1.1. Pendahuluan.
Untuk membuat desain kriteria akan berpedoman kepada SPLN yang ada dan
Ketentuan – ketentuan lain yang berlaku.
2) Beban Sedang
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban sedang bila terdapat beban
antara 0,5 MVA sampai 1 MVA per KM2 .
3) Beban Padat
Daerah / Lokasi yang mempunyai beban padat bila terdapat beban
diatas 1 MVA per KM2 .
Loop Type
Penggunaan SSO Loop Type hanya pada Sistem Open Loop Dua
Penyulang, SSO tipe ini dipasang pada titik pertemuan antara penyulang
transline satu dengan penyulang transline lainnya dalam satu loop.
T 5 > Tr + ( n +1 ) T1
- Reclose - 1 = 60 detik
- Reclose - 2 = 180 detik
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos = 0,85 ( 0,90 ) dan Sin = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos = 0,85 ( 0,90 ) , Sin = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-N (11,6 KV)
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos = 0,85 ( 0,90 ) , dan Sin = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos = 0,85 ( 0,90 ) , Sin = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos = 0,85 ( 0,90 ) , Sin = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
2) SISTEM 1 PHASE
Dimana :
- % Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
- P = Daya Nominal yang tersalur (MVA)
- R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
- X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
- L = Panjang jaringan ( km )
- Cos = 0,85 ( 0,90 ) , Sin = 0,526 ( 0,435)
- KV = Tegangan L-L ( 20 KV )
Dimana :
I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor
Dimana :
I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor
LDF= Load Density Factor (0,625)
Dimana :
I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor
LDF= Load Density Factor (0,333)
PENGHANTAR AAAC
2. TRAFO DISTRIBUSI
Trafo Distribusi adalah salah satu peralatan listrik yang mentransfomasikan tegangan
menengah menjadi tegangan rendah dan mempunyai karakteristik tertentu.
Untuk hal tersebut diatas, maka perlu ditentukan pola pembebanan trafo yang akan
menghasilkan drop tegangan maupun susut paling kecil (minimal), disamping itu
terdapat sitem pengaman yang harus diperhatikan baik yang terpasang di sisi
tegangan 20 KV maupun sisi tegangan rendah 231/400 volt.
Dimana :
- i = Rugi Besi Trafo ( kW)
- c = Rugi Tembaga ( kW)
- LLF = Load Loss factor .
On Becoming The Centre of Excellences 24
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
n. p. cos
Effisiensi x100%
(n. p. cos ) Wi n 2 Wc
Dari rumus di atas trafo untuk kapasitas 100 KVA hasil perhitungan susut dan
efisiensi trafo seperti tabel di bawah :
150 1,87
Besaran maksimal dari drop tegangan maupun susut dari trafo distribusi perlu
ditentukan , sehingga dalam pengoperasiannya akan didapat hasil kinerja yang
optimal.
25 4,91 2,70 2,08 1,84 1,77 1,78 1,83 1,91 2,00 2,12 2,24
50 4,90 2,68 2,05 1,81 1,72 1,72 1,76 1,83 1,92 2,02 2,13
100 4,90 2,68 2,05 1,81 1,72 1,72 1,76 1,83 1,92 2,02 2,13
160 4,08 2,22 1,68 1,47 1,39 1,38 1,41 1,46 1,53 1,60 1,69
On Becoming
200 The Centre
3,92 of Excellences
2,14 1,63 1,43 1,36 1,36 1,39 1,44 1,51 1,59 1,6731
250 3,92 2,13 1,61 1,41 1,34 1,33 1,35 1,40 1,46 1,54 1,62
315 3,99 2,17 1,65 1,45 1,37 1,36 1,39 1,44 1,51 1,58 1,67
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
Transformator Transformator
untuk sistem untuk
JTM 4 kawat sistem JTM 3
kawat
Urutan penandaan terminal transformator fase tiga, dari kiri ke kanan dilihat
dari sisi tegangan rendah berturut-turut adalah :
Dyn5 / Yzn5
2Hubungan belitan :
Hubungan bintang ( Y ) :
Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga salah satu ujung
dari setiap belitan transformator fase-tiga, atau salah satu ujung setiap belitan
transformator fase-tunggal yang bertegangan pengenal sama dalam gugus
fase-tiga, dihubungkan ke titik bersama (titik netral) dan ujung lainnya adalah
terminal fase.
On Becoming The Centre of Excellences 37
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
Hubungan delta ( Δ ) :
Hubungan zigzag ( Z ) :
Hubungan belitan yang disusun sedemikian rupa sehingga salah satu ujung dari
setiap belitan fase transformator fase-tiga, dihubungkan ke titik bersama (titik
netral) dan tiap belitan fase terdiri dari dua bagian yang tegangan induksinya
berbeda fase. Kedua bagian ini mempunyai jumlah lilitan yang sama.
1Rugi-rugi transformator :
Daya aktif yang diserap ketika tegangan pengenal pada frekuensi pengenal
diberikan pada terminal salah satu belitan sedangkan belitan lainnya terbuka.
Arus yang mengalir pada terminal fase belitan ketika tegangan pengenal
dengan frekuensi pengenal diberikan pada belitan tersebut, sedangkan belitan
lainnya terbuka. Arus tanpa beban pada transformator fase tiga adalah nilai
rata-rata dari ketiga fase dan dinyatakan dalam persen terhadap arus
pengenal.
Daya aktif yang diserap pada frekuensi pengenal ketika arus pengenal
mengalir melalui terminal fase salah satu belitan, sedangkan terminal belitan
On Becoming The Centre of Excellences 40
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
c) Rugi total :
Inti besi :
Inti besi dibentuk dari laminasi baja silikon (cold-rollled grain oriented) atau
baja amorphous (amorphous steel) dengan rugi-rugi yang rendah dan arus
magnetisasi sekecil mungkin.
Susunan (stacking).
Gulungan (wound type)
Kenaikan suhu :
Tegangan primer :
Tegangan primer adalah tegangan nominal sistem jaringan tegangan
menengah :
Tegangan sekunder :
Tegangan sekunder pada keadaan tanpa beban adalah tegangan nominal
sistem jaringan tegangan rendah :
Tegangan sadapan :
Penyadapan belitan menggunakan pengubah sadapan 5 (lima) langkah yang
ditempatkan pada belitan primer. Sadapan No. 3 merupakan sadapan utama.
Nilai-nilai tegangan sadapan tercantum pada tabel.
Minyak isolasi :
Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Rendah yang dikembangkan adalah
sitem tegangan 220/380 Volt menggunakan penghantar Twisted Cable (TC).
Jenis Penghantar
Luas penampang penghantar.
Panjang Jaringan
Kerapatan beban
Selain pemilihan penghantar yang digunakan harus dibatasi besar arus beban
yang mengalir sesuai dengan KHA (Kemampuan Hantar Arus) dari jenis
penghantar agar batas drop tegangan yang diijinkan dapat tercapai.
Jenis penghantar untuk JTR ada dua macam menurut kontruksinya yaitu Open
Wire (telanjang) dan yang berisolasi (Insulated) sedang ditinjau dari bahan yang
digunakan ada dua jenis yang umum digunakan yaitu dari bahan Tembaga (CU)
dan dari bahan Aluminium (Al).
Jenis bahan penghantar berisolasi yang banyak digunakan adalah dari bahan
aluminium (Al) karena lebih ringan namun daya hantarnya lebih rendah
dibandingkan dengan dari bahan Tembaga (Cu).
Jenis , Luas dan panjang penghantar yang digunakan untuk JTR akan
mempengaruhi besarnya Impedansi (Z) dari JTR, perkalian impedansi Z
dengan arus yang mengalir akan didapatkan besarnya Drop tegangan pada
JTR, seperti rumus berikut ini :
∆V = I x Z ……………….. (1)
Keterangan :
VS = VL + (R + j X ) . L = VL + RI + j X. I
V drop = VS – VL = RI + j X. I
= I (R + j X) Volt
= Re (I Z)
dimana :
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
V = tegangan L-L ( 400 Volt )
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
V = tegangan L-L ( 400 Volt )
Dimana :
I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor
Dimana :
I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor
Dimana :
Bilamana Arus I dihitung dari daya nominal tersalur P (VA) dengan asumsi
beban terpusat di ujung (seimbang) maka formula tersebut diatas menjadi :
Dimana :
% Drop Voltage = Jatuh Tegangan ( % )
P = Daya Nominal yang tersalur (VA)
R = Resistensi Jaringan ( ohm /km )
X = Reaktansi Jaringan ( Ohm/km )
Vs = tegangan sumber L-L ( 400 Volt )
Dalam mendesain JTR maka hal yang sangat penting diperhitungkan adalah
batas maksimun losses yang akan terjadi pada jaringan tersebut.
Dalam SPLN 722 : 1987 telah ditentukan losses maksimum di JTR adalah 3,5
%.
Untuk mencapai range losses tersebut maka desain JTR juga harus
mempertimbangkan hal hal yang sama seperti pada saat menekan drop
tegangan yaitu :
Luas penampang
Dimana :
I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor
Dimana :
I = Arus beban yang mengalir pada Jaringan (Ampere)
R = Resistansi Jaringan ( Ohm/km)
L = Panjang Jaringan (km )
LLF= Loss Load Factor
TC 3 x 70+50
mm2 196 6,0% 1,484 1,113 0,891 0,742 0,636 0,557 0,495 0,445
TC 3 x50+50
mm2 154 6,0% 1,267 0,950 0,760 0,634 0,543 0,475 0,422 0,380
TC 3 x 35+50
mm2 125 6,0% 1,164 0,873 0,698 0,582 0,499 0,436 0,388 0,349
TC 3 x 25+50
mm2 103 6,0% 1,022 0,766 0,613 0,511 0,438 0,383 0,341 0,307
TC 3 x 70+50
mm2 196 5,0% 1,237 0,928 0,742 0,618 0,530 0,464 0,412 0,371
TC 3 x50+50
mm2 154 5,0% 1,056 0,792 0,634 0,528 0,453 0,396 0,352 0,317
TC 3 x 35+50
mm2 125 5,0% 0,970 0,727 0,582 0,485 0,416 0,364 0,323 0,291
TC 3 x 25+50
mm2 103 5,0% 0,852 0,639 0,511 0,426 0,365 0,319 0,284 0,255
TC 3 x 70+50
mm2 196 4,0% 0,989 0,742 0,594 0,495 0,424 0,371 0,330 0,297
TC 3 x50+50
mm2 154 4,0% 0,845 0,634 0,507 0,422 0,362 0,317 0,282 0,253
TC 3 x 35+50
mm2 125 4,0% 0,776 0,582 0,465 0,388 0,332 0,291 0,259 0,233
TC 3 x 25+50
mm2 103 4,0% 0,681 0,511 0,409 0,341 0,292 0,255 0,227 0,204
TC 3 x 70+50
mm2 196 3,0% 0,742 0,557 0,445 0,371 0,318 0,278 0,247 0,223
TC 3 x50+50
mm2 154 3,0% 0,634 0,475 0,380 0,317 0,272 0,238 0,211 0,190
TC 3 x 35+50 125 3,0% 0,582 0,436 0,349 0,291 0,249 0,218 0,194 0,175
On Becoming The Centre of Excellences 51
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
mm2
TC 3 x 25+50
mm2 103 3,0% 0,511 0,383 0,307 0,255 0,219 0,192 0,170 0,153
TC 3 x 70+50
mm2 196 2,0% 0,495 0,371 0,297 0,247 0,212 0,186 0,165 0,148
TC 3 x50+50
mm2 154 2,0% 0,422 0,317 0,253 0,211 0,181 0,158 0,141 0,127
TC 3 x 35+50
mm2 125 2,0% 0,388 0,291 0,233 0,194 0,166 0,145 0,129 0,116
TC 3 x 25+50
mm2 103 2,0% 0,341 0,255 0,204 0,170 0,146 0,128 0,114 0,102
TC 3 x 70+50
mm2 196 1,0% 0,247 0,186 0,148 0,124 0,106 0,093 0,082 0,074
TC 3 x50+50
mm2 154 1,0% 0,211 0,158 0,127 0,106 0,091 0,079 0,070 0,063
TC 3 x 35+50
mm2 125 1,0% 0,194 0,145 0,116 0,097 0,083 0,073 0,065 0,058
TC 3 x 25+50
mm2 103 1,0% 0,170 0,128 0,102 0,085 0,073 0,064 0,057 0,051
TC 3 x 35+50
mm2 125 3,0% 0,991 0,743 0,595 0,496 0,425 0,372 0,330 0,297
TC 3 x 25+50
mm2 103 3,0% 0,871 0,653 0,522 0,435 0,373 0,326 0,290 0,261
TC 3 x 70+50
mm2 196 2,5% 1,073 0,805 0,644 0,537 0,460 0,402 0,358 0,322
TC 3 x50+50
mm2 154 2,5% 0,911 0,683 0,546 0,455 0,390 0,341 0,304 0,273
TC 3 x 35+50
mm2 125 2,5% 0,826 0,620 0,496 0,413 0,354 0,310 0,275 0,248
TC 3 x 25+50
mm2 103 2,5% 0,725 0,544 0,435 0,363 0,311 0,272 0,242 0,218
TC 3 x 70+50
mm2 196 2,0% 0,858 0,644 0,515 0,429 0,368 0,322 0,286 0,258
TC 3 x50+50
mm2 154 2,0% 0,728 0,546 0,437 0,364 0,312 0,273 0,243 0,219
TC 3 x 35+50
mm2 125 2,0% 0,661 0,496 0,396 0,330 0,283 0,248 0,220 0,198
TC 3 x 25+50
mm2 103 2,0% 0,580 0,435 0,348 0,290 0,249 0,218 0,193 0,174
TC 3 x 70+50
mm2 196 1,0% 0,429 0,322 0,258 0,215 0,184 0,161 0,143 0,129
TC 3 x50+50
mm2 154 1,0% 0,364 0,273 0,219 0,182 0,156 0,137 0,121 0,109
TC 3 x 35+50
mm2 125 1,0% 0,330 0,248 0,198 0,165 0,142 0,124 0,110 0,099
TC 3 x 25+50
mm2 103 1,0% 0,290 0,218 0,174 0,145 0,124 0,109 0,097 0,087
4. SAMBUNGAN RUMAH
Sambungan Rumah adalah titik akhir dari pelayanan listrik kepada Konsumen,
sehingga potret pelayanan dapat dilihat dari mutu tegangan dan tingkat keandalan
dari sisi Sambungan Rumah.
Selain itu sambungan rumah juga termasuk salah satu bagian penyumbang susut
teknis, maka dalam Desain Jaringan distribusi sambungan rumah (SR) harus bisa
dihitung drop tegangan serta losses yang timbul untuk panjang dan jenis penghantar
tertentu yang digunakan serta jumlah seri SR yang tersambung.
Dalam hal ini juga diambil asumsi bahwa arus beban konsumen merata ,sehingga
dalam perhitungan ini akan dipakai arus rata-rata perkonsumen pada waktu
beban puncak
3. SR 3 fasa 1 konsumen
R1
E (Watt ) = 2 I 2 R1
L1 L2 L3 L4
I I I I
= 22.I2.R1(Watt)
EiK (Watt)
KSR = --------------------------
E1 K (Watt)
Sebagai berikut :
JENIS SR KSR
1θ 1K 1,0
1θ 2K 2,5
1θ 3K 4,78
1θ 4K 7.5
1θ 5K 11,0
E i K = KSR. S1 K (Watt)
E5 K = 11. S1 K (Watt)
Susut SR perkonsumen :
E (Watt) = 3 I2 . R.L
E (kWh) = 3 I2 . R.L.Lsf. t
Dimana :
I = Arus beban rata-rata per konsumen waktu beban puncak
RL = Tahanan penghantar dgn panjang L maksimum 30 m
Penampang disesuaikan dengan beban.
Beban
Puncak = 2 Amp
0,
Factor Beban = 6 LLF 0,3504
Beban rata- 1,
rata = 2 Amp
x/30
R/kms R/30 mtr x/km mtr
Panjang SR = 30 meter 2,45 0,074
35 meter 2,45 0,086
40 meter 2,45 0,098
45 meter 2,45 0,110
TIC 50 meter 2,45 0,123 2 x
10
mm2 AL
Energi Losses
On Becoming The Centre of Excellences 64
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
TIC 2 x 10
mm2 AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Tersalurka
Sambungan SR Kawat n
Rumah (m) (R) (A) (kwh) (kWh) (%)
1 45 0,110 1,2 161,568 0,0801 0,05
2 45 0,110 1,2 161,568 0,2003 0,12
3 45 0,110 1,2 161,568 0,3737 0,23
4 45 0,110 1,2 161,568 0,6008 0,37
5 45 0,110 1,2 161,568 0,8812 0,55
6 45 0,110 1,2 161,568 1,2136 0,75
7 45 0,110 1,2 161,568 1,6021 0,99
Tiang
JTR
On Becoming The Centre of Excellences 66
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DESAIN KRITERIA JARINGAN DISTRIBUSI
TIC 2 x 10 mm2 AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Sambungan SR Kawat Tersalurkan
Rumah (m) (R) (A) (kwh) (kWh) (%)
0,0
1 30 0,074 2,4 323,136 0,2136 7
0,1
2 30 0,074 2,4 323,136 0,5340 7
0,3
3 30 0,074 2,4 323,136 0,9965 1
0,5
4 30 0,074 2,4 323,136 1,6021 0
0,7
5 30 0,074 2,4 323,136 2,3498 3
1,0
6 30 0,074 2,4 323,136 3,2363 0
1,3
7 30 0,074 2,4 323,136 4,2723 2
0,0
1 35 0,086 2,4 323,136 0,2492 8
0,1
2 35 0,086 2,4 323,136 0,6231 9
0,3
3 35 0,086 2,4 323,136 1,1626 6
0,5
4 35 0,086 2,4 323,136 1,8692 8
0,8
5 35 0,086 2,4 323,136 2,7414 5
1,1
6 35 0,086 2,4 323,136 3,7757 7
1,5
7 35 0,086 2,4 323,136 4,9844 4
0,0
1 40 0,098 2,4 323,136 0,2848 9
2 40 0,098 2,4 323,136 0,7121 0,2
2
0,4
3 40 0,098 2,4 323,136 1,3287 1
0,6
4 40 0,098 2,4 323,136 2,1362 6
0,9
5 40 0,098 2,4 323,136 3,1331 7
1,3
6 40 0,098 2,4 323,136 4,3151 4
1,7
7 40 0,098 2,4 323,136 5,6965 6
TIC 2 x 10 mm2
AL
Jumlah Panjang Tahanan Beban Energi Losses
Sambungan SR Kawat Tersalurkan
Rumah (m) (R) (A) (kwh) (kWh) (%)
1 45 0,110 2,4 323,136 0,3204 0,10
2 45 0,110 2,4 323,136 0,8011 0,25
3 45 0,110 2,4 323,136 1,4948 0,46
4 45 0,110 2,4 323,136 2,4032 0,74
5 45 0,110 2,4 323,136 3,5247 1,09
6 45 0,110 2,4 323,136 4,8545 1,50
7 45 0,110 2,4 323,136 6,4085 1,98
SAMBUNGAN RUMAH
Tiang JTR
1 2 3 4 5 6
TIC 2 x 10 mm2 AL
KESIMPULAN
Desain Kriteria sebagai salah satu „tools“ untuk merencanakan sebuah instalasi
Dengan mengacu pada desain kriteria ini seperti pembatasan panjang jaringan untuk
luas penghantar tertentu, pola pembebanan trafo yang efisien, pembatasan jumlah
konsumen yang terhubung deret diharapkan kinerja jaringan berupa tegangan ujung
atau tegangan pelayanan masih dalam stantard yang berlaku serta losses teknik yang
disebabkan oleh jaringan distribusi dapat ditekan sekecil mungkin.dengan biaya yang
optimal.