Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUANA

A. Latar Belakang
Kelainan pada alat kelamin pria ( penis/phallus) merupakan salah satu
masalah yang memerlukan perhatian khusus. Secara fisiologis organ
tersebut(penis/phallus) memiliki beberapa fungsi, antara lain: sebagai saluran
pembuangan urin, phallus juga berfungsi sebagai organ seksual. Salah satu
kelainan yang akan dibahas adalah hypospadia.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra
externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih keproksimal dari
tempatnya yang normal (ujung glans penis) Letak lubang kencing abnormal
bermacam-macam; dapat terletak pada kepala penis namun tidak tepat diujung
(hipospadia tipe glanular), pada leher kepala penis (tipe koronal), pada batang
penis (tipe penil), pada perbatasan pangkal penis dan kantung kemaluan
(tipe penoskrotal), bahkan pada kantungkemaluan (tipe skrotal) atau daerah
antara kantung kemaluan dan anus(tipe perineal) (Arif Mansjoer, 2000).
Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayilaki-laki di
Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin
meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada
bayi laki-laki yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi
dengan berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam
daripada kulit putih, dan pada keturunan Yahudidan Italia.Umumnya di
Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia karena kurangnya pengetahuan para
bidan saat menangani kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki
namun karena melihat lubang kencingnya di bawah maka di anggap
perempuan. Masalah yang ditimbulkan akibat hipospadia dapat berupa masalah
fungsi reproduksi, psikologis maupun sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital diamana meatus uretra
externa teletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke priksimal dari
tempatnya yang normal/ujung glans penis (yayuk susanti. 2011:3)
Hipospedia merupakan kelainan kongenital yang dapat dideteksi kektika
atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospedia menjelaskan adanya
kelainan pada muara uretra pria. Kelainan hipopedia lebih sering terjadi
pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Sering kali,
kendati tidak selalu kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee,
yaitu istilah penis yang menekuk kebawah. (khathleen morgan speer,
2008:168)
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, misalnya:
berada dibawah pangkal penis. Jika lubang kecil saja tidak memerlukan
tindakan karena dapat menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar
perlu tindakan bedah dan menunggu anak sudah dalam usia remaja. (Rukiah
& Yulianti, 2013)
B. Anatomi Fisiologi Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli
memalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan sperma. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada pembatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter
uretra eksterna yang terletak pada pembatasan uretra anterior dan posteror.
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus
spongiosum penis, terdiri dari: pars bubosa, pars pendularis, fossa
navikulare, dan meatus uretra eksterna
2. Uretra pars posterior, yaitu terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu
bagian uretra yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars
membranasea
Uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing
ke lubang luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan
membran yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas
serabut otot lingkar yang membentuk sfingter uretra (pearce, 2006). Uretra
mengalirkan urine dari kandung kencing kebagian eksterior tubuh.
Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui prostat dan penis.
Ada tiga bagian uretra (sloane, 2003), yaitu:
1. Uretra prostatik
Dikelilingi oleh kelnjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus
ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen
dan duktus kelenjr vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya
sejumlah duktus dari kelenjar prostat.
2. Uretra membranosa
Bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini berdinding tipis
dan dikelilingi oleh otot rangka sfinger uretra eksternal
3. Uretra kavernous (penile, bersepons)
Merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima dukus kelenjar
bulbourtra dan merentang sampai orifisium uretra eksterna pada ujung
penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra membesar untuk membentuk
suatu dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernous dikelilingi korpus
spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.
Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan
ventral penis. Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus
ektodrem yang tumbuh melalui glanda untuk menyatu dengan lipatan
uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah
lipatan uretra tidak lengakp sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral penis. Ada beberapa derajat kelainan pada glandular (letak
meatus yang salah pada glands), korona (pada sulkus korona), penis (di
sepanjang batang penis), penoskrotal (pada pertemuan ventral penis dan
skrotum), dan perineal/pada perineum (Andi Susanti, 2015:3).

Gambar penis normal dan hipospadias


C. Patofisiologi/woc

Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra


dalam uterus, hypospadia dimana lubang uretra terlletak pada perbatasan
penis dan skotum, hal ini dapat berkaitan dengan crode ekonginetal. Paling
umum pada hypospadia adalah lubang uretra bermuara pada tempat frenum,
frenumnya tidak berbentuk, tempat normalnya meatus uranius ditandai pada
glans penis sebgai celah buntuh. Pada embrio yang berumur 2 minggu baru
terdapat 2 lapisan yaitu ectoderm dan endoderm, baru kemu dianter bentuk
lekukan ditengan-tengah yaitu mesoderm yang keudian berimigrasi
keperifer, memisahkan ectoderm, sedangkan di bagian kaudalnya tetap
bersatu membentuk membrane kloaka.

Pada pemulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical


cord dantali yang disebut genital tubercle. Dibawahnya pada garis tengah
terbentuk lekukan dimana bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang
disebut genital fold/crodee. Selama minggu ke-7 genital tubercle akan
memanjang dan membentuk glans. Bila terjadi agnesis dari mesoderm,
makagnital tubercle takter bentuk, sehingga penis juga takter bentuk.

Baian anterior dari membrane kloaka, yaitu membrane urogen italia


akan rupture dan membentuk sinus. Sementara itu genital folk akan
membentuk sisi-sisi dari sinus urogrnitalia. Bila genital folk gagal bersatu di
atas sinus urogrnitalia, maka akan terjadi hipospadia( Andi Yudianto,
2014:10)

WOC
Malformasikonginetal

Hipospadia

Grandular Distal penile penil penoskrotal scrotal perineal

Pengelolaan

Pembedahan Rontigent
Eksisicorde USG
Urethropasty BNO-IVP

Proses pembedahan PemasanganKateter

Kecemasan Nyeri inhealinggangguanaktivitas

AnsietasGanguan rasa nyaman entry


ataunyeriakut resikotingiinfeksi

D. Klasifikasi
Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi meatus
urethra:
1. Anterior atau hipospadia distal ( meatus urethra terletak di gland penis),
pada hipospadia sine ( curvatur ventral penis dengan letak meatus urethra
eksternal normal jenis ini sering dianggap hipospadia yang bukan
sebenarnya), glandulat ( letak meatus ekternal hanya turun sedikit pada
bagian ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra eksternal
terletak di sulcus coronal penis).
2. Middle shaft atau intermedate hipospedia, yang disebut hipospedia
derajat dua, juga dapat dibagi berdasarkan letak meatus uretha menjadi
distal penis, mid-shaft, dan tipe proksimal
3. Hipospedia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi
penosrotal (meatus uretha diantara pertemuan basis penis scrotum), scrotal
(meatus uretha eksternal disecrotum), dan perineal ( meatus uretha eksternal
dibawah scrotum dan pada area perinium)
E. Etiologi
Penyebab fimosis pada bayi baru lahir harus diketahui secara dini agar
petugas kesehatan terutama perawat/bidan dalam hal ini sering melakukan
pertolongan persalinan pada ibu agar mudah melakukan antisipasi
penyebabnya antara lain uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai
glans pada penis kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung
kemih, merupakan kelainan konginetal, terjadi adanya hambatan penutupan
uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 (Rukiah & Yulianti, 2013)

Penyebab sebenarnya sangat multi factor dan sampai sekarang belum


diketahui penyebab pasti dari hiposdi dan epispadia. Namun, ada beberapa
faktor yang oleh para ahli diangap paling berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone


Hormone yang dimaksud disini adalah hormone endogen yang mengatur
organ ogenesis kelamin (pria). Atau bias juga karena reseotor hormone
androgennya sendiri didalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen
tidak mencukupi pun akan berdampak sama
2. Genetika terjadi karena gagal nya sintesis androgen
Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen angmen godesintesis
androgen tersebut sehingga ekpresi dari gen tersebut tidak berfungsi
3. Lingkungan
Biasanya factor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi
4. Faktor eksogen yang lain
Pajanan prenatal terhadap kokain, alcohol, fenitoin, progrestin, gestrasional
( Andi Susanto, 2015;4-5)

F. Manifestasi Klinis
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di
dasar penis.
2. Penis melengkung ke bawah
3. Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit
depan penis.
4. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar,mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jonggok
pada saat BAK.
5. Pada hipospedia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri
dengan mengangkat penis ke atas.
6. Pada hipospedia penisscrotal atau perineal anak berkemih dengan jongok.
7. Preputium tidak ada bagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung
penis.
8. Biasanya jika penis mengalami kurvatura ( melengkung ) ketika
ereksi,maka dapat disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa
yang membentang hingga ke glans penis.
9. Kulit penis bagian bawah sangat tipis Tunika dartos, fasia buch dan
korpus spongiosum tidak ada
10. Sering di sertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung
skrotum).
G. Komplikasi
1. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
2. Kesukaran saat berhubungan seksual, bila tidak segera dioperasi saat
dewasa.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
4. Striktur, pada poksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan
oleh angulasi dari anastomosis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik jika hipospadia
terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan radiologi suntuk
memeriksa kelainan bawaan lainnya. Untuk mengetahui hipospadia pada
masa kehamilan sangat sulit, berbagai sumber menyatakan bahwah
ipospadia dapat diketahui segera setelah kelahiran dengan inpeksi genital
pada bayi baru lahir atau dengan melakukan pemeriksaan lain seperti:

1. Rontgen
2. Usg system kemih ekelamin
3. BNO-IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai kelahiran
congenital ginjal
4. Kultur urine/Anak hipospadia (Yayuk, Susanti, 2011:9)

I. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan cara operasi,
dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa
taap yaitu:

1. Operasi pelepasan chordee dan tunnelling


Dilakukan pada usia satu setengah hingga dua tahun, pada tahap ini
dilakukan operasi eksisi chordee dari mana uretra sampai ke glans penis.
Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus
uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi
dilakukan tesereksi buatan intra operative dengan menyuntikkan NaCl 0,9%
kedalam korpus kavemosum
2. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama, uretra dibuat dari kulit
penis bagian ventral yang di isisecara longitudinal parallel dikedua sisi. Dan
pada tahun-tahun ini sudah mulai diterapkan operasi yang dilakukan hanya
satu tahap, akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hippospadia tipe
distal dengan ukuran penis yang cukup besar

Tujuan pembedahan:
a) Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi social
b) Perbaikan untuk kosmetik pada penis
Ada banyak variasi teknik yang popular adalah tunnelling. Sidiq-Chaula,
teknik Horton dan Devine.( Yayuk, Susanti, 2011:5-6)

Diagnosa keperawatan
Preoperasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malfomasi kongenital
2. Ansietas ( anak dan orang tua) berhubungan dengan prosedur
pembedahan(Uretroplasti)
3. Resiko infeksi (traktus urinarius) berhubungan dengan pemasangan
kateter menerap
Postoperasi
1. Gangguan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi
dengan mekanik/ trauma operasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik(prosedur
bedah)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan rumah
5. Ansietas (orang tua) berhubungan dengan penampilan anak
setelah pembedahan
6. Resiko cedera berhubungan dengan kateter urin dicabut atau
kateter urin diangkat

Preoperasi
Diagnosa keperawatan NOC/tujuan NIC
1. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, O:
malfomasi kongenital gangguan citra tubuh dapat - Monitor pernyataan
teratasi dengan kriteria yang
hasil: mengidentifikasi
1. Mampuadaptasi citra tubuh
dengan ketunayaan mengenai ukuran
fisik tubuh
2. Citra tubuh positif
N:
3. Harga diri positif
- bantu pasien untuk
mendiskusikan
perubahan
perubahan bagian
tubuh disebbakan
adanya penyakit
atau pembedahan
dengan cara yang
tepat
- Gunakan gambaran
menegenai
gambaran diri
sebagai mekanisme
evaluasi citra diri
anak
E:
- Ajarkan untuk
melihat pentingnya
respon mereka
terhadap perubahan
tubuh anak dan
penyesuaian diri
dimasa depan,
dengan cara yang
tepat
C:
- Berkolaborasi
dengan orang tua
dalam
menidentifikasi
perasaan sebelum
mengintervensi
anak, dengan cara
yang tepat
2. Ansietas ( anak dan orang setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan
tua) berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, O:
prosedur ansietas dapat teratasi - Kaji untuk tanda
pembedahan(Uretroplasti) dengan kriteria hasil: verbal dan
penurunan rasa cemas nonverbal
anak dan orang tua kecemasan
N:
- Dorong keluarga
untuk mendampingi
pasien dengan cara
yang tepat
- Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
menyakinkan
E:
- berikan informasi
faktual terkait
diagnosis,perawatan
dan prognosis
- jelaskan seua
prosedur termasuk
sensasi yang akan
dirasakan yang
mungkin akan
dialami klien
selama prosedur
C:
- berkolaborasi
dengan tim medis
lainnya dalam
penggunaan obat
obatan untuk
mengurangi
kecemasan
3. Resiko infeksi (traktus Setelah dilakukan tindakan Perlindungan infeksi
urinarius) berhubungan keperawatan 2x24 jam, O:
dengan pemasangan resiko infeksi dapat - Monitor adanya
kateter menerap teratasi dengan kriteri tanda gejala
hasil: infeksinsistemik
Anak tidak mengalami dan lokal
- Monitor kerentanan
infeksi
terhadap infeksi
N:
- Berikan perawatan
kulit yang tepat
untuk area yang
edema
- periksa kondisi
setiap sayatan
bedah atau luka
E:
- ajarkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana
menghindari infeksi
C:
- berkolaborasi
dengan tim medis
lainnya dalam
penggunaan
antibiotik dengn
bijaksana

Postoperasi
Diagnosa keperawatan Tujuan/NOC NIC

1. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Perawatan


(retensi urin) keperawatan 2x24 jam, inkontinensia urin
berhubungan dengan gangguan eliminasi (retensi O:
obstruksi dengan urin) dapat teratasi dengan - Monitor eliminasi
mekanik/ trauma operasi kriteria hasil: urin
- Monitor
Menunjukkan eliminasi
keefejtifan terapi
urin yang dibuktikan
pembedahan, obat
dengan pengosongan
obatan, dan
kandungkemih
perawatan mandiri
pasien
N:
- Bersihkan kulit di
area genitalia
secara teratur
- Sediakan popok
yang nyaman dan
melidungi
E:
- Ajarkan cara
mencegah
konstipasi atau
bab keras
C:
- Berkolaborasi
dengan tim medis
lainnya dalam
pemberian diuretik
2. Intoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan Peningkatan
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, keterlibatan keluarga
tindakan operasi intoleransi aktivitas dapat O:
teratasi dengan kriteria - Monitor
hasil: keterlibatan
pasien dapat beraktivitas keluarga dalam
secara mandiri perawatan pasien
N:
- bangun hubungan
pribadi dengan
pasien dan
anggota keluarga
dalam yang akan
terlibat dalam
perawatan pasien
- fasilitasi
pemahaman
mengenai aspek
medis dari kondisi
pasien pada
anggota keluarga
E:
- informasikan
faktor faktor yang
dapat
meningkatkan
kondisi pasien
pada anggota
keluarga
C:
- berkolaborasi
dengan keluarga
dalam perawatan
pasien
3. Nyeri akut berhubungan setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
dengan agen cedera keperawatan 2x24 jam, O:
fisik(prosedur bedah) nyeri akut dapat teratasi - Observasi aanya
dengan kriteria hasil: petunjuk
kontrol nyeri nonverbal
nyeri berkurang mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada
mereka yang tidak
dapat
berkomunikasi
secara efektif
N:
- Lakukan
pengkajian nyeri
komprehensif
yang meliputi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
atau beratnya
nyeri dan faktor
pencetus
- Bantu keluarga
dalam mencari
dan menyediakan
dukungan
E:
- Ajarkan
penggunaan teknik
nonfarmakologi
C:
- kolaborasi dengan
pasien orang tua
dan tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimplementas
ikan penurun nyeri
nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pbantuan pemeliharaan
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, rumah
perawatan rumah defisit pengetahuan dapat O:
teratasi dengan kriteria - monitor
hasil: keterlibatan
dapat mengekspresikan keluarga dalam
pemahaman tentang perawatan pasien
perawatan dirumah dirumah
N:
- bantu anggota
keluarga untuk
mengembangkan
harapan yang
realistik dari
mereka sendiri
dalam
melaksankan
peran mereka
- tentukan
kebutuhan
pemeliharaan
rumah pasien
C:
- berkolaborasi
dengan keluraga
dalam
memutuskan
kebutuhan
pemeliharaan
dirumah
5. Ansietas (orang tua) Setelah dilakukan tindakan Pengurangan
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, kecemasan
penampilan anak setelah ansietas orang tua dapat O:
pembedahan teratasi dengan kriteria - Kaji untuk tanda
hasil: verbal dan
Orang tua mengalami nonverbal
penurunan rasa cemas kecemasan
N:
- dorong keluarga
untuk
mendampingi
klien dengan cara
yang tepat
E:
- berikan informasi
faktual terkait
diagnosis,perawat
an dan prognosis
- jelaskan seua
prosedur termasuk
sensasi yang akan
dirasakan yang
mungkin akan
dialami klien
selama prosedur
C:
- berkolaborasi
dengan tim medis
lainnya dalam
penggunaan obat
obatan untuk
mengurangi
kecemasan
6. Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan Identifikasi risiko
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, O:
kateter urin dicabut atau resiko cedera dapat teratasi - Kaji ulang riwayat
kateter urin diangkat dengan kriteria hasil: kesehatan masa
Anak tidak dapat lalu dan
mengalami cedera dokumentasikan
bukti yang
menunjukkan
adanya penyakit
medis, diagnosa
keperawatan serta
perawatannya
N:
- Identifikasi
adanya sumber
sumber agensi
untuk membantu
menurunkan
faktor risiko
- Pertimbangkan
peenuhan terhadap
perawatan dan
medis dan
keperawatan
E:
- Instruksikan faktor
risiko dan rencana
untuk mengurangi
faktor risiko
C:
- Diskusikan dan
rencanakan
dengan keluarga
tentang aktivitas
aktivitas
pengurangan
risiko
berkolaborasi
dengan individu
atau kelompok
Pengkajian
1. Genitouria
Praoperasi
Yang terinspeksi pada Genitourinaria adalah:
1) pemeriksaan genitalia
2) tidak ada kulit katan (foreksin) ventral
3) palpasi abdomen untuk melihat distensi bladder atau pembesaran pada ginjal.
4) Kaji fungsi perkemihan
5) Adanya lekukan pada ujung penis
6) Glans penis berbentuk sekop
7) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
8) Terbukanya urethral pada ventral (hypospadias)
Pascaoperasi
Yang terinspeksi pada Genitourinaria adalah:
1) Pembengkakan penis
2) Perdarahan pada sisi pembedahan
3) Disuria
2. Neurologis
1) Iritabilitas
2) Gelisah
3. Kaji riwayat kelahiran (adanya anomali konginetal, kondisi kesehatan)
4. Head to toe
1) Perhatikan adanya penis yang besar kemungkinan terjadi pubertas yang
terlalu dini
2) Pada anak yang obesitas penis dapat ditutupi oleh bantalan lemak di atas
simpisis pubis
3) Pada bayi, prepusium mengencang sampai usia 3 tahun dan tidak boleh
diretraksi
4) Palpasi abdomen atau melihat distensi bladder atau pembesaran pada ginjal
5) Perhatikan lokasi pada permukaan dorsal atau ventral dari penis
kemungkinan tanda genetalia ganda
6) Kaji fungsi perkemihan
7) Kaji adanya lekukan pada ujung penis
8) Jika mungkin, perhatikan kekuatan dan arah aliran urin.
9) Perhatikan skrotum yang kecil dekat perineum dengan adanya derajat
pemisahan garis tengah
10) Rugae yang terbentuk baik menunjukkan turunya testis.
11) Kaji adanya nyeri urinasi, frekuensi, keraguan untuk kencing, urgensi, urinaria,
nokturia, poliuria, bau tidak enak pada urine, kekuatan dan arah aliran, rabas,
perubahan ukuran skrotum
5. Diskusikan pentingnya hygiene
6. Kaji faktor yang mempengaruhi respon orang tua pada penyakit anak dan
keseriusan ancaman pada anak mereka
1) Prosedur medis yang terlibat dalam diagnosis dan tindakan
2) Ketersediaan sistem pendukung
3) Kekuatan ego pribadi
4) Kemampuan koping keluarga sebelumnya
5) Stress tambahan pada sistem keluarga
6) Keyakinan budaya dan agama
7. Kaji pola komunikasi antaranggota keluarga
1) Menurunnya komunikasi pada anak, ekspresi, dan kontrol impuls dalam
penyampaian penyaluran perasaan
2) Anak dapat merasa terisolasi, bosan, gelisah, adanya perasaan malu terhadap
teman sebaya
3) Dapat mengekspresikan marah dan agresi

EVALUASI
1. Orang tua memahami tentang hipospadi dan alasan pembedahn, serta orang
tua akan aktif dalam perwatatn setelah operasi
2. Anak tidak mengalami infeksi yang di tandai oleh hasil urinalisis normal dan
suhu tubuh kurang dari 37,8 ◦c
3. Anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang di tandai dengan
tidak ada tangisan, kegelisahan dan tidak ada ekspresi nyeri
4. Anak tidak mengalami injuri yang di tandai oleh anak dapat mempertahankan
penempatan kateter urin yang benar sampai di angkat oleh perawat atau
dokter
5. Rasa cemas orang tua menurun yang di tandai dengan pengungkapan
perasaan mereka tentang adanya kecacatan pada genitalia anak
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai