Anda di halaman 1dari 26

Konsep asuhan keperwatan

hipospadia

Kelompok 4

Ani gayatri
Anisa noviyanti
Suci indah pratiwi
Tasya febrianti
DEFINISI  
1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis
dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal/ujung glans penis. (Yayuk Susanti, 2011:3)
2. Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang dapat dideteksi ketika atau segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia
menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya
tampak disisi ventral batang penis. Sering kali, kendati tidak selalu kelainan tersebut diasosiasikan sebagi suatu chordee,
yaitu untuk istilah penis yang menekuk kebawah. (Khathleen Morgan Speer, 2008:168)
3. Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, misalnya : berada di bawah pangkal penis. Jika lubang
kecil saja tidak memerlukan tindakan karena dapat menutup sendiri. Tetapi jika lubang tersebut besar perlu tindakan bedah
dan menunggu anak sudah dalam usia remaja sampai ke 14. (Rukiah & Yulianti, 2013)
 Jika dari beberapa sumber kalian harus menyimpulkan difenisi dari beberapa sumber tersebut.
Gunakan referensi terbaru. Buku 10 tahun kebelakang, jurnal 5 tahun kebelakang
ETIOLOGI
Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat
dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau
pengaruh hormonal. Namun, ada beberapa factor yang
oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain
(Mansjoer, 2000 : 374). :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone 3. Lingkungan
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah
androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
Atau biasa juga karena reseptor hormone 2 androgennya mengakibatkan mutasi.
4. Faktor resiko
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari
2. Genetika genetalia karena involusi yang premature dari sel interstisial
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen Hal ini testis.Faktor eksogen antara lain pajanan prenatal terhadap
biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode kokain, alcohol, fenitoin, progesitin, rubella, atau diabetes
sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen gestasional.
tersebut tidak terjadi.
KLASIFIKASI  
Hipospadia biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi meatus urethra
(Khilyatul Mufida, 2012:11-12) :

1. Anterior atau hipospadia distal (meatus urethra terletak di gland penis), pada hipospadia
derajat pertama ini letak meatus urethra eksterna dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu
hipospadial sine (curvatura ventral penis dengan letak meatus urethra eksterna normal, jenis ini
sering dianggap hipospadia yang bukan sebenarnya), glandular (letak meatus ekterna hanya
turun sedikit pada bagian ventral gland penis), dan sub-coronal (letak meatus urethra eksterna
terletak di sulcus coronal penis).
2. Middle shaft atau intermediate hipospadia, yang disebut hipospadia derajat dua, juga dapat
dibagi berdasar letak meatus urethra menjadi distal penis, mid-shaft, dan tipe proksimal.
3. Hipospadia posterior atau proksimal atau derajat tiga dibagi menjadi penoscrotal (meatus
urethra di antara pertemuan basis penis dan scrotum), scrotal (meatus urethra eksterna di
scrotum), dan perineal (meatus urethra eksterna di bawah scrotum dan pada area perineum).
 Cantumkan sumber
1. Ada beberapa type hipospadia : ● Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di
antara anus dan buah zakar (skrotum).
● Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat
di bagian depan buah zakar (skrotum).
● Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak
di antara buah zakar (skrotum) dan batang penis.
● Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing
berada di bawah pangkal penis.
● Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di
bawah bagian tengah dari batang penis.
● Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing
berada di bawah bagian ujung batang penis.
● Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada
pada sulcus coronarius penis (cekungan kepala penis).
● Hipospadia type Granular, lubang kencing sudah
berada pada kepala penis hanya letaknya masih berada
di bawah kepala penisnya.
PATOFISIOLOGI  
Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero.
Hypospadia di mana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skortum, ini
dapat berkaitan dengan crodee kongiental. Paling umum pada hypospadia adalah
lubang uretra bermuara pada tempat frenum, frenumnya tidak berbentuk, tempat
normalnya meatus uranius di tandai pada glans penis sebagai celah buntuh. Pada
embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm.
Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang kemudian
bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm, sedangkan di bagian
kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka. Pada permulaan minggu ke-6,
terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang disebut genital tubercle. Di
bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan dimana di bagian lateralnya ada 2
lipatan memanjang yang disebut genital fold/crodee. Selama minggu ke-7, genital
tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Bila terjadi agenesis dari mesoderm,
maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk. Bagian
anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan
membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka akan
terjadi hipospadia. (Andi Yudianto, 2014:10)
 Cantumkan sumber dan buat phatwaynya
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS  

1. Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis.
2. Penis melengkung ke bawah
3. Penis tempat seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis. (Rukiah & Yuliant, 2013:134)
4. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis,
sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
5. Pada Hipospadia grandular/koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas.
6. Pada Hipospadia peniscrotal/perineal anak berkemih dengan jongkok. (Yayuk Susanti, 2011:7)
7. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
8. Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi, maka dapat disimpulkan adanya chordee,
yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke glans penis
9. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
10 .Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
11. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum). (Andi Yudianto, 2014:7)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK  
● Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk
mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat
hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.
● Rontgen
● USG sistem kemih kelamin.
● BNO-IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjal
● Kultur urine/Anak-hipospadia (Yayuk Susanti, 2011:9)
●  Cantumkan sumber
PENATALAKSANAAN  
Dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu ( Yayuk Susanti ,
2011 : 5-6) :
1. Operasi penglepasan chordee dan tunneling
  Dilakukan pada usia 1 ½ - 2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari mura uretra
sampai ke glans penis. Setelah 6 eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih
terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan
menyuntikkan NaCl 0,9 % ke dalam korpus kavernosum.
Pada saat yang bersamaan dilakukan operasi tunneling yaitu pembuatan uretra pada gland penis dan
muaranya. Bahan untuk menutup luka eksisi chordee dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis
bagian dorsal.
2. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari
kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua sisi.
Beberapa tahun terakhir, sudah mulai diterapkan operasi yang dilakukan hanya
satu tahap akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe
distal dengan ukuran penis yang cukup besar. Operasi hipospadia ini sebaiknya
sudah selesai dilakukan seluruhnya sebelum si anak masuk sekolah, karena
dikhawatirkan akan timbul rasa malu pada anak akibat merasa berbeda dengan
teman-temannya.
Tujuan pembedahan :
a. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial.
b. Perbaikan untuk kosmetik pada penis. Ada banyak variasi teknik, yang
populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine.
KOMPLIKASI  
Pre-Operasi
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi
dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
2. Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
Post-Operasi
1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga
terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan
selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.
3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan
batu saat pubertas.
4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai parameter untuyk
menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima
adalah 5-10 %.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak
melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis
walaupun sangat jarang.
6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal
yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut. (Andi Yudianto,2014:7)
 
 
 
 Cantumkan sumber
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
PENGKAJIAN 11 1.
1. Identitas Meliputi: Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, no RM, tgl masuk, tgl pengkajian, diagnosa
medis.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem kardiovaskuler:
Tidak ditemukan kelainan
2) Sistem neurologi :
Tidak ditemukan kelainan
3) Sistem pernapasan :
Tidak ditemukan kelainan
4) Sistem integument :
Tidak ditemukan kelainan
5) Sistem muskuloskletal :
Tidak ditemukan kelainan
6) Sistem Perkemihan :
Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal. Kaji fungsi perkemihan Dysuria
setelah operasi
7) Sistem Reproduksi :
Adanya lekukan pada ujung penis Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi Terbukanya uretra pada
ventral 11 Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage. (Nursalam, 2008: 164)
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nyeri/kenyamanan Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan kenyamanan dan tidak mengalami
nyeri.
b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi cairan dan elektrolit dalam tubuhnya tidak
mengalami gangguan.
c. Pola aktivitas Aktifitas pasien hipospadia tidak ada masalah.
d. Pola eliminasi Pada saat BAK ibu mengatakan anak harus jongkok karena pancaran kencing pada saat BAK tidak
lurus dan biasanya kearah bawah, menyebar dan mengalir melalui batang penis. 12
e. Pola tidur dan istirahat Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tidak ada
masalah dalam istirahat dan tidurnya.
f. Pola sensori dan kognitif Secara fisik daya penciuman, perasa, peraba dan daya penglihatan pada pasien
hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya gangguan.
g. Pola persepsi diri Adanya rasa malu pada orang tua kalau anaknya mempunyai kelainan. Pada pasien sendiri
apabila sudah dewasa juga akan merasa malu dan kurang percaya diri atas kondisi kelainan yang dialaminya.
h. Pola hubungan dan peran Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peraen
serta megnalami tmbahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
i. Pola seksual Adanya kelainan pada alat kelamin terutama pada penis pasien akan membuat pasien mengalami
gangguan pada saat berhubungan seksual karena penis yang tidak bisa ereksi.
j. Pola penanggulangan stress Biasanya orang tua pasien akan mengalami stress pada kondisi anaknya yang
mengalami kelainan.
k. Pola higiene. Pada umumnya pola hygiene pasien tidak ada masalah. (Susanto, 2015:8-10)
Diagnosa Keperawatan
Preoperasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan malformasi kongenital.
2. 2. Ansietas (anak dan orang tua) yang berhubungan dengan prosedur pembedahan (uretroplasti)
3. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan kateter menetap.
Postoperasi
3. Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik/trauma operasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tindakan operasi. 13
3. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan.
4. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak setelah pembedahan.
5. Defisit pengetahuan yang berhubungn dengan perawatan rumah.
6. Risiko cedera yang berhubungan dengan kateter urin dicabut atau kateter urin diangkat. (Yayuk
Susanti, 2011:10 & Speer, 2008)
Intervensi Preoperasi

No Tujuan/NIC-NOC Intrvensi Rasional


DX
1 Gangguan citra tubuh 1. Kaji secara verbal dan 1. Untuk mengkaji respon diri terhadap
berkurang yang nonverbal respon klien keadaan tubuhnya
dibuktikan oleh selalu terhadap tubuhnya. 2. Agar mengetahui penilaian diri klien
menunjukkan adaptasi 2. Dorong klien dan membantu klien mengekspresikan
dengan ketunadayaan mengungkapkan diri
fisik, citra tubuh perasaannya 3. Untuk mengkaji tingkat kecemasan
positif, tidak 3. Monitor frekuensi diri
mengalami mengkritik dirinya 4. Sosialisasi yang baik dapat
keterlambatan dalam 4. Fasilitasi kontak meningkatkan citra diri yang positif
perkembangan anak dengan individu lain
dan harga diri positif. dalam kelompok kecil
2 Anak dan orang tua 1. Jelaskan kepada anak 1. Menjelaskan rencana pembedahan dan
mengalami dan orang tua tentang pascaoperasi membantu meredakan rasa
penurunan rasa prosedur pembedahan cemas dan takut, dengan membiarkan
cemas yang ditandai dan perawatan anak dan orang tua mengantisipasi dan
oleh ungkapan pascaoperasi. Gunakan mempersiapkan peristiwa yang akan
pemahaman tentang gambar dan boneka terjadi. Simulasi dengan mempergunakan
prosedur bedah. ketika menjelaskan gambar dan boneka untuk menjelaskan
prosedur kepada anak. prosedur dapat membuat anak memahami
2. Beri anak konsep yang rumit.
kesempatan untuk 2. Mengekspresikan rasa takut
mengekspresikan rasa memungkinkan anak menghilangkan rasa
takut dan fantasinya takutnya dan memberi anda kesempatan
dengan menggunakan untuk mengkaji tingkat kognitif dan
boneka dan wayang. kemampuan untuk memahami kondisi,
serta perlunya pembedahan.
3 Anak tidak 1. Pertahankan kantong drainase 1. Mempertahankan
mengalami kateter di bawah geris kandung kantong drainase tetap
infeksi yang kemih dan pastikan bahwa selang pada posisi ini
ditandai tidak terdapat simpul dan kusut mencegah infeksi
oleh hasil 2. Gunakan teknik aseptic ketika dengan mencegah urine
urinalisis mengosongkan kantong kateter. yang tidak steril
normal dan 3. Pantau urine anak untuk mengalir balik ke dalam
suhu tubuh pendeteksian kekeruhan atau kandung kemih.
normal. sedimentasi. Juga periksa balutan 2. Teknik aseptic
bedah setiap 4 jam, untuk mengkaji mencegah kontaminan
bila tercium bau busuk atau drainase masuk ke dalam traktur
purulent; laporkan tanda-tanda urinarius
tersebut kepada dokter dengan 3. Tanda ini dapat
segera. mengindikasikan
4. Anjurkan anak untuk minum infeksi.
sekurangkurangnya 60ml/jam
5. Beri obat antibiotic 4. Penigkatan
profilaktik sesuai asupancairan dapat
program, untuk
membantu mencegah mengencerkan
infeksi. Pantau anak urine dan
untuk efek terapeutik mendorong untuk
dan efek samping
berkemih

5. Pemantauan
yang demikian
membantu
menentukan
kemanjuran obat
antibiotic dan
toleransi anank
terhadap obat
tersebut.
No DX Tujuan/NIC NOC INTERVENSI RASIONAL

1 Menunjukkan 1. Melakukan 1. Untuk melatih pola eliminasi


eliminasi urin yang pencapaian secara yang baik.
dibuktikan dengan komperhensif jalan urin 2. Bebas dari kebocoran urin
menunjukkan berfokus kepada sebelum BAK dan memonitoring
pengosongan inkontinensia (ex: urin untuk waktu yang adekuat antara
kandung kemih output, keinginan BAK keinginan BAK.
dengan prosedur yang paten, fungsi
bersih kateterisasi kognitif dan masalah
intermiten mandiri. urin).
2. Monitor kandung
kemih dengan papilasi
dan perkusi
2 Berkurangnya 1. Dorong penggunaan alat 1. Dukungan dapat memberikan
intoleransi aktifitas Bantu tongkat keamanan yang diperlukan untuk
dengan menunjukkan 2. Libatkan orang terdekat beraktifitas
partisipasi dalam dalam mambantu klien saat 2. Bantuan dari pasangan atau orang
aktifitas fisik, dan latihan rentang gerak, lan yang dekay dengan klien dapat
menampilkan mengubah posisi dan mendorong klien mengulangi aktivitas
aktifitas sehari-hari berjalan 3. Puji kliensaat ia dan mencapai tujuan 3. Dorongan
dengan beberapa berhasil menyelesaikan hal- menstimulasi penampilan yang lebih
bantuan. hal yang kecil baik

3 Anak akan 1. Beri obat analgesic 1. Untuk meredakan rasa nyeri.


memperlihatkan sesuai program. 2. Penempatan kateter yang tidak tepat
peningkatan rasa 2. Pastikan kateter dapat menyebabkan rasa nyeri atau
nyaman yang ditandai terpasang dengan benar dan gesekan akibat balon yang
oleh berkurangnya bebas dari simpul. digelembungkan
ekspresi menagis dan
gelisah
4 Orang tua akan 1. Anjurkan orang tua untuk 1. Memberikan perasaan didukung
mengalami mengekspresikan perasaan dan dimengerti sehingga
penurunan rasa cemas dan kekhawatiran mereka mengurangi rasa cemas mereka.
yang ditandai oleh tentang ketidaksempurnaan 2. Memungkinkan orang tua untuk
ungkapan perasaan fisik anak. Fokuskan pada dapat melalui kecemasan dan
mereka tentang pertanyaan tentang seksualitas perasaan distress mereka.
kelainan anak. dan reproduksi. 3. Untuk membantu orang tua
2. Bantu orang tua melalui mengatasi ketidaksempurnaan
proses berduka yang normal. fisik anak.
3. Rujuk orang tua kepada 4. Dengan mendiskusikan hal ini
kelompok pendukung yang dengan orang tuadan memberi
tepat, jika diperlukan. kesempatan mengekspresikan
4. Jelaskan perlunya perasaan mereka, dapat
menjalani pembedahan mengurangi kecemasan.
multiple dan jawab setiap
pertanyaan yang muncul dari
orang tua
5 Orang tua 1. Ajarkan orang tua tanda serta gejala 1. Untuk mendorong orang tua
mengekspresi infeksi saluran kemih atau infeksi pada mencari pertolongan medis ketika
kan area insisi, termasuk peningkatan suhu, membutuhkan.
pemahaman urin keruh, dan drainase purulent dari 2. Untuk meningkatkan kepatuhan
tentang insisi. terhadap penatalaksanaan perawatan
instruksi 2. Ajarkan orang tua cara merawat di rumah dan membangu mencegah
perawatan di kateter dan penis, mengosongkan kateter lepas serta infeksi.
rumah dan kantung drainase dan memfiksasi 3. Posisi mengkangkang dapat
mendemostra kateter. Jelaskan perntingnya menyebabkan kateter terlepas dan
sikan memantau warna serta kejernihan urin. merusak area operasi.
prosedur 3. Anjurkan orang tua untuk mencegah 4. Dengan mengetahui efek samping
perawatan anak untuk tidak mengambil posisi mendorong orang tua mencari
rumah. mengangkang saat mengendarai sepeda pertolongan medis ketika
atau menggunakan kuda. membutuhkan.
4. Ajarkan orang tua tentang tujuan
danoenggunaan antibiotic serta obat-
obatan.
6 Anak tidak mengalami 1. Fiksasi kateter pada 1. Sebuah balutan
cedera yang ditandai oleh penis anak dengan pengaman dapat
anak dapat mempertahankan menggunakan balutan mengurangi
penempatan kateter urin dan plester. kemungkinan selang
yang benar sampai diangkat 2. Tempatkan restrein lepas tanpa sengaja.
oleh perawat atau dokter. pada lengan anak ketika 2. Restrein mencegah
ia tidak diawasi atau anak menarik atau
sedang tidur. melepas kateter.
3. Gunakan pengait 3. Mencegah selang
tempat tidur untuk lepas tanpa disengaja.
menghindari linen
bersentuhan dngan
kateter dan penis
● Kesimpulan

Hipospadia adalah anormali perkembangan ditandai dengan meatus uretra yang terbuka ke
permukaan ventral atau penis, proksimal ke ujung kelenjar.Meatus dapat berada di mana
saja dari kelenjar di sepanjang batang penis ke skrotum atau bahkan di perineum.
Chordee, yaitu kelengkungan ventral penis, memiliki hubungan yang tidak konsisten
dengan hipospadia. Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang
belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh
para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain gangguan ketidakseimbangan hormon,
faktor genetik serta faktor lingkungan.
●  

Anda mungkin juga menyukai