,64 31,76
4,0 5,54 7,75 10,57 13,77 16,74 19,96 23,30 27,78
4,5 4,92 6,89 9,40 12,24 14,88 17,75 20,72 24,70
5,0 4,43 6,20 8,46 11,02 13,39 15,97 18,64 22,23
5,5 4,03 5,64 7,69 10,02 12,17 14,52 16,95 20,21
6,0 3,69 5,17 7,05 9,18 11,16 13,31 15,54 18,52
6,5 3,41 4,77 6,51 8,48 10,30 12,29 14,34 17,10
7,0 3,16 4,43 6,04 7,87 9,57 11,41 13,32 15,88
7,5 2,95 4,13 5,64 7,35 8,93 10,65 12,43 14,82
8,0 2,77 3,88 5,29 6,89 8,37 9,98 11,65 13,89
8,5 2,60 3,65 4,97 6,48 7,88 9,40 10,97 13,08
9,0 2,46 3,45 4,70 6,12 7,44 8,87 10,36 12,35
9,5 2,33 3,26 4,45 5,80 7,05 8,41 9,81 11,70
10,0 2,21 3,10 4,23 5,51 6,70 7,99 9,32 11,11

TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN


On Becoming The Centre of Excellences 20
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

UNTUK COS φ = 0,80 & ∆V = 5%

PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER JENIS


BEBAN PENGHANTAR
35 50 70 95 120 150 185 240
MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2
1,0 24,56 34,05 45,85 58,62 70,04 81,93 93,64 108,39
1,5 16,38 22,70 30,57 39,09 46,70 54,63 62,43 72,27
2,0 12,28 17,14 22,93 29,32 35,03 40,97 46,83 54,20
2,5 9,83 13,62 18,34 23,45 28,02 32,77 37,46 43,36
3,0 8,19 11,35 15,28 19,54 23,35 27,31 31,22 36,13
3,5 7,02 9,73 13,10 16,75 20,02 23,41 26,76 30,97
4,0 6,14 8,51 11,46 14,66 17,51 20,48 23,41 27,10
4,5 5,46 7,57 10,19 13,03 15,57 18,21 20,81 24,09
5,0 4,91 6,81 9,17 11,73 14,01 16,39 18,73 21,68
5,5 4,47 6,19 8,34 10,66 12,74 14,90 17,03 19,71
6,0 4,09 5,68 7,64 9,77 11,68 13,66 15,61 18,07
6,5 3,78 5,24 7,05 9,02 10,78 12,61 14,41 16,68
7,0 3,51 4,87 6,55 8,38 10,01 11,71 13,38 15,49
7,5 3,28 4,54 6,11 7,82 9,34 10,93 12,49 14,45
8,0 3,07 4,26 5,73 7,33 8,76 10,24 11,71 13,55
8,5 2,89 4,01 5,39 6,90 8,24 9,64 11,02 12,75
9,0 2,73 3,78 5,09 6,51 7,78 9,10 10,41 12,04
9,5 2,59 3,58 4,83 6,17 7,37 8,63 9,86 11,41
10,0 2,46 3,41 4,59 5,86 7,01 8,19 9,36 10,84

TABEL BEBAN TERHADAP PANJANG JTM A3C YANG DIIJINKAN


UNTUK COS φ = 0,85 & ∆V = 3%
On Becoming The Centre of Excellences 21
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

PANJANG JTM (kms) YANG DIIJINKAN PER JENIS


BEBAN PENGHANTAR
35 50 70 95 120 150 185 240
MVA mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2 mm2
1,0 13,96 19,45 26,35 34,00 40,94 48,33 55,77 65,42
1,5 9,31 12,97 17,57 22,67 27,30 32,22 37,18 43,62
2,0 6,98 9,79 13,18 17,00 20,48 24,17 27,89 32,72
2,5 5,59 7,78 10,54 13,60 16,38 19,33 22,31 26,17
3,0 4,66 6,48 8,78 11,33 13,65 16,11 18,59 21,81
3,5 3,99 5,56 7,53 9,71 11,70 13,81 15,94 18,70
4,0 3,49 4,86 6,59 8,50 10,24 12,08 13,94 16,36
4,5 3,10 4,32 5,86 7,56 9,10 10,74 12,39 14,54
5,0 2,79 3,89 5,27 6,80 8,19 9,67 11,16 13,09
5,5 2,54 3,54 4,79 6,18 7,44 8,79 10,14 11,90
6,0 2,33 3,24 4,39 5,67 6,82 8,06 9,30 10,91
6,5 2,15 2,99 4,05 5,23 6,30 7,44 8,58 10,07
7,0 2,00 2,78 3,76 4,86 5,85 6,90 7,97 9,35
7,5 1,86 2,59 3,51 4,53 5,46 6,44 7,44 8,72
8,0 1,75 2,43 3,29 4,25 5,12 6,04 6,97 8,18
8,5 1,64 2,29 3,10 4,00 4,82 5,69 6,56 7,70
9,0 1,55 2,16 2,93 3,78 4,55 5,37 6,20 7,27
9,5 1,47 2,05 2,77 3,58 4,31 5,09 5,87 6,89
10,0 1,40 1,95 2,64 3,40 4,09 4,83 5,58 6,54

On Becoming The Centre of Excellences 22


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2. TRAFO DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 23


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Trafo Distribusi adalah salah satu peralatan listrik yang mentransfomasikan tegangan
menengah menjadi tegangan rendah dan mempunyai karakteristik tertentu.

Untuk hal tersebut diatas, maka perlu ditentukan pola pembebanan trafo yang akan
menghasilkan drop tegangan maupun susut paling kecil (minimal), disamping itu
terdapat sitem pengaman yang harus diperhatikan baik yang terpasang di sisi
tegangan 20 KV maupun sisi tegangan rendah 231/400 volt.

2.1. POLA PEMBEBANAN TRAFO DISTRIBUSI


Pola pembebanan trafo distribusi hendaknya mengikuti karakteristik trafo
sesuai dengan spesifikasi trafo sesuai SPLN no. 50 : 1997, agar didapatkan
susut yang minimal yaitu pembebanan trafo sebesar 60% - 70% dari kapasitas
trafo.

2.2. KORELASI ANTARA SUSUT DAN DROP TEGANGAN PADA TRAFO


DISTRIBUSI
Besaran maksimal dari drop tegangan maupun susut dari trafo distribusi
perlu ditentukan , sehingga dalam pengoperasiannya akan didapat hasil
kinerja yang optimal.

2.2.1. DROP TEGANGAN TRAFO DISTRIBUSI.


Drop tegangan di trafo distribusi di sisi sekunder pada saat beban
maksimum dibolehkan sebesar 3 % dari tegangan kerja (sesuai
SPLN 72 : 1987).

2.2.2. SUSUT TRAFO DISTRIBUSI


Rumus yang digunakan :

LossesTraf o  (i  c.(Pr) 2 .LLF ).N

Dimana :
- i = Rugi Besi Trafo ( kW)
- c = Rugi Tembaga ( kW)
- LLF = Load Loss factor .
On Becoming The Centre of Excellences 24
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

- Pr = Pembebanan Trafo rata-rata (%).


- N = Jumlah Trafo.
- Catatan = Rugi Besi dan tembaga diambil dari SPLN 50:1997
- Losses maksimum 1,5 % ( pada temperatur 75 0C )

2.2.3. EFISIENSI TRAFO DISTRIBUSI.

Untuk menghitung efisiensi trafo distribusi dengan formula,

n. p. cos 
Effisiensi  x100%
(n. p. cos  )  Wi  n 2  Wc

Dari rumus di atas trafo untuk kapasitas 100 KVA hasil perhitungan susut dan
efisiensi trafo seperti tabel di bawah :

On Becoming The Centre of Excellences 25


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Faktor Efisiensi Susut


beban / Cos 0.8
Phi 0 0.85 0.90 0.8 0.85 0.9
96.2 96.4
0.1 0 2 96.61 3.95 3.72 3.51
97.7 97.9
0.2 8 0 98.02 2.28 2.14 2.02
98.1 98.2
0.3 8 9 98.38 1.85 1.74 1.64
98.2 98.3
0.4 9 9 98.48 1.74 1.64 1.54
98.2 98.3
0.5 8 8 98.47 1.75 1.65 1.56
98.2 98.3
0.6 1 1 98.40 1.83 1.72 1.62
98.1 98.2
0.7 0 1 98.31 1.94 1.82 1.72
97.9 98.0
0.8 7 9 98.19 2.07 1.95 1.84
97.8 97.9
0.9 3 6 98.07 2.22 2.09 1.97
97.6 97.8
1 8 1 97.93 2.38 2.24 2.11
97.5 97.6
1.1 2 6 97.79 2.54 2.39 2.26
97.3 97.5
1.2 6 1 97.65 2.71 2.55 2.41
97.1 97.3
1.3 9 5 97.50 2.89 2.72 2.57

On Becoming The Centre of Excellences 26


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 27


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Pola pembebanan trafo distribusi hendaknya mengikuti karakteristik trafo


sesuai dengan spesifikasi trafo sesuai SPLN no. 50 : 1997, agar didapatkan
susut yang minimal (pembebanan trafo sebesar 50% -60%).
Untuk memenuhi kriteria tersebut ,maka perlu dicantumkan secara jelas
spesifikasi trafo distribusi dalam setiap pengadaannya, dan dilaksanakan test
sampling sebelum trafo tersebut digunakan dalam operasional.

KAPASITAS TRAFO = 50 KVA


LOAD FACTOR LOSSES
(%) (%)
10 10,30
15 7,10
20 5,56
30 4,16
40 3,60
50 3,37
60 3,31
70 3,34
80 3,43
90 3,57
100 3,73
110 3,91
130 4,31
150 4,75

On Becoming The Centre of Excellences 28


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

KAPASITAS TRAFO = 100 KVA

LOAD FACTOR LOSSES


(%) (%)
10 5,15
15 3,55
20 2,78
30 2,08
40 1,80
50 1,68
60 1,65
70 1,67
80 1,72
90 1,78
100 1,86
110 1,95
130 2,16
150 2,38

KAPASITAS TRAFO = 160 KVA

LOAD FACTOR LOSSES


(%) (%)
10 4,29
15 2,95
20 2,30
30 1,71
40 1,47
50 1,37
60 1,33
70 1,34
80 1,37
90 1,42
100 1,48
110 1,55
130 1,70

On Becoming The Centre of Excellences 29


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

150 1,87

KAPASITAS TRAFO = 200 KVA

LOAD FACTOR LOSSES


(%) (%)
10 4,12
15 2,83
20 2,22
30 1,66
40 1,43
50 1,33
60 1,31
70 1,32
80 1,35
90 1,40
100 1,47
110 1,54
130 1,69
150 1,86

Besaran maksimal dari drop tegangan maupun susut dari trafo distribusi perlu
ditentukan , sehingga dalam pengoperasiannya akan didapat hasil kinerja yang
optimal.

DROP TEGANGAN MAKSIMUM TRAFO DISTRIBUSI


Drop tegangan maksimum trafo distribusi disisi sekunder trafo saat beban
maksimum adalah 3 % ( SPLN 72 : 1987).

On Becoming The Centre of Excellences 30


SUSUT TRAFO DISTRIBUSI
PADA BEBAN 100% DAN COS  = 0.85
STANDAR RUGI SESUAI SPLN NO 50
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DANTAHUN 1997
PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
No RUGI RUGI TEMBAGA
DAYA BESI (CU) LOSSES
(KVA) (KW) ( KW) %

1 25 0,075 0,425 2,12


2 50 0,150 0,800 2,02
3 100 0,300 1,600 2,02
4 160 0,400 2,000 1,60
5 200 0,480 2,500 1,59
6 250 0,600 3,000 1,54
7 315 0,770 3,900 1,58
8 400 0,930 4,600 1,48
9 500 1,100 5,500 1,41
10 630 1,300 6,500 1,32
11 800 1,750 9,100 1,44
12 1000 2,300 12,100 1,53

Catatan : Suhu belitan Trafo Distribusi pada 75ºC

TABEL PEMBEBANAN TRAFO DISTRIBUSI TERHADAP SUSUT


SUSUT (%)
DAYA PEMBEBANAN TRAFO
TRAFO
KVA 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 110%

25 4,91 2,70 2,08 1,84 1,77 1,78 1,83 1,91 2,00 2,12 2,24

50 4,90 2,68 2,05 1,81 1,72 1,72 1,76 1,83 1,92 2,02 2,13

100 4,90 2,68 2,05 1,81 1,72 1,72 1,76 1,83 1,92 2,02 2,13

160 4,08 2,22 1,68 1,47 1,39 1,38 1,41 1,46 1,53 1,60 1,69
On Becoming
200 The Centre
3,92 of Excellences
2,14 1,63 1,43 1,36 1,36 1,39 1,44 1,51 1,59 1,6731

250 3,92 2,13 1,61 1,41 1,34 1,33 1,35 1,40 1,46 1,54 1,62

315 3,99 2,17 1,65 1,45 1,37 1,36 1,39 1,44 1,51 1,58 1,67
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 32


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 33


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2.3. Transformator dengan Pengaman Sendiri ( CSP-Completely Self


Protection ) :

Transformator distribusi yang dilengkapi dengan sistem pengaman arus lebih


yang ditempatkan di dalam transformator dan pada sisi primer dilengkapi dengan
penangkap petir (lightning arrester).

Transformator Fase Tunggal :


Penandaan terminal transformator fase tunggal :

 Terminal tegangan tinggi


- JTM 3 kawat : H1 - H2
- JTM 4 kawat : H1 -

 Terminal tegangan rendah : x1 - x3 - x2 - x4

 Terminal pembumian : diantara x3 dan x2

Transformator Transformator
untuk sistem untuk
JTM 4 kawat sistem JTM 3
kawat

Gambar Penandaan terminal transformator fase tunggal

On Becoming The Centre of Excellences 34


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1 Transformator Tanpa Pengaman Sendiri (NCSP-Non Completely Self


Protection ) :

Transformator distribusi yang tidak dilengkapi pengaman sendiri, tetapi sistem


pengaman arus lebih ditempatkan di luar transformator sisi primer dengan
penangkap petir (lightning arrester) dan dilengkapi panel tegangan rendah.

Transformator Fase Tiga :

Urutan penandaan terminal transformator fase tiga, dari kiri ke kanan dilihat
dari sisi tegangan rendah berturut-turut adalah :

 Terminal primer : (1N) - 1U - 1V - 1W


 Terminal sekunder : (2N) - 2U - 2V - 2W

Dyn5 / Yzn5

On Becoming The Centre of Excellences 35


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 36


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2Hubungan belitan :

Hubungan bintang ( Y ) :

Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga salah satu ujung
dari setiap belitan transformator fase-tiga, atau salah satu ujung setiap belitan
transformator fase-tunggal yang bertegangan pengenal sama dalam gugus
fase-tiga, dihubungkan ke titik bersama (titik netral) dan ujung lainnya adalah
terminal fase.
On Becoming The Centre of Excellences 37
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Hubungan delta ( Δ ) :

Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga belitan-belitan fase


transformator fase-tiga, atau belitan dari tiga unit transformator fase-tunggal yang
bertegangan pengenal sama dalam gugus fase-tiga, dihubung seri hingga
membentuk sirkit tertutup.

On Becoming The Centre of Excellences 38


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Hubungan zigzag ( Z ) :

Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga salah satu ujung dari
setiap belitan fase transformator fase-tiga, dihubungkan ke titik bersama (titik
netral) dan tiap belitan fase terdiri dari dua bagian yang tegangan induksinya
berbeda fase. Kedua bagian ini mempunyai jumlah lilitan yang sama.

Kelompok Hubungan Trafo (Tabel) :

On Becoming The Centre of Excellences 39


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1Rugi-rugi transformator :

Rugi tanpa beban (rugi besi) :

Daya aktif yang diserap ketika tegangan pengenal pada frekuensi pengenal
diberikan pada terminal salah satu belitan sedangkan belitan lainnya terbuka.

Arus tanpa beban :

Arus yang mengalir pada terminal fase belitan ketika tegangan pengenal
dengan frekuensi pengenal diberikan pada belitan tersebut, sedangkan belitan
lainnya terbuka. Arus tanpa beban pada transformator fase tiga adalah nilai
rata-rata dari ketiga fase dan dinyatakan dalam persen terhadap arus
pengenal.

Rugi berbeban (rugi belitan) :

Daya aktif yang diserap pada frekuensi pengenal ketika arus pengenal
mengalir melalui terminal fase salah satu belitan, sedangkan terminal belitan
On Becoming The Centre of Excellences 40
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

lainnya dihubung-singkat. Nilai rugi berbeban ditetapkan pada suhu acuan


75°C.

c) Rugi total :

Jumlah dari rugi tanpa beban dan rugi berbeban.

On Becoming The Centre of Excellences 41


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Inti besi :

Inti besi dibentuk dari laminasi baja silikon (cold-rollled grain oriented) atau
baja amorphous (amorphous steel) dengan rugi-rugi yang rendah dan arus
magnetisasi sekecil mungkin.

Konstruksi inti besi dapat dibentuk dengan dua cara :

 Susunan (stacking).
 Gulungan (wound type)

Kenaikan suhu :

On Becoming The Centre of Excellences 42


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Kelas suhu isolasi transformator adalah A.

Batas maksimum kenaikan suhu di atas suhu ambien pada kapasitas


pengenal :
- Suhu minyak atas : 50 K
- Suhu belitan rata-rata : 55 K

Tegangan primer :
Tegangan primer adalah tegangan nominal sistem jaringan tegangan
menengah :

a) Transformator fase tiga : 20 kV.


b) Transformator fase tunggal
- untuk sistem distribusi JTM 3 kawat : 20 kV
- untuk sistem distribusi JTM 4 kawat : 20/√3 kV

Tegangan sekunder :
Tegangan sekunder pada keadaan tanpa beban adalah tegangan nominal
sistem jaringan tegangan rendah :

a) Transformator fase tiga : 400 V


b) Transformator fase tunggal : 231 V

Tegangan sadapan :
Penyadapan belitan menggunakan pengubah sadapan 5 (lima) langkah yang
ditempatkan pada belitan primer. Sadapan No. 3 merupakan sadapan utama.
Nilai-nilai tegangan sadapan tercantum pada tabel.

On Becoming The Centre of Excellences 43


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Tabel Tegangan Pengenal Sadapan


JTM 3 kawat JTM 4 kawat
No. Fasa tiga dan fase
Fase tiga Fase tunggal
Sadapan tunggal
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 1 Tipe 2 Tipe 1 Tipe 2
1 21 kV 22 kV 21 kV 22 kV 21/√3 kV 22/√3 kV
2 20,5 kV 21 kV 20,5 kV 21 kV 20,5/√3 kV 21/√3 kV
3 20 kV 20 kV 20 kV 20 kV 20/√3 kV 20/√3 kV
4 19,5 kV 19 kV 19,5 kV 19 kV 19,5/√3 kV 19/√3 kV
5 19 kV 18 kV 19 kV 18 kV 19/√3 kV 18/√3 kV

Minyak isolasi :

Minyak sebagai media pendingin dan isolasi transformator adalah jenis


mineral dan tidak beracun.

Minyak harus memenuhi persyaratan IEC 60296 dengan tegangan tembus ≥


50 kV/2,5 mm.

On Becoming The Centre of Excellences 44


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

3. JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR)

Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Rendah yang dikembangkan adalah
sitem tegangan 220/380 Volt menggunakan penghantar Twisted Cable (TC).

Dalam desain Jaringan Tegangan Rendah (JTR) beberapa kriteria yang


dipertimbangkan adalah :

1). Drop Tegangan .

2). Susut Jaringan.

3). Kerapatan Beban.

4). Keandalan pasokan tenaga listrik

3.1. KORELASI PANJANG JTR DENGAN DROP TEGANGAN

Salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam mendesain Jaringan Tegangan


Rendah adalah drop tegangan, berdasarkan SPLN No.72 : 1987 batas drop
tegangan yang diijinkan untuk Jaringan Tegangan Rendah (JTR) maksimum 4
% dari tegangan kerja.

Untuk mendapatkan besaran jatuh tegangan dalam batas tersebut maka


pemilihan penghantar yang digunakan harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :

 Jenis Penghantar
 Luas penampang penghantar.
 Panjang Jaringan
 Kerapatan beban

Selain pemilihan penghantar yang digunakan harus dibatasi besar arus beban
yang mengalir sesuai dengan KHA (Kemampuan Hantar Arus) dari jenis
penghantar agar batas drop tegangan yang diijinkan dapat tercapai.

On Becoming The Centre of Excellences 45


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Jenis penghantar untuk JTR ada dua macam menurut kontruksinya yaitu Open
Wire (telanjang) dan yang berisolasi (Insulated) sedang ditinjau dari bahan yang
digunakan ada dua jenis yang umum digunakan yaitu dari bahan Tembaga (CU)
dan dari bahan Aluminium (Al).

Untuk keandalan dan keamanan dalam penyaluran tenaga listrik penghantar


JTR yang paling banyak digunakan saat ini dari jenis Insulated dibandingkan
dengan kabel telanjang.

Jenis bahan penghantar berisolasi yang banyak digunakan adalah dari bahan
aluminium (Al) karena lebih ringan namun daya hantarnya lebih rendah
dibandingkan dengan dari bahan Tembaga (Cu).

Jenis , Luas dan panjang penghantar yang digunakan untuk JTR akan
mempengaruhi besarnya Impedansi (Z) dari JTR, perkalian impedansi Z
dengan arus yang mengalir akan didapatkan besarnya Drop tegangan pada
JTR, seperti rumus berikut ini :

∆V = I x Z ……………….. (1)

Keterangan :

∆V = Jatuh tegangan (Volt).

I = Arus beban yang mengalir (A).

Z = Impedansi JTR (Ohm)

On Becoming The Centre of Excellences 46


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Bilamana JTR direprentasikan sebagai diagram seperti diatas, maka sesuai


HUKUM Kirchhoff

VS = VL + (R + j X ) . L = VL + RI + j X. I

V drop = VS – VL = RI + j X. I

= I (R + j X) Volt

= Re (I Z)

dimana :

Besaran Real Z = (R2 + X2)^1/2

Desain sebuah jaringan tegangan rendah dengan kriteria sbb,



Drop Tegangan Rendah maksimum 4 % .

Susut Tegangan Rendah 3,5 %

Dengan menggunakan JTR 3 x 70 mm2 +1 x50mm2

3.2. KORELASI PEMBEBANAN DENGAN TEGANGAN JATUH.

1.1 UNTUK FORMULA DROP TEGANGAN JTR DENGAN BEBAN UJUNG


(SEIMBANG)

% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos  + X * Sin ) * 100)/(V) 2

Dimana :
 % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
 P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
 R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
 X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
 V = tegangan L-L ( 400 Volt )

On Becoming The Centre of Excellences 47


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

1.2 UNTUK FORMULA DROP TEGANGAN JTR DENGAN BEBAN MERATA


(SEIMBANG)

% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos  + X * Sin ) *0,5* 100)/ (V) 2

Dimana :
 % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
 P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
 R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
 X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
 V = tegangan L-L ( 400 Volt )

3.3. KORELASI PEMBEBANAN DENGAN SUSUT

3.3.1. UNTUK FORMULA SUSUT JTR BEBAN DIUJUNG (SEIMBANG)

PSusutTekni s  3.I 2 .R.L.LLF

Dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
 R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km )
 LLF= Loss Load Factor

3.3.2. UNTUK FORMULA SUSUT JTR BEBAN MERATA (SEIMBANG)

PSusutTekni s  3.I 2 .R.L.LLF .0,333

Dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
 R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km )
 LLF= Loss Load Factor

Bilamana dalam bentuk % maka

On Becoming The Centre of Excellences 48


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

V drop = Re (I.Z)/VS * 100 (%)

V drop = Re (I.z.L)/VS * 100 (%)

Dimana :

z = Impedansi JTR (Ohm/km)


R = Resistansi(Tahanan) Penghantar (Ohm/km)
X = Reaktansi Jaringan (Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km)
Vs = Tegangan Sumber

Bilamana Arus I dihitung dari daya nominal tersalur P (VA) dengan asumsi
beban terpusat di ujung (seimbang) maka formula tersebut diatas menjadi :

% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos  + X * Sin ) * 100)/ (V) 2

Jika asumsi beban di JTR merata (seimbang) maka rumus menjadi :

% Drop Voltage = (P*L*(R*Cos  + X * Sin ) *0,5* 100)/ (V) 2

Dimana :
 % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
 P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
 R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
 X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
 Vs = tegangan sumber L-L ( 400 Volt )

3.4. KORELASI PANJANG JTR DENGAN SUSUT JARINGAN

On Becoming The Centre of Excellences 49


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Dalam mendesain JTR maka hal yang sangat penting diperhitungkan adalah
batas maksimun losses yang akan terjadi pada jaringan tersebut.

Dalam SPLN 722 : 1987 telah ditentukan losses maksimum di JTR adalah 3,5
%.

Untuk mencapai range losses tersebut maka desain JTR juga harus
mempertimbangkan hal hal yang sama seperti pada saat menekan drop
tegangan yaitu :

 Jenis Penghantar yang digunakan

 Panjang Jaringan Tegangan Rendah

 Luas penampang

 Pembatasan Jumlah beban yang tersambung sesuai dengan KHA


penghantar.

Formula susut tergantung dari model jaringan yang ada. Untuk


menyederhanakan perhitungan dibuat asumsi seperti yang dilalukan pada
perhitungan drop tegangan yaitu :

1.3 BEBAN TERPUSAT DIUJUNG (SEIMBANG) :

PSusutTekni s  3.I 2 .R.L.LLF (Watt)

Dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
 R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km )
 LLF= Loss Load Factor

1.4 BEBAN MERATA DI JTR (SEIMBANG)

PSusutTekni s  3.I 2 .R.L.LLF .0,333 (Watt)


On Becoming The Centre of Excellences 50
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Dimana :
 I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
 R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
 L = Panjang Jaringan (km )
 LLF= Loss Load Factor

Hasil perhitungan seperti tabel terlampir

KORELASI PANJANG DENGAN DROP TEGANGAN JTR TWISTED CABLE


Tegangan sumber 400 Volt
Asumsi Beban merata

Jenis DROP PANJANG JTR MAKSIMUM UNTUK BEBAN DENGAN %


Pengahntar KHA TEG KHA : (M)
(A) (%) 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

TC 3 x 70+50
mm2 196 6,0% 1,484 1,113 0,891 0,742 0,636 0,557 0,495 0,445
TC 3 x50+50
mm2 154 6,0% 1,267 0,950 0,760 0,634 0,543 0,475 0,422 0,380
TC 3 x 35+50
mm2 125 6,0% 1,164 0,873 0,698 0,582 0,499 0,436 0,388 0,349
TC 3 x 25+50
mm2 103 6,0% 1,022 0,766 0,613 0,511 0,438 0,383 0,341 0,307

TC 3 x 70+50
mm2 196 5,0% 1,237 0,928 0,742 0,618 0,530 0,464 0,412 0,371
TC 3 x50+50
mm2 154 5,0% 1,056 0,792 0,634 0,528 0,453 0,396 0,352 0,317
TC 3 x 35+50
mm2 125 5,0% 0,970 0,727 0,582 0,485 0,416 0,364 0,323 0,291
TC 3 x 25+50
mm2 103 5,0% 0,852 0,639 0,511 0,426 0,365 0,319 0,284 0,255

TC 3 x 70+50
mm2 196 4,0% 0,989 0,742 0,594 0,495 0,424 0,371 0,330 0,297
TC 3 x50+50
mm2 154 4,0% 0,845 0,634 0,507 0,422 0,362 0,317 0,282 0,253
TC 3 x 35+50
mm2 125 4,0% 0,776 0,582 0,465 0,388 0,332 0,291 0,259 0,233
TC 3 x 25+50
mm2 103 4,0% 0,681 0,511 0,409 0,341 0,292 0,255 0,227 0,204

TC 3 x 70+50
mm2 196 3,0% 0,742 0,557 0,445 0,371 0,318 0,278 0,247 0,223
TC 3 x50+50
mm2 154 3,0% 0,634 0,475 0,380 0,317 0,272 0,238 0,211 0,190
TC 3 x 35+50 125 3,0% 0,582 0,436 0,349 0,291 0,249 0,218 0,194 0,175
On Becoming The Centre of Excellences 51
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

mm2
TC 3 x 25+50
mm2 103 3,0% 0,511 0,383 0,307 0,255 0,219 0,192 0,170 0,153

TC 3 x 70+50
mm2 196 2,0% 0,495 0,371 0,297 0,247 0,212 0,186 0,165 0,148
TC 3 x50+50
mm2 154 2,0% 0,422 0,317 0,253 0,211 0,181 0,158 0,141 0,127
TC 3 x 35+50
mm2 125 2,0% 0,388 0,291 0,233 0,194 0,166 0,145 0,129 0,116
TC 3 x 25+50
mm2 103 2,0% 0,341 0,255 0,204 0,170 0,146 0,128 0,114 0,102

TC 3 x 70+50
mm2 196 1,0% 0,247 0,186 0,148 0,124 0,106 0,093 0,082 0,074
TC 3 x50+50
mm2 154 1,0% 0,211 0,158 0,127 0,106 0,091 0,079 0,070 0,063
TC 3 x 35+50
mm2 125 1,0% 0,194 0,145 0,116 0,097 0,083 0,073 0,065 0,058
TC 3 x 25+50
mm2 103 1,0% 0,170 0,128 0,102 0,085 0,073 0,064 0,057 0,051

KORELASI PANJANG DENGAN SUSUT ENERGI JTR TWISTED CABLE


Tegangan sumber 400 Volt
Asumsi Beban merata ( Cos Q Beban 0.85)

Jenis PANJANG JTR MAKSIMUM UNTUK BEBAN DENGAN %


Pengahntar KHA SUSUT KHA : (M)
(A) (%) 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
TC 3 x 70+50
mm2 196 3,5% 1,502 1,127 0,901 0,751 0,644 0,563 0,501 0,451
TC 3 x50+50
mm2 154 3,5% 1,275 0,956 0,765 0,637 0,546 0,478 0,425 0,382
TC 3 x 35+50
mm2 125 3,5% 1,156 0,867 0,694 0,578 0,496 0,434 0,385 0,347
TC 3 x 25+50
mm2 103 3,5% 1,016 0,762 0,609 0,508 0,435 0,381 0,339 0,305
TC 3 x 70+50
mm2 196 3,0% 1,288 0,966 0,773 0,644 0,552 0,483 0,429 0,386
TC 3 x50+50
mm2 154 3,0% 1,093 0,819 0,656 0,546 0,468 0,410 0,364 0,328

On Becoming The Centre of Excellences 52


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

TC 3 x 35+50
mm2 125 3,0% 0,991 0,743 0,595 0,496 0,425 0,372 0,330 0,297
TC 3 x 25+50
mm2 103 3,0% 0,871 0,653 0,522 0,435 0,373 0,326 0,290 0,261
TC 3 x 70+50
mm2 196 2,5% 1,073 0,805 0,644 0,537 0,460 0,402 0,358 0,322
TC 3 x50+50
mm2 154 2,5% 0,911 0,683 0,546 0,455 0,390 0,341 0,304 0,273
TC 3 x 35+50
mm2 125 2,5% 0,826 0,620 0,496 0,413 0,354 0,310 0,275 0,248
TC 3 x 25+50
mm2 103 2,5% 0,725 0,544 0,435 0,363 0,311 0,272 0,242 0,218
TC 3 x 70+50
mm2 196 2,0% 0,858 0,644 0,515 0,429 0,368 0,322 0,286 0,258
TC 3 x50+50
mm2 154 2,0% 0,728 0,546 0,437 0,364 0,312 0,273 0,243 0,219
TC 3 x 35+50
mm2 125 2,0% 0,661 0,496 0,396 0,330 0,283 0,248 0,220 0,198
TC 3 x 25+50
mm2 103 2,0% 0,580 0,435 0,348 0,290 0,249 0,218 0,193 0,174
TC 3 x 70+50
mm2 196 1,0% 0,429 0,322 0,258 0,215 0,184 0,161 0,143 0,129
TC 3 x50+50
mm2 154 1,0% 0,364 0,273 0,219 0,182 0,156 0,137 0,121 0,109
TC 3 x 35+50
mm2 125 1,0% 0,330 0,248 0,198 0,165 0,142 0,124 0,110 0,099
TC 3 x 25+50
mm2 103 1,0% 0,290 0,218 0,174 0,145 0,124 0,109 0,097 0,087

On Becoming The Centre of Excellences 53


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 54


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 55


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 56


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 57


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 58


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 59


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

On Becoming The Centre of Excellences 60


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

4. SAMBUNGAN RUMAH

Sambungan Rumah adalah titik akhir dari pelayanan listrik kepada Konsumen,
sehingga potret pelayanan dapat dilihat dari mutu tegangan dan tingkat keandalan
dari sisi Sambungan Rumah.

Selain itu sambungan rumah juga termasuk salah satu bagian penyumbang susut
teknis, maka dalam Desain Jaringan distribusi sambungan rumah (SR) harus bisa
dihitung drop tegangan serta losses yang timbul untuk panjang dan jenis penghantar
tertentu yang digunakan serta jumlah seri SR yang tersambung.

4.1 DROP TEGANGAN SAMBUNGAN RUMAH ( SR )

Drop tegangan Sambungan Rumah Maksimum 1 % ( SPLN 72 :1987) atau


Tegangan Pelayanan tidak boleh kurang dari 208 Volt (sesuai SPLN No 1:1995).
Agar drop tegangan masih dalam range tersebut diatas maka perlu pemilihan
jenis dan panjang penghantar SR yang digunakan serta pembatasan jumlah SR
Seri yang tersambung.

4.2 MENGHITUNG SUSUT SAMBUNGAN RUMAH (SR)

Menghitung susut sambungan rumah per konsumen

Dalam hal ini juga diambil asumsi bahwa arus beban konsumen merata ,sehingga
dalam perhitungan ini akan dipakai arus rata-rata perkonsumen pada waktu
beban puncak

Ada beberapa macam SR

1. SR 1 fasa dengan satu konsumen

2. SR satu fasa dengan beberapa konsumen, dimungkinkan sampai 5 konsumen

3. SR 3 fasa 1 konsumen

On Becoming The Centre of Excellences 61


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

4.2.1. SR 1 fasa 1 konsumen

R1

Maka susut perkonsumen :

E (Watt ) = 2 I 2 R1

E (Kwh) = 2.I2 R1 Lsf . t . 10-3

Dimana I = Arus beban rata2 perkonsumen waktu beban puncak

R1 = Tahanan penghantar dengan panjang maks 30 mtr

4.2.2. SR satu fasa dengan beberapa sambungan konsumen

L1 L2 L3 L4

I I I I

Secara pendekatan diasumsikan panjang seksi L1 = L2 =L3=……= L

Maka susut perkonsumen rat-rata :

E 2K = 1/2 . 2.( I2 +(2.I )2).R1 = 5.I2.R1 (Watt)

E 3K = 1/3 . 2. (I2 +(2I)2+(3I)2)R1 =9,33 I2R1 (Watt)

E 4K = 1/4 . 2. (I2 +(2I)2+(3I)2 +(4.I)2 ).R1 = 15.I2 R1 (Watt)

E5K = 1/5 . 2.(I2 +2(I)2 +3(I)2+4(I)2 + 5 (I)2 )R1

= 22.I2.R1(Watt)

On Becoming The Centre of Excellences 62


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Jika dibandingkan dengan susut SR 1 phasa untuk 1 Konsumen maka


akan diperoleh angka perbandingan

EiK (Watt)
KSR = --------------------------
E1 K (Watt)

Sebagai berikut :

JENIS SR KSR

1θ 1K 1,0

1θ 2K 2,5

1θ 3K 4,78

1θ 4K 7.5

1θ 5K 11,0

E i K = KSR. S1 K (Watt)

E5 K = 11. S1 K (Watt)

4.2.3. SR 3 fasa dengan 1 Konsumen (3θ1K)


On Becoming The Centre of Excellences 63
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Susut SR perkonsumen :

E (Watt) = 3 I2 . R.L

E (kWh) = 3 I2 . R.L.Lsf. t

Dimana :
 I = Arus beban rata-rata per konsumen waktu beban puncak
 RL = Tahanan penghantar dgn panjang L maksimum 30 m
 Penampang disesuaikan dengan beban.

Beban
Puncak = 2 Amp
0,
Factor Beban = 6 LLF 0,3504
Beban rata- 1,
rata = 2 Amp
x/30
R/kms R/30 mtr x/km mtr
Panjang SR = 30 meter 2,45 0,074
35 meter 2,45 0,086
40 meter 2,45 0,098
45 meter 2,45 0,110
TIC 50 meter 2,45 0,123 2 x
10
mm2 AL

Energi Losses
On Becoming The Centre of Excellences 64
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Jumlah Tahanan Tersalurk


Panjang Beban an
Sambungan Kawat
SR (m) (A)
Rumah (R) (kwh) (kWh) (%)
1 30 0,074 1,2 161,568 0,0534 0,03
2 30 0,074 1,2 161,568 0,1335 0,08
3 30 0,074 1,2 161,568 0,2491 0,15
4 30 0,074 1,2 161,568 0,4005 0,25
5 30 0,074 1,2 161,568 0,5874 0,36
6 30 0,074 1,2 161,568 0,8091 0,5
7 30 0,074 1,2 161,568 1,0681 0,66

1 35 0,086 1,2 161,568 0,0623 0,04


2 35 0,086 1,2 161,568 0,1558 0,1
3 35 0,086 1,2 161,568 0,2907 0,18
4 35 0,086 1,2 161,568 0,4673 0,29
5 35 0,086 1,2 161,568 0,6854 0,42
6 35 0,086 1,2 161,568 0,9439 0,58
7 35 0,086 1,2 161,568 1,2461 0,77

1 40 0,098 1,2 161,568 0,0712 0,04


2 40 0,098 1,2 161,568 0,178 0,11
3 40 0,098 1,2 161,568 0,3322 0,21
4 40 0,098 1,2 161,568 0,534 0,33
5 40 0,098 1,2 161,568 0,7833 0,48
6 40 0,098 1,2 161,568 1,0788 0,67
7 40 0,098 1,2 161,568 1,4241 0,88

TIC 2 x 10
mm2 AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses

On Becoming The Centre of Excellences 65


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Tersalurka
Sambungan SR Kawat n
Rumah (m) (R) (A) (kwh) (kWh) (%)
1 45 0,110 1,2 161,568 0,0801 0,05
2 45 0,110 1,2 161,568 0,2003 0,12
3 45 0,110 1,2 161,568 0,3737 0,23
4 45 0,110 1,2 161,568 0,6008 0,37
5 45 0,110 1,2 161,568 0,8812 0,55
6 45 0,110 1,2 161,568 1,2136 0,75
7 45 0,110 1,2 161,568 1,6021 0,99

1 50 0,123 1,2 161,568 0,0890 0,06


2 50 0,123 1,2 161,568 0,2225 0,14
3 50 0,123 1,2 161,568 0,4152 0,26
4 50 0,123 1,2 161,568 0,6676 0,41
5 50 0,123 1,2 161,568 0,9791 0,61
6 50 0,123 1,2 161,568 1,3485 0,83
7 50 0,123 1,2 161,568 1,7801 1,10

1 55 0,135 1,2 161,568 0,0979 0,06


2 55 0,135 1,2 161,568 0,2448 0,15
3 55 0,135 1,2 161,568 0,4567 0,28
4 55 0,135 1,2 161,568 0,7343 0,45
5 55 0,135 1,2 161,568 1,0770 0,67
6 55 0,135 1,2 161,568 1,4833 0,92
7 55 0,135 1,2 161,568 1,9582 1,21

HASIL PERHITUNGAN SUSUT SAMBUNGAN RUMAH

Tiang
JTR
On Becoming The Centre of Excellences 66
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Tegangan Operasi = 220 V


Beban Puncak = 4 Amp
0,350
Factor Beban = 0,6 LLF 4
Beban rata-rata = 2,4 Amp
R/kms R/30 mtr
Panjang SR = 30 meter 2,45 0,074
35 meter 2,45 0,086
40 meter 2,45 0,098
45 meter 2,45 0,110
50 meter 2,45 0,123
55 meter 2,45 0,135

TIC 2 x 10 mm2 AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Sambungan SR Kawat Tersalurkan
Rumah (m) (R) (A) (kwh) (kWh) (%)
0,0
1 30 0,074 2,4 323,136 0,2136 7
0,1
2 30 0,074 2,4 323,136 0,5340 7
0,3
3 30 0,074 2,4 323,136 0,9965 1
0,5
4 30 0,074 2,4 323,136 1,6021 0
0,7
5 30 0,074 2,4 323,136 2,3498 3
1,0
6 30 0,074 2,4 323,136 3,2363 0
1,3
7 30 0,074 2,4 323,136 4,2723 2

0,0
1 35 0,086 2,4 323,136 0,2492 8
0,1
2 35 0,086 2,4 323,136 0,6231 9
0,3
3 35 0,086 2,4 323,136 1,1626 6
0,5
4 35 0,086 2,4 323,136 1,8692 8
0,8
5 35 0,086 2,4 323,136 2,7414 5
1,1
6 35 0,086 2,4 323,136 3,7757 7
1,5
7 35 0,086 2,4 323,136 4,9844 4

0,0
1 40 0,098 2,4 323,136 0,2848 9
2 40 0,098 2,4 323,136 0,7121 0,2

On Becoming The Centre of Excellences 67


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

2
0,4
3 40 0,098 2,4 323,136 1,3287 1
0,6
4 40 0,098 2,4 323,136 2,1362 6
0,9
5 40 0,098 2,4 323,136 3,1331 7
1,3
6 40 0,098 2,4 323,136 4,3151 4
1,7
7 40 0,098 2,4 323,136 5,6965 6

TIC 2 x 10 mm2
AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Sambungan SR Kawat Tersalurkan
Rumah (m) (R) (A) (kwh) (kWh) (%)
1 45 0,110 2,4 323,136 0,3204 0,10
2 45 0,110 2,4 323,136 0,8011 0,25
3 45 0,110 2,4 323,136 1,4948 0,46
4 45 0,110 2,4 323,136 2,4032 0,74
5 45 0,110 2,4 323,136 3,5247 1,09
6 45 0,110 2,4 323,136 4,8545 1,50
7 45 0,110 2,4 323,136 6,4085 1,98

1 50 0,123 2,4 323,136 0,3560 0,11


2 50 0,123 2,4 323,136 0,8901 0,28
3 50 0,123 2,4 323,136 1,6609 0,51
4 50 0,123 2,4 323,136 2,6702 0,83
5 50 0,123 2,4 323,136 3,9163 1,21
6 50 0,123 2,4 323,136 5,3938 1,67
7 50 0,123 2,4 323,136 7,1206 2,20

1 55 0,135 2,4 323,136 0,3916 0,12


2 55 0,135 2,4 323,136 0,9791 0,30
3 55 0,135 2,4 323,136 1,8270 0,57
4 55 0,135 2,4 323,136 2,9372 0,91
5 55 0,135 2,4 323,136 4,3079 1,33
6 55 0,135 2,4 323,136 5,9332 1,84
7 55 0,135 2,4 323,136 7,8326 2,42

On Becoming The Centre of Excellences 68


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

SAMBUNGAN RUMAH

Tiang JTR

1 2 3 4 5 6

Tegangan Operasi = 220 V


Beban Puncak = 6 Amp
On Becoming The Centre of Excellences 69
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Factor Beban = 0,6 LLF 0,3504


Beban rata-rata = 3,6 Amp
R/kms R/30 mtr
Panjang SR = 30 meter 2,45 0,074
35 meter 2,45 0,086
40 meter 2,45 0,098
45 meter 2,45 0,110
50 meter 2,45 0,123
55 meter 2,45 0,135

TIC 2 x 10 mm2 AL

Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses


Sambungan SR Kawat Tersalurka
Rumah (m) (R) (A) n (kwh) (kWh) (%)
1 30 0,074 3,6 484,704 0,4806 0,1
2 30 0,074 3,6 484,704 1,2016 0,2
3 30 0,074 3,6 484,704 2,2422 5
0,4
4 30 0,074 3,6 484,704 3,6048 6
0,7
5 30 0,074 3,6 484,704 5,2870 4
1,0
6 30 0,074 3,6 484,704 7,2817 9
1,5
7 30 0,074 3,6 484,704 9,6128 0
1,9
8
1 35 0,086 3,6 484,704 0,5607 0,1
2 35 0,086 3,6 484,704 1,4019 2
0,2
3 35 0,086 3,6 484,704 2,6159 9
0,5
4 35 0,086 3,6 484,704 4,2056 4
0,8
5 35 0,086 3,6 484,704 6,1682 7
1,2
6 35 0,086 3,6 484,704 8,4953 7
1,7
7 35 0,086 3,6 484,704 11,2149 5
2,3
1
1 40 0,098 3,6 484,704 0,6409 0,1
2 40 0,098 3,6 484,704 1,6021 3
0,3
3 40 0,098 3,6 484,704 2,9896 3
0,6
4 40 0,098 3,6 484,704 4,8064 2
0,9
5 40 0,098 3,6 484,704 7,0494 9
1,4
6 40 0,098 3,6 484,704 9,7089 5
2,0
7 40 0,098 3,6 484,704 12,8170 0
2,6
4

On Becoming The Centre of Excellences 70


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

KESIMPULAN
Desain Kriteria sebagai salah satu „tools“ untuk merencanakan sebuah instalasi

distribusi tenaga listrik yang baik.

On Becoming The Centre of Excellences 71


PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI

Dengan mengacu pada desain kriteria ini seperti pembatasan panjang jaringan untuk

luas penghantar tertentu, pola pembebanan trafo yang efisien, pembatasan jumlah

konsumen yang terhubung deret diharapkan kinerja jaringan berupa tegangan ujung

atau tegangan pelayanan masih dalam stantard yang berlaku serta losses teknik yang

disebabkan oleh jaringan distribusi dapat ditekan sekecil mungkin.dengan biaya yang

optimal.

On Becoming The Centre of Excellences 72

Anda mungkin juga menyukai