PENDAHULUANA
A. Latar Belakang
Kelainan pada alat kelamin pria ( penis/phallus) merupakan salah satu
masalah yang memerlukan perhatian khusus. Secara fisiologis organ
tersebut(penis/phallus) memiliki beberapa fungsi, antara lain: sebagai saluran
pembuangan urin, phallus juga berfungsi sebagai organ seksual. Salah satu
kelainan yang akan dibahas adalah hypospadia.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra
externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih keproksimal dari
tempatnya yang normal (ujung glans penis) Letak lubang kencing abnormal
bermacam-macam; dapat terletak pada kepala penis namun tidak tepat diujung
(hipospadia tipe glanular), pada leher kepala penis (tipe koronal), pada batang
penis (tipe penil), pada perbatasan pangkal penis dan kantung kemaluan
(tipe penoskrotal), bahkan pada kantungkemaluan (tipe skrotal) atau daerah
antara kantung kemaluan dan anus(tipe perineal) (Arif Mansjoer, 2000).
Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayilaki-laki di
Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin
meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada
bayi laki-laki yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi
dengan berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam
daripada kulit putih, dan pada keturunan Yahudidan Italia.Umumnya di
Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia karena kurangnya pengetahuan para
bidan saat menangani kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki
namun karena melihat lubang kencingnya di bawah maka di anggap
perempuan. Masalah yang ditimbulkan akibat hipospadia dapat berupa masalah
fungsi reproduksi, psikologis maupun sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital diamana meatus uretra
externa teletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke priksimal dari
tempatnya yang normal/ujung glans penis (yayuk susanti. 2011:3)
Hipospedia merupakan kelainan kongenital yang dapat dideteksi kektika
atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospedia menjelaskan adanya
kelainan pada muara uretra pria. Kelainan hipopedia lebih sering terjadi
pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral batang penis. Sering kali,
kendati tidak selalu kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu chordee,
yaitu istilah penis yang menekuk kebawah. (khathleen morgan speer,
2008:168)
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, misalnya:
berada dibawah pangkal penis. Jika lubang kecil saja tidak memerlukan
tindakan karena dapat menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar
perlu tindakan bedah dan menunggu anak sudah dalam usia remaja. (Rukiah
& Yulianti, 2013)
B. Anatomi Fisiologi Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli
memalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan sperma. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada pembatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter
uretra eksterna yang terletak pada pembatasan uretra anterior dan posteror.
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus
spongiosum penis, terdiri dari: pars bubosa, pars pendularis, fossa
navikulare, dan meatus uretra eksterna
2. Uretra pars posterior, yaitu terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu
bagian uretra yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars
membranasea
Uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing
ke lubang luar, dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan
membran yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas
serabut otot lingkar yang membentuk sfingter uretra (pearce, 2006). Uretra
mengalirkan urine dari kandung kencing kebagian eksterior tubuh.
Uretra laki-laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui prostat dan penis.
Ada tiga bagian uretra (sloane, 2003), yaitu:
1. Uretra prostatik
Dikelilingi oleh kelnjar prostat. Uretra ini menerima dua duktus
ejakulator yang masing-masing terbentuk dari penyatuan duktus deferen
dan duktus kelenjr vesikel seminal, serta menjadi tempat bermuaranya
sejumlah duktus dari kelenjar prostat.
2. Uretra membranosa
Bagian yang terpendek (1 cm sampai 2 cm). Bagian ini berdinding tipis
dan dikelilingi oleh otot rangka sfinger uretra eksternal
3. Uretra kavernous (penile, bersepons)
Merupakan bagian yang terpanjang. Bagian ini menerima dukus kelenjar
bulbourtra dan merentang sampai orifisium uretra eksterna pada ujung
penis. Tepat sebelum mulut penis, uretra membesar untuk membentuk
suatu dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernous dikelilingi korpus
spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.
Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan
ventral penis. Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus
ektodrem yang tumbuh melalui glanda untuk menyatu dengan lipatan
uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah
lipatan uretra tidak lengakp sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral penis. Ada beberapa derajat kelainan pada glandular (letak
meatus yang salah pada glands), korona (pada sulkus korona), penis (di
sepanjang batang penis), penoskrotal (pada pertemuan ventral penis dan
skrotum), dan perineal/pada perineum (Andi Susanti, 2015:3).
WOC
Malformasikonginetal
Hipospadia
Pengelolaan
Pembedahan Rontigent
Eksisicorde USG
Urethropasty BNO-IVP
D. Klasifikasi
Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi meatus
urethra:
1. Anterior atau hipospadia distal ( meatus urethra terletak di gland penis),
pada hipospadia sine ( curvatur ventral penis dengan letak meatus urethra
eksternal normal jenis ini sering dianggap hipospadia yang bukan
sebenarnya), glandulat ( letak meatus ekternal hanya turun sedikit pada
bagian ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra eksternal
terletak di sulcus coronal penis).
2. Middle shaft atau intermedate hipospedia, yang disebut hipospedia
derajat dua, juga dapat dibagi berdasarkan letak meatus uretha menjadi
distal penis, mid-shaft, dan tipe proksimal
3. Hipospedia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi
penosrotal (meatus uretha diantara pertemuan basis penis scrotum), scrotal
(meatus uretha eksternal disecrotum), dan perineal ( meatus uretha eksternal
dibawah scrotum dan pada area perinium)
E. Etiologi
Penyebab fimosis pada bayi baru lahir harus diketahui secara dini agar
petugas kesehatan terutama perawat/bidan dalam hal ini sering melakukan
pertolongan persalinan pada ibu agar mudah melakukan antisipasi
penyebabnya antara lain uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai
glans pada penis kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung
kemih, merupakan kelainan konginetal, terjadi adanya hambatan penutupan
uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 (Rukiah & Yulianti, 2013)
F. Manifestasi Klinis
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di
dasar penis.
2. Penis melengkung ke bawah
3. Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit
depan penis.
4. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,
menyebar,mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jonggok
pada saat BAK.
5. Pada hipospedia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri
dengan mengangkat penis ke atas.
6. Pada hipospedia penisscrotal atau perineal anak berkemih dengan jongok.
7. Preputium tidak ada bagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung
penis.
8. Biasanya jika penis mengalami kurvatura ( melengkung ) ketika
ereksi,maka dapat disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa
yang membentang hingga ke glans penis.
9. Kulit penis bagian bawah sangat tipis Tunika dartos, fasia buch dan
korpus spongiosum tidak ada
10. Sering di sertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung
skrotum).
G. Komplikasi
1. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
2. Kesukaran saat berhubungan seksual, bila tidak segera dioperasi saat
dewasa.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
4. Striktur, pada poksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan
oleh angulasi dari anastomosis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik jika hipospadia
terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan radiologi suntuk
memeriksa kelainan bawaan lainnya. Untuk mengetahui hipospadia pada
masa kehamilan sangat sulit, berbagai sumber menyatakan bahwah
ipospadia dapat diketahui segera setelah kelahiran dengan inpeksi genital
pada bayi baru lahir atau dengan melakukan pemeriksaan lain seperti:
1. Rontgen
2. Usg system kemih ekelamin
3. BNO-IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai kelahiran
congenital ginjal
4. Kultur urine/Anak hipospadia (Yayuk, Susanti, 2011:9)
I. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan cara operasi,
dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa
taap yaitu:
Tujuan pembedahan:
a) Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi social
b) Perbaikan untuk kosmetik pada penis
Ada banyak variasi teknik yang popular adalah tunnelling. Sidiq-Chaula,
teknik Horton dan Devine.( Yayuk, Susanti, 2011:5-6)
Diagnosa keperawatan
Preoperasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malfomasi kongenital
2. Ansietas ( anak dan orang tua) berhubungan dengan prosedur
pembedahan(Uretroplasti)
3. Resiko infeksi (traktus urinarius) berhubungan dengan pemasangan
kateter menerap
Postoperasi
1. Gangguan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi
dengan mekanik/ trauma operasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik(prosedur
bedah)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan rumah
5. Ansietas (orang tua) berhubungan dengan penampilan anak
setelah pembedahan
6. Resiko cedera berhubungan dengan kateter urin dicabut atau
kateter urin diangkat
Preoperasi
Diagnosa keperawatan NOC/tujuan NIC
1. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, O:
malfomasi kongenital gangguan citra tubuh dapat - Monitor pernyataan
teratasi dengan kriteria yang
hasil: mengidentifikasi
1. Mampuadaptasi citra tubuh
dengan ketunayaan mengenai ukuran
fisik tubuh
2. Citra tubuh positif
N:
3. Harga diri positif
- bantu pasien untuk
mendiskusikan
perubahan
perubahan bagian
tubuh disebbakan
adanya penyakit
atau pembedahan
dengan cara yang
tepat
- Gunakan gambaran
menegenai
gambaran diri
sebagai mekanisme
evaluasi citra diri
anak
E:
- Ajarkan untuk
melihat pentingnya
respon mereka
terhadap perubahan
tubuh anak dan
penyesuaian diri
dimasa depan,
dengan cara yang
tepat
C:
- Berkolaborasi
dengan orang tua
dalam
menidentifikasi
perasaan sebelum
mengintervensi
anak, dengan cara
yang tepat
2. Ansietas ( anak dan orang setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan
tua) berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, O:
prosedur ansietas dapat teratasi - Kaji untuk tanda
pembedahan(Uretroplasti) dengan kriteria hasil: verbal dan
penurunan rasa cemas nonverbal
anak dan orang tua kecemasan
N:
- Dorong keluarga
untuk mendampingi
pasien dengan cara
yang tepat
- Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
menyakinkan
E:
- berikan informasi
faktual terkait
diagnosis,perawatan
dan prognosis
- jelaskan seua
prosedur termasuk
sensasi yang akan
dirasakan yang
mungkin akan
dialami klien
selama prosedur
C:
- berkolaborasi
dengan tim medis
lainnya dalam
penggunaan obat
obatan untuk
mengurangi
kecemasan
3. Resiko infeksi (traktus Setelah dilakukan tindakan Perlindungan infeksi
urinarius) berhubungan keperawatan 2x24 jam, O:
dengan pemasangan resiko infeksi dapat - Monitor adanya
kateter menerap teratasi dengan kriteri tanda gejala
hasil: infeksinsistemik
Anak tidak mengalami dan lokal
- Monitor kerentanan
infeksi
terhadap infeksi
N:
- Berikan perawatan
kulit yang tepat
untuk area yang
edema
- periksa kondisi
setiap sayatan
bedah atau luka
E:
- ajarkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana
menghindari infeksi
C:
- berkolaborasi
dengan tim medis
lainnya dalam
penggunaan
antibiotik dengn
bijaksana
Postoperasi
Diagnosa keperawatan Tujuan/NOC NIC
EVALUASI
1. Orang tua memahami tentang hipospadi dan alasan pembedahn, serta orang
tua akan aktif dalam perwatatn setelah operasi
2. Anak tidak mengalami infeksi yang di tandai oleh hasil urinalisis normal dan
suhu tubuh kurang dari 37,8 ◦c
3. Anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang di tandai dengan
tidak ada tangisan, kegelisahan dan tidak ada ekspresi nyeri
4. Anak tidak mengalami injuri yang di tandai oleh anak dapat mempertahankan
penempatan kateter urin yang benar sampai di angkat oleh perawat atau
dokter
5. Rasa cemas orang tua menurun yang di tandai dengan pengungkapan
perasaan mereka tentang adanya kecacatan pada genitalia anak
BAB III
PENUTUP