Anda di halaman 1dari 17

NEW YORK - Jajaran perusahaan berikut merupakan perusahaan yang terkenal dan bahkan

terbesar di dunia. Namun sayangnya, perusahaan ini tersandung berbagai skandal bahkan
salah satunya mencengangkan. Rata-rata skandal berasal dari permainan internal perusahaan
itu sendiri.

Mulai dari Bernie Madoff hingga Volkswagen, berikut tujuh korporasi terbesar yang
tersandung atau terkena skandal, seperti dilansir dari laman CNN, Selasa (20/10/2015):

1. Skandal emisi Volkswagen

Estimasi kerugian: mencapai USD87 miliar

Salah satu produsen mobil terbesar di dunia, Volkswagen, belakangan terkena skandal
dengan melakukan kecurangan terhadap tes emisi diesel. Volkswagen mengakui kecurangan
tes emisi diesel tersebut untuk produksi mobilnya yang ada di Amerika dan Eropa.

Skandal tersebut dilakukan oleh mantan CEO Volkswagen, Martin Winterkorn. Kini,
perusahaan sedang diselidiki oleh otoritas di berbagai negara. Credit Suisse memperkirakan,
total biaya atas skandal yang dilakukan perusahaan bisa mencapai 78 miliar euro atau setara
USD87 miliar.

2. Skandal akuntansi WorldCom

Estimasi kerugian: USD107 miliar dalam aset

WorldCom, perusahaan telepon saluran jarak jauh nomor dua terbesar asal Amerika Sreikat
(AS), mengajukan kebangkrutan pada 2002 setelah aset para jajaran eksekutif mereka
terungkap. Adapun kenaikan kekayaan tersebut berasal dari aset perusahaan yang mencapai
USD11 miliar melalui permainan cerdik keuangan yang dilakukan para eksekutif perusahaan.

Puluhan ribu pekerja kehilangan pekerjaan akibat skandal tersebut. Bernard Ebbers, mantan
CEO WorldCom, dijatuhi hukuman 25 tahun penjara pada 2005.

3. Skandal akuntansi Enron

Estimasi kerugian: USD74 miliar

Perusahaan energi raksasa, Enron bangkrut pada 2001. Hal ini menjadi kebangkrutan terbesar
dalam sejarah AS. Perusahaan ini bangkrut akibat skema penipuan akuntansi yang
spektakuler, didalangi oleh para eksekutif perusahaan.

Ribuan karyawan Enron mendapati dana pensiun yang harusnya mereka dapatkan, lenyap
hanya dalam kurun waktu semalam, dan saham perusahaan jatuh dari USD90,75 menjadi
USD0,67.

4. Skema Ponzi yang dilakukan Bernie Madoff


Estimasi kerugian: USD20 miliar

Bernie Madoff merampok ribuan investor senilai USD20 miliar melalui skema Ponzi yang
paling terkenal dalam sejarah. Sebagaimana diketahui, Skema Ponzi merupakan modus
investasi palsu yang membayarkan keuntungan kepada investor dari uang mereka sendiri atau
uang yang dibayarkan oleh investor berikutnya, bukan dari keuntungan yang diperoleh oleh
individu atau organisasi yang menjalankan operasi.

Dia mengaku bersalah atas tuduhan penipuan, dan dijatuhi hukuman 150 tahun penjara
federal.

Anaknya, Mark gantung diri pada 2010, pada perayaan tahun kedua penangkapan ayahnya.
Madoff menyalahkan diri sendiri atas kematian anaknya.

5. Skandal rigging (tali temali) Libor

Estimasi kerugian: Sekira USD9 miliar dalam bentuk denda

Skandal The Libor pecah di tengah 2012, ketika Barclays (BCS) mengaku memanipulasi
suku bunga acuan yang digunakan untuk harga triliunan dolar dari produk keuangan di
seluruh dunia.

Barclays dan bank besar lainnya telah membayar denda besar dan kuat untuk peran mereka
dalam skandal itu, yang sejauh ini telah menelan biaya industri sekitar USD9 miliar.

Tom Hayes, bankir pertama yang diadili sehubungan dengan konspirasi global dalam
mematok suku bunga, dijatuhi hukuman 14 tahun penjara pada Agustus.

6. Korupsi Petrobras

Estimasi kerugian: Sejauh ini USD2 miliar

Raksasa minyak milik negara, Brasil Petrobras (PBR) telah terjerat dalam skandal korupsi
selama berbulan-bulan.

Jaksa menuduh mantan eksekutif secara ilegal "mengalihkan" miliaran dari rekening untuk
penggunaan pribadi mereka, atau untuk menyogok para pejabat.

Lebih dari 80 orang, termasuk politisi senior, telah didakwa dengan penyuapan dan pencucian
uang selama investigasi kriminal yang dijuluki "Operasi Cuci Mobil."

7. Penipuan akuntansi Olympus

Estimasi kerugian: USD1,7 miliar


Mantan eksekutif di Olympus (OCPNY) mengaku melakukan penipuan terhadap akuntansi
perusahaan senilai USD1,7 miliar. Penipuan akuntansi ini berlangsung selama lebih dari satu
dekade.

Dengan demikian, hampir membawa perusahaan elektronik asal Jepang mengalami


kemunduran.

Skandal ini terungkap pada Oktober 2011, ketika mantan CEO Michael Woodford angkat
bicara terhadap kecurigaan dirinya atas pembayaran senilai USD1,5 miliar yang digunakan
dalam pembayaran.

http://economy.okezone.com/read/2015/10/19/213/1234204/tujuh-perusahaan-dengan-skandal-
terbesar-di-dunia

KASUS SKANDAL AKUNTANSI PADA WORLDCOM


10 Feb

Worldcom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh. Selama
tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi
lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi
$392 milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan worldcom pada posisi ke 42 dari
500 perusahan lainnya menurut versi majah fortune.

Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat worlcom mengambil alih
perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di Amerika yang bergerak pada bidang
telekomunikasi jarak jauh. Dan pada tahun yang sama Worldcom membeli perusahaan
UUNet, Compuserve, dan jaringan data AOL (american Online) yang mengukuhkan posisi
Worldcom menjadi operator no 1 dalam infrastruktur internet.

Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada Worldcom yaitu terlalu besarnya
kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami
resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis.hal ini
berimbas pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis sehingga pendpatan ini jauh dari
yang diharapkan.padahal untuk biaya akuisisi dan untuk membiayai investasi infrastruktur
Worldcom menggunakan sumber pendanaan dari luar atau utang.

Worldcom bukan satu-satunya perusahaan yang memiliki masalah keuangan pda saat itu,
perusahaan lain yang mengalami masalah keuangan antara lainQwest Communications,
Global Crossing, Adelphia, Lucent Technologies,dan Enron. Perusahaan-perusahaan tersebuit
memiliki investasi yang besar dalam bisnis internet. Seperti pada perusahaan tadi investor di
Worldcom mengalami kerugian besar. Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari
sekitar 150 milyar dollar (januari 2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002).
Keadaan ini mebuatan pihak manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi
untuk menghindari berita buruk tersebut.
Praktek Akuntansi
Dalam laporannya pada 25 Juni Worldcom mengakui bahwa perusahan mengklasifikasikan
lebih dari $ 3,8 milyar untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal.beben jaringan
adalah beban yang dibayar oleh Worldcom kepda perusahaan lain untuk jaringan
telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi Worldcom. Dilaporkan
sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada tahun 2001, sementara sisanya sekitar $
797 juta pada triwulan pertama tahun 2002.berdasarkan data Worldcom $14,7 milyar pad
tahun 2001 disajikan sebagai biaya.

Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcommampu menaikkan


pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat lebih
rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai
beban investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih
yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut
akan didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan
perusahaan untuk mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin
antara 10 tahun bahkan lebih.

Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada Maret 2002 SEC
meminta data dari perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan Laporan
Keuangan. Termasuk didalamnya :

1. komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah

2. sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn dengan pelanggan dalam


sekala besar

3. kebijakan akuntansi untuk merger

4. pinjaman kepada CEO

5. integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI

6. analisis ekspektasi pendapatan saham WC

1 Juli 2002 worldcom mengumumkan bahwa akun cadangan di Worldcom juga


diinvestigasi/diperiksa. Perusahaan membuat akun ini untuk mengantisipasi kejadian-
kejadian luar biasa yang tidak dapat diprediksi. Seperti utang pajak tahun depan.
Seharusnyaakun ini tidak boleh dimanipulasi untuk memperoleh pendapatan.
8 Agustus, Worldcom mengakui bahwa mereka telah menggunakan akun cadangan secara
tidak benar. Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28 agustus adalah bahwa akun cadangan
dikurangi untuk menutupi biaya jaringan yang telah dikapitalisasi.

Pertanyaan Audit
Berdasarkan latar belakang tersebut, penyajian beban jaringan sebagai pengeluaran modal
ditemukanoleh internal auditor Cynthia Cooper. Mei 2002 Auditor Cynthia Cooper
mendiskusikan masalah tersebut kepada kepala keuangan Worldcom Scott D. Sullivan dan
controller perusahaan saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan masalah tersebut pada
kepala komite audit Max Bobbitt, sekitar 12 Juni. Yang kemudian Max Bobbitt meminta
kepada KPMG selaku eksternal auditor saat itu untuk melakukan investigasi.
Kepala keuangan worldcom diminta untuk mengkoreksi salah saji/salah
pengklasifikasiannya. Setelah berdiskusi lebih lanjut Scott D. Sullivan dipecat pada saat
Worldcom mengadakan pengumuman. Pada hari yang sama David F. Myers mengundurkan
diri. Dilaporkan bahwa Sullivan tidak pernah mengkonsultasikan penyajian tersebut kepada
Artuhr Anderson selaku auditor eksernal pada tahun 2001. dan Arthur Anderson pun
menyatakan bahwa Sullivan tidak pernah berkonsultasi dengan nya.

Pada tanggal 15 Juli,Tauzi yang merupakan House Energy and Commerce Committee
mengatakan bahwa berdasarkan dokumen-dokumen internal dan email Worldcom
mengindikasikan bahwa sebenarnya pihak eksekutif sudah mengetahui salah saji tersebut
sejak awal musim panas 2000 silam.
Internal auditor adalah pertahanan awal terhadap kesalahan paktek-praktek akuntansi dan
kecurangan akuntansi. Satu pertanyaan kepada Internal Auditor Worldcom adalah kenapa
butuh waktu lama (1 tahun) untuk mengungkap salah saji ini. Padahal mengingat nilai
kapitalisasi yang begitu besar dan pengaruhnya terhadap nilai pendapatan bersih dan total
aktiva harusnnya bisa diungkap lebih cepat.

Pertanyaan yang lebih berat dilyangkan kepada KAP Arthur Anderson , beberapa pengamat
menyatakan bahwa Arthur Anderson tahu mengenai salah saji yang dilakukan pihak
Worldcom. Karena seharusnya Arthur Anderson bertugas untuk mengaudit kesalah semacam
itu, apalagi kesalah ini sangat material. Beberapa pengamat juga menyatakan bahwa Arthur
Anderson seharusnya lebih peka terhadap kondisi keuangan Worldcom, yang dapat
mengakibatkan manajemen perusahaan melakuakan hal diluar kewajaran praktek akuntansi.

Dampak
25 Juni 2002, saham Worldcom dari $64,5 pada pertengahan 1999 menjadi kurang dari $2
per saham. Dan turun lagi hingga kurang dari $1 yang akhirnya nilai sahamnya kurang dari 1
sen. Para pegawai Worldcom yang mempunyai saham perusahaan sebagai bagian dari dana
pensiun mereka juga mengalami kerugian. Pada akhir tahun 2000 sekitar 32 % atau $642,3
juta dana pensiun mereka berupa saham.Dan mengumumkan akan memberhentikan 17.000
karyawan dari total 85 ribu karyawan.

21 Juli 2002, Worldcom mengikuti program proteksi kebangkrutan sementara dari


departemen kehakiman Amerika serikat. Worldcom melaporkan aset sebesar $103 milyar
dengan total utang $41 milyar. Kebangkrutan Worldcom merupakan kebangkrutan yang
paling besar di Amerika Serikat
Pada tahun 2004 Worldcom berubah nama mnjadi MCI, dan CEO Worldcom diganti dari
Ebbers menjadi john Sidgemore. Scott D. Sullivan didakwa dengan hukuman penjara
maksimum 25 tahun penjara sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman penjara lebih dari
25 tahun.

https://yvesrey.wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-akuntansi-pada-worldcom/
SKANDAL AKUNTANSI KEUANGAN DALAM TUBUH PERUSAHAAN WORLDCOM

Disepanjang tahun 2002 telah terjadi penurunan indeks-indeks harga saham gabungan
(IHSG) di berbagai bursa dunia, sehingga terlihat bagaikan sebuah orkestra, hampir semua sama-
sama turun. Hal ini karena para pemerhati pasar melihat ada ketidakberesan pada salah satu
perusahaan terpercaya di AS, yaitu adanya skandal akuntansi keuangan WorldCom. Skandal tersebut
menyebabkan runtuhnya kepercayaan para investor di pasar saham AS, sehingga menyebabkan
terjun bebasnya harga-harga saham ke angka terendah di pasar saham dunia khususnya di AS dalam
lima tahun terakhir. Ironisnya, skandal itu masih seperti melahirkan efek domino, berupa rentetan
kejatuhan IHSG di berbagai bursa dunia. Kejatuhan itu membuat gerah investor, yang kemudian
mempermalukan pemerintahan Presiden AS George W Bush, sehingga Kongres AS juga bereaksi
dengan menuntut keras perusahaan-perusahaan di AS yang melakukan skandal untuk
membersihkan diri, atau dihukum tegas.

Salah satu perusahaan tersebut adalah WorldCom. Perusahaan AS nomor dua dalam bidang
telekomunikasi ini, terlibat rekayasa keuangan milyaran dollar AS. Presiden Bush menuduhnya
sebagai sebuah perbuatan yang sangat keterlaluan, dan berjanji untuk mengusut tuntas skandal
yang mengguncang korporasi Amerika ini. Pantas saja dapat dikatakan demikian, karena WorldCom,
dalam laporan pembukuannya mengumumkan keuntungan sebesar $ 3,8 milyar AS antara periode
Januari 2001 - Maret 2002. Ternyata hal ini murni rekayasa akuntansi keuangan. Hal ini kemudian
telah menjadi rekayasa terbesar sepanjang sejarah. WorldCom menggelembungkan laba 3,8 milyar
dollar AS.
Dalam rangka penyelamatan perusahaan, WorldCom telah merumahkan 17.000 karyawan
karena telah menjadi beban, serta memecat Chief Financial Officer (CFO), Scott Sullivan. Penipuan
itu telah menenggelamkan kepercayaan investor terhadap korporasi AS. Kurs dollar AS menjadi
ambruk. Skandal WorldCom ini juga menyeret auditor ternama internasional, Arthur Andersen,
karena telah menyetujui laporan keuangan palsu WorldCom.

WorldCom sendiri adalah salah satu pionir di balik booming telekomunikasi di AS, yang
menjadi besar karena mengakuisisi banyak perusahaan kecil-kecil. Akuisisi itu membuat WorldCom
yang hanya berskala kecil melejit menjadi perusahaan besar berskala dunia. Namun, pada saat yang
sama, WorldCom terbebani utang 30 milyar dollar AS.

SKANDAL AKUNTANSI KEUANGAN WORLDCOM

Skandal WorldCom mencuat setelah perusahaan ini mengaku telah mengembungkan


keuntungannya hingga US$ 3,8 milyar pada periode Januari 2001 dan Maret 2002. Pada tahun 2001
hingga awal 2002, WorldCom memasukan AS $ 3,8 milyar yang merupakan biaya operasi normal ke
dalam pos investasi. Hal ini memungkinkan perusahaan tersebut menekan biaya selama bertahun-
tahun. Dengan hilangnya pos biaya operasional ini, maka pos keuntungan menjadi lebih besar
karena biaya yang seharusnya mengurangi keuntungan sudah diperkecil. Dengan keuntungan yang
terlihat besar, maka akan menunjukkan bahwa kinerja WorldCom sangat bagus. Saham WorldCom
yang dicatatkan di bursa tahun 1999 pada harga US$ 62, langsung anjlok 94 persen sejak Januari
2002 akibat mencuatnya skandal tersebut. Selain itu setelah perginya pendiri dan chief executive
officer WorldCom, Bernie Ebbers, pada bulan April 2002, skandal lainnya mencuat. Diketahui Ebbers
meminjam jutaan dollar AS dari perusahaan tersebut untuk menanggung kelebihan harga yang harus
dibayarnya untuk saham-saham perusahaan itu sendiri. Dalam proses pengadilan selama 6 minggu
itu, Jaksa menuding Ebbers pikirannya tergoda untuk menjaga saham Worldcom tetap tinggi dan
menjadi panik oleh tudingan dia memperolah US$ 400 juta pinjaman pribadi yang dijamin dengan
saham Worldcom. Pada akhir tahun 2000 hingga pertengahan tahun 2002, pemerintah AS
mengklaim Ebbers mengintimidasi CFO (chief financial officer) Scott Sullivan untuk menutupi
pengeluaran yang tidak terkontrol yang mencapai miliaran dolar dan menyebutnya sebagai
pendapatan yang tidak selayaknya. "Ia adalah WorldCom dan WorldCom adalah Ebbers. Ia
membangun perusahaan itu. Ia melarikan diri, tentu ia yang harus bertanggung jawab atas
kebocoran itu," ujar Jaksa William Johnson kepada juri. Namun pengacara Ebbers membantah
bahwa kebocoran itu adalah tanggung jawab Sullivan. Sebelumnya Sullivan yang bertindak sebagai
saksi dari pihak pemerintah mengatakan bahwa Ebbers menginstruksikan dirinya untuk mencatatkan
jumlah ke dalam neraca hingga memenuhi ekspektasi Wall Street. Jaksa Agung AS Alberto Gonzales
menyebut keputusan ini sebagai 'kemenangan bagi sistem hukum'. Gonzales mengatakan, juri telah
mengenali bahwa kecurangan itu ditimbulkan dari manajemen tingkat menengah hingga eksekutif
puncaknya. Selain itu Ebbers juga masih menghadapi proses pengadulan sipil termasuk tuntutan dari
perusahaan yang telah menjamin US$ 400 juta pinjaman prbadinya. Sementara itu 12 mantan
direktur perusahaan termasuk satu bank investasi yang menjadi underwriter dan auditor Arthur
Andersen juga akan menghadapi pengadilan sipil dari para investor yang marah.

SKANDAL CEO - BERNARD EBBERS

CEO Bernard Ebbers menjadi sangat kaya dari kenaikan harga sahamnya di saham WorldCom
umum. Namun, pada tahun 2000, industri telekomunikasi memasuki masa krisis yang menyebabkan
WorldCom mengalami kemunduran serius, menyebabkan pemerintah AS melalui Departemen
Kehakiman memaksa perusahaan ini untuk membatalkan rencana merger dengan Sprint pada
pertengahan 2000. Pada saat itu, saham WorldCom menurun dan Ebbers berada di bawah tekanan
tinggi dari bank untuk menutupi kewajiban kekurangan margin pada saham WorldCom-nya yang
digunakan untuk membiayai jenis usaha yang lainnya, seperti kayu, kapal pesiar. Oleh karena itu
selama tahun 2001, Ebbers membujuk para dewan direksi WorldCom untuk memberinya kredit
korporasi dan jaminan lebih dari AS $ 400 juta untuk menutupi kewajiban margin tersebut.
Permohonan ini dikabulkan karena para dewan direksi berharap bahwa pinjaman yang diminta CEP
Ebbers tersebut akan mencegah Ebbers untuk menjual sejumlah besar saham WorldCom pada
akhirnya akibat tekanan di harga pasar saham yang kian anjlok. Namun, akhirnya strategi ini gagal
dan Ebbers digulingkan sebagai CEO pada bulan April 2002 dan digantikan oleh John Sidgmore,
mantan CEO UUNET Technologies, Inc.

Skandal akuntansi di dalam tubuh perusahaan ini sendiri dimulai sejak pertengahan tahun
1999 dan terus berlanjut hingga Mei 2002. Di bawah Bernard Ebbers (CEO), Scott Sullivan (CFO),
David Myers (Pengawas) dan Buford "Buddy" Yates (Direktur Jenderal Akuntansi) memanipulasi
laporan akuntansi perusahaan, membuat laporan akuntansi palsu untuk menutupi pendapatan
WorldCom yang hakikatnya mengalami penurunan dengan membuat gambar pertumbuhan
keuangan dan profitabilitas palsu untuk menopang harga saham WorldCom di pasar saham.
Penipuan itu dilakukan terutama dalam dua cara:

1. Underreporting 'line cost` (biaya interkoneksi dengan perusahaan telekomunikasi lainnya) dengan
memanfaatkan biaya-biaya pada neraca daripada fakta pengeluaran mereka.

2. Menggelembungkan pendapatan dengan memasukkan catatan akuntansi palsu dari "alokasi dana
perusahaan yang belum diisi".

Pada tahun 2002, sebuah tim audit internal WorldCom bekerja secara rahasia, menyelidiki
dan menggali kemana alokasi dana perusahaan yang hilang sebesar $ 3,8 milyar. Hingga pada
akhirnya, mereka menemukan jawabannya bawa dana perusahaan tersebut telah diselewengkan
oleh CEO dan rekan-rekan kerjanya untuk memperkaya diri mereka sendiri diluar standar
pendapatan seharusnya. Segera kemudian komite audit perusahaan dan dewan direksi diberitahu
oleh para audit mengenai masalah penipuan akuntansi ini. Tidak lama kemudian, mereka segera
memanggil dan memecat CFO Scott Sullivan, dan David Myers segera mengundurkan diri. Kemudian
pada tahun 2001, Arthur Andersen dan US Securities and Exchange Commission (SEC) meluncurkan
sebuah investigasi masalah ini pada tanggal 26 Juni 2002. Sehingga pada akhir tahun 2003,
diperkirakan bahwa total aset perusahaan ini ternyata telah diselewengkan oleh CEO mereka sekitar
$ 11 miliar.

Akibat masalah besar yang diakibatkannya, pada 15 Maret 2005 Bernard Ebbers dinyatakan
bersalah dari semua tuduhan, karena telah terbukti melakukan kecurangan, konspirasi dan
pengajuan dokumen palsu dengan regulator-semua terkait dengan skandal akuntansi AS $ 11 miliar
di perusahaan telekomunikasi yang dia dirikan. Dia dijatuhi hukuman 25 tahun penjara. Pejabat
WorldCom lainnya seperti mantan CFO Scott Sullivan dituntut dengan hukuman pidana dalam
kaitannya pada tanggal 2 Maret 2004 untuk tuduhan penipuan sekuritas, konspirasi dan mengajukan
laporan palsu. Sedangkan mantan pengawas keuangan David Myers juga telah mengaku bersalah
atas penipuan sekuritas, konspirasi untuk melakukan penipuan sekuritas, dan mengajukan laporan
palsu pada tanggal 27 September, 2002. Mantan direktur akuntansi Buford Yates juga telah mengaku
bersalah atas konspirasi dan tuduhan penipuan pada 7 Oktober , 2002). Mantan-mantan manajer
akuntansi Betty Vinson dan Troy Normand juga mengaku bersalah atas konspirasi dan penipuan
sekuritas pada tanggal 10 Oktober 2002.

Pada 13 Juli 2005 Bernard Ebbers menerima hukuman yang akan membuat dia dipenjara
selama 25 tahun. Pada saat vonis dijatuhkan, Ebbers telah berusia 63 tahun. Pada tanggal 26
September 2006, Ebbers menyerahkan diri ke Biro Penjara Federal penjara di Oakdale, Louisiana,
Federal Lembaga Pemasyarakatan Oakdale untuk mulai menjalani hukuman.

KEBANGKRUTAN

Pada tanggal 21 Juli 2002, WorldCom mengajukan perlindungan kebangkrutan. Pengajuan


tersebut merupakan pengajuan kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat hingga
kebangkrutan berikutnya pada saat runtuhnya Lehman Brothers 2008. Proses kebangkrutan
WorldCom diadakan sebelum US Federal Kepailitan Hakim Arthur J. Gonzalez yang bersamaan
mendengar proses kebangkrutan Enron yang merupakan kasus kebangkrutan terbesar kedua yang
dihasilkan oleh skandal akuntansi di dalam perusahaan. Tidak ada proses pidana terhadap
WorldCom atas rujukan dari Gonzalez. Namun pada tanggal 14 April 2003, WorldCom berubah nama
menjadi MCI dan memindahkan kantor pusat perusahaan dari Clinton, Mississippi, ke Dulles,
Virginia. Berdasarkan perjanjian restrukturisasi kebangkrutan, perusahaan wajib membayar AS $ 750
juta kepada SEC secara tunai dan saham di MCI baru, hal dimaksudkan untuk membayar kerugian
yang dialami para investor.

Namun hal ini belum cukup untuk membayar banyak kreditur kecil, yang telah menunggu
selama dua tahun untuk pengembalian uang mereka di WorldCom. Sebagian besar dari para kreditur
kecil itu adalah mantan karyawan WorldCom sendiri. Sehingga pada tanggal 7 Agustus 2002,
kelompok exWorldCom 5100 diluncurkan. Mereka ini terdiri dari mantan karyawan WorldCom yang
bertujuan mencari pembayaran penuh dari uang pesangon. The "5100" itu sendiri adalah singkatan
untuk jumlah karyawan WorldCom yang terpaksa di PHK pada tanggal 28 Juni 2002 akibat
kebangkrutan WorldCom. Hingga kemudian hari bersejarah itu tiba, dimana pada tanggal 14
Februari 2005, Verizon Communications setuju untuk mengakuisisi MCI sebesar $ 7,6 miliar.
Menyelamatkan keberlangsungan kehidupan perusahaan ini dari ambang kematian.
PRINCIPAL – AGENT PROBLEM

Dalam ilmu politik dan ekonomi, masalah principal-agent atau dilema lembaga
memperlakukan kesulitan yang muncul dalam kondisi informasi yang tidak lengkap dan asimetris
ketika seorang pemimpin menyewa atau membayar seorang agen, menimbulkan beberapa masalah
seperti konflik moral hazard dan mengejar kepentingan-kepentingan dari kepala sekolah itu sendiri.
Berbagai mekanisme dapat digunakan untuk mencoba menyelaraskan kepentingan agen dalam
solidaritas dengan orang-orang dari pemimpin, seperti mengatur tarif potongan / komisi, pembagian
keuntungan, upah efisiensi, pengukuran kinerja (termasuk laporan keuangan), agen postingan
obligasi. Masalah principal-agent ditemukan di sebagian besar pada hubungan karyawan, misalnya,
ketika pemegang saham mempekerjakan eksekutif puncak perusahaan. Yang mana para eksekutif
tersebut kurang mendapat batasan-batasan sampai dimana mereka memiliki kewenangan dalam
mengurusi usaha yang dipercayakan oleh principal kepadanya.

Untuk itu perlu adanya sebuah kontrol wewenang dalam sebuah peraturan perusahaan yang
berkenanaan dengan hal tersebut, agar masalah seperti kasus WorldCom tidak terjadi lagi
dikemudian hari. Yaitu perlu adanya kontrak kerja yang jelas. Dalam konteks kontrak kerja, kontrak
individual membentuk metode utama dari insentif restrukturisasi, dengan menghubungkan sedekat
optimal informasi yang tersedia tentang kinerja karyawan, dan kompensasi untuk kinerja itu. Karena
perbedaan dalam kuantitas dan kualitas informasi yang tersedia tentang kinerja karyawan individu,
kemampuan karyawan untuk menanggung risiko, dan kemampuan karyawan untuk memanipulasi
metode evaluasi, rincian struktural kontrak individual sangat bervariasi, termasuk mekanisme seperti
sepotong tarif, pilihan, bonus yang bebas, promosi, pembagian keuntungan, efisiensi upah,
kompensasi ditangguhkan, dan seterusnya. Biasanya, mekanisme ini digunakan dalam konteks
berbagai jenis kerja: wiraniaga sering menerima beberapa atau semua remunerasi mereka sebagai
komisi, pekerja produksi biasanya dibayar per jam, sementara pekerja kantor biasanya dibayar
(lembur yang dibayarkan dan jika, biasanya pada tingkat yang lebih tinggi daripada tarif per jam
tersirat oleh gaji) bulanan atau setengah bulanan.

Dengan kontrak kerja yang jelas, serta sistem pemberian insentif yang jelas dan sesuai
dengan standar terjadi yang telah ditetapkan perusahaan, termasuk dengan perjanjian dengan
pasal-pasal punishment apabila melanggar SOP perusahaan sebelum diadakan perekrutan, baik itu
untuk karyawan di tingkat bawah maupun hingga karyawan di tingkat CEO. Sehingga sedikit banyak,
hal ini dapat membantu mengurangi resiko-resiko penyalahgunaan wewenang yang mungkin saja
akan dilakukan oleh agent-agent yang disewa oleh principal.
SEJARAH WORLDCOM

Long Distance Discount Services, Inc (LDDS) pada awalnya berdiri di Hattiesburg, Mississippi
pada 1983. Kemudian pada tahun 1985 Bernard Ebbers LDDS dipilih menjadi CEO-nya. Perusahaan
go public pada tahun 1989 melalui merger dengan Advantage Companies Inc. Sejak saat itu nama
perusahaan diganti menjadi LDDS WorldCom pada tahun 1995, dan kemudian diganti hanya
WorldCom pada tahun 2003.

Pertumbuhan perusahaan WorldCom terutama didorong oleh akuisisi terhadap perusahaan-


perusahaan telekomunikasi lainnya selama tahun 1990-an dan mencapai puncaknya dengan akuisisi
MCI pada tahun 1998. Diantara perusahaan yang dibeli atau bergabung dengan WorldCom adalah
Advanced Communications Corp. (1992), Metromedia Communication Corp.(1993), Resurgens
Communications Group(1993), IDB Communications Group, Inc (1994), Williams Technology Group,
Inc. (1995), and MFS Communications Company (1996. Akuisisi MFS termasuk UUNET Technologies,
Inc, yang telah diakuisisi oleh MFS lama sebelum merger dengan WorldCom. Pada Februari 1998,
WorldCom melakukan pembelian online CompuServe yang merupakan pelopor dari perusahaan
induk Blok H & R nya. WorldCom kemudian mempertahankan Compuserve Divisi Layanan Jaringan,
menjual layanan online untuk America Online, dan menerima pembagian jaringan AOL, ANS. Akuisisi
Digex (DIGX) pada bulan Juni 2001 juga kompleks; Worldcom mengakuisisi perusahaan induk Digex
itu, Intermedia Komunikasi, dan kemudian menjual semua non-Digex Intermedia aset untuk
Allegiance Telecom.

Pada tanggal 10 November 1997, WorldCom dan MCI Communications mengumumkan


merger senilai US $ 37 milyar untuk membentuk MCI WorldCom, sehingga hal ini merupakan merger
terbesar dalam sejarah AS. Pada tanggal 15 September 1998, perusahaan baru, MCI WorldCom,
mulai dibuka untuk bisnis. Pada 5 Oktober 1999 Sprint Corporation dan MCI WorldCom
mengumumkan perjanjian merger antara dua perusahaan sebesar $ 129 Milayar.Namun pada
tanggal 13 Juli 2000, dewan direksi dari kedua pihak perusahaan bertindak untuk mengakhiri
merger. Hal ini karena mendapat larangan dari pemerintahan AS, karena perjanjian kerjasama dua
perusahaan telekomunikasi besar tersebut dianggap merupakan bagian praktik monopoli. Kini MCI
WorldCom menamai dirinya dengan "WorldCom" tanpa Sprint menjadi bagian dari perusahaan.
Perusahaan dengan kode saham Wcom di bursa Nasdaq ini telah memiliki 73.000 pegawai yang
tersebar di seluruh dunia. Sebanyak 8.300 di antaranya adalah pegawai yang tinggal di Eropa, Timur
Tengah, dan Afrika.
http://hikariaichan.blogspot.co.id/2013/02/skandal-akuntansi-keuangan-dalam-tubuh.html

10 Kasus Penipuan Keuangan Terbesar Sepanjang Sejarah

New York : Demi memperoleh banyak uang, seseorang bisa melakukan apapun bahkan dengan bermain 'kotor' sekalipun. Tak heran,
beberapa pengusaha maupun pribadi rela mengambil risiko guna meraup harta miliaran rupiah, salah satunya dengan menipu.

Seperti dilansir dari Forbes, Jumat (2/8/2013), melakukan skandal penipuan uang dikenal berisiko tinggi, tapi jika berhasil bisa sangat
menguntungkan pelakunya. Beberapa kerugian kasus penipuan di Amerika Serikat (AS) pernah diusut Securities & Exchange
Commission (SEC) dan Departemen Kehakiman.

Dari berbagai kasus penipuan yang terjadi sejak seperempat abad terakhir, berikut 10 kasus penipuan terbesar sepanjang sejarah AS:

1. Enron
Kebangkrutan perusahaan energi ini menghapus nilai pasar sahamnya senilai US$ 78 miliar. Peristiwa ini terjadi pada 2001 setelah
Enron menerima tuduhan telah melakukan penipuan besar-besaran.

Gugatan terhadap perusahaan sebesar US$ 7,18 miliar merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah AS. Mantan Presiden Enron, Jeff
Skilling dihukum 24 tahun penjara.

2. Bernard Madoff

Skema Ponzi Manajer Keuangan New York Bernard Madoff senilai US$ 65 miliar merupakan kasus penipuan terbesar yang dilakukan
secara pribadi. Kasus ini terkuak pada Desember 2008 dan membuat Madoff harus mendekam di penjara selama 150 tahun.

3. Lehman Brothers

Bank Investasi Lehman dengan aset bernilai US$ 600 miliar bangkrut pada akhir 2008. Kebangkrutan ini merupakan yang terparah
sepanjang sejarah AS dan melebar menjadi krisis keuangan dunia.

Laporan kepailitan mengungkap berbagai klaim skandal para pejabat Lehman dan auditornya Ernst & Young telah melakukan
penipuan. Namun hingga saat ini belum ada pemberkasan kasus tersebut ke pengadilan.

4. Cendant
Tak lama setelah Cendant didirikan hasil kerja sama CUC International dan HFS pada 1997, penipuan berpuluh-puluh tahun di CUC
terungkap. Kasus ini diprediksi merugikan para investor sedikitnya US$ 19 miliar dan merupakan penipuan terbesar yang dieksekusi
SEC.

Atas kasus ini, perusahaan digugat dengan tuntutan pembayaran senilai lebih dari US$ 3 miliar. Pengadilan menghukum mantan CEO
Cendant Walter Forbes dengan hukuman kurungan 12 tahun dan tujuh bulan di penjara federal. Dia pun harus membayar denda
sebesar US$ 3,27 miliar.

5. MF Global

Perusahaan broker yang dipimpin mantan CEO Goldman Sachs dan Senator New Jersey Jon Corzine memiliki aset senilai US$ 41
miliar sebelum akhirnya bangkrut pada Oktober 2011. Kasus ini membuat MF Global menempati urutan ke-8 dari 10 perusahaan paling
bangkrut.

Setahun kemudian aset konsumennya senilai US$ 1,6 miliar dilaporkan menghilang, namun tak satu pun pihak penegak hukum yang
mengusut kasus tersebut.

6. WorldCom

Penipuan yang menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan telekomunikasi ini telah membuat aset perusahaan senilai US$ 103,9
miliar raib. Perusahaan menghadapi gugatan perwakilan kelompok senilai US$ 6,1 milia dan merupakan jumlah terbesar sejak 1995.
Mantan CEO WorldCom Bernard Ebbers terbukti melakukan penipuan dan harus mendekam di penjara federal selama 25 tahun.

7. Fannie Mae

Fannie Mae membayar SEC sebesar US$ 400 juta pada 2006 untuk menyelesaikan tuduhan kesalahan laporan keuangan dari 1998
hingga 2004. SEC kembali mengajukan gugatan perdata atas tiga mantan pejabat tertinggi di Fannie Mae dengan tuduhan penipuan
sekuritas pada Desember 2011.

Hal ini membuat para investor menderita selama krisis keuangan. Pemerintah sebelumnya telah mengambil alih Fannie Mae pada
2008.

8. HealthSouth

Pada Maret 2003, SEC menuduh CEO HealthSouth M. Richard Scrushy meninggikan jumlah pendaptan hingga sedikitnya US$ 1,4
miliar selama empat tahun. Scruschy dibebaskan dari segala tuduhan, tapi tak lama kemudian masuk lagi ke penjara dengan tuduhan
telah menyuap Gubernur Alabama. Selain dirinya, 15 mantan pejabat. termasuk lima diantaranya adalah CFO, dinyatakan bersalah
dengan tuduhan penipuan.

9. Tyco International

CEO Dennis Kozlowski dan CFO Mark Swartz meredam dana Tyco lebih dari US$ 150 juta hasil penahanan bonus dan pinjaman dari
1996 hingga 2002. Keduanya saat ini masih mendekam di penjara. Gugatan pada keduanya merugikan perusahaan sebesar US$ 3,2
miliar.

10. Qwest Communications

Saham Qwest pernah diperdagangkan sebesar US$ 64 per lembar pada 2000. Namun pada 2002, harganya jatuh hingga di bawah
US$ 1 per lembar pada 2002 setelah kasus penipuan selama bertahun-tahun di perusahaan tersebut terungkap. CEO Joseph Nacchio
dituntut US$ 44 juta dan dijebloskan ke penjara

http://amrizalbay.blogspot.co.id/2014/01/10-kasus-penipuan-keuangan-terbesar.html

Ini 5 Perusahaan Raksasa Dunia yang Terlibat Skandal


Bisnis
05 April 2016, 22:35 | Editor : Bayu Mardianto

Font Size:

 A
 A
 A
 A

Foto: Ilustrasi

iyaa.com | Jakarta: Skandal akuntansi perusahaan adalah skandal politik dan bisnis yang muncul
dengan pengungkapan kelakuan buruk para eksekutif perusahaan publik.

Kejahatan tersebut biasanya melibatkan metode kompleks untuk menyalahgunakan dana atau
menyesatkan, melebih-lebihkan pendapatan, mengecilkan biaya, melebih-lebihkan nilai aset
perusahaan, atau mengurangi pelaporan terhadap besarnya kewajiban, terkadang mereka juga
melakukan kerjasama dengan pejabat di perusahaan lain atau afiliasinya.

Berikut ini daftar perusahan besar di dunia yang terkena skandal kecurangan:
1. Skandal Volkswagen
Salah satu produsen mobil terbesar di dunia, Volkswagen, terkena skandal dengan melakukan
kecurangan terhadap tes emisi diesel pada tahun 2005. Volkswagen mengakui kecurangan tes emisi
diesel tersebut untuk produksi mobilnya yang ada di Amerika dan Eropa.

Terungkapnya skandal emisi itu mengakibatkan saham Volkswagen (VW) jatuh hingga lebih dari
18%.

Skandal tersebut dilakukan oleh mantan CEO Volkswagen, Martin Winterkorn. Kini, perusahaan
sedang diselidiki oleh otoritas di berbagai negara. Credit Suisse memperkirakan, total biaya atas
skandal yang dilakukan perusahaan bisa mencapai 78 miliar euro atau setara USD87 miliar.

2. Skandal WorldCom
WorlCom merupakan perusahaan telekomunikasi yang menyediakan berbagai macam produk di
seluruh dunia seperti data, internet, komunikasi telepon, layanan telekonfrens melalui video, sampai
penjualan kartu telepon prabayar untuk sambungan internasional.

Saham WorldCom yang dicatatkan di bursa tahun 1999 pada harga USD 62, langsung anjlok 94
persen sejak Januari 2002 akibat mencuatnya skandal tersebut.

Pada 2002 setelah aset para jajaran eksekutif mereka terungkap. Adapun kenaikan kekayaan
tersebut berasal dari aset perusahaan yang mencapai USD11 miliar melalui permainan cerdik
keuangan yang dilakukan para eksekutif perusahaan.

Puluhan ribu pekerja kehilangan pekerjaan akibat skandal tersebut. Bernard Ebbers, mantan CEO
WorldCom, dijatuhi hukuman 25 tahun penjara pada 2005.

3. Skandal Libor
LIBOR (London Interbank Offered Rate) atau tingkat suku bunga pinjaman antar bank dibuat bersama
16 bank terbesar dunia.

Anggota LIBOR per Mei 2012 adalah: Abbey National plc, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd, Barclays
Bank plc, BNP Paribas, Citibank NA, Credit Agricole CIB, Deutsche Bank AG, HSBC, JP Morgan Chase,
Lloyds Banking Group, Mizuho Corporate Bank, Rabobank, Royal Bank of Canada, The Royal Bank of
Scotland Group, Societe Generale, UBS AG.

Bank-bank itu diduga menetapkan bunga yang lebih rendah yang membuatnya tetap untung meski
kondisi keuangan sedang ketat dan krisis keuangan. Sebaliknya, nasabah mendapat keuntungan
yang lebih sedikit dari yang seharusnya didapatkan.

Skandal The Libor pecah di tengah 2012, ketika Barclays (BCS) mengaku memanipulasi suku bunga
acuan yang digunakan untuk harga triliunan dolar dari produk keuangan di seluruh dunia.

Barclays dan bank besar lainnya telah membayar denda besar dan kuat untuk peran mereka dalam
skandal itu, yang sejauh ini telah menelan biaya industri sekitar USD9 miliar.
4. Skandal Petrobras
Perusahaan minyak milik negara Brasil, Petroleo Brasileiro SA atau Petrobas dikabarkan menjual
asetnya. Petrobas mengalami krisis keuangan setelah perusahaan tersebut terbukti menjadi pusat
skandal korupsi terbesar di Brasil tahun lalu.

Raksasa minyak milik negara, Brasil Petrobras (PBR) telah terjerat dalam skandal korupsi selama
berbulan-bulan.

Polisi Federal Brasil menangkap 23 orang, termasuk mantan petinggi Petrobras, Renato Duque, serta
19 presiden dan eksekutif perusahaan konstruksi dan teknik terbesar di negeri itu.

Jaksa menuduh mantan eksekutif secara ilegal "mengalihkan" miliaran dari rekening untuk
penggunaan pribadi mereka, atau untuk menyogok para pejabat.

Lebih dari 80 orang, termasuk politisi senior, telah didakwa dengan penyuapan dan pencucian uang
selama investigasi kriminal yang dijuluki "Operasi Cuci Mobil."

5. Skandal Olympus
Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah menyembunyikan kerugian investasi di
perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi
kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi.

Kasus yang menimpa Olympus ini langsung menjadi perhatian media lokal karena merupakan
skandal penipuan perusahaan terbesar di Jepang sejak serangkaian skandal broker di era 1990-an,
salah satunya adalah broker terbesar keempat di Jepang, Yamaichi Securities pada 1997.

Skandal ini terungkap pada Oktober 2011, ketika mantan CEO Michael Woodford angkat bicara
terhadap kecurigaan dirinya atas pembayaran senilai USD1,5 miliar yang digunakan dalam
pembayaran.

Penipuan akuntansi ini berlangsung selama lebih dari satu dekade. Dengan demikian, hampir
membawa perusahaan elektronik asal Jepang mengalami kemunduran.

http://media.iyaa.com/article/2016/04/Ini-5-Perusahaan-Raksasa-Dunia-yang-Terlibat-Skandal-
Bisnis-3438699.html

Anda mungkin juga menyukai