hipospadia
Kelompok 4
Ani gayatri
Anisa noviyanti
Suci indah pratiwi
Tasya febrianti
DEFINISI
1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis
dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal/ujung glans penis. (Yayuk Susanti, 2011:3)
2. Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang dapat dideteksi ketika atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia
menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya
tampak disisi ventral batang penis. Sering kali, kendati tidak selalu kelainan tersebut diasosiasikan sebagi suatu chordee,
yaitu untuk istilah penis yang menekuk kebawah. (Khathleen Morgan Speer, 2008:168)
3. Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, misalnya : berada di bawah pangkal penis. Jika lubang
kecil saja tidak memerlukan tindakan karena dapat menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar perlu tindakan bedah
dan menunggu anak sudah dalam usia remaja sampai ke 14. (Rukiah & Yulianti, 2013)
Jika dari beberapa sumber kalian harus menyimpulkan difenisi dari beberapa sumber tersebut.
Gunakan referensi terbaru. Buku 10 tahun kebelakang, jurnal 5 tahun kebelakang
ETIOLOGI
Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat
dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau
pengaruh hormonal. Namun, ada beberapa factor yang
oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain
(Mansjoer, 2000 : 374). :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone 3. Lingkungan
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah
androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
Atau biasa juga karena reseptor hormone 2 androgennya mengakibatkan mutasi.
4. Faktor resiko
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari
2. Genetika genetalia karena involusi yang premature dari sel interstisial
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen Hal ini testis.Faktor eksogen antara lain pajanan prenatal terhadap
biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode kokain, alcohol, fenitoin, progesitin, rubella, atau diabetes
sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen gestasional.
tersebut tidak terjadi.
KLASIFIKASI
Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi meatus urethra
(Khilyatul Mufida, 2012:11-12) :
1. Anterior atau hipospadia distal (meatus urethra terletak di gland penis), pada hipospadia
derajat pertama ini letak meatus urethra eksterna dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu
hipospadial sine (curvatura ventral penis dengan letak meatus urethra eksterna normal, jenis ini
sering dianggap hipospadia yang bukan sebenarnya), glandular (letak meatus ekterna hanya
turun sedikit pada bagian ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra eksterna
terletak di sulcus coronal penis).
2. Middle shaft atau intermediate hipospadia, yang disebut hipospadia derajat dua, juga dapat
dibagi berdasar letak meatus urethra menjadi distal penis, mid-shaft, dan tipe proksimal.
3. Hipospadia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi penoscrotal (meatus
urethra di antara pertemuan basis penis dan scrotum), scrotal (meatus urethra eksterna di
scrotum), dan perineal (meatus urethra eksterna di bawah scrotum dan pada area perineum).
Cantumkan sumber
1. Ada beberapa type hipospadia : ● Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di
antara anus dan buah zakar (skrotum).
● Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat
di bagian depan buah zakar (skrotum).
● Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak
di antara buah zakar (skrotum) dan batang penis.
● Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing
berada di bawah pangkal penis.
● Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di
bawah bagian tengah dari batang penis.
● Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing
berada di bawah bagian ujung batang penis.
● Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada
pada sulcus coronarius penis (cekungan kepala penis).
● Hipospadia type Granular, lubang kencing sudah
berada pada kepala penis hanya letaknya masih berada
di bawah kepala penisnya.
PATOFISIOLOGI
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero.
Hypospadia di mana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skortum, ini
dapat berkaitan dengan crodee kongiental. Paling umum pada hypospadia adalah
lubang uretra bermuara pada tempat frenum, frenumnya tidak berbentuk, tempat
normalnya meatus uranius di tandai pada glans penis sebagai celah buntuh. Pada
embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm.
Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang kemudian
bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm, sedangkan di bagian
kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka. Pada permulaan minggu ke-6,
terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang disebut genital tubercle. Di
bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan dimana di bagian lateralnya ada 2
lipatan memanjang yang disebut genital fold/crodee. Selama minggu ke-7, genital
tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Bila terjadi agenesis dari mesoderm,
maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk. Bagian
anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan
membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka akan
terjadi hipospadia. (Andi Yudianto, 2014:10)
Cantumkan sumber dan buat phatwaynya
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
1. Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
2. Penis melengkung ke bawah
3. Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis. (Rukiah & Yuliant, 2013:134)
4. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis,
sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
5. Pada Hipospadia grandular/koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas.
6. Pada Hipospadia peniscrotal/perineal anak berkemih dengan jongkok. (Yayuk Susanti, 2011:7)
7. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
8. Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi, maka dapat disimpulkan adanya chordee,
yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke glans penis
9. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
10 .Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
11. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum). (Andi Yudianto, 2014:7)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
● Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk
mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat
hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.
● Rontgen
● USG sistem kemih kelamin.
● BNO-IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjal
● Kultur urine/Anak-hipospadia (Yayuk Susanti, 2011:9)
● Cantumkan sumber
PENATALAKSANAAN
Dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu ( Yayuk Susanti ,
2011 : 5-6) :
1. Operasi penglepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1 ½ - 2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari mura uretra
sampai ke glans penis. Setelah 6 eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih
terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan
menyuntikkan NaCl 0,9 % ke dalam korpus kavernosum.
Pada saat yang bersamaan dilakukan operasi tunneling yaitu pembuatan uretra pada gland penis dan
muaranya. Bahan untuk menutup luka eksisi chordee dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis
bagian dorsal.
2. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari
kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua sisi.
Beberapa tahun terakhir, sudah mulai diterapkan operasi yang dilakukan hanya
satu tahap akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe
distal dengan ukuran penis yang cukup besar. Operasi hipospadia ini sebaiknya
sudah selesai dilakukan seluruhnya sebelum si anak masuk sekolah, karena
dikhawatirkan akan timbul rasa malu pada anak akibat merasa berbeda dengan
teman-temannya.
Tujuan pembedahan :
a. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial.
b. Perbaikan untuk kosmetik pada penis. Ada banyak variasi teknik, yang
populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine.
KOMPLIKASI
Pre-Operasi
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi
dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
2. Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Post-Operasi
1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga
terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan
selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan
batu saat pubertas.
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter untuyk
menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima
adalah 5-10 %.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak
melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis
walaupun sangat jarang.
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal
yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut. (Andi Yudianto,2014:7)
Cantumkan sumber
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
PENGKAJIAN 11 1.
1. Identitas Meliputi: Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, no RM, tgl masuk, tgl pengkajian, diagnosa
medis.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem kardiovaskuler:
Tidak ditemukan kelainan
2) Sistem neurologi :
Tidak ditemukan kelainan
3) Sistem pernapasan :
Tidak ditemukan kelainan
4) Sistem integument :
Tidak ditemukan kelainan
5) Sistem muskuloskletal :
Tidak ditemukan kelainan
6) Sistem Perkemihan :
Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal. Kaji fungsi perkemihan Dysuria
setelah operasi
7) Sistem Reproduksi :
Adanya lekukan pada ujung penis Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi Terbukanya uretra pada
ventral 11 Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage. (Nursalam, 2008: 164)
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nyeri/kenyamanan Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan kenyamanan dan tidak mengalami
nyeri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya tidak
mengalami gangguan.
c. Pola aktivitas Aktifitas pasien hipospadia tidak ada masalah.
d. Pola eliminasi Pada saat BAK ibu mengatakan anak harus jongkok karena pancaran kencing pada saat BAK tidak
lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan mengalir melalui batang penis. 12
e. Pola tidur dan istirahat Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tidak ada
masalah dalam istirahat dan tidurnya.
f. Pola sensori dan kognitif Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada pasien
hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya gangguan.
g. Pola persepsi diri Adanya rasa malu pada orang tua kalau anaknya mempunyai kelainan. Pada pasien sendiri
apabila sudah dewasa juga akan merasa malu dan kurang percaya diri atas kondisi kelainan yang dialaminya.
h. Pola hubungan dan peran Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peraen
serta megnalami tmbahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
i. Pola seksual Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis pasien akan membuat pasien mengalami
gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa ereksi.
j. Pola penanggulangan stress Biasanya orang tua pasien akan mengalami stress pada kondisi anaknya yang
mengalami kelainan.
k. Pola higiene. Pada umumnya pola hygiene pasien tidak ada masalah. (Susanto, 2015:8-10)
Diagnosa Keperawatan
Preoperasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital.
2. 2. Ansietas (anak dan orang tua) yang berhubungan dengan prosedur pembedahan (uretroplasti)
3. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan kateter menetap.
Postoperasi
3. Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik/trauma operasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan operasi. 13
3. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan.
4. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak setelah pembedahan.
5. Defisit pengetahuan yang berhubungn dengan perawatan rumah.
6. Risiko cedera yang berhubungan dengan kateter urin dicabut atau kateter urin diangkat. (Yayuk
Susanti, 2011:10 & Speer, 2008)
Intervensi Preoperasi
5. Pemantauan
yang demikian
membantu
menentukan
kemanjuran obat
antibiotic dan
toleransi anank
terhadap obat
tersebut.
No DX Tujuan/NIC NOC INTERVENSI RASIONAL
Hipospadia adalah anormali perkembangan ditandai dengan meatus uretra yang terbuka ke
permukaan ventral atau penis, proksimal ke ujung kelenjar.Meatus dapat berada di mana
saja dari kelenjar di sepanjang batang penis ke skrotum atau bahkan di perineum.
Chordee, yaitu kelengkungan ventral penis, memiliki hubungan yang tidak konsisten
dengan hipospadia. Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang
belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh
para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain gangguan ketidakseimbangan hormon,
faktor genetik serta faktor lingkungan.
●